Bab489"Kenapa diam begitu?" tanya Kevin kepadaku. Sepulang dari kediaman Erina, aku merasakan kegelisahan dalam hati."Vin, aku merasa sesuatu yang tidak beres sedang terjadi pada Erina dan Zurnal. Tapi aku nggak mau banyak bicara tadi, nggak enak aja liat wajah mereka nampak panik dan kesannya ada yang di sembunyikan gitu.""Iya, aku juga merasakan hal yang sama. Aku yakin, Erina dan Zurnal menyembunyikan sesuatu. Tapi ya sudah, kita berpikir posifit sajalah."Sesampainya di rumah, kedatangan kami di sambut Cinta dan Aldo, yang ternyata datang berkunjung. Wajah keduanya nampak kusut, membuatku sedikit bingung.Sedangkan Kevin pun langsung pulang ke rumahnya yang ada di sebrang rumahku."Mamah dari mana?" tanya Cinta sambil bersalaman. "Mamah dari rumah tante Erina, om Zurnal kecelakaan beberapa hari yang lalu. Barusan Mamah baru bisa jenguk.""Jangan terlalu akrab sama dia, Mah. Lagian keluarga mereka juga nggak begitu dekat lagi sama kita.""Cinta jangan begitu, biar bagaimana pun
Bab490Aku melenggang masuk ke dalam kamar, meraih foto almarhum suami tersayang. Kutatap wajah tampannya, aku tersenyum."Hai sayangku, bagaimana kabar kamu di sana." Aku tersenyum berurai air mata, sambil berbicara pada fotonya."Kini anak- anak sudah dewasa, bahkan Cinta sudah menikah. Dan kini kamu tau nggak? Galih juga akan menikah. Maafin kekurangan aku ya, jika detik ini, aku belum bisa membantu Erina, adik kita. Ada beberapa hal, yang masih aku pertimbangkan. Dan kamu tau nggak? Cinta bersikap aneh hari ini, dia meminta apartemen masa tua kita, untuk dia tempati. Apakah aku Ibu yang egois? Menolak kemauannya?" Kali ini, aku tidak mampu lagi menangis sambil tersenyum. Ada perasaan mengganjal di hati ini, jika aku mengingat permintaan Cinta yang sudah aku tolak tadi.Aku menyayangi anak- anakku. Tapi untuk memberikan kemauan mereka secara cuma- cuma, rasanya aku tidak bisa melakukan hal itu.Apalagi, Cinta sudah menikah.Ya ampun, apakah aku culas kepadanya? Perasaan tidak enak
Bab491Aku tersenyum getir, ketika memikirkan sebuah pernikahan baru. Untuk wanita seusiaku, rasanya untuk jatuh cinta lagi saja aku malu, apalagi harus menikah lagi.Meskipun dulu semasa hidup, mas Arya berjanji menemaniku hingga menjadi kakek- nenek. Tapi apalah daya, sebelum menyandang status itu, dia lebih dulu tutup usia."Akh, untuk apa aku ratapi takdir ini? Faktanya setiap manusia yang bernyawa, pasti akan kembali kepada Sang Penciptanya. Bahkan diri ini pun hanya menunggu giliran, usia jelas tidak menjadi tolak ukur kematian. Ya Allah, ampunilah hamba yang penuh kekurangan ini."Aku terus berusaha memanjatkan doa diakhir salatku. Semoga suami tersayang bahagia di sana, di lapangkan kuburnya, dan di terangkan cahayanya.______Pagi itu, tepat 2 minggu, setelah kunjungan terakhirku ke rumah Erina. Wanita itu datang ke rumah, dengan wajah murungnya."Ada apa?" tanyaku, yang kebetulan aku sedang menyiram tanaman di halaman rumah.Tiba- tiba dia memelukku erat, sambil menangis ses
Bab492Kevin mengernyit, ketika melihat Erina berlari menyebrang dari rumahku ke rumahnya."Kevin ....""Ada apa? Kenapa nampak panik?" tanya Kevin pada Erina.Aku hanya diam dan membiarkan Erina yang menjelaskan masalahnya. Tiba- tiba Erina memeluk Kevin, dia menangis sesegukkan."Hei, ada apa?" tanya Kevin lagi sambil mengurai pelukan Erina.Jelita pun mendekatiku dengan tatapan bingung."Mah, tante Erina kenapa?" tanya Jelita pelan."Echa hilang tanpa kabar, Vin." Terdengar suara Erina.Aku memberi kode pada Jelita untuk diam. Dan sukurnya gadis cantik itu paham dan ikut diam menyimak penjelasan Erina."Hilang tanpa kabar bagaimana sih?" tanya Kevin lagi dengan tatapan serius.Erina menangis sesegukkan. Kevin menggiringnya untuk duduk di depan rumah yang memang tersedia bangku. Aku dan Jelita menyusul dari belakang.Jelita si gadis manja itu pun bergelayut manis di lenganku."Zurnal menjodohkan dia dengan anak kepala desa yang ada di Kalimantan, Vin. Aku tidak mengenali jelas kelua
Bab493Disaat kembali pulang ke rumah, saat itu jam 7 malam. Erina terkejut, ketika terlihat mobil mewah terparkir di halaman rumahnya.Erina turun dari taksi dan berjalan pelan ke arah rumahnya tersebut. "Mobil siapa ini?" batin Erina, karena ini bukan mobil ibu mertuanya. Erina penasaran dan memelankan langkah, agar tidak terdengar kedatangannya.Brak ....Terdengar suara meja dihentak begitu keras, membuat Erina nyaris memekik karena terkejut."Kurang ajar! Berani sekali kamu mempermainkan kami. Jika dalam waktu seminggu, wanita sialan itu tidak kami temukan, maka kamu dan istrimu akan tahu akibatnya ....""Apa?" gumam Erina. Wanita itu semakin penasaran dengan apa yang di dengarnya kini. Erina mendekat ke arah dinding, ingin tahu lebih jelas pembicaraan tamu itu dengan suaminya."Saya tidak mengatakan jika Echa itu perawan! Saya bilang dia anak perempuan saya yang cukup nakal tingkahnya. Dan masalah dia lari dari rumah kalian, itu bukan tanggung jawab kami. Sebaliknya, itu tanggu
Bab494"Wow, tuan Kevin, anda di sini?" Pak Asmad berdiri, dan Kevin terkekeh.Pak Asmad menyodorkan tangannya untuk bersalaman. Namun Kevin mengabaikan tangan lelaki itu dan malah memilih duduk berhadapan dengannya."Rupanya anda, yang menjadi mertua Echa."Merasa diabaikan Kevin, pak Asmad pun hanya tersenyum kecil dan menarik tangannya. Pak Asmad kembali duduk sembari membuang napas kesal."Ya.""Anda tahu, Echa adalah keponakan saya," jelas Kevin, membuat pak Asmad sedikit terkejut."Saya bukan orang baru di Kalimantan, tentu saja Anda mengenal baik siapa saya. Meskipun saya bukan orang sana. Tapi bukan berarti, saya tidak tahu apa- apa. Dan mengenai keluarga Anda. Saya cukup tahu banyak, dari hal yang Anda perlihatkan, hingga Anda sembunyikan.""Oh ya, luar biasa sekali, jika Anda tahu apa yang saya sembunyikan.""Tentu saja saya tahu. Apalagi mengenai anak lelaki Anda, yang memiliki kelainan sex," ujar Kevin sambil terkekeh.Senyum kecil di wajah pak Asmad langsung menghilang."
Bab495"Tanggung jawab kamu! Anakku hilang, semua karena keserakahan kamu akan uang. Jika kamu dulu keberatan membantu kami, maka tidak perlu kamu gaya- gayaan berkorban segalanya, tapi endingnya kamu menyesal dan menjual anakku dengan dalih pernikahan. Ingat ya, Zurnal. Bukan aku yang ingin menikah dulu denganmu, tapi kamu yang mau. Rusaknya perilaku Echa, itu tanggung jawab kita berdua. Karena aku dan kamu yang membesarkannya, bukan orang lain."Zurnal hanya terdiam, tidak berani bersuara, karena memang dia salah dalam hal ini."Sekarang kamu cacat!! Dan itu karma kamu, Zurnal." Erina kembali berteriak.Kevin hanya diam, menatap dingin kepada Zurnal."Dan apa tadi yang pak Asmad katakan? Kamu menerima uang 500 juta dan berniat menikah lagi. Dan kamu pikir aku akan diam setelah tau? Tidak. Coba saja jika kamu berani, aku tidak akan segan- segan menuntut kamu, lelaki cacat ....""Erina," teriak Zurnal mulai tidak terima."Pelankan suara kamu, Zurnal. Kamu tidak lagi dalam keadaan mamp
Bab496"Na, ya Allah," lirih Zurnal. Erina mengabaikan rintihan pelan lelaki yang masih berstatus suaminya itu.Kevin pun bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Zurnal."Tidak ada tawa dari buah penyesalan, Nal. Selain keterlaluan, yang kamu korbankan itu adalah keponakan dan sepupuku. Darah lebih kental dari air, dan selain kecewa, aku marah sama kamu. Jika kamu bisa tega dengan keluargaku, maka jangan salahkan aku, jika melakukan hal yang sama ....""Vin, aku mohon maafkan aku," pinta Zurnal dengan wajah memelas."Kita lihat saja dulu hasil pencarian Echa. Jika hasilnya buruk, maka kamu wajib bertanggung jawab. Dan kamu tentu tahu, bagaimana sifat burukku kan ...."Usai berkata, Kevin melangkah pergi keluar rumah menyusul Erina. Wanita itu berdiri di samping mobil Kevin sambil menangis sesegukkan."Sudah jangan cengeng! Tadi saja gayamu sudah seperti pemain utama film action. Kini, malah seperti drama rumah tangga," ucap Kevin sambil terkekeh."Nggak lucu! Antar aku ke rumah m
Bab689"Selamat malam," ujar Abizar lagi."Ngapain kamu kemari? Setelah kamu membuat anak saya menderita, berani- beraninya kamu menampakkan batang hidung seolah tanpa dosa," bentak Kevin, yang langsung berdiri dengan emosi."Papah, sabar," pinta Elea, sambil memegang tangan Kevin."Manusia tidak tahu malu ini, dia datang ke rumah Galih dengan nyali besar, setelah menyia- nyiakan anak- anakku, aku tidak akan mengampuninya," pekik Kevin."Maaf, Pah. Saya datang kemari, hanya ingin kalian tahu, saya dan Cinta saling mencintai, kami ingin kalian restui hubungan kami lagi dan jangan menentang hubungan kami, cuma itu ...." "Apa?" Seluruh keluarga memekik.Cinta pun sangat syok, mendengar ucapan berani Abizar. Tiba- tiba Jelita tersandar, mendengar ucapan Abizar. "Jelita," pekik Abel. Wanita yang biasanya membenci Jelita itu, langsung memeluk Jelita yang nampak syok sekali."Brengsek!!" Cinta bangkit dari duduknya, menghampiri Abizar dan menampar keras wajah lelaki tidak tahu malu itu."D
Bab688Melihat begitu banyak panggilan telepon dari Bagus, Cinta pun memutuskan, untuk menghubungi balik nomor Bagus.Dan lelaki itu dengan cepat menjawab telepon Cinta."Assalamualaikum, Tante ....""Wa'alaikumsallam, Gus.""Maaf Tan, saya mau tanya, Tante ada bicara apa sama Ibu? Sampai- sampai Ibu pingsan.""Maafkan Tante, Gus. Tadi ada berita buruk, yang sempat mengguncang perasaan kami semua. Kejadian siang tadi cukup mengejutkan, pesawat menuju Bandung mengalami kecelakaan. Dan Nenek, juga Kakek ke Bandung hari ini, itu yang Tante sampaikan sama Ibu kamu ....""Inalillahi, jadi bagaimana kabarnya, Tan. Maaf Bagus tidak tahu apa- apa.""Kuasa Allah, Gus. Rupanya mereka selamat, karena Kakek pingsan, sebelum mereka naik pesawat. Nenek membawa Kakek ke rumah sakit, dan mereka ketinggalan pesawat, Gus. Luar biasa, diluar dugaan kami semua, Allah masih memberi kita kesempatan, untuk berbakti kepada mereka berdua," jelas Cinta."Alhamdulilah, Allahu akbar, masya Allah, luar biasa, Tan
Bab687"Allahu akbar, Abel, Kak Cinta ...." Galih menjerit, membuat orang yang kini di depannya jadi bingung.Mendengar jeritan Galih, mereka yang duduk di ruang keluarga pun berhamburan keluar menyusul Galih."Astagfirullah ...." pekikkan mereka semua terdengar bersamaan. Galih terlalu syok, membuatnya nyarus pingsan."Kalian jangan mengira Mamah setan ya," bentak Elea dengan kesal."Ini Mamah beneran?" Abel bertanya. Semua menjadi bingung, bahkan beberapa dari mereka terus- menerus mengusap mata dan wajah, memastikan yang di lihatnya adalah nyata, bukan halusinasi."Mamah sudah tahu, apa yang ada di dalam otak kalian. Jangan heran, jika Mamah datang dengan wajah acak- acakkan begini, bahkan tanpa menggunakan tas sama sekali. Mending bayarin taksi Mamah sana, orangnya dah nunggu," titah Elea."Ini Mamah kita," pekik Cinta yang langsung menghambur ke pelukan Elea, disusul Raisa dan lainnya memeluk Elea."Aduh ...." Elea pun memekik, melihat tingkah mereka semua yang langsung memelukny
Bab686"Jelita belum tahu kabar duka ini, tadi aku sudah coba hubungi, tapi belum juga dia jawab panggilan teleponku," lirih Cinta."Aku juga bingung, Kak. Apa yang harus aku katakan sama dia, entah bagaimana reaksi Jelita, jika tahu Mamah dan Papah sudah tiada. Pesawat itu terbakar, sebelum benar- benar jatuh," ujar Galih kembali menangis. Bayangan wajah tua kedua orang tuanya menari- nari di pikiran mereka semua."Pantas Mamah memelukku berulang kali, mengingatkan kita terus- menerus, bahwa sesama keluarga harus saling menyayangi dan tolong- menolong. Mereka juga selalu berbicara tentang kematian, yang aku sendiri tidak tahu, bahwa itu adalah pertanda, mereka berdua akan pulang bersama- sama, untuk selamanya."Cinta menangis kuat, Kamila memeluk Ibunya dengan erat, begitu juga Raisa, memeluk Abel dan menangis di pelukan Ibunya."Rasanya tidak pernah sesakit ini, kehilangan yang begitu mengejutkan, membuat hati ini tidak siap. Berpuluh tahun hidup bersama dengan keduanya, hingga Rai
Bab685"Nanti saja ah, malas. Lagian kita lagi makan gini, masa di gangguin hal- hal yang tidak jelas begitu," ujar Cinta, mengabaikan ucapan Galih tadi."Cinta, sudah 1 tahun kita bersama, tapi kenapa, kamu nggak pernah mau pertemukan aku dengan anak kita, Kamila?" tanya lelaki itu."Mas, tidak semudah itu. Kamila akan tahu segalanya, bahwa kamu pernah menikahi Jelita juga. Dan Enggar, juga Bagus, bagaimana tanggapan mereka pada kita? Kamu meninggalkan mereka, lepas tanggung jawab, dan malah bersamaku. Tentu saja, bukan cuma mereka yang akan kecewa sama kita, tapi Kamila juga.""Kemudian Mamah dan Papah, bisa- bisa aku mereka kutuk, Mas ....""Tapi mau sampai kapan, kita kucing- kucingan seperti ini? Aku juga ingin diakui, dan dianggap bagian keluarga kamu, Cin.""Belum waktunya, Mas.""Kapan waktunya, Ta? Aku dan Jelita, itu hanyalah kesalahan. Sedangkan aku sama kamu, itu cinta yang tulus. Aku mohon, pikirkan ini baik- baik, aku hanya ingin di akui, dan Kamila juga harus tahu, bahw
Bab684Perjalanan panjang Bagus lalui bersama Jelita, Ibu yang kini sangat dia sayangi, dan dia utamakan kebahagiaannya."Pulang dari umrah, kita ke rumah Nenek saja ya, Gus.""Terserah Ibu saja, Bagus ngikut saja. Bagus tidak punya siapa- siapa untuk di bahagiakan, jadi segala waktu dan apapun yang Ibu mau, asal Ibu bahagia, Bagus akan selalu turuti, insya Allah," ujarnya.Jelita terharu dan menatap penuh kasih sayang pada Bagus. Sementara Bagus dan Jelita melaksanakan ibadah umrah, rupanya rumah mewah Elea, sudah terjual sesuai kesepakatan dengan pembelinya.Penjualan rumah, di saksikan Galih, karena hasil dari penjualan rumah mewah tersebut, 50% milik Galih, 30% milik Cinta dan sisanya barulah milik Elea dan Kevin.Setelah semua beres, Elea dan Kevin, memutuskan untuk tinggal di hotel. Sebelum rumah impian mereka di desa selesai di bangun.Hanya sisa 10% saja, rumah di desa itu akan selesai dan bisa mereka tempati.Galih sudah menyarankan, agar Elea dan Kevin mau tinggal di rumah m
Bab683"Kenapa kamu terlambat?" tanya atasan Bagus, yang ada dibagian divisinya."Maaf pak Rahmat, saya menabrak orang tadi di jalan."Pak Rahmat, yang merupakan pengawas divisi pemasaran, tidak begitu berani bersikap keras pada Bagus, tapi dia tetap berusaha profesional, agar tidak terlalu nampak membeda- bedakan karyawan."Lain kali berhati- hati di jalan, Gus. Dan tolong jangan ulangi lagi, keterlambatan datang seperti ini. Hari ini saya maklumi, tapi kalau terulang lagi, saya akan berikan sangsi pemotongan gaji," jelas pak Rahmat memberi peringatan."Baik, Pak." Hanya itu jawaban Bagus. Sadar diri akan kesalahannya, Bagus tidak berani banyak bicara.Pak Rahmat meninggalkan divisi pemasaran, menuju ruangannya, untuk memeriksa laporan penjualan kemarin.Sementara Bagus duduk di meja kerjanya, dengan pikiran yang mulai tidak fokus. Bagus mulai memikirkan wanita yang di tolongnya tadi, dan itu sangat mengganggu kerjaannya.Tiba- tiba, HRD memasuki ruangan divisi pemasaran, bersama den
Bab682"Bu ...."Jelita menatap Bagus."Bagaimana kalau kita pergi umrah?"Jelita terpaku sejenak, mendengar usulan Bagus."Gimana, Bu?" tanya Bagus lagi, membuat Jelita tersadar dari keterkejutannya.Anak yang biasanya cuek, hanya memikirkan kesenangannya sendiri, kini mengajaknya pergi umrah. "Kamu serius pengen umrah, Gus?" tanya Jelita balik, memastikan keinginan Bagus."Iya, Bu. Mumpung kita ada rezeki lebih. Kita ajak Enggar dan Lina juga, mana tau mereka mau. Tapi jika mereka menolak juga tidak apa- apa, kita berdua saja yang pergi ke sana, Ibu mau kan?""Tentu saja Ibu mau, Gus. Masya Allah, niat kamu baik sekali anakku, mana mungkin Ibu menolak."Bagus tersenyum. Dan niat mereka pun, di sampaikan kepada Enggar dan Lina, ketika mereka makan malam bersama."Dalam waktu dekat ini belum bisa, Bu, Mas. Enggar masih harus fokus ke perusahaan," jawab Enggar.Wajar sih, belum ada 1 tahun dia bekerja, masih tidak enak hati jika terus izin libur, untuk urusan pribadi.Sebagai calon pe
Bab681"Tugas kita sudah selesai, nampaknya anak, cucu dan cicit tidak ada masalah, dengan pembagian harta warisan kita," ujar Elea, ketika dia dan Kevin merebahkan diri di atas kasur mereka."Kuharap juga begitu, agar kita berdua bisa menjalani kehidupan yang tenang," jawab Kevin."Kulihat Abel juga tidak membuat masalah lagi." Elea merasa lega, melihat sikap menantunya itu, yang semakin baik dari sebelumnya.Galih membelikan rumah yang cukup mewah, untuk dia tempati dan istrinya. Galih tidak ingin menyatukan istrinya lagi sama Ibunya. Karena bagi Galih, jika keadaan sudah tidak nyaman, dan terus di paksakan, maka mereka akan saling menyakiti.Demi menjaga rumah tangga dan hati orang tuanya, Galih memutuskan untuk memiliki rumah sendiri.Tetapi dia tetap memperhatikan kedua orang tuanya, meskipun mereka tidak satu rumah.______>_______Karena perjalanan yang cukup jauh, Jelita mulai jatuh sakit. Badannya meriang, nyaris semalaman, Lina tidak bisa tidur, karena khawatir dengan kond