“Kenapa?” tanya Brian singkat.“Karena dia adalah daddy -mu!” jawab Albert juga dengan singkat.“Siapa? Dia? Bukan kah dia Paman Kane? Bagaimana dia bisa menjadi daddy ku sekarang? Apa dia akan menikah dengan ibuku?” tany Brian dengan kritis dan penuh selidik.“Bukan, Nak. Bukan seperti itu,” bantah Albert dengan frustasi dan sesungguhnya tenaga dan juga pemikiran Albert sudah jauh menurun dibandingkan dengan dirinya yang muda dulu.Sementara Zacky masih diam memperhatikan gerak gerik bocah berusia sebelas atau mungkin dua belas tahunan itu. Bocah yang sudah sangat lama dia tinggalkan tanpa kabar berita. Anak laki-lakinya itu dulu masih berusia sekitar lebih kurang satu tahun saat mereka berlibur ke negara terakhir – Kanada.Negara itu juga menjadi negara yang memisahkan mereka cukup lama dan akhirnya takdir mempertemukan mereka kembali sekarang. Setelah satu windu berlalu, Zacky tentu saja masih teringat wajah mungil Brian yang tertawa ceria ketika ia menggendongnya dulu.“Peluk aku,
Proses pemakaman Olivia berjalan dengan sangat haru biru. Tidak ada yang bisa terima kepergian Olivia yang mendadak itu. Apalagi, dia baru saja bertemu dengan Zacky yang telah sepuluh tahun ini dirindukan dan ditunggunya.Zacky merasa sangat bersalah karena sudah membuat ibunya menunggu begitu lama untuk bisa pergi dengan tenang ke surga. Hanya sampai Olivia mengetahui bahwa dia adalah Zacky dan dia sudah kembali saja, maka secepat itu pula Olivia langsung pergi menghadap sang penciptanya.“Bagaimana mami bisa pergi begitu saja tanpa menungguku? Apa dia sengaja, Dad?” tanya Zahra dengan meraung di dalam pelukan suaminya – Gerald.“Aku juga tidak melihat kepergian mamimu, Sayang. Dia pergi dengan tenang tanpa memberikan kita kesempatan untuk bisa bertemu dan bicara dengannya yang terakhir kalinya,” jawab Albert kepada Olivia dengan nada sendu.“Dia menunggumu, Dad! Selama ini dia hanya menunggumu pulang!” ucap Brian dengan tegas dan menatap lekat pada wajah Zacky yang sudah berubah tot
Tanpa disadari oleh Zacky, genggaman tangannya kepada Bianca mengendur begitu matanya tak bisa lepas dari sosok bernama Auriel itu. Ia terus menatap Auriel hingga Bianca tak bisa untuk tidak merasa penasaran. Saat Bianca menatap ke arah pandangan Zacky tertuju, ia menduga pasti ada sesuatu antara Zacky dengan gadis itu.Bianca bisa menebak bahwa Auriel jauh lebih muda dari dirinya dan juga Zacky. Usia Auriel terlihat seperti masih dua puluhan tahun. Tentu saja jauh sekali dengan mereka yang sudah tiga puluhan menjelang empat puluh tahun.“Siapa dia, Zack?” tanya Bianca dengan sedikit berbisik.“Temanku,” jawab Zacky singkat dan kemudian kembali menghadap ke tempat yang seharusnya.Zahra dan Gerald tentu saja bisa melihat keanehan pada sepasang suami istri di seberang mereka. Namun, merek tidak bisa untuk bertanya atau ikut campur sekarang. Mereka harus tetap berdiri di sana sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada Olivia dan juga menghormati tamu yang datang untuk mengucapkan belas
Auriel masih merenung di atas ranjangnya dan kembali memikirkan kejadian tadi. Bagaimana mungkin jika Kane ternyata adalah Zacky dan sekarang dia akan kembali kepada keluarga besarnya. Yang mana itu artinya Kane sudah memiliki istri dan seorang anak lelaki yang tadi berbicara dengannya. Sungguh, Auriel tidak bisa menerima semuanya itu dengan mudah.“Mana bisa aku diam saja dengan semua ini? Bagiku dia adalah Kane, dan aku tidak pernah merebutnya dari wanita gila itu! Kami menjalin hubungan selama ini dengan serius dan aku tidak akan pernah merelakan dia bersama wanita itu, meski dia memang benar adalah Zacky!” batin Auriel berkata dengan penuh tekad.Dia mulai mengatur rencana bagaimana bisa bertemu dengan Zacky lagi dan setelah itu meminta hubungan mereka kembali dijelaskan. Auriel jelas tidak mau dan tidak menerima perpisahan yang dikatakan oleh Zacky secara sepihak kemarin itu.Baginya, saat itu sang kekasih hanya sedang emosi karena mera
“Apa kau punya hubungan spesial dengannya, Sayang?” tanya Bianca curiga terhadap Zacky. “Tidak. Mana mungkin!” bantah Zacky tegas memberikan jawabannya. “Lalu ... kenapa sepertinya dia tidak terima ketika kau ternyata adalah Zacky dan kau adalah putra sulung keluarga ini? Atau ... lebih tepatnya mungkin dia tidak bisa menerima statusmu yang ternyata sudah beristri dan memiliki seorang putra,” ungkap Bianca lagi semakin membuat suasan di meja makan terasa sangat menegangkan. “Ehem ... aku sudah selesai makan. Sebaiknya aku langsung ke kamar karena kalian sedang bicara masalah orang dewasa,” pamit Brian kepada semua orang dengan sangat pengertian. Bianca merasa tersentuh dengan sikap dan ucapan Brian itu. Dia memang sangat pengertian dan tidak pernah mau ikut campur dalam masalah yang bukan menjadi ranahnya. Brian tidak pernah merasa dirinya berhak untuk mencampuri urusan orang tuanya. “Baiklah, Sayang. Istirahat lah lebih awal, karena besok kau akan melakukan banyak kegiatan untuk
Zacky tentu saja sangat terkejut mendengar pertanyaan yang keluar dari bibir Auriel. Apa yang gadis itu sudah katakan padanya? Apakah dia mencoba untuk mengikat Zacky dengan kehamilan yang jelas tidak mungkin terjadi? Zacky masih menatap Auriel dengan perasaan penuh tanda tanya.“Apa yang baru saja kau katakan? Coba ulangi lagi!” titah Zacky setelah menyesuaikan suasana hatinya.“Aku hamil, Kane. Ini anak kita,” ucap Auriel sambil mengelus perutnya yang polos dan tersenyum penuh rasa bahagia bercampur haru.Air mata tampak menggenang di netranya dan Zacky masih menatap tidak percaya. “Tidak! Kau tidak boleh hamil, Sayang! Dan bagaimana itu bisa terjadi? Aku selalu memakai pengaman saat kita melakukannya.”“Apa kau lupa sesuatu? Pernah satu kali kau melakukannya dan tak memakai pengaman. Bisa saja saat itu lah masa suburku dan pembuahannya terjadi. Sekarang aku hamil, dan ini adalah darah dagingmu. Kau tidak boleh menyangkalnya, Kane!”“Aku ... aku akan menikah dan menjalani lagi perni
Bagaimana pun juga, Bianca merasa bahwa ada rahasia yang sedang disembunyikan oleh suaminya itu. Bianca memang sudah lebih dari sepuluh tahun tidak bersama dengan Zacky. Namun, bukan berarti Bianca lupa segalanya tentang lelaki itu.Bianca enggan memicu keributan lebih jauh lagi, terutama karena hari masih pukul tiga pagi. Ia jelas tidak mau membuat seisi rumah menjadi terganggu karena masalah yang sedang dihadapinya bersama Zacky dan juga masalah ini juga belum jelas bagaimana kelanjutannya. Zacky masih tidak mengatakan tentang wanita bernama Auriel yang namanya tidak sengaja ia sebut saat makan malam tadi."Tidur lah lagi, Sayang. Jangan terlalu banyak berpikir untuk saat ini. Kau dan bayi kita butuh banyak istirahat dan juga ketenangan." Zacky memberikan perintah kepada Bianca untuk melanjutkan tidurnya."Apa yang akan kau lakukan jika aku tidur?" tanya Bianca dengan nada heran."Aku akan mengerjakan pekerjaan kantor. Besok pagi ini akan dipakai untuk bahan materi proyek baru yang a
“Jangan mengatakan hal itu lagi, Zack! Kau pikir, aku tidak tahu apa yang terjadi denganmu? Kau bahkan tidak menjaga kesetiaanmu pada Bianca setelah kembali dari masa lalu yang suram itu,” ungkap Albert kepada Zacky dengan raut wajah yang memerah menahan marah.“Aku tahu kalau kau sudah mengetahui segalanya, Dad! Tapi, apa yang bisa aku lakukan sekarang? Aku sudah mencintainya sejak dulu, bahkan sebelum aku tahu bahwa ini lah jati diriku yang sesungguhnya,” terang Zacky yang tentu saja tidak merasa terkejut dengan ucapan ayahnya itu.“Kau tidak memikirkan perasaan Bianca?” tanya Albert lagi dengan ketus.“Tentu saja aku memikirkan dia. Tapi, hatiku dan pikiranku juga tidak bisa mengabaikan kehadiran Auriel. Dia pernah menjadi satu-satuny wanita yang membuatku tenang dan nyaman. Memberikan aku cinta dan kepuasan.”“Maka itu, sekarang lepaskan lah dia! Kau bisa mendapatkan semuanya dari Bianca mulai sekarang. Jangan lagi kau mengusik hidup gadis itu.”“Sayangnya itu tidak bisa, Dad! Awa
“King! Aku yakin dia bisa membawamu ke jalan yang seharusnya kau tempuh,” jawab Zahra dengan keyakinan penuh.“Jangan konyol, Moms. Dia tidak sebanding denganku! Aku ini kakaknya, meski kami tidak sedarah. Aku tidak akan pernah tertarik dengan bocah ingusan seperti dia,” bantah Dayana dengan sangat tegas di depan Zahra dan wajahnya tampak sangat kesal.Dia segera pergi dari hadapan Zahra dan tidak ingin lagi membahas masalah yang sensitif itu. Bagaimanapun juga, Dayana menyadari bahwa dia sudah salah jalan. Namun, dia juga tidak meminta dirinya menjadi seperti itu. Semuanya terjadi dan mengalir apa adanya tanpa diminta dan dipaksa. Jadi, apa yang harus dia lakukan selain pasrah dan menerima semua keadaan itu dengan hati luas?Dayana memang gadis yang berasal dari keluarga terpandang dan bisa dikatakan semua yang dia lakukan pasti akan menjadi konsumsi publik. Akan tetapi, dia juga tidak bisa berpura-pura demi membuat orang lain senang dan puas. Dia ingin tetap menjadi dirinya sendiri,
Zahra tidak bisa berkata-kata saat baru saja mendengar pengakuan dari putrinya itu. Dadanya terasa penuh dan sangat sesak sehingga tidak bisa bernapas dengan baik. Dia tidak menduga bahwa Dayana akan mengakui hal besar dan sangat mengejutkan itu padanya dan Gerald.Saat ini Zahra bisa melihat perubahan warna pada wajah Gerald. Pria itu jelas sedang marah besar pada Dayana dan dia masih diam saja berusaha menahannya. Hal itu tentu saja mengingat bahwa Dayana adalah putri mereka satu-satunya.“Sayang ... tolong ralat lagi kata-katamu itu. Katakan padaku kalau kau hanya bercanda dan semua itu mungkin hanya sebuah prank atau kejutan untuk kami. Kau ingin membuat daddy marah seperti saat Mami marah ketika kalian bersekongkol membuatku cemburu dan marah besar saat itu kan?” tanya Zahra dengan menguatkan hati dan mencoba tetap tenang.“Tidak. Kali ini aku sangat serius dan aku memiliki pacar wanita. Dia adalah Jeslyn yang sering datang ke sini dan aku sering menginap di apartemennya,” jawab
Zahra kembali ke kediamannya dengan perasaan yang bercampur aduk. Dia baru saja mengunjungi pemakaman keluarganya dan kemudian mendapati fakta bahwa King menaruh hati pada Dayana. Dia tidak akan mempermasalahkan hal itu jika memang sudah begitu takdirnya.“Ada apa, Sayang? Kenapa kau senyum-senyum sendiri?” tanya Gerald yang menatap istrinya dengan pandangan heran.“Bukan apa-apa, Sayang. Aku hanya merasa lucu saat seorang pria menyukai gadis, tapi mereka selalu bertengkar tiap kali bertemu,” jawab Zahra kepada Gerald.“Siapa yang kau maksud? Apakah itu kisah kita dulu?” tanya Gerald dan langsung melingkarkan tangannya di pinggang Dayana.“Tidak. Aku mengatakan tentang King. Eh ... tapi, ternyata kisah kita juga hampir sama seperti itu. Dulu aku dan kau juga selalu saja berdebat dan bertengkar tiap kali bertemu.”“Kau benar, Sayang. Kau tahu? Semua itu membuatku senang dan hidupku menjadi lebih berwarna.”“Jadi, kau suka bertengkar denganku?”“Hem ... sepertinya aku lebih suka berteng
“Apa benar kau tidak masalah sendirian, Nak?” tanya Zahra pada King dengan suara yang sangat lembut.“Aku tidak sendiri, Moms. Masih ada mamiku juga di sini,” jawab King saat melihat Auriel turun dari tangga.“Kakak. Kapan kau datang?” tanya Auriel yang langsung menyapa Zahra dengan sangat ramah.“Belum lama. Aku bahkan sudah mengunjungi Zacky, Mami, dan Daddy bersama King.” Zahra menjawab sopan dan kemudian keduanya bercium pipi kanan dan pipi kiri.Zahra memang sudah menerima kehadiran Auriel dan King sejak lama. Mereka sudah sangat baik satu sama yang lainnya. Jadi, tidak ada alasan bagi mereka untuk saling berselisih lagi. Lagi pula, semuanya sudah cukup jelas dan tidak ada hal besar yang harus diperdebatkan lagi.“Silakan duduk, Kak. Aku akan membuatkanmu minum,” ucap Auriel dengan sangat ramah.“Tidak perlu, Sayang. Aku tidak tamu di sini dan jangan memperlakukanku seperti tamu,” tolak Zahra dengan senyum lebar.“Tapi, tidak ada salahnya seorang adik menjamu kakaknya yang datang
“Dad, aku dan Mami datang.”“Zack! Apa kau bahagia di sana bersama Bianca? Apa kau bertemu dengan Mami dan Daddy juga? Kalian pasti bahagia sudah berkumpul di sana bukan? Kenapa kalian semua meninggalkan aku sendiri di sini? Kalian tidak ingin mengajakku? Apakah aku masih begitu menyebalkan bagi kalian?”“Moms ...,” lirih King dengan nada pilu saat mendengar Zahra bertanya beruntun seperti itu di depan makam saudara kembarnya – Zacky.“Tuan Muda Zacky yang terhormat. Apa kau liat dengan siapa aku datang hari ini? Kau pasti senang melihatnya bukan? Lihatlah, dia begitu mirip denganmu saat kau masih muda. Aku bahkan merasa seperti usiaku baru dua puluh tahun saat berada di sampingnya,” ungkap Zahra yang sengaja menghibur diri dengan berkelakar seperti itu.King hanya bisa tersenyum tipis saat mendengar candaan Zahra pada Zacky yang kini hanya bisa mereka temui dalam bentuk batu nisan yang indah dan elegan itu. Meskipun begitu, Zahra tampak sangat bahagia dan seperti dia memang sedang be
Auriel sangat bahagia saat melihat putranya sudah kembali tersenyum dan tertawa seperti itu. Sudah sejak lama dia tidak melihat tawa King yang begitu lepas, bahkan dulu dia nyaris tak pernah tersenyum sama sekali. Hal itu membuat hati Auriel merasa sedih dan juga merasa bersalah karena tidak bisa membayangkan apa yang terjadi dalam hati putranya itu.“Aku berpikir, Mami akan memberikan syarat yang luar biasa dan membuatku sedikit takut,” ucap King kepada Auriel yang masih menatap putranya yang dulu kecil itu tertawa bahagia.“Aku mana mungkin memberikan syarat yang membuatmu menderita, Nak. Kau adalah sumber kebahagiaanku dan kau adalah segalanya dalam hidupku. Karena kau ada, makanya aku masih ada dan berdiri di depanmu saat ini, Sayang.” Auriel mengungkapkan isi hatinya kepada King dengan sungguh-sungguh.“Oh, Moms. Jangan bicara seperti itu lagi dan membuat aku sedih.”“No, Sayang. Kau tidak boleh lagi bersedih setelah banyaknya kesedihan yang sudah kita lalui bersama dengan hebat.
“Apa kau benar-benar tidak akan datang, Sam?” tanya Queen yang saat ini masih membuka jendela kamarnya dan menunggu kedatangan sang kekasih.Dia berharap, Samuel bisa segera menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan kembali menemui dirinya. Cinta baru saja bersemi di antara mereka. Tentu saja hati berbunga bunga dan masih tetap ingin bersama lebih lama. Akan tetapi, sepertinya semua itu tidak akan terjadi malam ini dan Queen tidak bisa lebih lama menunggu.Gadis itu terlelap setelah jam dinding berada di angka satu. Dia tidak bisa lagi menahan kantuknya dan dia sadar bahwa Samuel tidak akan datang malam ini.“Selamat malam, Sayang. Apa kau menungguku datang?” tanya sebuah suara yang berbisik di telinga Queen saat ini.Perlahan, Queen membuka matanya dan wajah seorang pria tampak samar-samar di hadapannya saat ini. Pria itu tersenyum dengan sangat manis padanya dan memberikan sebuah kecupan di bibirnya. Dari kecupan itu saja, Queen tahu bahwa Samuel telah datang malam ini.“Aku menun
Charlos tidak pernah menyangka jika hidupnya akan didatangi oleh seorang gadis ingusan seperti Thabita. Dia tidak hanya menyebalkan, tapi juga sangat menganggu sehingga Charlos kehilangan waktu istirahatnya karena gadis itu terus saja mengusik ketenangannya.“Berhentilah bermain-main, Thabita. Aku tidak suka bercanda untuk masalah pernikahan!” tegur Charlos sekali lagi kepada Thabita dengan wajah yang masam.“Aku juga tidak pernah main-main soal pernikahan. Bukankah pernikahan itu adalah impian semua orang? Aku selalu bermimpi mempunyai suami yang usianya lebih tua dariku,” sahut Thabita yang tidak mau kalah.“Kalau begitu, kau carilah sugar daddy yang mau mengurusmu! Aku belum terlalu tua asal kau tahu!”“Usiamu bahkan sudah menginjak kepala 4 bukan? Apa itu belum terlalu tua namanya?” tanya Thabita dan jelas ucapan gadis itu membuat Charlos kehilangan kendalinya saat ini.Bagaimanapun juga, Charlos adalah pria biasa yang masih memiliki emosi tak terkontrol. Dia sudah biasa dilatih d
Namun, meskipun Thabita senang mendengarnya dia tentu juga merasa bingung dengan pernyataan Charlos tadi. Apakah benar pria itu akan membawanya pulang bersama rombongan tuan besarnya? Bukankah Charlos hanyalah seorang ajudan dan semua itu pasti tidak mudah baginya untuk berhasil meyakinkan bos untuk membawa wanita asing bersama mereka pulang.“Apa lagi yang kau pikirkan? Jangan banyak bergerak dan tetaplah tenang di atas ranjang ini. Aku tidak akan mengobati lukamu lagi jika kau masih tidak mendengarkan aku!” ancam Charlos pada Thabita dengan tegas dan terdengar tidak main-main.“Baiklah, Sayang. Apapun yang kau katakan,” sahut Thabita sengaja menggoda Charlos dengan sebutan sayang.Benar saja, wajah Charlos langsung memerah seperti merasa malu dan tidak bisa tenang di depan Thabita. Bagaimana bisa dia menjadi tidak konsen saat Thabita memanggilnya sayang seperti tadi? Apa yang gadis itu pikirkan dan Charlos membalikkan badan untuk membuang kecanggungannya dengan alasan akan meletakka