Pillar? tanya Dania dengan senyum yang merekah. "Nama yang bagus ... Pillar Adityawarman." Dania menyebut nama itu dengan bangga, seolah-olah bisa melihat bayi mereka yang belum lahir itu.Dania semakin merasa tidak sabar lagi untuk segera melihat dan menimang putra pertamanya. Kelahirannya sudah sa
Sangga menatap ke arah kamar Santi, dia berharap jika sang mama tidak akan mendengar dan mengetahui apa yang saat ini sedang dia bicarakan bersama Kemala. Pandangan Sangga berganti ke ruang kerjanya, tetapi terlihat ada keraguan di wajah suami Dania itu. “Kita ke taman sebentar.” Sangga bergegas m
Sangga kembali ke rumah sakit dengan membawa bekal makanan yang sudah disiapkan oleh Santi untuk menantu kesayangannya. Di rumah Sangga tidak sempat makan pagi bersama sang mama karena dia harus segera menemani Dania yang masih berada di rumah sakit.Memasuki ruang perawatan Dania, Sangga tidak meli
“Sangga sudah berangkat?” tanya Santi kepada Kemala yang sedang mempersiapkan obat untuknya. “Sudah, Bu. Baru saja.” “Katanya hari ini Dania akan pulang, tolong siapkan segala keperluannya!” “Apa saja yang harus saya siapkan, Bu?” Santi terdiam mendengar pertanyaan dari Kemala. Semua kebutuhan D
Sangga terdiam mendengar pertanyaan dari istri kecilnya. Ini yang selama ini Sangga takutkan, Sangga belum siap untuk mengatakan kebenaran tentang kesehatannya sekarang. “Maaf.” Lagi dan lagi kata maaf menjadi jurus pamungkas bagi Sangga. “Ini semua tidak ada hubungannya denganmu. Bahkan kau terlih
Saat ini Sangga sedang duduk berhadapan dengan seorang dokter. Dokter Pasha Amir, pria dengan usia yang hampir sama dengan Sangga itu adalah seorang dokter spesialis andrology yang menangani masalah yang berkaitan dengan system reproduksi pria. “Harapan untuk sembuh pasti ada.” Sebagai seorang dokt
Setelah menyelesaikan sesi konsultasi dengan Dokter Pasha Amir, Sangga bergegas kembali ke ruang perawatan Dania. Setibanya di sana ternyata dokter yang menangani Dania belum datang juga. Tampaknya operasi yang dia lakukan saat ini membutuhkan waktu yang cukup lama. Sangga merasa kedatangannya mengg
“Untuk sementara dimasukkan ke gudang dulu saja, Pak!” perintah Sangga kepada beberapa pekerja pria di rumahnya. “Nanti baru ditata lagi kalau kamar bayinya sudah jadi,” sambung Sangga yang terlihat sibuk mengatur pekerja yang akan menyimpan hadiah-hadiah untuk putranya yang belum lahir. Tampak Pak
Lima tahun telah berlalu, kini Pillar dan Pijar sudah sekolah, dan tentunya menambah kesibukan baru bagi Dania. Keinginannya untuk kembali ke perusahaan warisan kedua orang tuanya tampaknya memang harus dia urungkan demi menjaga tumbuh kembang anak-anaknya. “Kakak Pillar jagain adik, ya!” ucap Dani
Dania tampak ragu-ragu saat mengangkat panggilan dari nomor yang tidak dikenalnya, tetapi karena terus berulang akhirnya Dania pun menjawabnya. "Halo!" sapa Dania dengan suara lirih dan ragu-ragu. "Dengan Bu Dania Adityawarman?" Terdengar suara seorang pria dari ponsel Dania. "Ya, saya sendiri."
Hari bahagia Chiara dan Cyrus akhirnya datang juga. Meskipun tanpa kehadiran Dania, acara tersebut berjalan dengan khidmat dan penuh haru. Suasana hening tercipta kala penghulu yang duduk di hadapa Cyrus mulai menggenggam tangan pengacara muda itu dengan erat, seolah memberi tanda bahwa akad nikah
Dengan jemari yang masih saling bertautan Dion dan Reisa melangkah menuju ke poli kandungan seperti yang disarankan oleh dokter sebelumnya. Dion menoleh ke samping, menatap wajah sang istri yang terlihat sangat tegang “Bagaimana jika hasilnya negative?” tanya Reisa dengan suara lirih dan terdengar
Di bawah sinar matahari pagi, di taman yang dipenuhi dengan warna-warni bunga dan kupu-kupu yang berterbangan, Dania tampak sedang duduk di kursi taman sambil memangku si kecil, Pijar. Dania sengaja menjemur putrinya berharap mendapat manfaat dari sinar matahari pagi. Sementara itu di sudut yang be
Pagi ini Dion tampak berbeda, biasanya setelah menjalankan ibadah pagi dia akan berolahraga sebentar untuk menjaga kondisi tubuhnya agar tetap sehat dan fit karena sebagai pimpinan di Sari Pangan Andalan aktivitasnya semakin padat. Namun pagi ini dia justru kembali tidur, dan terlihat tidak berseman
Jika saat masih di rumah Ina mengatakan agar Reisa memangku anak Dania agar diompoli dan bisa segera hamil, tetapi kenyataan berbeda terjadi saat mereka sudah berada ruang perawatan Dania. Ina justru terlihat memonopoli bayi mungil itu dan tidak memberi kesempatan kepada Reisa untuk memegangnya. Di
“Aku tidak mau ikut,” ucap Reisa yang justru meringkuk di atas kasur setelah Dion mengajaknya untuk menjenguk Dania yang baru saja melahirkan. “Kenapa?” tanya singkat Dion didahului oleh hembusan napas kasar. “Mama sudah siap di bawah, katanya mau ketemu sama cucunya,” sambung Dion mencoba merayu R
Lega rasanya hati Sangga, bukan hanya proses kelahiran anak keduanya yang berjalan lancar, tetapi juga karena keluarga kecilnya kini terasa lengkap dengan dua anak, lelaki dan perempuan. Setelah bayi mungil itu dibersihkan, kini sudah berada Bersama kedua orang tuanya. Tanpa Dania sadari air matany