Mike dan Zacky selesai membahas masalah marketing bisnis Hotel barunya. Cara-cara pemasaran, trik pemasaran yang jitu dan lain sebagainya.
Dan pada intinya, saran dari Bianca adalah pilihan terbaik menurut ahli bisnis perhotelan yang diundang Zacky itu.
Hasil kesepatakan telah dibuat. Zacky dan Mike kembali ke perusahaan. Dengan sedikit jengkel, Zacky mengingat semua yang dikatakan para pebisnis luar negri itu. Lebih kurangnya, sama dengan yang dikatakan oleh Bianca sebelumnya.
"Bagaimana gadis itu bisa memiliki pemikiran seperti itu? Dia bahkan terlihat lebih pantas untuk menjadi seorang tukang bersih-bersih!" umpat Zacky kesal dalam ruangannya.
****
Setelah hari itu, Bianca dan Zacky lebih sering bertemu dalam proyek pembangunan Hotel. Bianca selalu hadir di lokasi pembangunan untuk memastikan semua material yang digunakan betul-betul berkualitas sesuai yang dia rekomendasikan. Karena pernah beberapa proyek yang Bianca serahkan pada p
Di mansion, Zahra tampak sibuk berkemas dibantu oleh Olivia. Raut wajah gembira tak dapat lagi disembunyikan oleh Zahra.Tentu saja, selain untuk urusan pekerjaan. Zahra juga dapat bertemu dengan Steve. Itulah hal yang paling membahagiakan baginya saat ini.Hasil keputusan ketika makan siang waktu itu, Zacky mengizinkan Zahra ke New York hanya satu minggu. Dan jika tawaran itu berlaku hanya untuk pekerjaan di tempat, makan Zahra harus bersedia menolaknya.Karena Zacky tidak ingin Zahra meninggalkan orang tuanya hanya demi sebuah pekerjaan. Zaman sudah canggih, pekerjaan bisa dilakukan dari mana saja saat ini. Kekuatan sosial media dan internet tak tertandingi di era modern ini.Dan lagi, Zacky tak ingin Zahra tinggal di negara asing tanpa pengawasannya. Meski ia bisa saja menyewa orang untuk terus menjaga Zahra, tapi tidak akan sebaik dan sesempurna perlindungannya. Zacky teramat sangat menyayangi adik kembarannya itu.Begitu pula dengan Zahr
Zahra sudah tidak sabar lagi ingin bertemu dengan Steve. Gadis itu sengaja tidak memberitahukan kedatangannya pada sang kekasih. Selama ini hanya melalui panggilan video saja mereka menjalin kasih setelah berpisah 16 tahun yang lalu. Pernah beberapa kali mereka sengaja tidak sengaja bertemu saat pertukaran study semasa bangku sekolah. Itulah sebabnya, saat ini rasa bahagia yang ada di hati Zahra sungguh tak dapat di ungkapkan dengan kata-kata. Setelah sampai di bandara, Zahra langsung memanggil taxi dan segera ke Hotel tempatnya akan menginap selama di negara itu. Zahra meminta kunci kamarnya, karena ia sudah memesan kamar secara online. "Nona Muda Camerrun, ini kunci kamar Anda. Selamat beristirahat dan menikmati pelayanan eksklusif hotel kami, mari silahkan. Saya akan membawakan barang-barang Anda." ucap seorang pelayan yang akan mengantar Zahra ke kamarnya. "Baik. Terima kasih, aku suka pelayanan hotel ini meski baru sampai di tahap pemberi
Zahra kembali ke Hotel tempatnya menginap setelah diantar oleh taxi online yang tadi. Kebetulan, sopir taxi itu masih berada di sekitar apartemen Steve. Jadi, saat Zahra memesan taxi online lagi, taxi itu terdeteksi sebagai taxi terdekat dan Zahra segera melakukan pemesanan padanya. Dengan wajah yang basah dan berantakan karena make up yang sudah bercampur air mata, sudah berkali kali pula disapu oleh ujung-ujung jarinya yang lentik. Keadaan Zahra sungguh tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata lagi. Sampai di kamar Hotel itu, Zahra meloncat ke kasur dan kembali meraung. Ia menumpahkan emosi yang tadi belum tercurahkan semuanya. Bagaimana Zahra bisa menahan hatinya agar bisa tetap tenang dan tegar? Ia telah dikhianati setelah lebih kurang 16 tahun setia pada cinta yang dijanjikan Steve hanya untuk dirinya seorang. "Steve.. kau pasti akan menyesali hari ini. Aku tidak akan membiarkan diriku jatuh dan terpuruk lebih jauh dari ini." lirih Zahra di sela isak tang
Pagi ini Zahra sudah berada di Bandara. Dia siap untuk melakukan penerbangan kembali ke Paris. Dengan kacamata hitam besar yang bertengger di batang hidungnya, berhasil menyembunyikan mata sembab Zahra. Apalagi penyebabnya kalau bukan karena semalaman tak tidur karena menangisi pria brengsek yang telah mematahkan hatinya itu. Jadwal keberangkatan Zahra tidak ada kendala sama sekali. Ia sudah menempati ruangan VIP dalam pesawat kelas atas itu. Zahra mencoba untuk memejamkan mata. Mengganti waktu istirahatnya yang terbuang percuma karena menangisi kebodohannya sendiri. Alunan music jazz seakan mensugesti Zahra untuk memasuki alam bawah sadarnya. Zahra istirahat dengan puas dan nyaman selama penerbangan. Hingga seorang pramugari menyapanya dan mengatakan bahwa pesawat akan segera mendarat. Zahra mulai bersiap. Ia mencuci mukanya dan enggan memakai kembali make up baru. Karena make up yang ia gunakan adalah produk berkualitas dengan harga fantastis, tentu saja it
Setelah berbicara dengan ayah dan ibunya di telpon, Zahra memutuskan untuk menginap di Hotel malam ini. Karena ia sudah terlanjur mengatakan pada Albert dan Olivia bahwa ia akan pulang besok. Dengan wajah dan penampilan yang asal-asalan, Zahra merasakan lapar yang teramat sangat dan berjalan menuju sebuah Resto yang tak jauh dari bandara. Ia ingat kalau semalam hanya makan sedikit karena waktunya dihabiskan untuk berdebat dengan Steve di Restoran itu. Zahra bahkan tak sempat memikirkan untuk meminta pelayan Hotel untuk mengantarkan makan malam yang baru untuknya ke kamar. Jadilah saat ini ia sakit perut karena lapar. Dengan menyeret kopernya, Zahra berjalan memasuki Resto dan mengambil meja big size untuk dirinya sendiri. Biasanya meja dengan ukuran besar itu hanya dipakai saat tamu Resto makan bersama keluarga besarnya atau bersama teman-teman yang jumlahnya tidak kurang dari 5 orang. Zahra memanggil pelayan dan memesan banyak sekali menu y
"Ikuti Misa dan tidurkan Dayana di box bayinya. Kemudian temui aku di ruang kerjaku!" titah pria itu dan berlalu pergi sebelum Zahra sempat menjawab ucapannya. "Kenapa pria itu tidak sopan sekali dan sangat sombong?" tanya Zahra pada wanita bernama Misa yang mendampinginya menuju kamar Dayana, bayi yang masih mendekap erat tubuh Zahra. "Ssstt... Jaga ucapanmu! Di rumah ini, dinding juga bisa mendengar. Hati-hati dalam bicara, apalagi mengenai Tuan Muda." tegur Misa dengan wajah yang terlihat was-was kalau saja Tuan Mudanya itu mendengar pertanyaan Zahra barusan. "Memangnya dia pikir hanya dia saja yang Tuan Muda? Aku ini Nona Muda dari keluarga Jay..." hampir saja Zahra membocorkan identitas dirinya yang asli dan segera menyadari kecerobohannya. "Sudah, jangan banyak bicara lagi. Nanti Non Dayana bangun." "I-iya.. aku juga harus segera membersihkan diri dan berganti pakaian dulu. Tidak mungkin aku menemui pria itu dengan keadaan seperti ini."
"Tolong jaga bicara Anda, Tuan!" "Kau tidak berhak mencampuri ranah pribadiku. Dan mengomentari kehidupanku. Jika kau keberatan, maka aku juga bisa menolak kerja sama ini. Menjadi pengasuh bayimu bukan lah cita-citaku!" lanjut Zahra dengan kasar. Geraldi menatap wajah Zahra yang saat ini sedang merah karena amarah. Ia sama sekali tak pernah menyangka, ada wanita yang begitu berani kepadanya. Melawan dan menghardiknya dengan keras seperti ini. Apalagi menentang permintaannya. Dan sialnya, Geraldi tak punya alasan untuk memaksa Zahra untuk menuruti kemauannya. Untuk pertama kalinya Geraldi tak berkutik di depan wanita. Pada istrinya pun, Gerald tak pernah mati kutu seperti ini. "Jika bukan, mengapa kau mengantri dan ikut dalam sayembara tadi siang?" tanya Gerald mengalihkan pembicaraan. "Atau jangan-jangan kau hanya ingin berusaha masuk dan naik ke atas ranjangku?" tanya Gerald lagi. "Cukup! Jangan bicara seolah kau adalah pria hebat yang diidam
"Siapa kau sebenarnya?" tanya Gerald dengan tatapan tajam. "A-aku...bukan kah aku sudah mengatakan namaku tadi siang?" jawab Zahra cepat mengalihkan situasi. "Aku tidak peduli pada namamu, tapi aku perlu tau asal-usulmu dan siapa keluargamu!" ucapnya lagi dengan sengit. "Kau tidak perlu tau siapa keluargaku dan kau juga tidak perlu mencari tau. Selama aku bekerja denganmu, aku tidak akan menganggu privasimu dan kau pun jangan mengusik kehidupan pribadiku." "Lancang sekali kau bicara seperti itu padaku!" "Jangan berteriak padaku, atau aku bisa pergi kapan saja dari rumah ini. Dan urus saja bayimu itu sendiri." Zahra tak mau kalah sengit dari Gerald. Ada perasaan gusar yang dirasakan Gerald saat Zahra mengatakan hal itu. Bagaimana pun, ia tak ingin Dayana kembali menangis sepanjang hari karena tak menyukai seorang pun pengasuh yang Gerald bayar untuk mengurusnya. Mungkin Gerald membenci Sella, tapi bagaimana pun, Dayana adalah darah dagi
“King! Aku yakin dia bisa membawamu ke jalan yang seharusnya kau tempuh,” jawab Zahra dengan keyakinan penuh.“Jangan konyol, Moms. Dia tidak sebanding denganku! Aku ini kakaknya, meski kami tidak sedarah. Aku tidak akan pernah tertarik dengan bocah ingusan seperti dia,” bantah Dayana dengan sangat tegas di depan Zahra dan wajahnya tampak sangat kesal.Dia segera pergi dari hadapan Zahra dan tidak ingin lagi membahas masalah yang sensitif itu. Bagaimanapun juga, Dayana menyadari bahwa dia sudah salah jalan. Namun, dia juga tidak meminta dirinya menjadi seperti itu. Semuanya terjadi dan mengalir apa adanya tanpa diminta dan dipaksa. Jadi, apa yang harus dia lakukan selain pasrah dan menerima semua keadaan itu dengan hati luas?Dayana memang gadis yang berasal dari keluarga terpandang dan bisa dikatakan semua yang dia lakukan pasti akan menjadi konsumsi publik. Akan tetapi, dia juga tidak bisa berpura-pura demi membuat orang lain senang dan puas. Dia ingin tetap menjadi dirinya sendiri,
Zahra tidak bisa berkata-kata saat baru saja mendengar pengakuan dari putrinya itu. Dadanya terasa penuh dan sangat sesak sehingga tidak bisa bernapas dengan baik. Dia tidak menduga bahwa Dayana akan mengakui hal besar dan sangat mengejutkan itu padanya dan Gerald.Saat ini Zahra bisa melihat perubahan warna pada wajah Gerald. Pria itu jelas sedang marah besar pada Dayana dan dia masih diam saja berusaha menahannya. Hal itu tentu saja mengingat bahwa Dayana adalah putri mereka satu-satunya.“Sayang ... tolong ralat lagi kata-katamu itu. Katakan padaku kalau kau hanya bercanda dan semua itu mungkin hanya sebuah prank atau kejutan untuk kami. Kau ingin membuat daddy marah seperti saat Mami marah ketika kalian bersekongkol membuatku cemburu dan marah besar saat itu kan?” tanya Zahra dengan menguatkan hati dan mencoba tetap tenang.“Tidak. Kali ini aku sangat serius dan aku memiliki pacar wanita. Dia adalah Jeslyn yang sering datang ke sini dan aku sering menginap di apartemennya,” jawab
Zahra kembali ke kediamannya dengan perasaan yang bercampur aduk. Dia baru saja mengunjungi pemakaman keluarganya dan kemudian mendapati fakta bahwa King menaruh hati pada Dayana. Dia tidak akan mempermasalahkan hal itu jika memang sudah begitu takdirnya.“Ada apa, Sayang? Kenapa kau senyum-senyum sendiri?” tanya Gerald yang menatap istrinya dengan pandangan heran.“Bukan apa-apa, Sayang. Aku hanya merasa lucu saat seorang pria menyukai gadis, tapi mereka selalu bertengkar tiap kali bertemu,” jawab Zahra kepada Gerald.“Siapa yang kau maksud? Apakah itu kisah kita dulu?” tanya Gerald dan langsung melingkarkan tangannya di pinggang Dayana.“Tidak. Aku mengatakan tentang King. Eh ... tapi, ternyata kisah kita juga hampir sama seperti itu. Dulu aku dan kau juga selalu saja berdebat dan bertengkar tiap kali bertemu.”“Kau benar, Sayang. Kau tahu? Semua itu membuatku senang dan hidupku menjadi lebih berwarna.”“Jadi, kau suka bertengkar denganku?”“Hem ... sepertinya aku lebih suka berteng
“Apa benar kau tidak masalah sendirian, Nak?” tanya Zahra pada King dengan suara yang sangat lembut.“Aku tidak sendiri, Moms. Masih ada mamiku juga di sini,” jawab King saat melihat Auriel turun dari tangga.“Kakak. Kapan kau datang?” tanya Auriel yang langsung menyapa Zahra dengan sangat ramah.“Belum lama. Aku bahkan sudah mengunjungi Zacky, Mami, dan Daddy bersama King.” Zahra menjawab sopan dan kemudian keduanya bercium pipi kanan dan pipi kiri.Zahra memang sudah menerima kehadiran Auriel dan King sejak lama. Mereka sudah sangat baik satu sama yang lainnya. Jadi, tidak ada alasan bagi mereka untuk saling berselisih lagi. Lagi pula, semuanya sudah cukup jelas dan tidak ada hal besar yang harus diperdebatkan lagi.“Silakan duduk, Kak. Aku akan membuatkanmu minum,” ucap Auriel dengan sangat ramah.“Tidak perlu, Sayang. Aku tidak tamu di sini dan jangan memperlakukanku seperti tamu,” tolak Zahra dengan senyum lebar.“Tapi, tidak ada salahnya seorang adik menjamu kakaknya yang datang
“Dad, aku dan Mami datang.”“Zack! Apa kau bahagia di sana bersama Bianca? Apa kau bertemu dengan Mami dan Daddy juga? Kalian pasti bahagia sudah berkumpul di sana bukan? Kenapa kalian semua meninggalkan aku sendiri di sini? Kalian tidak ingin mengajakku? Apakah aku masih begitu menyebalkan bagi kalian?”“Moms ...,” lirih King dengan nada pilu saat mendengar Zahra bertanya beruntun seperti itu di depan makam saudara kembarnya – Zacky.“Tuan Muda Zacky yang terhormat. Apa kau liat dengan siapa aku datang hari ini? Kau pasti senang melihatnya bukan? Lihatlah, dia begitu mirip denganmu saat kau masih muda. Aku bahkan merasa seperti usiaku baru dua puluh tahun saat berada di sampingnya,” ungkap Zahra yang sengaja menghibur diri dengan berkelakar seperti itu.King hanya bisa tersenyum tipis saat mendengar candaan Zahra pada Zacky yang kini hanya bisa mereka temui dalam bentuk batu nisan yang indah dan elegan itu. Meskipun begitu, Zahra tampak sangat bahagia dan seperti dia memang sedang be
Auriel sangat bahagia saat melihat putranya sudah kembali tersenyum dan tertawa seperti itu. Sudah sejak lama dia tidak melihat tawa King yang begitu lepas, bahkan dulu dia nyaris tak pernah tersenyum sama sekali. Hal itu membuat hati Auriel merasa sedih dan juga merasa bersalah karena tidak bisa membayangkan apa yang terjadi dalam hati putranya itu.“Aku berpikir, Mami akan memberikan syarat yang luar biasa dan membuatku sedikit takut,” ucap King kepada Auriel yang masih menatap putranya yang dulu kecil itu tertawa bahagia.“Aku mana mungkin memberikan syarat yang membuatmu menderita, Nak. Kau adalah sumber kebahagiaanku dan kau adalah segalanya dalam hidupku. Karena kau ada, makanya aku masih ada dan berdiri di depanmu saat ini, Sayang.” Auriel mengungkapkan isi hatinya kepada King dengan sungguh-sungguh.“Oh, Moms. Jangan bicara seperti itu lagi dan membuat aku sedih.”“No, Sayang. Kau tidak boleh lagi bersedih setelah banyaknya kesedihan yang sudah kita lalui bersama dengan hebat.
“Apa kau benar-benar tidak akan datang, Sam?” tanya Queen yang saat ini masih membuka jendela kamarnya dan menunggu kedatangan sang kekasih.Dia berharap, Samuel bisa segera menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan kembali menemui dirinya. Cinta baru saja bersemi di antara mereka. Tentu saja hati berbunga bunga dan masih tetap ingin bersama lebih lama. Akan tetapi, sepertinya semua itu tidak akan terjadi malam ini dan Queen tidak bisa lebih lama menunggu.Gadis itu terlelap setelah jam dinding berada di angka satu. Dia tidak bisa lagi menahan kantuknya dan dia sadar bahwa Samuel tidak akan datang malam ini.“Selamat malam, Sayang. Apa kau menungguku datang?” tanya sebuah suara yang berbisik di telinga Queen saat ini.Perlahan, Queen membuka matanya dan wajah seorang pria tampak samar-samar di hadapannya saat ini. Pria itu tersenyum dengan sangat manis padanya dan memberikan sebuah kecupan di bibirnya. Dari kecupan itu saja, Queen tahu bahwa Samuel telah datang malam ini.“Aku menun
Charlos tidak pernah menyangka jika hidupnya akan didatangi oleh seorang gadis ingusan seperti Thabita. Dia tidak hanya menyebalkan, tapi juga sangat menganggu sehingga Charlos kehilangan waktu istirahatnya karena gadis itu terus saja mengusik ketenangannya.“Berhentilah bermain-main, Thabita. Aku tidak suka bercanda untuk masalah pernikahan!” tegur Charlos sekali lagi kepada Thabita dengan wajah yang masam.“Aku juga tidak pernah main-main soal pernikahan. Bukankah pernikahan itu adalah impian semua orang? Aku selalu bermimpi mempunyai suami yang usianya lebih tua dariku,” sahut Thabita yang tidak mau kalah.“Kalau begitu, kau carilah sugar daddy yang mau mengurusmu! Aku belum terlalu tua asal kau tahu!”“Usiamu bahkan sudah menginjak kepala 4 bukan? Apa itu belum terlalu tua namanya?” tanya Thabita dan jelas ucapan gadis itu membuat Charlos kehilangan kendalinya saat ini.Bagaimanapun juga, Charlos adalah pria biasa yang masih memiliki emosi tak terkontrol. Dia sudah biasa dilatih d
Namun, meskipun Thabita senang mendengarnya dia tentu juga merasa bingung dengan pernyataan Charlos tadi. Apakah benar pria itu akan membawanya pulang bersama rombongan tuan besarnya? Bukankah Charlos hanyalah seorang ajudan dan semua itu pasti tidak mudah baginya untuk berhasil meyakinkan bos untuk membawa wanita asing bersama mereka pulang.“Apa lagi yang kau pikirkan? Jangan banyak bergerak dan tetaplah tenang di atas ranjang ini. Aku tidak akan mengobati lukamu lagi jika kau masih tidak mendengarkan aku!” ancam Charlos pada Thabita dengan tegas dan terdengar tidak main-main.“Baiklah, Sayang. Apapun yang kau katakan,” sahut Thabita sengaja menggoda Charlos dengan sebutan sayang.Benar saja, wajah Charlos langsung memerah seperti merasa malu dan tidak bisa tenang di depan Thabita. Bagaimana bisa dia menjadi tidak konsen saat Thabita memanggilnya sayang seperti tadi? Apa yang gadis itu pikirkan dan Charlos membalikkan badan untuk membuang kecanggungannya dengan alasan akan meletakka