Dania terdiam duduk di sofa di dekat bukaan lebar di kamar Pillar. Saat ini dia sedang memberikan ASI kepada Pillar. Jika biasanya tatapan mata Dania akan selalu melakukan interaksi dengan putranya, tetapi kali ini pandangannya menerawang jauh memikirkan ucapan Kemala. “Dania … seandainya Mas Sangg
“Aku sudah tidak punya uang lagi,” ucap Reisa di hadapan Dion dengan air mata yang bercucuran. Reisa tidak pernah menduga jika permainan takdir mampu membuat hidupnya jungkir balik. Dirinya yang sejak kecil selalu hidup berkecukupan dan tidak pernah merasakan kekurangan materi, kini harus di hadapk
“Ada yang ingin kau tanyakan?” tanya Sangga menanggapi Dania. Tampaknya sampai saat ini Sangga belum berani untuk berkata jujur tentang kekurangannya dan kelemahan yang sedang dia coba atasi dengan serangkaian terapi. Selain itu Sangga menduga mungkin ada hal lain yang saat ini sedang mengganggu pi
Tidak ingin membuang waktu karena kehamilan Reisa yang semakin mendekati hari perkiraan kelahiran anaknya, maka Dion bergerak cepat agar pernikahan mereka bisa segera dilaksanakan. Dengan bantuan koneksi dan finansial yang Sangga miliki pernikahan Dion dan Reisa akhirnya terlaksana juga. Sangat sed
“Sekarang, mereka sedang ngapain ya?” tanya Dania kepada sang suami saat mereka sedang berdua di dalam kamar di atas ranjang. Sangga tersenyum lalu melabuhkan kecupan hangat di pucuk kepala istrinya. Ayah satu anak itu memahami jika saat ini istrinya sedang ingin bernostalgia dengan malam pertama m
Dengan mata yang masih terpejam, Dania meraba tenoat tidur di sampingnya. Ibu satu anak itu segera membuka mata saat merasa tidak menemukan apa yang sedang dia cari. Ya, Dania merasa kehilangan Sangga suaminya. “Daddy!” panggil Dania dengan tatapan mata yang tertuju ke kamar kecil. Dania menduga S
“Bisa menjelaskan ini?” tanya Dania sambil mengangkat bungkus obat yang lupa Sangga buang. “Tentu,” jawab singkat Sangga sambil menganggukkan kepalanya. Dia sadar jika dirinya sudah tidak bisa mengelak lagi. Mungkin memang sudah waktunya bagi Sangga jujur tentang keadaanya saat ini. Bukan hanya Ke
Senyum menyeringai terukir di bibir Cyrus saat membaca pesan masuk di ponselnya. Pria muda yang berprofesi sebagai pengacara itu merasa langkahnya untuk dapat merebut Dania dari Sangga begitu lancar. “Sepertinya semesta merestui, sebentar lagi Dania akan aku miliki,” gumam Cyrus yang sedang berbica
Lima tahun telah berlalu, kini Pillar dan Pijar sudah sekolah, dan tentunya menambah kesibukan baru bagi Dania. Keinginannya untuk kembali ke perusahaan warisan kedua orang tuanya tampaknya memang harus dia urungkan demi menjaga tumbuh kembang anak-anaknya. “Kakak Pillar jagain adik, ya!” ucap Dani
Dania tampak ragu-ragu saat mengangkat panggilan dari nomor yang tidak dikenalnya, tetapi karena terus berulang akhirnya Dania pun menjawabnya. "Halo!" sapa Dania dengan suara lirih dan ragu-ragu. "Dengan Bu Dania Adityawarman?" Terdengar suara seorang pria dari ponsel Dania. "Ya, saya sendiri."
Hari bahagia Chiara dan Cyrus akhirnya datang juga. Meskipun tanpa kehadiran Dania, acara tersebut berjalan dengan khidmat dan penuh haru. Suasana hening tercipta kala penghulu yang duduk di hadapa Cyrus mulai menggenggam tangan pengacara muda itu dengan erat, seolah memberi tanda bahwa akad nikah
Dengan jemari yang masih saling bertautan Dion dan Reisa melangkah menuju ke poli kandungan seperti yang disarankan oleh dokter sebelumnya. Dion menoleh ke samping, menatap wajah sang istri yang terlihat sangat tegang “Bagaimana jika hasilnya negative?” tanya Reisa dengan suara lirih dan terdengar
Di bawah sinar matahari pagi, di taman yang dipenuhi dengan warna-warni bunga dan kupu-kupu yang berterbangan, Dania tampak sedang duduk di kursi taman sambil memangku si kecil, Pijar. Dania sengaja menjemur putrinya berharap mendapat manfaat dari sinar matahari pagi. Sementara itu di sudut yang be
Pagi ini Dion tampak berbeda, biasanya setelah menjalankan ibadah pagi dia akan berolahraga sebentar untuk menjaga kondisi tubuhnya agar tetap sehat dan fit karena sebagai pimpinan di Sari Pangan Andalan aktivitasnya semakin padat. Namun pagi ini dia justru kembali tidur, dan terlihat tidak berseman
Jika saat masih di rumah Ina mengatakan agar Reisa memangku anak Dania agar diompoli dan bisa segera hamil, tetapi kenyataan berbeda terjadi saat mereka sudah berada ruang perawatan Dania. Ina justru terlihat memonopoli bayi mungil itu dan tidak memberi kesempatan kepada Reisa untuk memegangnya. Di
“Aku tidak mau ikut,” ucap Reisa yang justru meringkuk di atas kasur setelah Dion mengajaknya untuk menjenguk Dania yang baru saja melahirkan. “Kenapa?” tanya singkat Dion didahului oleh hembusan napas kasar. “Mama sudah siap di bawah, katanya mau ketemu sama cucunya,” sambung Dion mencoba merayu R
Lega rasanya hati Sangga, bukan hanya proses kelahiran anak keduanya yang berjalan lancar, tetapi juga karena keluarga kecilnya kini terasa lengkap dengan dua anak, lelaki dan perempuan. Setelah bayi mungil itu dibersihkan, kini sudah berada Bersama kedua orang tuanya. Tanpa Dania sadari air matany