Mereka bertiga akhirnya saling tersenyum dan kemudian tertawa dengan bahagia. Queen sudah bisa melupakan sedikit kesedihannya karena baru saja ditinggal pergi oleh Samuel. Dia akan meyakinkan hatinya bahwa Samuel pasti akan menepati janji dengan datang secepat mungkin menemuinya. Meskipun sampai saat ini Queen tidak tahu pekerjaan apa yang dikerjakan oleh Samuel dan membuatnya seperti sangat terkekang itu.Samuel bahkan tidak bisa bertemu dengan dirinya dan itu tentu saja membuat Queen merasa sangat sedih. Saat makan siang di tepi pantai dan ditemani terpaan angin yang terasa sangat dingin di kulit, tapi cuaca masih panas cetar membahana.“Kak, apakah kau tahu sesuatu tentang Samuel?” tanya Queen di sela menikmati puding buah di dalam cup keramik mahalnya itu.“Tentu. Apa yang tidak bisa aku ketahui selama dia masih ada di negara-negara kekuasaan kita!” jawab Brian dengan nada sombong dan tatapannya tertuju pada Naomi.Di balik kacamata merah yang berfungsi untuk melindungi bola mata
Paulina tidak ingin mengganggu putrinya dan hanya bisa tersenyum dengan hati bahagia. Dia tahu sekarang Queen sedang dilanda asmara dan dimabuk cinta. Jadi, dia tak ingin mengganggunya untuk tetap tinggal dan bermain di tepi pantai.Sama halnya dengan Queen yang beranjak dari meja makan itu, sepertinya Charlos juga ingin segera kembali ke kamarnya. Di sana masih ada seorang gadis yang terbaring di atas ranjang tidurnya.“Tuan, apa ada yang harus aku kerjakan di sini?” tanya Charlos kepada Brian dan tidak berani melirik ke arah Naomi yang sudah memakai bikini pantai.“Tidak. Aku dan istriku akan berselancar di pinggir pantai,” jawab Brian yang juga sudah siap dengan seragam renangnya.“Apakah itu aman? Atau aku perlu mendampingimu, Tuan?” tanya Charlos lagi yang merasa itu adalah hal yang harus didampingi karena cukup berbahaya.“Tidak. Aku bisa menjaga diriku dan istriku sendiri. Kau tidak dibutuhkan, Charlos! Pergilah dan urus wanita yang tidur di ranjangmu itu. Mungkin, dia butuh ke
Thabita tidak dapat bergerak ketika dia melihat dengan jelas bahwa wajah Charlos berada tepat di depan wajahnya saat ini. Begitu pula dengan Charlos yang dapat melihat wajah Thabita dalam mimik yang pucat dan juga gugup. Sebenarnya, Charlos pun merasa tidak tenang berada sedekat ini dengan seorang wanita.“Kau sangat membuatku repot! Aku sudah bilang jangan banyak bergerak, tapi kau malah mencoba untuk tetap berjalan!” gerutu Charlos dengan nada kesal dan kemudian menjauhkan dirinya dari Thabita.“A-aku tadi merasa sudah baikan dan berharap sudah bisa untuk berjalan.” Thabita berkata dengan ragu.“Kenapa? Memangnya kau akan ke mana?” tanya Charlos dengan nada heran sembari membuka kotak perlengkapan pertolongan pertama yang kini sudah ada di tangannya.“Kau ingin pergi dengan keadaan terluka parah seperti ini?” tanya Charlos mengulangi lagi ucapannya.“Aku sudah mendengar yang kalian bicarakan. Bukannya kalian akan pergi besok pagi? Itu artinya hanya malam ini waktuku di sini dan sete
Namun, meskipun Thabita senang mendengarnya dia tentu juga merasa bingung dengan pernyataan Charlos tadi. Apakah benar pria itu akan membawanya pulang bersama rombongan tuan besarnya? Bukankah Charlos hanyalah seorang ajudan dan semua itu pasti tidak mudah baginya untuk berhasil meyakinkan bos untuk membawa wanita asing bersama mereka pulang.“Apa lagi yang kau pikirkan? Jangan banyak bergerak dan tetaplah tenang di atas ranjang ini. Aku tidak akan mengobati lukamu lagi jika kau masih tidak mendengarkan aku!” ancam Charlos pada Thabita dengan tegas dan terdengar tidak main-main.“Baiklah, Sayang. Apapun yang kau katakan,” sahut Thabita sengaja menggoda Charlos dengan sebutan sayang.Benar saja, wajah Charlos langsung memerah seperti merasa malu dan tidak bisa tenang di depan Thabita. Bagaimana bisa dia menjadi tidak konsen saat Thabita memanggilnya sayang seperti tadi? Apa yang gadis itu pikirkan dan Charlos membalikkan badan untuk membuang kecanggungannya dengan alasan akan meletakka
Charlos tidak pernah menyangka jika hidupnya akan didatangi oleh seorang gadis ingusan seperti Thabita. Dia tidak hanya menyebalkan, tapi juga sangat menganggu sehingga Charlos kehilangan waktu istirahatnya karena gadis itu terus saja mengusik ketenangannya.“Berhentilah bermain-main, Thabita. Aku tidak suka bercanda untuk masalah pernikahan!” tegur Charlos sekali lagi kepada Thabita dengan wajah yang masam.“Aku juga tidak pernah main-main soal pernikahan. Bukankah pernikahan itu adalah impian semua orang? Aku selalu bermimpi mempunyai suami yang usianya lebih tua dariku,” sahut Thabita yang tidak mau kalah.“Kalau begitu, kau carilah sugar daddy yang mau mengurusmu! Aku belum terlalu tua asal kau tahu!”“Usiamu bahkan sudah menginjak kepala 4 bukan? Apa itu belum terlalu tua namanya?” tanya Thabita dan jelas ucapan gadis itu membuat Charlos kehilangan kendalinya saat ini.Bagaimanapun juga, Charlos adalah pria biasa yang masih memiliki emosi tak terkontrol. Dia sudah biasa dilatih d
“Apa kau benar-benar tidak akan datang, Sam?” tanya Queen yang saat ini masih membuka jendela kamarnya dan menunggu kedatangan sang kekasih.Dia berharap, Samuel bisa segera menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan kembali menemui dirinya. Cinta baru saja bersemi di antara mereka. Tentu saja hati berbunga bunga dan masih tetap ingin bersama lebih lama. Akan tetapi, sepertinya semua itu tidak akan terjadi malam ini dan Queen tidak bisa lebih lama menunggu.Gadis itu terlelap setelah jam dinding berada di angka satu. Dia tidak bisa lagi menahan kantuknya dan dia sadar bahwa Samuel tidak akan datang malam ini.“Selamat malam, Sayang. Apa kau menungguku datang?” tanya sebuah suara yang berbisik di telinga Queen saat ini.Perlahan, Queen membuka matanya dan wajah seorang pria tampak samar-samar di hadapannya saat ini. Pria itu tersenyum dengan sangat manis padanya dan memberikan sebuah kecupan di bibirnya. Dari kecupan itu saja, Queen tahu bahwa Samuel telah datang malam ini.“Aku menun
Auriel sangat bahagia saat melihat putranya sudah kembali tersenyum dan tertawa seperti itu. Sudah sejak lama dia tidak melihat tawa King yang begitu lepas, bahkan dulu dia nyaris tak pernah tersenyum sama sekali. Hal itu membuat hati Auriel merasa sedih dan juga merasa bersalah karena tidak bisa membayangkan apa yang terjadi dalam hati putranya itu.“Aku berpikir, Mami akan memberikan syarat yang luar biasa dan membuatku sedikit takut,” ucap King kepada Auriel yang masih menatap putranya yang dulu kecil itu tertawa bahagia.“Aku mana mungkin memberikan syarat yang membuatmu menderita, Nak. Kau adalah sumber kebahagiaanku dan kau adalah segalanya dalam hidupku. Karena kau ada, makanya aku masih ada dan berdiri di depanmu saat ini, Sayang.” Auriel mengungkapkan isi hatinya kepada King dengan sungguh-sungguh.“Oh, Moms. Jangan bicara seperti itu lagi dan membuat aku sedih.”“No, Sayang. Kau tidak boleh lagi bersedih setelah banyaknya kesedihan yang sudah kita lalui bersama dengan hebat.
“Dad, aku dan Mami datang.”“Zack! Apa kau bahagia di sana bersama Bianca? Apa kau bertemu dengan Mami dan Daddy juga? Kalian pasti bahagia sudah berkumpul di sana bukan? Kenapa kalian semua meninggalkan aku sendiri di sini? Kalian tidak ingin mengajakku? Apakah aku masih begitu menyebalkan bagi kalian?”“Moms ...,” lirih King dengan nada pilu saat mendengar Zahra bertanya beruntun seperti itu di depan makam saudara kembarnya – Zacky.“Tuan Muda Zacky yang terhormat. Apa kau liat dengan siapa aku datang hari ini? Kau pasti senang melihatnya bukan? Lihatlah, dia begitu mirip denganmu saat kau masih muda. Aku bahkan merasa seperti usiaku baru dua puluh tahun saat berada di sampingnya,” ungkap Zahra yang sengaja menghibur diri dengan berkelakar seperti itu.King hanya bisa tersenyum tipis saat mendengar candaan Zahra pada Zacky yang kini hanya bisa mereka temui dalam bentuk batu nisan yang indah dan elegan itu. Meskipun begitu, Zahra tampak sangat bahagia dan seperti dia memang sedang be