Ceklek!Brak!Suara pintu dibuka dan kemudian ditutup dengan paksa itu membuat aktifitas panas Albert dan Olivia terhenti seketika. Mereka tentu saja terkejut dengan suara itu karena mereka tahu tidak ada yang akan berani masuk ke dalam ruangan kerja Albert kecuali Olivia dan ....“Kau kah di luar, Leo?” tanya Albert dengan suara bass yang menggema.“Maaf, Kak. Aku tidak tahu kalau kalian sedang ...,” jawaban seorang pria di luar sana terhenti.“Masuklah!” titah Olivia pula dengan tegas.Ceklek!Pintu itu sekali lagi terbuka dan saat ini muncullah sosok pria yang sudah bisa ditebak oleh Albert sebelumnya. Leo berdiri dengan sedikit ragu dan bimbang karena merasa sudah merusak momen romantis antara dua sejoli yang lanjut usia itu.Namun, meski usia mereka sudah tidak muda lagi. Tentu saja mereka masih terlihat awet muda, begitu pula dengan stamina mereka yang jelas tidak perlu diragukan lagi. Leo berjalan mendekat ke arah meja kerja Albert.Di mana di atasnya sudah duduk seorang pria
“Kenapa kau malah menatapku seperti itu?” tanya Albert kepada Leo dengan fokus.“Maaf, Kak. Aku pikir mungkin kau punya cara lain agar kita bisa mengetahui hal itu,” jawab Leo dengan sedikit gugup.“Seharusnya kau yang berpikir hal itu. Bukan aku!” ucap Albert dengan ketus dan kemudian Leo menjadi salah tingkah.Tentu saja hal itu wajar dikatakan oleh Albert kepada Leo, mengingat bahwa posisi Albert memang sebagai atasan Leo. Meski Leo sudah diangkat adik oleh Albert dan Olivia, tapi semua itu sama sekali tidak mengubah kenyataan bahwa Leo tetap bekerja untuk Albert dan keluarganya seperti biasa.“Kau cari perintahkan saja MR.X untuk mengatasi masalah ini. Dia pasti bisa melakukannya dan berikan dia bayaran sepuluh kali lipat dari biasanya,” titah Albert kepada Leo dengan tegas dan hal itu tentu saja sedikit banyak membuat Leo tercengang.“Sepuluh kali lipat, Kak? Apa itu tidak terlalu banyak untuk mencari informasi seorang pria biasa seperti Kane?” tanya Leo dengan nada protes yang j
“Al! Cepat bawakan pria itu ke sini, Al! Cepat!” teriak Olivia dengan panik pada Albert.Albert yang datang mendekat langsung tercekat ketika melihat di tangan Bianca ada sebuah belati yang dia arahkan tepat pada jantungnya. Bianca berdiri di sudut kamar dan di depannya berdiri Olivia, Maria dan Ana yang sangat panik dengan tindakannya itu.“Siapa yang kau maksud, Sayang? Dokter Robert?” tanya Albert yang mendadak menjadi bingung melihat situasi di depannya saat ini.“No, Al! Kane! Panggil Kane dan bawa di ke sini sekarang! Bian ingin dia,” jawab Olivia dengan frustasi dan tak bisa lagi menahan tangisnya.Baru saja Olivia akan tidur siang, sebuah ketukan di pintu kamarnya mengejutkannya dan itu ternyata adalah Ana yang datang dengan keadaan tergesa-gesa dan menangis. Jika sudah Ana atau Maria yang datang, Olivia tidak perlu bertanya lagi ada apa dan kenapa. Itu semua sudah jelas adalah tentang Bianca.Saat Olivia berlari ke kamar Bianca, wanita itu sedang menjerit memanggil nama Zacky
Mendengar yang baru saja dikatakan oleh Kane kepadanya, sungguh membuat Albert ingin sekali mencincang pria itu saat ini juga. Namun, ia sadar bahwa ia tidak bisa sembarangan terhadap Kane. Hanya pada Kane saja ia tidak bisa melakukan hal yang sangat ingin dia lakukan saat ini. Itu semua demi tetap menjaga Bianca agar tetap tenang.Albert berjalan ke arah balkon agar suaranya tidak mengganggu istirahat Olivia. Ia sungguh tidak bisa bersikeras kepada Kane karena ia juga sudah berjanji kepada Bianca. Albert tidak bisa mengingkari janjinya kepada wanita itu.Menantunya itu jelas tidak menerima kebohongan dalam kondisi seperit sekarang. Albert takut jika nanti dia akan berbuat nekat lagi seperti tadi dan membuat Olivia kembali khawatir hingga kesehatannya melemah lagi.“Aku mohon kepadamu, Kane! Aku mohon ... datang lah untuk menantuku sekali ini saja. Aku akan melakukan segalanya untukmu asal kau mau membantuku kali ini. Aku tidak bisa melihatnya tersiksa seperti itu karena merindukan su
“Kau bisa membohongi semua orang, Zack! Tapi, tidak denganku!” ucap Zahra dan menyeringai penuh arti sambil membersihkan sudut bibirnya dengan tisu.Caranya yang elegan membuat dia sangat berbeda dengan Zahra yang beberapa menit lalu dilihat oleh Kane di meja lain. Zahra yang ini jelas lebih berkelas dan juga elegan, tampak sama seperti kelas bangsawan yang seharusnya.Kane masih belum bisa berkedip menatap Zahra yang kini bersikap santai dan seolah yang dia katakan tadi bukan lah hal yang besar. Kini Kane dibuat terpukau dengan cara Zahra bersikap kepadanya.“Sampai kapan kau akan bersembunyi dari mami dan daddy? Kau tidak kasian pada mereka yang menunggumu selama ini? Sepuluh tahun bukan waktu yang singkat, Zack! Kau bahkan tidak mengikuti setiap perkembangan Brian dan kau tidak melihat betapa menderitanya Bianca selama ini hidup tanpa dirimu,” ungkap Zahra panjang lebar kepada Kane.Air mata tanpa terasa meleleh di pipinya dan Kane masih diam tak bergeming. Namun, Zahra bicara seol
Kane sampai di kediaman Albert dan ternyata ia benar-benar sudah ditunggu oleh keluarga itu. Bahkan, para penjaga pun langsung membukakan pagar ketika melihat mobilnya mendekat ke arah pagar. Kane sungguh dibuat terkagum-kagum dengan hal itu karena merasa dirinya benar-benar sangat dibutuhkan saat ini.“Selamat sore, Kane. Apa kau sudah makan siang?” tanya Albert yang menyambut kedatangan Kane di teras depan rumahnya.“Aku sedang makan siang saat tadi putrimu datang dan merusak selera makanku,” jawab Kane dengan jujur kepad Albert.Namun, tentu saja jawaban Kane itu membuat kening Albert berkerut sempurna. “Putriku?”“Ya. Apa kau punya banyak putri, Paman? Kenapa kau seperti heran dan bingung saat aku menyebut itu adalah putrimu yang mengganggu dan merusak makan siangku?”“Maksudmu Zahra? Bagaimana kau bisa bertemu dengannya dan di mana itu? Aku akan membuatnya membayar semua itu nanti, Kane.”“Tidak masalah, Paman. Aku tidak marah sama sekali kepadanya dan itu adalah hal yang lucu ka
Kane tidak sanggup menahan gairahnya saat Bianca sudah berkata seperti itu. Dengan cepat, bibir keduanya saling bertaut dan Kane merasakan sesuatu yang pernah hilang dari dalam hidupnya. Rasa ingin yang terlalu menggebu dan rasa rindu yang tak bisa lagi diungkapkan dengan kata-kata.“Zack ... aku merindukanmu,” bisik Bianca di sela lenguhannya yang semakin membuat Kane bergairah.“Sudah berapa lama kau menungguku?” tanya Kane dengan santai.“Sangat lama, Sayang. Sampai rasanya aku ingin mati saja karena tidak lagi kuat menahan rindu ini,” jawab Bianca yang terus menggoyangkan tubuhnya di atas tubuh Kane yang kekar.Pria itu sedang tidur terlentang dan Bianca yang bekerja dengan menduduki tepat di bagian bawah tubuhnya. Bianca sangat energik saat ini dan tidak ada yang bisa menghentikannya dalam melakukan semua itu.Entah sejak kapan ia lakukan, kamar tidur Bianca sudah kedap suara semenjak semua fentilasi ditutup dengan menggunakan remot yang ada di atas nakas kecil di samping tempat
Cukup lama pria bernam Kane itu berada di dalam kamar mandi untuk membersihkan diri hingga ia merasa lelah pada dirinya sendiri. Ia mematut wajahnya di depan cermin dan kembali teringat tentang peristiwa sepuluh tahun yang lalu.Saat di mana kecelakaan tunggal itu terjadi dan Zacky kemudian membuatnya jatuh ke dalam laut. Namun, sebelum benar-benar jatuh dan masuk ke dalam laut Zacky masih sempat melompat keluar dari dalam mobilnya dan dia sangat ingat dengan jelas ke mana tubuhnya terhempas.“Itu sebuah kapal mini pribadi milik orang tuaku di Kanada. Seperti mereka sudah sengaja menungguku di bawah dan kemudian membawaku. Begitu kah?” tanya Zacky yang kemudian sudah ingat sepenuhnya tentang hal itu.Zacky keluar dari kamar mandi dan langsung menuju ke lemari pakaiannya. Lemari pakaian itu masih sama dengan yang sepuluh tahun lalu. Dan saat dia membuka pintunya pun, isinya masih tetap sama juga dengan yang dulu.Deretan baju kemeja dan jas kesayangan Zacky berderet di sana dengan rapi
“King! Aku yakin dia bisa membawamu ke jalan yang seharusnya kau tempuh,” jawab Zahra dengan keyakinan penuh.“Jangan konyol, Moms. Dia tidak sebanding denganku! Aku ini kakaknya, meski kami tidak sedarah. Aku tidak akan pernah tertarik dengan bocah ingusan seperti dia,” bantah Dayana dengan sangat tegas di depan Zahra dan wajahnya tampak sangat kesal.Dia segera pergi dari hadapan Zahra dan tidak ingin lagi membahas masalah yang sensitif itu. Bagaimanapun juga, Dayana menyadari bahwa dia sudah salah jalan. Namun, dia juga tidak meminta dirinya menjadi seperti itu. Semuanya terjadi dan mengalir apa adanya tanpa diminta dan dipaksa. Jadi, apa yang harus dia lakukan selain pasrah dan menerima semua keadaan itu dengan hati luas?Dayana memang gadis yang berasal dari keluarga terpandang dan bisa dikatakan semua yang dia lakukan pasti akan menjadi konsumsi publik. Akan tetapi, dia juga tidak bisa berpura-pura demi membuat orang lain senang dan puas. Dia ingin tetap menjadi dirinya sendiri,
Zahra tidak bisa berkata-kata saat baru saja mendengar pengakuan dari putrinya itu. Dadanya terasa penuh dan sangat sesak sehingga tidak bisa bernapas dengan baik. Dia tidak menduga bahwa Dayana akan mengakui hal besar dan sangat mengejutkan itu padanya dan Gerald.Saat ini Zahra bisa melihat perubahan warna pada wajah Gerald. Pria itu jelas sedang marah besar pada Dayana dan dia masih diam saja berusaha menahannya. Hal itu tentu saja mengingat bahwa Dayana adalah putri mereka satu-satunya.“Sayang ... tolong ralat lagi kata-katamu itu. Katakan padaku kalau kau hanya bercanda dan semua itu mungkin hanya sebuah prank atau kejutan untuk kami. Kau ingin membuat daddy marah seperti saat Mami marah ketika kalian bersekongkol membuatku cemburu dan marah besar saat itu kan?” tanya Zahra dengan menguatkan hati dan mencoba tetap tenang.“Tidak. Kali ini aku sangat serius dan aku memiliki pacar wanita. Dia adalah Jeslyn yang sering datang ke sini dan aku sering menginap di apartemennya,” jawab
Zahra kembali ke kediamannya dengan perasaan yang bercampur aduk. Dia baru saja mengunjungi pemakaman keluarganya dan kemudian mendapati fakta bahwa King menaruh hati pada Dayana. Dia tidak akan mempermasalahkan hal itu jika memang sudah begitu takdirnya.“Ada apa, Sayang? Kenapa kau senyum-senyum sendiri?” tanya Gerald yang menatap istrinya dengan pandangan heran.“Bukan apa-apa, Sayang. Aku hanya merasa lucu saat seorang pria menyukai gadis, tapi mereka selalu bertengkar tiap kali bertemu,” jawab Zahra kepada Gerald.“Siapa yang kau maksud? Apakah itu kisah kita dulu?” tanya Gerald dan langsung melingkarkan tangannya di pinggang Dayana.“Tidak. Aku mengatakan tentang King. Eh ... tapi, ternyata kisah kita juga hampir sama seperti itu. Dulu aku dan kau juga selalu saja berdebat dan bertengkar tiap kali bertemu.”“Kau benar, Sayang. Kau tahu? Semua itu membuatku senang dan hidupku menjadi lebih berwarna.”“Jadi, kau suka bertengkar denganku?”“Hem ... sepertinya aku lebih suka berteng
“Apa benar kau tidak masalah sendirian, Nak?” tanya Zahra pada King dengan suara yang sangat lembut.“Aku tidak sendiri, Moms. Masih ada mamiku juga di sini,” jawab King saat melihat Auriel turun dari tangga.“Kakak. Kapan kau datang?” tanya Auriel yang langsung menyapa Zahra dengan sangat ramah.“Belum lama. Aku bahkan sudah mengunjungi Zacky, Mami, dan Daddy bersama King.” Zahra menjawab sopan dan kemudian keduanya bercium pipi kanan dan pipi kiri.Zahra memang sudah menerima kehadiran Auriel dan King sejak lama. Mereka sudah sangat baik satu sama yang lainnya. Jadi, tidak ada alasan bagi mereka untuk saling berselisih lagi. Lagi pula, semuanya sudah cukup jelas dan tidak ada hal besar yang harus diperdebatkan lagi.“Silakan duduk, Kak. Aku akan membuatkanmu minum,” ucap Auriel dengan sangat ramah.“Tidak perlu, Sayang. Aku tidak tamu di sini dan jangan memperlakukanku seperti tamu,” tolak Zahra dengan senyum lebar.“Tapi, tidak ada salahnya seorang adik menjamu kakaknya yang datang
“Dad, aku dan Mami datang.”“Zack! Apa kau bahagia di sana bersama Bianca? Apa kau bertemu dengan Mami dan Daddy juga? Kalian pasti bahagia sudah berkumpul di sana bukan? Kenapa kalian semua meninggalkan aku sendiri di sini? Kalian tidak ingin mengajakku? Apakah aku masih begitu menyebalkan bagi kalian?”“Moms ...,” lirih King dengan nada pilu saat mendengar Zahra bertanya beruntun seperti itu di depan makam saudara kembarnya – Zacky.“Tuan Muda Zacky yang terhormat. Apa kau liat dengan siapa aku datang hari ini? Kau pasti senang melihatnya bukan? Lihatlah, dia begitu mirip denganmu saat kau masih muda. Aku bahkan merasa seperti usiaku baru dua puluh tahun saat berada di sampingnya,” ungkap Zahra yang sengaja menghibur diri dengan berkelakar seperti itu.King hanya bisa tersenyum tipis saat mendengar candaan Zahra pada Zacky yang kini hanya bisa mereka temui dalam bentuk batu nisan yang indah dan elegan itu. Meskipun begitu, Zahra tampak sangat bahagia dan seperti dia memang sedang be
Auriel sangat bahagia saat melihat putranya sudah kembali tersenyum dan tertawa seperti itu. Sudah sejak lama dia tidak melihat tawa King yang begitu lepas, bahkan dulu dia nyaris tak pernah tersenyum sama sekali. Hal itu membuat hati Auriel merasa sedih dan juga merasa bersalah karena tidak bisa membayangkan apa yang terjadi dalam hati putranya itu.“Aku berpikir, Mami akan memberikan syarat yang luar biasa dan membuatku sedikit takut,” ucap King kepada Auriel yang masih menatap putranya yang dulu kecil itu tertawa bahagia.“Aku mana mungkin memberikan syarat yang membuatmu menderita, Nak. Kau adalah sumber kebahagiaanku dan kau adalah segalanya dalam hidupku. Karena kau ada, makanya aku masih ada dan berdiri di depanmu saat ini, Sayang.” Auriel mengungkapkan isi hatinya kepada King dengan sungguh-sungguh.“Oh, Moms. Jangan bicara seperti itu lagi dan membuat aku sedih.”“No, Sayang. Kau tidak boleh lagi bersedih setelah banyaknya kesedihan yang sudah kita lalui bersama dengan hebat.
“Apa kau benar-benar tidak akan datang, Sam?” tanya Queen yang saat ini masih membuka jendela kamarnya dan menunggu kedatangan sang kekasih.Dia berharap, Samuel bisa segera menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan kembali menemui dirinya. Cinta baru saja bersemi di antara mereka. Tentu saja hati berbunga bunga dan masih tetap ingin bersama lebih lama. Akan tetapi, sepertinya semua itu tidak akan terjadi malam ini dan Queen tidak bisa lebih lama menunggu.Gadis itu terlelap setelah jam dinding berada di angka satu. Dia tidak bisa lagi menahan kantuknya dan dia sadar bahwa Samuel tidak akan datang malam ini.“Selamat malam, Sayang. Apa kau menungguku datang?” tanya sebuah suara yang berbisik di telinga Queen saat ini.Perlahan, Queen membuka matanya dan wajah seorang pria tampak samar-samar di hadapannya saat ini. Pria itu tersenyum dengan sangat manis padanya dan memberikan sebuah kecupan di bibirnya. Dari kecupan itu saja, Queen tahu bahwa Samuel telah datang malam ini.“Aku menun
Charlos tidak pernah menyangka jika hidupnya akan didatangi oleh seorang gadis ingusan seperti Thabita. Dia tidak hanya menyebalkan, tapi juga sangat menganggu sehingga Charlos kehilangan waktu istirahatnya karena gadis itu terus saja mengusik ketenangannya.“Berhentilah bermain-main, Thabita. Aku tidak suka bercanda untuk masalah pernikahan!” tegur Charlos sekali lagi kepada Thabita dengan wajah yang masam.“Aku juga tidak pernah main-main soal pernikahan. Bukankah pernikahan itu adalah impian semua orang? Aku selalu bermimpi mempunyai suami yang usianya lebih tua dariku,” sahut Thabita yang tidak mau kalah.“Kalau begitu, kau carilah sugar daddy yang mau mengurusmu! Aku belum terlalu tua asal kau tahu!”“Usiamu bahkan sudah menginjak kepala 4 bukan? Apa itu belum terlalu tua namanya?” tanya Thabita dan jelas ucapan gadis itu membuat Charlos kehilangan kendalinya saat ini.Bagaimanapun juga, Charlos adalah pria biasa yang masih memiliki emosi tak terkontrol. Dia sudah biasa dilatih d
Namun, meskipun Thabita senang mendengarnya dia tentu juga merasa bingung dengan pernyataan Charlos tadi. Apakah benar pria itu akan membawanya pulang bersama rombongan tuan besarnya? Bukankah Charlos hanyalah seorang ajudan dan semua itu pasti tidak mudah baginya untuk berhasil meyakinkan bos untuk membawa wanita asing bersama mereka pulang.“Apa lagi yang kau pikirkan? Jangan banyak bergerak dan tetaplah tenang di atas ranjang ini. Aku tidak akan mengobati lukamu lagi jika kau masih tidak mendengarkan aku!” ancam Charlos pada Thabita dengan tegas dan terdengar tidak main-main.“Baiklah, Sayang. Apapun yang kau katakan,” sahut Thabita sengaja menggoda Charlos dengan sebutan sayang.Benar saja, wajah Charlos langsung memerah seperti merasa malu dan tidak bisa tenang di depan Thabita. Bagaimana bisa dia menjadi tidak konsen saat Thabita memanggilnya sayang seperti tadi? Apa yang gadis itu pikirkan dan Charlos membalikkan badan untuk membuang kecanggungannya dengan alasan akan meletakka