Dalam video tersebut, terlihat dengan jelas adegan kedua anak manusia yang sama-sama tengah dikuasai oleh nafsu membara. Jannet nampak begitu menikmati gerakan tubuhnya yang meliuk-liuk di atas tubuh Sabeum Alan. Tatapan mata mereka berdua, terlihat saling mendamba.
"Jannet! Bisa-bisanya dia melakukan hal itu!" Andreas nampak geram. Ternyata, keanggunan Jannet yang ditampilkan selama ini, hanyalah pencitraan semata.
"Semalam, dia juga tidur dengan anak buah Om Jun yang dia kira Om Jun," kata Joana, membuat Andreas semakin muak pada rekan seprofesinya tersebut.
Ya. Semalam, Om Jun yang membawa Sabeum Alan ke daerah Lembang lalu mempertemukan dia dengan Jannet di sebuah villa yang telah disewa oleh mantan pelatih beladiri Joana itu. Jannet dan Sabeum Alan sengaja dicekoki dengan minuman racikan khusus yang membuat keduanya terangsang hebat. Mereka berdua lalu ditinggalkan di dalam kamar yang sudah dipasan
Kehidupan rumah tangga Joana dan Andreas semakin hari, semakin terlihat harmonis. Setiap ada masalah, mampu mereka lewati bersama tanpa ada drama yang berarti. Andreas yang dewasa mampu mengimbangi sikap Joana yang kadang-kadang masih kekanak-kanakan. Begitu pula dengan Joana, dia pun mampu mengimbangi gaya hidup suaminya yang sederhana meskipun wanita belia itu berasal dari keluarga kaya raya.Keduanya saling mengisi dan saling melengkapi kekurangan masing-masing. Tidak ada yang merasa paling atau pun mengedepankan egonya untuk menonjolkan diri. Kegagalan di awal pernikahan, cukup memberikan pelajaran berarti bagi mereka berdua untuk saling mengerti dan memahami."Ujian akhir sekolah, bulan depan 'kan, Yang? Apa kamu sudah memiliki rencana, mau melanjutkan ke mana?" tanya Andreas ketika melihat sang istri membuka buku pelajaran, seperti biasanya.Ya. Meskipun Joana adalah siswi yang cerdas dan tanpa belajar pun dia past
Jannet kini benar-benar harus merasakan hukuman atas apa yang telah dia lakukan selama ini. Pasalnya, kejadian semalam akhirnya diketahui oleh khalayak umum, setelah Sabeum Alan meminta bantuan pada petugas keamanan di kompleks tempat Jannet tinggal. Petugas keamanan lantas meminta bantuan tenaga medis sehingga mereka berdua dapat dipisahkan."Papa kecewa sama kamu, Jenny! Pergilah jauh dari kota ini! Papa malu punya anak seperti kamu! Kamu bukan lagi anggota keluarga ini!" hardik sang papa yang kini tengah dikuasai amarah.Lesu, Jannet meninggalkan rumah orang tuanya. Derai air matanya tak mampu meluluhkan hati sang papa. Sementara sang mama hanya bisa menangis dan pasrah dengan keputusan sang kepala keluarga."Maafkan mama, Jenny," kata sang mama pelan, sebelum Jannet benar-benar menghilang di balik pintu.Ya. Kedua orang tua Jannet yang tinggal di kompleks tidak jauh dari putrinya itu, menanggung
Pasca kejadian yang membuat Jannet kemudian dikeluarkan dari sekolah, Andreas merasa sangat bersyukur. Sebab, dulu dia tidak terjebak lebih lama dengan perasaan sendiri yang merasa nyaman berdekatan dengan rekan seprofesinya itu. Kepergian sang istri dari unit kala itu, menyadarkan bahwa rasa cinta Andreas bukan untuk wanita seperti dalam kriterianya, tapi untuk Joana.Andai kala itu Joana tidak meninggalkannya, barangkali Andreas takkan pernah menyadari perasaan yang dia miliki untuk siapa. Perpisahan, nyatanya telah mampu membuka hati Andreas, dan menyadari arti keberadaan sang istri. Dia sudah merasakan sedihnya kehilangan dan hampir tak dapat meraih wanita yang telah dia cinta, kini Andreas tak mau lagi kehilangan untuk yang kedua kali.Andreas sangat setuju dengan tindakan tegas kepala sekolah dan pihak yayasan yang kemudian mengeluarkan Jannet, serta mencoret nama guru muda itu dari daftar nama pendidik di sekolah elite tersebut. Sebab
Andreas membelikan tiga alat tes kehamilan sekaligus yang terdiri dari berbagai merk untuk sang istri. Jujur, dia pun sangat penasaran dan ingin segera mengetahui hasilnya. Begitu sampai di unit, Andreas bergegas membimbing sang istri menuju kamar mandi untuk melakukan tes urine."Jo bisa sendiri, Bang," usir Joana karena merasa risih jika ada sang suami di dalam sana."Kenapa memangnya, Yang? Aku bahkan ....""Sudah melihat semuanya," sergah Joana dengan bibir mengerucut.Andreas terkekeh. "Bukankah seperti itu kenyataannya, Sayang?""Tetap aja beda, Abang! Udah sana, ah!" Joana mendorong pelan tubuh sang suami hingga mau tak mau, Andreas pun keluar dan membiarkan sang istri sendiri di dalam kamar mandi."Jangan dikunci, Sayang!" seru Andreas."Iya-iya," sahut Joana dari dalam kamar mandi. Wanita belia itu segera membuka satu test pack l
𝙰ndreas terkekeh sendiri mendengar omelan sang istri. Wanita belia itu seperti bukan Joana yang dia kenal. Joana yang tidak pernah marah atau pun merajuk.Mendengar sang suami malah tertawa, seolah menertawakan dirinya, Joana semakin emosi. "Kalau Abang enggak mau menuruti apa maunya Jo, ya, udah, Jo enggak akan meminta apa-apa lagi sama Abang! Camkan itu!" ancam Joana."Aku mau, kok, Sayang. Akan aku belikan segera." Andreas bergegas keluar untuk membeli gula batu. Dia akan menuruti keinginan sang istri. Masalah makan, akan dia pikirkan nanti saja, bagaimana caranya.Sepanjang turun menuju swalayan yang ada di lantai dasar, Andreas mencoba menghubungi sang ibu. Dia ingin mengabarkan berita yang membahagiakan tentang kehamilan sang istri. Andreas juga ingin menanyakan pada sang ibu, seputar kehamilan dan emosi sang istri yang menjadi tidak stabil.[Syukurlah, Bang. Akhirnya, ibu akan segera menimang
Semenjak mengetahui kehamilan sang menantu, Bu Martha jadi sering mengunjungi putra sulung dan menantunya tersebut. Sayangnya, Bu Martha tidak dapat menginap karena unit milik Andreas sangat kecil dan hanya memiliki satu tempat tidur. Itu pun menyatu dengan ruang santai, juga dapur.Joana sempat mengusulkan pada sang suami, bagaimana jika mereka pindah ke unit apartemen miliknya saja. Namun, sang suami tidak setuju dengan alasan privasi mereka berdua akan terganggu jika ada orang lain yang ikut menginap meskipun itu adalah sang ibu. Memahami keinginan Andreas yang memang sering meminta jatah dan kadang tidak ingat tempat maupun waktu, Joana pun akhirnya mengalah."Yang," panggil Andreas ketika mereka baru saja pulang dari sekolah."Jo capek, Bang! Jo mau istirahat!" kata Joana, sebelum sang suami mengutarakan maksudnya.Joana sudah dapat menebak melalui tatapan mata sang suami
Siang dan malam datang dan menghilang bergantian. Tanpa terasa, Joana dan teman-teman hampir tiba di penghujung masa study-nya. Sebab, hari ini mereka menjalani ujian akhir sekolah.Joana yang semalam sudah sangat siap untuk menjalani ujian di pagi ini, dihadapkan pada sebuah kenyataan yang membuat wanita belia itu harus rela mondar-mandir ke kamar mandi. Ya, Joana mengalami morning sickness yang hebat hingga membuat ibu hamil itu menjadi lemas. Semua isi di dalam perutnya bahkan sudah habis tanpa sisa karena sudah satu jam lebih sejak bangun tadi, istri Andreas tersebut terus memuntahkan semua hingga hanya cairan berwarna kuning yang keluar dari mulut Joana."Sayang, kamu minum air hangat ini dulu, ya. Dokter sebentar lagi datang," bujuk Andreas yang tidak tega melihat keadaan sang istri.Joana menggeleng lemah. "Jo takut muntah lagi, Bang."Andreas hanya bisa menatap prihatin sang istri. Pria berka
Pagi ini, Joana benar-benar disuapi oleh Ryan. Adik kandung Andreas yang kebetulan tidak ada jadwal kuliah itu langsung datang, begitu ditelepon sang abang. Ryan datang bersama ibunya yang juga sudah rindu dengan Joana meski kemarin wanita yang memiliki tatapan teduh tersebut baru saja bertemu dengan sang menantu.Joana makan dengan sangat lahap. Suapan demi suapan yang diberikan oleh Ryan dengan suka cita, dia nikmati dengan senang hati. Tentu saja Ryan sangat senang mendapatkan kesempatan langka seperti ini. Apalagi, sang abang sendiri yang meminta padanya.Kapan lagi coba, bisa menggoda sang abang yang di awal-awal sangat membenci Joana? Namun kini, Andreas telah menunjukkan sikap aslinya. Dia menjadi suami yang posesif hingga tidak membiarkan seorang pun, melirik sang istri. Kini, Ryan memiliki kesempatan untuk sengaja membuat sang abang cemburu padanya."Maaf, Kakak Ipar. Ada sesuatu di sudut bibir
Wanita bertubuh kurus yang ada di dalam mobil taksi itu terus mengamati rumah Andreas. Dia nampak menimbang-nimbang. Entah apa yang dipikirkan."Maaf, Bu. Sampai kapan kita akan tetap di sini?" tanya sopir taksi tersebut, mengurai lamunan penumpangnya."Iya, tunggu sebentar, ya, Pak."Setelah berkata demikian pada sopir taksi, wanita tinggi semampai itu segera turun lalu berjalan perlahan memasuki gerbang kediaman Andreas yang memang tidak ditutup karena ada beberapa saudara Joana yang belum datang. Tanpa ragu, dia terus melangkah perlahan lalu menaiki teras rumah yang cukup tinggi dengan sangat hati-hati. Seolah, dia takut jika kaki jenjangnya akan tersandung, dan bisa menyebabkan tubuh ringkih itu terjatuh."Permisi." Terdengar sopan, wanita itu menyapa penghuni rumah.Tak perlu menunggu lama, sosok Andreas segera muncul lalu menghampiri tamunya. Andreas mengerutkan dahi kala m
Andreas kini dapat bernapas dengan lega, setelah sang istri tersadar. Tak henti, pria tampan itu mengecupi wajah istrinya yang sudah berangsur cerah dan tak sepucat tadi. Joana bahkan sudah bisa dipindahkan ke ruang perawatan, setelah dipastikan bahwa kondisinya sudah membaik.Di ruang perawatan pun, Andreas tak mau jauh-jauh dari sang istri tercinta. Dia bahkan tadi hanya menggendong anak-anaknya sebentar karena setelah itu, kedua bayi mungil itu sudah menjadi rebutan. Saat ini, bayi laki-laki berada di pangkuan Mama Anggie, sementara bayi perempuan berada di pangkuan Bibi Liana.Ya, Bibi Liana sebenarnya menginginkan cucu perempuan karena dia hanya memiliki anak laki-laki. Namun sayang, anak yang dilahirkan sang menantu, Melanie, malah laki-laki. Meski begitu, istri Pak Bernardus itu tetap menyayangi sang cucu."Kakak Ipar. Ryan belum kebagian gendong keponakan, nih. Bikin lagi, ya. Satu aja," pinta Ryan yang tiba-tiba
Andreas yang ikut menemani sang istri di dalam ruang persalinan, sebenarnya sangat tegang. Namun, pria itu mencoba untuk menutupi ketegangannya dengan menciumi puncak kepala Joana. Andreas terus memberikan semangat kepada istrinya."Kamu pasti bisa, Yang. Kamu wanita yang hebat. Aku mencintaimu, Yang," bisik Andreas, terus menerus. Memberikan kebahagiaan semangat, sekaligus mengungkapkan perasaannya yang terdalam.Di tengah rasa sakit yang mendera, Joana mencoba untuk tersenyum. Meski wanita cantik itu tak dapat berkata-kata, tetapi melalui tatapan matanya, Joana mengungkapkan rasa syukur karena memiliki suami seperti Andreas. Dia eratkan genggaman tangan, kala kontraksi kembali datang.Ya, Joana memilih proses persalinan normal untuk melahirkan kedua bayinya. Dokter yang menangani Joana jauh-jauh hari pun setuju karena baik kondisi ibu maupun kedua janin, sama-sama sehat. Meski awalnya Andreas menyarankan untuk operasi cesar saja karena pria itu tak sanggup melihat sang istri kesakit
Joana benar-benar ikut pulang dengan kedua orang tua, beserta kakaknya, Sandy. Segala bujuk rayu Andreas, tak dia hiraukan karena wanita hamil itu ingin selalu berdekatan dengan sang mama. Bahkan sepanjang perjalanan menuju bandara, Joana terus bergelayut manja dengan mamanya dan mengabaikan sang suami yang ikut mengantar.Andreas sengaja ikut mengantar ke bandara karena berharap, sang istri akan berubah pikiran. Suami Joana itu masih berharap, sang istri mengurungkan niatnya. Sebab, Andreas tidak dapat membayangkan bagaimana hari-harinya nanti tanpa sang istri."Abang kalau kangen 'kan, bisa nyusul Jo ke sana," jawab Joana dengan santai ketika sang suami masih berusaha membujuknya."Yaelah, Jo. Kamu pikir, Jakarta Bandung. Bisa nyusul sewaktu-waktu." Ricky yang juga ikut mengantar ke bandara, menyahut."Demi cinta, pasti jarak bukan halangan. Benar begitu 'kan, Bang?" Joana m
Semua orang dibuat panik karena Joana yang tadinya baik-baik saja, tiba-tiba ambruk, dan tak sadarkan diri. Andreas langsung membopong tubuh ramping istrinya dan membawanya berlari menuju mobil. Sandi yang baru saja datang, berteriak menyuruh sang adik ipar agar membawa Joana ke mobilnya.Sandi memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi. Sang mama yang duduk di samping kemudi, sampai harus mengingatkan sang putra sulung agar berhati-hati. Sementara di bangku belakang, Andreas yang memangku kepala sang istri, nampak sangat khawatir."Bangun, dong, Sayang. Kamu kenapa, sih?" Andreas menepuk lembut pipi Joana yang matanya terus terpejam.Sementara di belakang mobil Sandy, nampak tiga mobil lain mengiringi. Mobil yang dikendarai papanya Joana, berada tepat di belakang mobil Sandy. Diikuti mobil Ricky dan terakhir mobil Ryan.Tak berapa lama, iring-iringan mobil itu memasuki kawasan rumah sakit. Setelah berh
Belum juga ada tanda-tanda kehamilan meski sudah lebih dari satu bulan Joana dan Andreas pulang dari berbulan madu ke negara matahari terbit kala itu, membuat Joana kembali murung. Wanita cantik itu bahkan tak bersemangat, menyambut wisudanya minggu depan. Joana akhir-akhir ini juga sering mengurung diri di dalam kamar.Tentu saja sikap istrinya tersebut membuat Andreas khawatir. Pria muda itu dibuat bingung sendiri dan tak tahu apa yang harus dilakukan. Padahal, dia sudah seringkali mengatakan pada sang istri bahwa tidak kunjung hamilnya Joana, tak masalah bagi Andreas."Sudah, dong, Yang. Jangan begini terus!" Andreas mencoba membujuk sang istri. "Kita makan malam di luar, yuk. Sekalian nonton film," lanjutnya menawarkan karena ingin membuat mood sang istri kembali membaik.Joana menggeleng. "Jo lagi enggak pengin ke mana-mana, Bang."Andreas menghela napas panjang. "Yang. Jangan terlalu dipikirkan
Joana benar-benar merasa kesepian kini karena sang sahabat sudah memiliki kehidupan baru sekarang. Melanie juga mulai disibukkan dengan mengikuti kursus parenting, di sela-sela dia bekerja, dan rencananya Melanie juga akan mengikuti kelas senam untuk ibu hamil karena kehamilannya sudah mulai membesar. Praktis, Melanie tak lagi memiliki waktu untuk Joana.Hanya Bu Rifah yang masih setia berkunjung, meski Joana tak lagi memperbantukan istri Om Jun itu di unitnya. Joana memberhentikan Bu Rifah sebagai asisten rumah tangga, sejak mengetahui kehamilan ibunya Dino dan Dini. Joana tak ingin sesuatu terjadi pada kandungan istrinya Om Jun, seperti yang terjadi pada Joana kala itu."Kapan, ya, Bu, Jo bisa hamil lagi?"Wajah Joana terlihat murung, padahal di depannya ada Dina, yang biasanya membuat Joana antusias untuk menggoda gadis kecil yang montok itu. Dina sekarang sudah pandai berjalan dan tingkahnya sungguh menggemaska
Joana dan Andreas tak percaya ketika melihat Ryan menggandeng mesra tangan Dini, menghampiri mereka. Begitu pula dengan Ricky yang sedang menanti sang istri, yang tengah dirias oleh MUA. Mereka semua sampai melongo, menatap ke arah Ryan yang tersenyum lebar, sementara Dini tersipu malu."Bang, Kakak Ipar. Ini kekasihku, calon istriku. Ryan akan menikahinya, begitu dia lulus nanti," kata Ryan, sambil menggenggam erat tangan kekasih belianya. Ryan dapat merasakan tangan Dini yang gemetaran, juga berkeringat."Santai aja, Dek. Mereka pasti setuju, kok. Percayalah pada Abang," bisik Ryan, meyakinkan dan Dini mengangguk.Sebenarnya, Dini tidak mengkhawatirkan hal tersebut. Dia tahu betul, seperti apa Joana, juga Andreas. Mereka tidak akan mempermasalahkan status sosial seseorang yang dekat dengan salah satu anggota keluarganya. Terbukti, Joana sendiri menikah dengan Andreas. Hari ini, Ricky juga menikahi Melanie y
Ricky dan Melanie memberanikan diri untuk berterus terang kepada orang tua mereka berdua. Tentu saja para orang tua itu murka, meski mereka juga sudah mengetahui sejauh apa hubungan anak-anaknya itu. Pihak orang tua pun akhirnya menyetujui pernikahan Ricky dan Melanie dan mereka juga mempersiapkannya dengan sangat cepat karena tak ingin orang-orang di luar sana tahu kecelakaan yang telah terjadi.Semua orang dibuat sibuk, termasuk Joana, dan Andreas. Joana sempat terkejut mendengar kabar kehamilan sang sahabat. Dia menjadi sedih karena justru Melanie yang notabene belum menginginkan hadirnya anak, justru diberikan amanah untuk mengandung benih Ricky. Sementara dirinya yang sudah sangat siap dan menginginkan agar bisa segera hamil, malah tak kunjung diberikan kepercayaan pasca keguguran tiga tahun silam.Joana pun membantu persiapan pernikahan sang sepupu dan sahabatnya itu dengan raut wajah yang dipenuhi mendung kelabu. Dia terus