“Dimana Gerald dan Dayana? Aku ingin bertemu dengan mereka berdua.” Itu lah kata pertama yang Zahra ucapkan saat ia baru saja sadar dari tidur panjangnya. “Hei, aku di sini. Apa kau sama sekali tidak merindukanku sama sekali?” tanya Zacky mencoba mengingatkan dan menyadarkan Zahra bahwa dirinya ada di bersama Zahra saat ini. “Apa namamu Gerald? Atau mungkin Dayana?” tanya Zahra dengan nada ketus. “Zahra! Kau tidak perlu menanyakan keberadaan bajingan itu lagi. Aku sudah berhasil mengusirnya jauh-jauh dari hidupmu. Berterima kasih lah padaku,” sambung Zacky dengan nada bangga. “Kau tidak dengar apa yang tadi aku katakan? Aku hanya ingin bertemu dengan dua orang yang Namanya aku sebutkan tadi. Apa kau tuli? Jangan menemuiku sebelum kau membawa kedua orang itu kemari!” titah Zahra yang untuk pertama kalinya bersikap memerintah pada Zacky. “Zack! Sebaiknya kau menuruti permintaan Zahra. Papi yakin, keinginannya itulah yang akhirnya membawa semangat dalam dirinya hingga Zahra bisa kem
“Kenapa kau datang lagi kesini, Zack? Bukan kah aku sudah mengatakan bahwa aku tidak ingin bertemu dengan siapa pun saat ini?” tanya Zahra saat melihat Zacky datang melenggang sendirian ke dalam kamar tempatnya menginap. “Aku ingin bertemu denganmu, apa lagi memangnya?” jawab Zacky dengan santai dan terus berjalan mendekati ranjang Zahra. “Aku tidak ingin bertemu denganmu! Pergilah!” ucap Zahra dan membuang mukanya, enggan untuk mellihat kepada Zacky lagi. “Ckckck…. Kau sombong sekali, Gadis Manja. Aku yang selalu menemanimu pagi, siang, dan malam di rumah sakit ini kalau kau lupa,” balas Zacky seakan mencoba mengingatkan Zahra. “Aku tahu itu, dan kau tak perlu terus mengungkitnya.” “Kalau begitu, berikan aku bayaran untuk semua usahaku selama ini.” “Apa yang kau inginkan? Semua warisan atas namaku? Baik, aku akan memindah namakan semua atas namamu, dan kau bisa pulang sekarang. Pergi dan temuilah istrimu!” Zahra mengatakan semua itu masih dengan tanpa menoleh pada Zacky yang sa
“Kemana kau akan pergi, Zack?” tanya Bianca yang heran melihat penampilan suaminya yang sudah sangat rapi dan berbeda dari biasanya. “Aku ada urusan penting yang harus kuselesaikan saat ini juga. Tunggu dan diam saja lah, jangan banyak bicara.” Zacky menjawab dengan sangat ketus pada Bianca. “Tapi, bukan kah kita sudah ada janji malam ini. Apakah kau akan pulang sebelum malam?” tanya Bianca lagi dengan penasaran. “Aku belum tahu. Akan aku usahakan pulang secepatnya,” balas Zacky lagi dengan ekspresi dingin. Kemudian Zacky berjalan keluar dari kamar dan meninggalkan Bianca yang masih duduk di tepi kasur sambil memangku putra mereka yang bernama Brian itu. Bianca heran dengan perubahan sikap Zacky yang tiba-tiba. Pasalnya, semalam mereka masih baik-baik saja dan tidak ada pertengkaran yang berarti. Malah, Zacky sudah berjanji akan membawa Bian dan Brian untuk dinner malam ini. Tapi, apa yang baru saja terjadi membuat Bianca tidak yakin bahwa malam nanti Zacky akan menepati janjinya
Di dalam perjalanan menuju Hotel Abra, notifikasi di ponsel Bianca kembali berbunyi. Bianca membuka pesan masuk dari nomor tidak di kenal itu. Alis Bianca mengkerut menjadi tujuh saat membaca isi pesan itu. Rasanya hari ini banyak sekali kejanggalan yang terjadi dalam hidupnya hari ini. Di mulai dari sikap Zacky yang tadi pagi tiba-tiba berubah padanya dan seperti sedang menyimpan suatu rahasia, disusul dengan sikap Zahra yang juga menjadi tidak ramah padanya saat mereka bertemu tadi. Belum lagi keadaan mansion yang sepi tak berpenghuni, yang bisa dikatakan hampir tidak pernah terjadi seperti itu. Bianca membaca dalam hati pesan singkat itu. [Jangan terkejut saat nanti kau tahu bahwa ada wanita lain di dalam hati suamimu] Ting. Sebuah notifikasi masuk lagi dan Bianca juga membacanya dalam hati. [Kau tidak pernah benar-benar ada di hati Zacky. Hanya aku yang dia cintai dan sayangi selama ini] isi pesan itu lagi. Dada Bianca terasa sangat sesak saat ini dan dia berusaha menahan air
“Dimana aku?” tanya Bianca dengan suara berbisik dan memegangi kening kepalanya karena terasa sedikit pusing. “Kau ada di tempat yang aman, Sayang,” jawab seorang wanita muda yang kini berdiri di depan Bianca sambil menggendong Brian. “Kau?” tanya Bianca jelas sekali dengan ekspresi heran dan tak menyangka “Berikan anakku! Jangan pernah menyentuhnya!” sambung Bianca lagi dan mulai menggapai Brian dari gendongan wanita yang tak lain adalah Elsa itu. “Ckckck…. Kasar sekali kau ini, Kakak Ipar.” Elsa berkata sambil mundur menjauh dari ranjang. Saat Bianca ingiin bergerak mendekatinya, ternyata kedua pergelangan kaki Bianca diberi rantai dan digembok pada sisi ranjang besi itu. Bianca memandang Elsa dengan tatapan tak percaya, karena yang dia tahu adalah Elsa gadis baik anak dari Paman Mike. Orang yang sudah dianggap sebagai adik sendiri oleh ayah mertuanya itu. Meskipun Bianca memang merasa bahwa Elsa sedikit menjengkelkan karena sengaja membuatnya cemburu setiap kali ia berdekatan
Setelah mendapatkan kesepakatan dengan Bianca, Elsa merasa di atas awan. Senang tak terkira di hatinya hingga ia lupa bahwa di dalam kantong celana Bianca ada sebuah ponsel yang memang dalam keadaan diam. Bianca tidak suka memakai ponsel dengan nada dering yang dinyalakan, dan sekarang itu sangat menguntungkan baginya. Bianca berharap Zacky segera mengetahui dimana keberadaannya dari signal GPS yang masih aktif di ponselnya itu. Bianca sangat yakin bahwa suaminya itu pasti sudah melacak dan mencari dimana keberadaannya sekarang. "Kalau begitu, kapan aku boleh pergi?" tanya Bianca saat melihat Elsa ingin berbalik pergi meninggalkan dirinya yang masih terikat di ranjang. "Sebentar lagi kau bisa pergi. Tunggu sampai aku memastikan bahwa Kak Zacky tidak mencarimu sampai ke sini," jawab Bianca dan pergi dari ruangan itu. Sementara, pria tadi duduk berjaga di sebelah Brian yang sudah tertidur pulas. Hati Bianca terasa sakit dan perih saat melihat buah hatinya itu tidur di lantai yang di
Saat ini Bianca berusaha berjalan secepat mungkin, bahkan terkadang dia akan berlari. Dalam pekat malam, Bianca mencoba meraba-raba dimana kira-kira saat ini dia sedang berada dan mencoba mencari bantuan. Tapi, sudah hampir setengah jam berjalan dia tidak menemukan satu orang pun di jalan dan ia tidak bisa tahu dimana posisinya berada saat ini. Dengan degup jantung yang berdetak kencang dan tak karuan, Bianca akhirnya menemukan segerombolan pemuda yang tampaknya sedang pesta minuman keras. Itu terlihat jelas karena para pemuda itu bicara melantur dan berjalan sempoyongan. Melihat hal itu, Bianca mengurungkan niatnya untuk meminta pertolongan. Namun, segerombolan pemuda itu sudah terlanjur melihat ada mangsa yang mendekat ke arah mereka dan tidak berpikir untuk mengabaikannya untuk saat ini. “Hai cantik, mau kemana?” tanya seorang pemuda dengan berjalan sempoyongan ke arah Bianca. “Jangan mendekat atau aku akan berteriak!” ancam Bianca pada mereka. Mendengar ancaman Bianca itu, buk
“Cepat cari dan periksa dimana istri dan anakku berada!” titah Zacky pada para ajudan dan pengawalnya. “Baik, Tuan Muda.” Mereka menjawab serempak dan segera berpencar mencari di setiap penjuru lokasi penambangan terbengkalai itu. “Aku yakin Bianca ada di sini, Paman.” Zacky berkata pada Mike yang saat ini berdiri di sampingnya. “Sabar lah, Zack. Aku juga sudah memerintahkan orang-orangku untuk mencari di Gudang-gudang yang tertinggal. Aku yakin pasti Bianca masih ada di sekitar tempat ini. Sinyal gps ponsel itu masih ada di sekitar sini, Zack.” “Paman benar. Ayo kita cari di bagian belakang sana, Paman. Feeling-ku mengatakan bahwa Bianca sedang dalam bahaya saat ini dan aku harus segera menyelamatkannya.” Mike mengangguk setuju dan bergegas melangkahkan kakinya mengikuti Langkah kaki Zacky yang panjang. Mike pun masih merasakan tidak tenang di dalam hatinya dan dia sendiri tidak bisa terlalu fokus karena masih memikirkan keadaan Elsa putri semata wayangnya itu. Tapi, demi pekerj
“King! Aku yakin dia bisa membawamu ke jalan yang seharusnya kau tempuh,” jawab Zahra dengan keyakinan penuh.“Jangan konyol, Moms. Dia tidak sebanding denganku! Aku ini kakaknya, meski kami tidak sedarah. Aku tidak akan pernah tertarik dengan bocah ingusan seperti dia,” bantah Dayana dengan sangat tegas di depan Zahra dan wajahnya tampak sangat kesal.Dia segera pergi dari hadapan Zahra dan tidak ingin lagi membahas masalah yang sensitif itu. Bagaimanapun juga, Dayana menyadari bahwa dia sudah salah jalan. Namun, dia juga tidak meminta dirinya menjadi seperti itu. Semuanya terjadi dan mengalir apa adanya tanpa diminta dan dipaksa. Jadi, apa yang harus dia lakukan selain pasrah dan menerima semua keadaan itu dengan hati luas?Dayana memang gadis yang berasal dari keluarga terpandang dan bisa dikatakan semua yang dia lakukan pasti akan menjadi konsumsi publik. Akan tetapi, dia juga tidak bisa berpura-pura demi membuat orang lain senang dan puas. Dia ingin tetap menjadi dirinya sendiri,
Zahra tidak bisa berkata-kata saat baru saja mendengar pengakuan dari putrinya itu. Dadanya terasa penuh dan sangat sesak sehingga tidak bisa bernapas dengan baik. Dia tidak menduga bahwa Dayana akan mengakui hal besar dan sangat mengejutkan itu padanya dan Gerald.Saat ini Zahra bisa melihat perubahan warna pada wajah Gerald. Pria itu jelas sedang marah besar pada Dayana dan dia masih diam saja berusaha menahannya. Hal itu tentu saja mengingat bahwa Dayana adalah putri mereka satu-satunya.“Sayang ... tolong ralat lagi kata-katamu itu. Katakan padaku kalau kau hanya bercanda dan semua itu mungkin hanya sebuah prank atau kejutan untuk kami. Kau ingin membuat daddy marah seperti saat Mami marah ketika kalian bersekongkol membuatku cemburu dan marah besar saat itu kan?” tanya Zahra dengan menguatkan hati dan mencoba tetap tenang.“Tidak. Kali ini aku sangat serius dan aku memiliki pacar wanita. Dia adalah Jeslyn yang sering datang ke sini dan aku sering menginap di apartemennya,” jawab
Zahra kembali ke kediamannya dengan perasaan yang bercampur aduk. Dia baru saja mengunjungi pemakaman keluarganya dan kemudian mendapati fakta bahwa King menaruh hati pada Dayana. Dia tidak akan mempermasalahkan hal itu jika memang sudah begitu takdirnya.“Ada apa, Sayang? Kenapa kau senyum-senyum sendiri?” tanya Gerald yang menatap istrinya dengan pandangan heran.“Bukan apa-apa, Sayang. Aku hanya merasa lucu saat seorang pria menyukai gadis, tapi mereka selalu bertengkar tiap kali bertemu,” jawab Zahra kepada Gerald.“Siapa yang kau maksud? Apakah itu kisah kita dulu?” tanya Gerald dan langsung melingkarkan tangannya di pinggang Dayana.“Tidak. Aku mengatakan tentang King. Eh ... tapi, ternyata kisah kita juga hampir sama seperti itu. Dulu aku dan kau juga selalu saja berdebat dan bertengkar tiap kali bertemu.”“Kau benar, Sayang. Kau tahu? Semua itu membuatku senang dan hidupku menjadi lebih berwarna.”“Jadi, kau suka bertengkar denganku?”“Hem ... sepertinya aku lebih suka berteng
“Apa benar kau tidak masalah sendirian, Nak?” tanya Zahra pada King dengan suara yang sangat lembut.“Aku tidak sendiri, Moms. Masih ada mamiku juga di sini,” jawab King saat melihat Auriel turun dari tangga.“Kakak. Kapan kau datang?” tanya Auriel yang langsung menyapa Zahra dengan sangat ramah.“Belum lama. Aku bahkan sudah mengunjungi Zacky, Mami, dan Daddy bersama King.” Zahra menjawab sopan dan kemudian keduanya bercium pipi kanan dan pipi kiri.Zahra memang sudah menerima kehadiran Auriel dan King sejak lama. Mereka sudah sangat baik satu sama yang lainnya. Jadi, tidak ada alasan bagi mereka untuk saling berselisih lagi. Lagi pula, semuanya sudah cukup jelas dan tidak ada hal besar yang harus diperdebatkan lagi.“Silakan duduk, Kak. Aku akan membuatkanmu minum,” ucap Auriel dengan sangat ramah.“Tidak perlu, Sayang. Aku tidak tamu di sini dan jangan memperlakukanku seperti tamu,” tolak Zahra dengan senyum lebar.“Tapi, tidak ada salahnya seorang adik menjamu kakaknya yang datang
“Dad, aku dan Mami datang.”“Zack! Apa kau bahagia di sana bersama Bianca? Apa kau bertemu dengan Mami dan Daddy juga? Kalian pasti bahagia sudah berkumpul di sana bukan? Kenapa kalian semua meninggalkan aku sendiri di sini? Kalian tidak ingin mengajakku? Apakah aku masih begitu menyebalkan bagi kalian?”“Moms ...,” lirih King dengan nada pilu saat mendengar Zahra bertanya beruntun seperti itu di depan makam saudara kembarnya – Zacky.“Tuan Muda Zacky yang terhormat. Apa kau liat dengan siapa aku datang hari ini? Kau pasti senang melihatnya bukan? Lihatlah, dia begitu mirip denganmu saat kau masih muda. Aku bahkan merasa seperti usiaku baru dua puluh tahun saat berada di sampingnya,” ungkap Zahra yang sengaja menghibur diri dengan berkelakar seperti itu.King hanya bisa tersenyum tipis saat mendengar candaan Zahra pada Zacky yang kini hanya bisa mereka temui dalam bentuk batu nisan yang indah dan elegan itu. Meskipun begitu, Zahra tampak sangat bahagia dan seperti dia memang sedang be
Auriel sangat bahagia saat melihat putranya sudah kembali tersenyum dan tertawa seperti itu. Sudah sejak lama dia tidak melihat tawa King yang begitu lepas, bahkan dulu dia nyaris tak pernah tersenyum sama sekali. Hal itu membuat hati Auriel merasa sedih dan juga merasa bersalah karena tidak bisa membayangkan apa yang terjadi dalam hati putranya itu.“Aku berpikir, Mami akan memberikan syarat yang luar biasa dan membuatku sedikit takut,” ucap King kepada Auriel yang masih menatap putranya yang dulu kecil itu tertawa bahagia.“Aku mana mungkin memberikan syarat yang membuatmu menderita, Nak. Kau adalah sumber kebahagiaanku dan kau adalah segalanya dalam hidupku. Karena kau ada, makanya aku masih ada dan berdiri di depanmu saat ini, Sayang.” Auriel mengungkapkan isi hatinya kepada King dengan sungguh-sungguh.“Oh, Moms. Jangan bicara seperti itu lagi dan membuat aku sedih.”“No, Sayang. Kau tidak boleh lagi bersedih setelah banyaknya kesedihan yang sudah kita lalui bersama dengan hebat.
“Apa kau benar-benar tidak akan datang, Sam?” tanya Queen yang saat ini masih membuka jendela kamarnya dan menunggu kedatangan sang kekasih.Dia berharap, Samuel bisa segera menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan kembali menemui dirinya. Cinta baru saja bersemi di antara mereka. Tentu saja hati berbunga bunga dan masih tetap ingin bersama lebih lama. Akan tetapi, sepertinya semua itu tidak akan terjadi malam ini dan Queen tidak bisa lebih lama menunggu.Gadis itu terlelap setelah jam dinding berada di angka satu. Dia tidak bisa lagi menahan kantuknya dan dia sadar bahwa Samuel tidak akan datang malam ini.“Selamat malam, Sayang. Apa kau menungguku datang?” tanya sebuah suara yang berbisik di telinga Queen saat ini.Perlahan, Queen membuka matanya dan wajah seorang pria tampak samar-samar di hadapannya saat ini. Pria itu tersenyum dengan sangat manis padanya dan memberikan sebuah kecupan di bibirnya. Dari kecupan itu saja, Queen tahu bahwa Samuel telah datang malam ini.“Aku menun
Charlos tidak pernah menyangka jika hidupnya akan didatangi oleh seorang gadis ingusan seperti Thabita. Dia tidak hanya menyebalkan, tapi juga sangat menganggu sehingga Charlos kehilangan waktu istirahatnya karena gadis itu terus saja mengusik ketenangannya.“Berhentilah bermain-main, Thabita. Aku tidak suka bercanda untuk masalah pernikahan!” tegur Charlos sekali lagi kepada Thabita dengan wajah yang masam.“Aku juga tidak pernah main-main soal pernikahan. Bukankah pernikahan itu adalah impian semua orang? Aku selalu bermimpi mempunyai suami yang usianya lebih tua dariku,” sahut Thabita yang tidak mau kalah.“Kalau begitu, kau carilah sugar daddy yang mau mengurusmu! Aku belum terlalu tua asal kau tahu!”“Usiamu bahkan sudah menginjak kepala 4 bukan? Apa itu belum terlalu tua namanya?” tanya Thabita dan jelas ucapan gadis itu membuat Charlos kehilangan kendalinya saat ini.Bagaimanapun juga, Charlos adalah pria biasa yang masih memiliki emosi tak terkontrol. Dia sudah biasa dilatih d
Namun, meskipun Thabita senang mendengarnya dia tentu juga merasa bingung dengan pernyataan Charlos tadi. Apakah benar pria itu akan membawanya pulang bersama rombongan tuan besarnya? Bukankah Charlos hanyalah seorang ajudan dan semua itu pasti tidak mudah baginya untuk berhasil meyakinkan bos untuk membawa wanita asing bersama mereka pulang.“Apa lagi yang kau pikirkan? Jangan banyak bergerak dan tetaplah tenang di atas ranjang ini. Aku tidak akan mengobati lukamu lagi jika kau masih tidak mendengarkan aku!” ancam Charlos pada Thabita dengan tegas dan terdengar tidak main-main.“Baiklah, Sayang. Apapun yang kau katakan,” sahut Thabita sengaja menggoda Charlos dengan sebutan sayang.Benar saja, wajah Charlos langsung memerah seperti merasa malu dan tidak bisa tenang di depan Thabita. Bagaimana bisa dia menjadi tidak konsen saat Thabita memanggilnya sayang seperti tadi? Apa yang gadis itu pikirkan dan Charlos membalikkan badan untuk membuang kecanggungannya dengan alasan akan meletakka