Share

Mencuri Pandang

Penulis: Halona
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-14 06:45:00

"Memangnya selama ini kamu dan Mama Melani tinggal di mana, Nafisa?" tanya Johan penasaran.

Karena Nafisa belum juga menjawab, Johan tertawa kecut. "Apa Mama Melani menyuruh kamu berbohong? Kalian tidak mungkin tinggal di rumah yang lebih besar dan lebih bagus dari rumah yang selama ini kita temp ati."

"Nafisa tidak berbohong, Papa. Apa Papa pernah melihat Nafisa berbohong?" bantah Nafisa.

Johan hanya tertawa, dia menoleh ke kanan dan ke kiri, setelah memastikan bahwa tidak ada orang yang datang, dia menarik lembut lengan Nafisa. "Ayo ikut Papa," ucapnya singkat sembari menyeret Nafisa ke luar kamar.

"Kita mau ke mana, Pa?" Nafisa bertanya tidak mengerti. Dia berjalan tergesa-gesa mengimbangi langkah Johan.

"Ke mana lagi, Nafisa? Kita harus pulang. Apa kamu betah berlama-lama di rumah sakit ini?" jawab Johan, masih menggandeng tangan mungil Nafisa.

"Tidak!" teriak Nafisa seraya menepis tangan Johan. "Nafisa mau pulang sama mama," lanjutnya berkata dengan lantang.

"Memangnya di mana
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
udah cpt Nafisa d bw pulang karena Evan dh mulai sadar nanti dia akan cari Melani dn Nafisa d bw kabur lagi ..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Jangan Mengurungku Di Sini!

    Mobil Ferrari LaFerrari warna hitam berhenti di depan rumah kecil yang terletak di pinggiran kota. Melani turun dari mobil, disusul oleh Namira yang menggendong Nafisa. Mereka masuk ke dalam rumah diikuti oleh Deon yang baru saja turun dari mobil. Di depan rumah, Bonita sudah menyambut dengan berkacak pinggang. Dia melipat keningnya sambil berkata, "Apa ini? Kenapa Ibu membawa Kak Melani dan selingkuhannya ke rumah ini?" "Jaga ucapanmu, Bonita. Kakakmu, Melani tidak pernah berselingkuh," ujar Namira membela Melani. Dia terus melangkah masuk ke dalam rumah sambil menggendong Nafisa. "Ayo masuk!" ucapnya seraya menatap Melani dan Deon yang berdiri di teras rumah. "Kenapa Ibu selalu membela dia? Aku juga anak Ibu. Kenapa Ibu tidak pernah percaya kepadaku?" protes Bonita. Dia berjalan mengikuti langkah Namira di dalam rumah. "Ibu tidak membela siapa-siapa, Bonita. Ibu hanya membela kebenaran." Namira menurunkan Nafisa dari gendongan sambil berucap, "Nafisa masuk ke kamar dulu ya, Nak.

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-15
  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Aku Hamil!

    "Ibu sudah mengurung Bonita di kamar semalaman. Apa tidak sebaiknya Ibu membebaskannya? Ini sudah waktunya sarapan pagi. Bonita pasti kelaparan, Bu," bujuk Melani pada Namira saat sedang menikmati makanan di meja makan. Melani sendiri hanya menatap berbagai makanan yang tersaji tanpa menyentuhnya. "Ibu akan mengirimkan makanan untuk Bonita nanti, tapi tidak dengan membebaskannya. Biarkan anak itu menyadari kesalahannya." Namira meletakkan sendok dan garpu di atas piring. Dia menatap lembut Melani, lalu berkata, "Kenapa kamu tidak makan, Melani? Apa kamu sudah tidak menyukai masakan Ibu?" "Bukan begitu, Ibu. Tentu saja aku sangat menyukai masakan Ibu. Semua ini adalah makanan kesukaanku." Melani menatap ayam goreng dan sambal tomat yang tersaji di meja makan. Aroma sedap yang menyeruak dari piring saji membuat dia menelan air liurnya. "Lalu kenapa kamu tidak makan? Kamu baru saja keluar dari rumah sakit. Makanlah yang banyak agar kondisimu semakin pulih," bujuk Namira. Dia menyentong

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-16
  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Lelaki Kejam

    Namira membuka pintu kamar Bonita. Dia memindai tubuh Bonita dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tatapan matanya berhenti di perut rata Bonita. Dia menatap tajam Bonita sambil berkata, "Kamu hamil? Apa benar kamu hamil?" Bonita menganggukkan kepala seraya mengusap-usap perutnya. "Ibu boleh menghukum aku, tapi jangan hukum anakku," gumam Bonita lirih. Namira menarik lengan Bonita dan menyeretnya sampai ke ruang makan. Dia mendudukkan Bonita di kursi seraya berkata, "Duduk dan makanlah. Setelah ini, Ibu ingin kamu menjelaskan semuanya pada Ibu." "Apa yang perlu dijelaskan, Bu? Aku sedang mengandung anak Kak Johan, dan aku tidak ingin Ibu melarangku mendekati Kak Johan. Aku harus menemui Kak Johan untuk meminta pertanggungjawaban." Bonita mengangkat tubuhnya. Dia berdiri dan hendak melangkahkan kaki pergi, tetapi Namira menghalanginya. "Ibu bilang duduk dan makanlah!" titah Namira seraya menarik lengan Bonita. Tidak disangka-sangka, tiba-tiba Johan telah masuk ke dalam rumah dan be

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-18
  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Pengkhianat

    Melani memutuskan untuk turun dari mobil dan menemui Desy. "Jangan bicara seperti itu, Desy. Tuan Deon orang baik. Dia sudah dua kali menyelamatkan aku. Dia juga yang sudah memberiku pekerjaan. Aku bekerja dengannya sekarang," bisik Melani. Dia membujuk agar Desy menjadi tenang dan kembali ke mobilnya. "Kamu salah, Melani! Dia lelaki yang kejam! Jika dia baik, dia tidak akan menyekap Kak Evan," teriak Desy penuh emosi. Sengaja dia kencangkan volume suara agar Deon bisa mendengarnya. "Kak Evan? Di mana?" Melani bertanya tidak mengerti. "Apa kamu tahu? Kak Evan hampir saja mati karena ulah lelaki kejam itu. Sekarang jangan halangi aku untuk meminta pertanggungjawaban." Desy kembali mendekati mobil Deon dan menatap tajam laki-laki yang masih duduk diam di dalam mobil. "Kamu salah, Nona! Lelaki kejam itu bukanlah aku. Dia adalah kakakmu. Jika memang dia hampir meregang nyawa, itu adalah hukuman karena dia hampir mencelakai calon istriku." Deon berkata dengan nada dingin. "Apa? Calon

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-18
  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Peringatan!

    Desy melajukan mobil kencang hingga berhenti di rumah sakit. Dia berlari menuju kamar yang semula ditempati oleh Evan. Namun, saat dia sampai, kamar itu telah kosong. "Di mana Kak Evan?" gumamnya lirih seraya menyapukan pandangan ke seluruh ruangan. Desy mengambil ponsel dari dalam tas slempang yang dia kenakan. Mencari sebuah kontak dengan nama "Otak mesum". Berkali-kali dia memanggil nomor yang sama, tetapi tetap tidak ada jawaban dari seberang. Di dalam sebuah mobil, Aldo sedang memegangi tangan Evan yang sedang berusaha melarikan diri. "Lepaskan aku. Aku bisa pulang sendiri," racau Evan seraya menggerak-gerakkan tangannya untuk melepaskan diri dari cengkeraman Aldo. Seorang wanita berpakaian serba hitam membantu menahan tubuh Evan agar tidak lepas. Sedangkan, seorang wanita yang lain bertugas menyetir mobil. "Tolong tambah kecepatan mobilnya, Lea," ucap Aldo seraya memegangi tangan Evan. Karena gerak tubuh Evan semakin tidak terkendali, terpaksa Hera memukul leher Evan. D

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-19
  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Laki-Laki Sampah

    Melani baru saja sampai depan rumah Namira. Sebuah tangan melayang dan mendarat di pipi Melani. Terkejut dengan sambutan yang diberikan Bonita kepadanya saat baru saja sampai rumah, Melani berteriak seraya melebarkan mata dan mengusap pipinya yang memerah. “Apa yang kamu lakukan, Bonita?” Bonita mengangkat tangannya kembali. Namun, Hera yang sejak tadi berdiri di belakang Melani bergegas menangkap tangan Bonita. Dia memelintir tangan itu hingga pemiliknya meringis kesakitan. “Sekali lagi kamu berani menyentuh dan menyakiti Nona Melani, akan kupatakan tangan ini,” ancamnya. “Hentikan, Hera!” Melani memberikan kode agar Hera melepaskan tangan Bonita. “Tinggalkan aku berdua dengan adikku,” ujarnya tegas. Hera menatap Melani tidak terima. Namun, dia teringat perintah Deon agar selalu menuruti apapun perkataan Melani. Dia melepas tangan Bonita dengan kasar, dan bergegas menjauhi dua kakak beradik itu. “Sekarang, katakan padaku, Bonita! Ada apa denganmu? Kenapa kamu terus-terusan menunju

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-20
  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Lenyapkan Sampah Masyarakat!

    “Melani! Aku ingin kita bertemu.” Johan berkata sembari tertawa-tawa tidak jelas. “Kamu harus menemuiku sekarang juga, Istriku. Aku sangat membutuhkanmu,” lanjutnya meracau.“Apa maksudmu, Mas? Ini sudah larut malam, dan aku bukan istrimu lagi,” tolak Melani tegas. Dia melebarkan mata tidak percaya. Sepertinya laki-laki yang sedang meneleponnya sedang dalam keadaan tidak waras. Melani hendak menutup telepon, tetapi suara teriakan orang di seberang mengurungkan niatnya.“Berikan aku satu botol lagi! Minumanku sudah habis,” ucap Johan mengangkat gelas. Seorang bartender memberikan botol dan menuangkan isinya di gelas Johan.“Mas? Kamu di mana?” Melani bertanya khawatir. “Apa kamu sedang mabuk? Cepatlah pulang! Kamu harus ingat, sebentar lagi kamu akan menjadi ayah.” Melani memberi peringatan. Dia berjalan mondar-mandir di dalam kamar.Johan berdiri dari kursi di ruangan dengan lampu yang gemerlap. Musik jedag-jedug memekikkan telinga. Dia berbicara dengan suara keras, menandingi suara m

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-20
  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Sandiwara

    "Apa yang kamu lakukan di tempat ini, Melani? Tempat ini tidak cocok untuk perempuan sepertimu. Ayo! Aku akan mengantarmu pulang," ucap Deon tegas. Dia melirik Melani yang sedang menatap lelaki pemabuk yang terkapar di atas lantai. Johan mulai menggerakkan tangannya. Saat dia membuka mata, Melani adalah yang pertama diliriknya. "Melani?" gumamnya sembari tersenyum lirih. Senyumnya menghilang saat dia melihat Deon berada di sebelah Melani. Melani berjalan maju, semakin mendekat pada Johan. "Apa yang kamu lakukan di sini? Pulanglah! Tidak sepantasnya kamu berada di tempat seperti ini," ujar Melani menatap lekat Johan. Dia ingin membantu Johan dengan menjulurkan tangannya, menawarkan bantuan pada Johan untuk membantunya berdiri, tetapi niatnya urung karena dia teringat bahwa Johan bukan lagi suaminya. Johan tersenyum melihat Melani yang berjalan semakin mendekat. Dia memegangi lantai dan mencoba untuk mengangkat tubuhnya. Menatap lembut Melani seraya berkata, "Akhirnya kamu datang k

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-21

Bab terbaru

  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Bulan Madu

    “Kamu ada waktu dalam minggu-minggu ini, Sayang? Aku ingin pergi berdua denganmu. Sejak pernikahan kita, aku belum sempat mengajakmu berbulan madu.” Deon menyempatkan menelepon Melani di sela-sela kesibukannya bekerja.Di seberang telepon, Melani sibuk mempelajari berkas-berkas perusahaan. “Maafkan aku, Sayang. Kamu tahu akhir-akhir ini aku sangat sibuk. Aku harus mengurus butik dan juga mengurus perusahaan Ayah.” Melani berkata dengan penuh penyesalan.“Tapi kamu mempunyai banyak karyawan. Kamu bisa mendelegasikan semua pekerjaanmu pada mereka,” bujuk Deon. Dia sangat berharap bisa menikmati waktu berdua dengan istrinya.“Lain kali saja ya? Kamu tahu, aku baru saja membuat kebijakan baru untuk perusahaan ayahku. Aku membuat mereka menutup Jay Bar dan menghentikan produksi minuman beralkohol. Karena kebijakanku itu, perusahaan mengalami penurunan laba yang signifikan. Aku harus memperbaiki semua ini, Sayang.”“Apa? Apa yang kamu lakukan, Melani?” Tiba-tiba Nenek Karmila masuk ke ruang

  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Pesta Pernikahan

    Melani tampak sangat cantik mengenakan pakaian pengantin warna putih. Pesta pernikahan kali ini diadakan di Ballroom Hotel Alvarendra. Jika biasanya para pengantin akan menyewa gedung pernikahan selama dua atau empat jam saja, rencananya mereka akan memakai ballroom itu seharian penuh, dari pagi hingga malam hari.Banyak sekali tamu undangan yang menghadiri acara pesta pernikahan itu, mulai dari rakyat biasa hingga para pejabat dan rekan kerja Deon. Bahkan, para tamu undangan yang datang dari luar kota bisa menginap di hotel setempat dengan gratis.Tiba saat acara lempar bunga, para pasangan maupun para jomlo berebut buket bunga yang dilempar pengantin.Buket bunga yang dilempar Melani jatuh ke tangan Aldo dan Desy secara serempak. Mereka berdua berebut buket bunga itu dan tidak ada yang mau mengalah.“Kenapa kalian harus berebutan seperti anak kecil? Bukankah kalian akan menikah pada hari yang sama?” sindir Vina yang tia-tiba datang dengan gaun merahnya yang indah. Dia berhasil mereb

  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Damai

    “Syarat lagi? Apa itu?” Deon bertanya pada mamanya. Dia akan melakukan apa pun, asalkan kedua orangtuanya mau merestui hubungan pernikahan dia dan Melani.“Papa dan Mama tidak hadir di pesta pernikahan kalian dulu. Jadi, Mama mau kalian mengadakan pesta pernikahan lagi. Kali ini harus meriah. Aku mau seluruh teman Mama dan rekan bisnismu diundang di pesta itu.” Mama Deon berkata panjang lebar.Deon dan Melani saling berpandangan. Mereka mengangguk pasti. Keduanya tersenyum bahagia setelah mendapatkan restu dari kedua orangtua Deon. Rasanya, satu beban yang mengganjal di hati mereka telah terbebas dan lepas.“Sekarang, kita tinggal meminta restu pada ayahmu, Melani,” gumam Deon. Melani mengangguk setuju.“Deon, Mela, bolehkah kami meminta bantuan kalian?” ujar Papa Deon memohon. “Aku ingin bertemu dengan Brian Atmajaya, ayah Melani. Bisakah kalian membawaku ke sana?” lanjutnya.Deon dan kedua orangtuanya pergi untuk menjenguk Brian Atmajaya di Lapas. Sementara, Melani akan menyusul set

  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Syarat

    “Apa kamu tidak bercanda, Deon? Mela, istrimu?” Mama dan Pap Deon bertanya serempak. Mereka saling berpandangan untuk sejenak. Tidak percaya dengan pengakuan Deon barusan.“Kamu pasti berbohong, Deon! Kamu berbohong agar kami merestui hubungan kalian. Sejak kapan kamu mulai berani berbohong?” Papa Deon menatap tajam anaknya.“Aku setuju! Aku juga menyangsikan ucapanmu, Deon. Mana mungkin Mela adalah istrimu? Jelas-jelas mereka adalah orang yang berbeda. Istrimu berasal dari keluarga kaya raya, sedangkan Mela hanya gadis sederhana yang berasal dari kelas menengah. Mereka sangat berbeda, Deon.” Mama Melani menyangkal.“Pa, Ma, tapi Mela benar-benar telah menjadi istriku istriku. Mela dan Melani adalah orang yang sama. Nama lengkapnya Melani Atmajaya, saat di sekolah dulu, teman-teman kami memanggilnya Mela.” Deon menjelaskan panjang lebar. Dia menghentikan kalimatnya sejenak untuk mengambil napas, kemudian kembali me

  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Gadis Masa Lalu

    “Bagaimana Anda akan mengeluarkan Brian Atmajaya dari penjara?” Aldo bertanya pada Deon. “Apa itu tidak menyalahi aturan hukum yang berlaku?” lanjutnya.“Itu bukan hal yang sulit.” Deon tersenyum miring. “Kamu tahu, hukum di negara kita bisa dibeli dengan uang dan kekuasaan. Sebenarnya aku tidak ingin membeli hukum, tapi jika itu demi kebaikan, kenapa tidak? Lagi pula aku bukan membela orang yang salah. Bukankah Brian Atmajaya tidak bersalah? Dia hanya dijebak,” ujarnya panjang lebar.“Lalu, apakah menurut Anda Brian Atmajaya akan menepati janjinya? Apa dia berani mengambil tindakan menutup Jay Bar dan menghentikan produksi minuman beralkohol di perusahaannya, sementara tindakan itu mendapatkan pertentangan dari banyak pihak?” Aldo bertanya penasaran. Dia khawatir Brian Atmajaya akan mengingkari janjinya.“Jangan khawatir, Aldo. Aku tidak peduli dengan langkah apa yang akan diambil ayah mertuaku s

  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Tolong Dihapus Kak

    Maaf semuanya, dua bab terakhir yang berjudul Direktur Baru dan Ayah Mertua terbalik karena kesalahan teknis saat posting. Seharusnya baca bab Ayah Mertua lebih dulu baru kemudian baca bab Direktur Baru. Sekali lagi mohon maaf ya. Akan segera diperbaiki.Oh ya, kalian juga bisa membaca karya aku lainnya di Good Novel yang berjudul "Dicerai Setelah Malam Pertama" (Nama pena Norasetyana), hanya 40 bab yaFollow juga sosmed-ku juga yaF* Norasetya (Mommykhaa)I* NuurahmaaSelamat malam. Selamat berakhir pekan. Semoga cerita-ceritaku ini bisa menghibur bagi kalian. Semoga kita semua dilancarkan rejekinya dan diberi kesehatan, aamiin.Menjadi Janda Tajir Melintir akan segera tamat di bab 130-an. Selamat membaca. Ikuti terus ceritaku ya.

  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Direktur Baru

    “Ayah tenang saja. Aku akan mengusahakan Ayah agar segera keluar dari penjara ini,” ujar Deon pasti. “Ayah tidak akan mengingkari janji, ‘kan? Ayah akan menutup Jay Bar dan menghentikan produksi minuman beralkohol?” Dia bertanya memastikan. Brian hendak mengangguk pasti, tapi Nenek Karmila memelototinya. “Itu tidak akan terjadi. Apa kamu pikir aku tidak tahu, mengapa kamu meminta kami menutup Jay Bar dan menghentikan produksi minuman beralkohol di perusahaan kami?” Nenek Karmila menghentikan kalimatnya sejenak. “Itu karena perusahaan kalian sedang merencanakan untuk membangun bidang usaha yang sama. Kalian ingin menyingkirkan pesaing berat yang akan mengganggu penjualan perusahaan kalian,” lanjutnya. Deon hendak membela diri, tetapi tiba-tiba dua orang sipir datang menghampiri mereka. “Waktu jenguk sudah habis. Sekarang, sebaiknya kalian pulang. Kami akan mengantar narapidana kembali ke tahanan.” Mereka menangkap kedua tangan Brian dan membawanya masuk ke sel tahanan. Sementara itu

  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Ayah Mertua

    “Siapa kalian?” Brian Atmajaya bicara dengan terbata-bata. Dia terus menatap dua orang laki-laki di depannya. Laki-laki yang berusia jauh lebih muda darinya. “Apakah kalian datang ke sini untuk membahas pekerjaan? Pasti orang perusahaan yang menyuruh kalian menemuiku. Pulanglah! Aku tidak ingin membahas pekerjaan selama di sini,” ujarnya seraya memalingkan muka. “Kami tidak ingin membahas pekerjaan, Pak. Kami ke sini karena ingin membantu Anda keluar dari tempat ini,” ujar Deon meyakinkan. Dia tidak mengungkapkan identitas dia yang sebenarnya kepada laki-laki yang mengenakan baju tahanan. “Sungguh?” Brian melebarkan mata tidak percaya. Dia tertawa keras. “Bagaimana kamu bisa membebaskan aku dari sini? Sementara keluargaku yang kaya saja tidak bisa melakukannya?” Dia turus tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepala. “Aku tahu, Anda masih harus menjalani masa tahanan selama tiga tahun. Aku mau membantu Anda untuk mengurangi masa tahanan Anda. Bukankah lebih baik jika Anda lebih cepat

  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Besanan dengan Narapidana

    “Papa janji akan menjemput Mama dan Nafisa secepatnya, ‘kan?” Nafisa memelas. “Jangan sampai Papa Johan yang menjemput kami lebih dulu,” ujarnya dengan melengkungkan bibir ke bawah.“Papa Johan?” Deon mengerutkan keningnya. “Kenapa Papa Johan menjemput kalian? Itu tidak mungkin terjadi.” Dia tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepala. Dia pikir, Nafisa hanya bercanda.“Papa Johan menginap di sini kemarin malam,” ujar Nafisa polos.“Apa? Papa Johan menginap di sini? Kamu, Mama, dan Papa Johan tidur di kamar ini bertiga?” Deon melebarkan mata. Tiba-tiba terasa panas di dadanya.Nafisa menggelengkan kepala. “Hanya Nafisa dan Papa Johan. Mama tidur di kamar Nenek.” Nafisa menjelaskan. Dia sama sekali tidak menyadari jika papa sambungnya itu mulai cemburu.“Kenapa nenekmu dan mamamu mengizinkan Papa Johan menginap di sini?” Deon meminta penjelasan. Dia masih belum bisa menerima kenyataan jika mantan suami Melani bisa tinggal d rumah ini dan bertemu Melani, sementara dia tidak bisa. Bagaim

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status