"Saya tahu benar bagaimana perjuangan papa waktu itu. Saya juga tahu benar bagaimana kacaunya keluarga kami karena kejadian itu. Jadi paling tidak saya tidak ingin orang lain mengalami hal yang sama dengan apa yang kami alami."
Semua orang yang mendengar perkataan Edwin menjadi tertegun dan terdiam untuk beberapa saat.
"Papamu itu kan Erwin Wijaya ya?" Bagyo memastikan. Kalau anak muda ini adalah pewaris Wijaya Group sudah jelas dia adalah putra dari pimpinan Wijaya Group yang sebelumnya.
"Benar, Om. Apa anda kenal dengan papa saya?" Edwin bertanya dengan sopan.
Rieka dan Bagas sekali lagi dibuat heran dengan perubahan sikap Edwin. Ternyata benar dia adalah orang yang sangat bisa menempatkan dirinya. Caranya untuk berbicara dengan orang yang lebih tua, dengan wanita, dengan mitra bisnis serta dengan anak buahnya jelas sangat berbeda.
"Sekedar kenal sebagai mitra bisnis. Pantas saja beberapa tahun yang lalu Erwin terpaksa pensiun dini? Jadi karena a
"Sepertinya papa anda memang beneran pengen mantu." Edwin menyeletuk pada Bagas. Tak bisa sedetik pun rasanya melepaskan pandangannya dari wajah Rieka. Wajah cantik yang terlihat semakin bersinar dengan kilatan semangat di kedua matanya.Inilah Rieka yang dikenal dan dikagumi Edwin. Gadis cantik dan cerdas dengan segala dedikasinya di bidang medis dan kemanusiaan. Liat saja senyumannya, pandangannya, dan semangat yang terasa disetiap perkataanya. Semua yang hanya bisa dilihat oleh Edwin saat istrinya itu berbicara soal dunia kedokteran.Edwin semakin sadar bahwa Rieka sangat mencintai dunia medis, mencintai profesinya sebagai dokter. Mungkin benar separuh hidup Rieka adalah untuk dunia medis ini, sementara separuh lainnya untuk dirinya sendiri, untuk cintanya dan kehidupan pribadinya.Edwin semakin sadar pula bahwa mungkin Rieka akan lebih bahagia dengan kembali bekerja, mungkin sudah saatnya baginya untuk kembali mengijinkan Rieka bekerja. Walaupun harus
Sesampai di Wijaya manshion, Rieka langsung memberikan bungkusan makannya kepada Ijah untuk disiapkan di piring. "Aku makan di atas aja, Bi." Rieka naik ke kamarnya ke lantai dua. Entah kenapa tiba-tiba tubuhnya terasa sangat lelah setelah sampai di rumah. Padahal tadi di rumah sakit tubuhnya baik-baik saja dan penuh semangat. Mungkin karena belum terbiasa saja ya? Rieka menyempatkan diri untuk mandi, berganti pakaian baru kemudian mencoba menyantap Manggo Rice yang diberikan Sari untuknya. Ternyata rasanya lumayan juga, manis asam dari mangga dan gurih dari ketan bergabung menjadi satu. Yang paling penting tidak membuat Rieka eneg dan ingin muntah. Rieka bisa menghabiskan seporsi makanan itu dengan aman. Selanjutnya mungkin karena kenyang, Rieka jadi semakin ngantuk saja. Dirinya pun merebahkan diri di kasur dan terlelap disana. Rieka baru bangun sore harinya saat mendengar suara di kamar. Suara Edwin yang baru datang dari kantor dan sedang melepas pakaian kerjanya, berganti denga
Sore harinya setelah jam kerja kantor berakhir, Bagas tidak langsung pulang. Sengaja menunggu di kantor yang lokasinya lebih dekat dengan restoran Imperial tempat dirinya harus menghadiri kopi darat yang dicanangkan oleh papanya.Tak lupa Bagas juga menuruti saran papanya untuk mandi dan membersihkan dirinya biar wangi. Bagas juga mengganti pakaian kerjanya dengan kemeja kasual yang lebih santai. Ditambahkan jas hitam juga sebagai pelengkap penampilan. Yang penting terlihat rapi dan bersih aja kan?Bagas beranjak pergi ke restoran Imperial dan mencari private room yang telah dipesan oleh papanya. Betapa kagetnya Bagas saat membuka pintu ruangan ternyata sudah ada seseorang disana.Bagas mendapati seorang wanita berambut panjang duduk di kursi yang menghadap ke pintu masuk. Pasti dia gadis yang dikatakan papanya tadi?"Selamat sore, Dokter Caca." Bagas menyapa dengan seramah mungkin. Ingin memberikan kesan pertama yang baik untuk
"Kamu kan yang deket sama salmonnya, jadi ambilin buat aku" Perintah Rischa seenaknya pada Bagas.Bagas mengangkat sebelah alisnya, kesal juga sebenernya diperintah-perintah begitu. Tapi dia nurut saja mengambilkan, daripada si nona jutek ini gak mau makan."Aku mau salad juga," tambah Rischa."Iya-iya," Bagas juga menuruti mengambilkan salad."Minumnya gimana? Katanya kamu lagi diet? Berarti air putih ya?" Bagas sengaja mengerjai Rischa kali ini. Salah sendiri sok-sokan diet. Makan tu air putih hehe."Eh?" Rischa masih kepikiran caramel machiato pesanannya tadi. Tapi harga dirinya menghalangi untuk menyebutkan nama minuman itu. Takut dikira gak konsisten dietnya sama cowok di depannya, gengsi."Iya aku minum air putih aja, siniin tu sebotol mineral water." Rischa menjawab dengan bangganya.Bagas sudah cekikikan dalam hati menghadapi tingkah gadis itu. Asli manis banget, keras kepalanya itu lho. Khas banget sifat para sultan dan sulta
"Keluhannya apa Pak?" Rieka memulai proses Anamnesa kepada seorang pasiennya. Mengamati baik-baik wajah, ekspresi dan raut muka pria muda di hadapannya itu. Kok kayak bukan orang sakit gitu? Terlalu sehat dan segar wajahnya."Saya demam dok, gak enak badan. Sakit semua rasanya badan saya," Jawab si pasien."Ada yang lainnya?" Rieka menanyakan sambil menulis di catatan rekam media pasiennya."Saya kemarin dan hari ini tidak masuk kerja, jadi saya minta surat ijin sakit dua hari Dok." Si pasien menambahkan.Rieka tersenyum menanggapi, jadi ini tujuan utamanya? Ketahuan banget niatnya bukan untuk berobat tapi minta surat sakit. Tipe pasien yang paling dibenci oleh Rieka. Pasien nakal yang memanfaatkan surat sakit."Mbak tolong tensi, dan periksa suhu badan pasien." Perintah Rieka kepada perawat sekaligus asistennya."120/80 mmHg, dan 36,5 derajat Celcius Dok." Fatiya, perawat Rieka menjawab setelah melakukan pemeriksaan kepada pasien itu."Dari pemeri
Betapa kagetnya Rieka saat memasuki rumah ternyata Dimas sudah ada disana bersama tiga orang pria. Rupanya mereka yang katanya tadi ingin mengajukan proposal dana kepadanya.'Aduh kok langsung si Ger? Kenapa gak sorean aja sih? Aku kan kepengen rebahan dulu, capek banget.'"Selamat siang Bu Bos," sapa Dimas sumringah menyambut Rieka dengan senyuman lebar khasnya."Selamat siang Nyonya Paradana." Ketiga pria lainnya kompak memberikan salamnya juga kepada Rieka."Ya selamat siang, silahkan duduk, " Rieka mempersilahkan para tamunya untuk mengambil duduk. Sementara dirinya sendiri juga ikut duduk berhadapan dengan keempat pria itu."Begini Bu Rieka. Mereka bertiga kebetulan ingin mengajukan proposal untuk mendaftarkan diri sebagai lembaga penerima kucuran dana kita." Dimas memulai memberikan introduction."Silahkan dimulai menyampaikan maksud kalian satu persatu." Rieka langsung saja mempersilahkan ketiganya untuk berpresentasi. Ingin
Malam harinya saat Edwin tiba dari kantor, suasana kamar masih gelap. Lampu kamar bahkan tidak dinyalakan entah karena alasan apa. Rieka kemana?Edwin menyalakan lampu dan mengedarkan pandangannya, betapa kagetnya Edwin saat didapatinya tubuh Rieka yang terbaring di atas kasur. Dengan dua buah dokumen tergeletak di samping tubuhnya."Honey? Honey?Kamu kenapa?" saking cemasnya Edwin buru-buru mendatangi istrinya itu. Edwin meletakkan telapak tangannya di kening Rieka, agak hangat. Sedikit lebih hangat daripada suhu normal. Tapi tidak terlalu panas juga yang sampai bisa menyebabkan demam.Perlahan Rieka membuka matanya dan keheranan melihat wajah Edwin tepat dekat sekali di hadapannya. "Hubby?...""Honey kamu kenapa? Jangan bikin aku takut donk." Tanya Edwin khawatir."Gak pa-pa kok cuma capek aja," jawab Rieka."Kan sudah aku bilang kamu jangan capek-capek." Edwin memprotes keras, takut Rieka terlalu memaksakan diri se
Keesokan harinya Rieka dibuat syok dan kaget saat mendapati adanya flek kecoklatan di celana dalamnya. Ada apa ini? Apa terjadi sesuatu dengan Baby Bee? Perdarahan? Rieka benar-benar khawatir demi memikirkan segala kemungkinan yang terjadi.Seharian Rieka tidak bisa berkonsentrasi dalam bekerja. Bahkan sibuk mencari-cari informasi tentang flek pada kehamilan di sela-sela kesibukannya. Rieka membaca-baca artikel bahkan sampai jurnal medis tentang hal ini.Apakah normal terjadi ataukah sesuatu yang berbahaya bagi kehamilannya? Tetapi karena Rieka tidak merasakan adanya suatu rasa kesakitan dan jumlah flek yang terjadi sangat sedikit, dirinya memutuskan bahwa ini termasuk hal yang normal dan biasa terjadi.Beberapa jurnal mengatakan terjadinya flek atau perdarahan ringan, normal terjadi pada fase perlekatan janin ke dinding rahim. Kalau dihitung-hitung memang usia kehamilan Rieka sekarang sudah sampai di Minggu kedelapan. Sudah waktunya untuk perlekatan juga. Atau bisa juga terjadi sebag
Suasana di kediaman keluarga Wijaya sore ini sudah sangat ramai. Booth-booth makanan dengan segala macam sajian dari catering kenamaan Sono Kebun, telah stand by di seluruh sudut ruangan. Ruang tamu plus ruang tengah yang kini disatukan menjadi sebuah party hall super luas. Ada apakah gerangan disana? Tentu saja sedang ada acara Tasyakuran kelahiran serta aqiqah dari putra pertama Edwin dan Rieka. Sang Pewaris Tahta Keluarga Pradana. Para undangan yang hadir tidak terlalu banyak, karena ini merupakan private party sederhana saja. Hanya ada keluarga dekat dari masing-masing keluarga Rieka dan Edwin. Serta tentunya beberapa sahabat dekat dan staff kepercayaan Pradana juga turut hadir diundang untuk memeriahkan acara. "Selamat sore, Good evening. Terima kasih atas kehadiran saudara sekalian. Saya selaku perwakilan dari kepala keluarga Pradana mengucapkan selamat datang dan selamat menikmati acara serta hidangan seadanya yang telah kami persiapkan." Mahes yang kali ini didapuk sebagai p
Edwin keluar dari mobilnya saat Soleh baru menghentikan mobil di pelataran parkir rumah sakit. Dia bahkan tidak menunggu sampai posisi mobil sudah benar untuk di parkirkan terlebih dahulu.Calon papa itu sudah berlarian dari parkiran mobil, memasuki gedung rumah sakit. Langsung menuju ke ruangan bersalin yang sudah dia ketahui letaknya. Waktu Rieka keguguran dan perlu tindakan kuretase kan di ruangan bersalin itu juga dulu.Edwin menghampiri salah satu perawat yang bertugas, menanyakan tempat Rieka dirawat. Perawat itu pun mempersilahkan Edwin untuk masuk ke ruangan persalinan.Di dalam ruangan Edwin dapat melihat Rieka yang sudah terbaring diatas bed pasien sedang posisi tubuh miring kiri. Dengan selang infuse yang sudah ditangan terpasang di tangannya."Honey? Honey kamu gimana keadaannya?" Edwin menghampiri Rieka, mengamati keadaan wanita yang sangat dicintainya itu dengan seksama.Rieka terlihat sangat pucat
Semangat sih semangat, tapi tetap saja Joko dikalahkan oleh realitas yang menghadang. Mau dicari dimana pun tetap tak ada warung lontong balap di pagi buta begini. Nihil.Tapi Joko tahu benar, Pak Edwin tak akan mau menerima alasan apapun tentang kegagalannya dalam menjalankan tugas.Aaarrrgggh bisa gila!Ditengah kegalauan akutnya, Joko tiba-tiba kepikiran sebuah ide cemerlang. Kalau gak ada yang jual, gimana kalau bikin sendiri saja? Pasar tradisional kayaknya sudah buka deh pagi buta begini. Yang penting bisa dapat kan lontong balap sesuai pesanan.Tapi siapa yang masak ntar? Aku kan gak bisa masak sama sekali?Oiya, Bi Ijah kan pinter masak. Pasti dia bisa bikin Lontong balap yang enak.Akhirnya Joko menetapkan hatinya untuk pergi ke pasar tradisional. Membeli semua bahan yang dibutuhkan untuk membuat lontong balap. Kemudian membawanya ke Wijaya Manshion. Joko langsung meminta bantuan Ijah untuk memasak dan
Setelah beberapa bulan berlalu dalam kedamaian, Edwin tidak menyangka bahwa pengalamannya yang luar biasa karena proses ngidam-mengidam Rieka akan terjadi lagi dalam waktu singkat.Hanya berselang beberapa hari saja sejak Rieka diketahui positif hamil, Edwin harus memulai lagi petualangan serunya. Petualangan apa? Tentu saja untuk menuruti dan mencari semua keinginan Rieka dalam rangka ngidam part dua.Keinginan yang kadang aneh-aneh dan sering gak masuk akal sama sekali. Kalau dulu di kehamilan pertamanya Rieka sangat menyukai makanan manis, kali ini berbeda. Kali ini Rieka lebih menyukai makanan asin dan pedas. Kalau dulu sukanya kue-kue pastry, sekarang beralih ke jajanan dan makanan kuliner jalanan khas pedagang kaki lima.Kapan hari Rieka meminta sate batas kota yang pernah dimakan Naruto, Edwin terpaksa harus membelikan disana sambil Selfi dengan gambar Naruto-nya. Pernah lagi Rieka minta belikan bakso telur, yang isinya telornya ada dua. Mana ada kan? Akh
Rieka bergegas turun dari mobil begitu Edwin memarkirkan Porche-nya di car port. Dia mendahului langkah Edwin untuk masuk ke dalam rumah, tak sabar untuk segera melakukan tes untuk mengetahui kepastian kehamilannya. Lebih jauh Rieka bahkan sudah berjalan cepat, setengah berlari."Honey, jangan buru buru. Kamu pake high heels loh. Hati-hati nanti jatuh," tegur Edwin sudah sangat khawatir Rieka akan terpeleset dengan heels sepatunya yang hanya setipis jari telunjuk itu."Hehehe, iya maaf Mas. Aku penasaran pengen cepetan liat hasilnya." Rieka memperlambat langkahnya.Rieka langsung mengarah ke kamar mereka di lantai dua. Masuk ke kamar mandi bahkan tanpa melepas heels dan pakaian pestanya terlebih dahulu.Edwin yang dengan setia menunggui Rieka keluar dari kamar mandi dengan harap-harap cemas. Menanti perguliran detik demi detik jam yang terasa sangat lambat berjalan.Rieka kok lama b
"Mas, jangan lupa kasih selada yang banyak, terus gak pake irisan tomat. Sambelnya banyakin juga." Rieka menambahkan detail pesanannya sebelum Edwin menuruni mobil."Beli 3 yah Mas," tambah Rieka sambil tersenyum lebar, nyengar-nyengir."Iya-iya," Edwin sudah pasrah saja untuk menuruti semua permintaan sang Ratu Rieka. Dia mendatangi stand penjual kebab dan memesan tiga buah kebab sesuai order.Tak lama kemudian pesanannya selesai, Edwin segera kembali ke mobilnya dan menyerahkan pesanan kepada Rieka. Yang langsung digigitnya dengan sangat lahap seperti orang kelaparan saja."Nih buat Mas Edwin satu, buat aku dua." Rieka menyodorkan satu kebab untuk Edwin."Kamu beneran doyan kebab ya?" Edwin menerima pemberian Rieka dan ikutan memakan kebabnya.Rieka hanya mengangguk sebagai jawaban, sambil terus mengunyah dan memamah biak, menghabiskan kedua kebab miliknya. Cukup lama mereka berdua duduk di mobil sambil menikmati suasana jalanan pasar mala
Kemeriahan pesta pertunangan Linggar dan Ditha terus berlanjut. Mulai dari prosesi resmi bersulang wine, memotong kue bahkan sampai pertukaran cincin kedua calon mempelai sudah dilaksanakan dengan lancar. Selanjutnya setelah seluruh prosesi resmi acara serta prosesi pemotretan selesai, yang tersisa hanyalah sesi ramah tamah saja. Rieka dan Edwin menyempatkan diri untuk berkeliling ballroom menyapa para kolega bisnis, serta kerabat dekat dari keluarga mereka. Sebelum akhirnya keduanya undur diri untuk duduk di bagian VVIP sambil menikmati hidangan yang yang tersaji disana. Edwin mengamati Rieka yang sepertinya sedang tidak bersemangat menyantap makanan di piringnya. Dari tadi istrinya itu hanya memutar-mutar sendok dan garpunya, memainkan makanan di atas piring. Bahkan tanpa menyuapkan ke mulutnya. Kenapa dia? "Honey?Makanannya gak enak ya?" tanya Edwin menyelidik. "Apa kamu mau coba ganti makanan yang lainnya?" "E
Bagas yang dapat merasakan ada yang tidak beres dengan kedua pasangan itu segera cepat-cepat mohon diri dan menggiring Rischa untuk segera memasuki ballroom. Bisa makin runyam kalau si cewek cablak ini dibiarkan terus ngomong gak jelas begitu."Tunggu, jangan cepat-cepat jalannya Gas!" Rischa kewalahan mengikuti langkah Bagas yang lerlalu cepat untuk dirinya."Kamu itu ya, bisa gak sih kamu menahan diri dan mengerem omongan kamu sedikit?" Geram Bagas setelah menghentikan langkah di tempat yang sedikit lenggang."Haaah? Emangnya kenapa?" Rischa tak dapat mengerti kenapa Bagas jadi terlihat semarah itu kepadanya."Dokter Rieka itu habis keguguran ... " Bagas tentu tahu apa yang telah terjadi dengan Rieka. Ya meski pun menyatakan menyerah untuk mendapatkan Rieka, tapi tetap saja dia selalu update tentang info mengenai dokter itu.Apalagi dengan papanya yang masih setia menjadi pasien Rieka. Tentu saja sedikit banyak Bagas jadi tahu a
"Waduh nambah satu lagi ini orang yang menyebalkan," Linggar mengeluhkan kedatangan Mahes.Kakak iparnya ini sama saja kerasnya dengan Edwin, kakak kandungnya dalam memberikan didikan kepadanya. Bahkan Mahes ini sering lebih sadis kalau ngomong, nusuk banget."Siapapun juga bakal ngamuk kalau liat kelakuan minus kamu itu, Nggar!" Laras ikutan menyeletuk mendukung ucapan suaminya."Kemana perginya Mbak Laras yang dulu selalu membelaku? Kenapa sekarang jadi ikutan menyebalkan begini?" Linggar pura-pura merengek manja pada Laras."Gak ada! Adanya sekarang Larasati yang bijaksana. Yang tahu mana benar dan salah." Jawab Laras sok bijak sekaligus congkak."Saking bijaknya sampai keasikan arisan ya?" Mahes balik menggoda nakal pada istrinya itu."Iiiiiih Mas Mahes bukannya memuji malah buka aib istrinya sendiri. Kesel deh, gak ada jatah buat kamu malam ini!" Sewot Laras pada suaminya."Hahaha kapok!" Linggar tertawa ngakak mendengar pe