Ban 25 : Setelah bebas"Evan!" Bentak Alex pada Evan yang malah asyik mengobrol dengan pak satpam.Saat Evan sadar, Ia langsung mencari alasan untuk pergi dari hadapan pak satpam. Sementara itu, Tisa tengan naik motor dan bersiap pergi. Ia juga melihat seorang dokter menyadari seduatu akan kehadiaran didirnya.Sebelum dokter itu tiba, mereka semua sudah pergi dari rumah sakit menuju ke bandara dengan tingkat kecepatan tinggi. Tisa masih sesekali melihat ke arah belakang, memastikan jika dokter yang menangani Tira belum menyadari jika Tira tak ada di ruangannya.Satu jam kemudian, mereka tiba di bandara. Tisa memberikan kunci sepeda motor dan juga sejumlah uang pada pemilik motor dan mengucapkan banyak terima kasih. Setelah itu, Ia langsung naik pesawat dan mereka menuju ke kota tempat mereka tinggal.Saat di dalam pesawat, agak aneh karena mereka membawa Tira dalam keadaan diperban. Hingga Tisa memberikan saran jika Tira harus selalu memakai pakaian yang Tisa siapkan."Jangan buka jil
Bab 26 : Siapa yang jadi korban?Alex dan Tisa saling bertatapan, keduanya terkejut saat melihat wajah Tira. Bahkan keduanya mundur satu langkah bersamaan saat melihat wajah Tira.Tentu saja Tira terkejut juga, bukan karena melihat wajahnya, melainkan melihat ekspresi dari Alex dan juga Tisa.Dengan terburu-buru Tisa meminta dokter untuk membawakan cermin agar dirinya bisa melihat wajahnya."Dok, bisa tolong ambilkan cermin?" Tanya Tira dengan khawatir.Dokter pun langsung melangkah ke meja kerjanya, kemudian mengambil cermin yang berbentuk bulat dengan bingkai kayu kemudian dokter menyerahkannya kepada Tira.Saat Tira meraih cermin itu dari dokter, ia langsung mengarahkan cermin itu kepada wajahnya kemudian ia melihat pantulan wajahnya di cermin."A ...!" Jeritnya sembari melemparkan cermin dan memegangi wajahnya dengan kedua tangannya."Apa yang terjadi dengan wajahku, Dokter? Ah, aku sangat menyukainya. Aku terlihat semakin cantik. Aku suka hidung dan juga bibirnya. Pipiku juga leb
Bab 27 : Ke Rumah IbuAlex hanya terdiam saat Tira mengatakan jika dirinya menyukai Tisa. Bahkan alex tak menyalahkan atau menepis apa yang telah Tira lakukan. Ia hanya diam menunduk, tak berani memandang Tira."Kenapa kau diam? Benar apa yang ku katakan tadi? Kau menyukainya?" Tanya Tira pada Alex."Sayang, kau salah paham. Mana mungkin aku menyukainya dalam waktu beberapa hari saja? Itu tak mungkin," Alex menyangkal apa yang dituduhkan oleh Tira."Syukurlah, hanya prasangka saja. Semoga kamu terus teguh dalam pendirianmu. Lalu, apa lagi yang kita tunggu? Ayo kita pulang dan beritahukan semua ini pada ayahku," ajak Tira pada Alex."Haruskah pergi sekarang juga?" Tanya Alex."Baiklah, kamu beristirahat dulu. Lagian, kamu pasti capek. Besok pagi, kita akan pulang ke rumah," ucap Tira. Tira langsung merebahkan tubuhnya di bed hospital kemudian menyelimuti dirinya. Ia membiarkan Alex tidur di sofa di ruangan itu. Ruangan itu memang lain dari ruangan yang lainnya, karena Tisa meminta jik
Bab 28 : KeputusanSaat ibu hendak ke belakang mengambil camilan untuk Tisa, Alex dan juga temannya, ibu membalikkan badannya karena pertanyaan dari Tira. Ibu menyadari jika suara yang keluar dari wanita tak dikenal itu mirip sekali dengan putrinya Tira. Ibu mendekat beberapa langkah ke arah Tira berada, dan melihat wajahnya dengan seksama."Kau siapa?" Tanya Ibu yang kini berdiri tepat di hadapan Tira.Manik mata Tira langsung berkaca-kaca. Ia tak tahan jika harus menyangkal jika dirinya adalah orang lain. Ia yakin jika ibunya akan menerima apa yang telah terjadi padanya. Dan ia pun yakin ibu akan memberikan solusi yang terbaik bagi dirinya juga Tisa pun Alex.Tira terdiam menunduk, sementara Tisa memegangi tangan ibunya seolah melarang ibunya bertanya hal itu kepada Tira. Namun Ibu penasaran karena suara itu adalah suara dari putrinya yakni saudara kembar dari Tisa."Jawab. Kau siapa?" tanya Bu Mira."Tisa, dia siapa? Apa dia temanmu?" Tanya Bu Mira pada Tisa yang kini masih ada di
Bab 29 : Intimidasi di rumahPak Arya yang tiba-tiba datang itu, langsung melangkah menuju ruang tamu dan mengatakan hal yang membuat semua orang yang ada di ruang tamu itu terbengong mendengarnya. Kemudian, Ia duduk tepat di samping Tira dan menunjukkan jika kenyataan dirinya, merasa bersyukur atas Tira yang selamat dari penculikan itu. Namun, berbeda dengan bu Mira, Ia merasa jika Pak Arya tak adil pada Tisa. Bu Mira merasa jika Pak Arya tak akan pernah bisa menerima jika Tisa kembali kepada keluarga Alex. "Pak, mana bisa bapak bilang kalo Tisa yang gantikan aku? Aku yang pacarnya Alex, Pak." Protes Tira kepada Pak Arya sembari memohon di bawah kaki Pak Arya."Kamu ini cantik. Kau bisa dapatkan yang lebih dari Alex sekarang ini. Bahkan, kau harus mengganti nama kamu," ucap Pak Arya tanpa beban kala Ia menyuruh Tira menerima keputusannya."Mana bisa begitu? Aku nggak mau! Aku juga punya kehidupan sendiri. Aku nggak bisa terus-terusan jadi Tira. Nggak!" Pekik Tisa yang memang sedari
Bab 30 : Tempat baru TisaTisa mengepalkan tangan dan menjadikan perkataan ayahnya itu sebagai cambuk bagi dirinya. Tisa melangkahkan kakinya ke luar rumah dengan kepedihan. Ia meninggalkan rumah dengan dijemput oleh seseorang.Semmentara itu, Alex masih tak percaya jika Tisa malah pergi dari rumah. Ia tak menyangla jika Pak Dananh bersikap diskriminatif pada Tisa."Pak, itu Tisa pergi loh. Gimana dengan orang tuaku? Apa yang akan aku katakan pada mereka?" Tanya Alex pada Pak Danang."Kau tidak perlu cemas. Dia nggk akan bisa bertahan di luar rumah. Dia itu anak yang dikit-dikit butuh uang. Dikit-dikit minta uang. Dia akan pulang jika dia butuh uang. Palingan juga dua hari," ucap Pak Danang enteng dan tak mempermasalahkan apa yang terjadi pada Tisa.Alex yang ragu dan bingung langsung pamit daru rumah namun Bu Dita tiba-tiba saja muncul di hadapan Pak Danang dan Alex."Tunggu, Nak Alex. Kau mau kemana? Bisakah kau bicara dengan Tira?""Tapi Bu Tis .."Ibu mhon," pinta Bu Dita memohon
Bab 31 : PenghianatanTisa terbengong melihat ekspresi wajah Meta yang sepertinya menyembunyikan seduatu dari Tisa."Kenapa? Apa ada yang kau sembunyikan? Kenapa? Ada apa?" Tanya Tisa lagi pada Meta.Meta memutar otaknya, mencari kata-kata yang pas agar Tisa tidak curiga dengan apa yang dikatakan oleh Ani."Ini karena kita harus segera pergi ke makam. Bukannya kau ingin berziarah ke makam ibuku? " kata Meta kepada Tisa."Tapi, kenapa Ani bilang seperti itu ya? Oh ya, Apa hubungan Aris dan Ani sudah sejauh itu? Kok bisa? " Tisa yang penasaran, hanya bisa bertanya-tanya tanpa mendapatkan jawaban yang jelas dari Meta. Tentu saja Meta menyembunyikan semuanya karena ia takut jika Tisa mengetahui kebenarannya, persahabatannya akan hancur."Sudahlah. Kita sudah sampai di tempat ibuku. Tempat peristirahatan ibuku, Ayo kita berdoa untuk ketenangannya, "ajak Meta pada Tisa.Mereka pun langsung duduk berjongkok dan mendoakan almarhum ibunya Meta, yang tentu saja salah seorang yang berarti bagi
Bab 32 : Ada Dia."Soal itu ..." Meta langsung menghentikan apa yang akan ia katakan. Ia takut jika Tisa lambat laun akan tahu hubungan dirinya dan juga Aris."Kenapa? kenapa kau diam? Aku yakin ada sesuatu yang sedang kalian berdua sembunyikan dariku! Tapi, apa itu? " kata Tisa yang benar-benar curiga dengan apa yang dilakukan oleh Aris dan juga Meta.Aris melepaskan pandangannya dari Meta, kemudian melangkah menuju ke arah Tisa, lebih tepatnya Aris berada di antara Meta dan Tisa. Dia berdiri di tengah-tengah keduanya."Baik. Gue akan katakan yang sejujurnya sekarang juga. Gua nggak mau membohongi siapa-siapa di sini. Gue hanya ingin bersikap jujur kepada diri gue sendiri. Bukan egois, tapi yang bakal gue katakan ini adalah kenyataannya. "" Aris, kau?" Kata Meta seolah melarang Aris mengatakan apa yang terjadi diantara keduanya.Sementara itu Tisa, semakin yakin jika Aris dan Meta menyembunyikan sesuatu dari dirinya. Tisa pun hanya terdiam dan sesekali melihat kearah Meta yang menu
Bab 54 : Malam paling indah menjadi bumerang“Perusahaan Ayahmu bangkrut akibat ulahnya sendiri, Tisa.”“Apa maksud Om?” tanya Tisa bingung dengan apa yang dikatakan olehPak Joni. Pak Joni seolah tak salah dalam hal ini. Pak Joni malah menyalahkan Ayahnya.“Iya, Sa. Ayahmu korupsi di perusahaan kami. Para Investor menarik semua dana yang mereka berikan dan berpindah ke perusahaan Om.”“Benarkah? Apa Om punya buktinya?”Pak Joni langsung mengambil beras dari runagannya dan memberikannya pada Tisa. Tisa melihat memang benar apa yang dikatakan oleh Pak Joni saol Ayahnya itu. “Jika Ayah korupsi, lalu uangnya kemana? Kami nggak pernah loh Om, liat uang segeda ini.”“Entahlah soal itu. yang jelas, Ayahmu sering berurusan dengan Mommy Queen yang seorang Bandar obat-obatan terlarang.”Tisa semakin tercengang mendengarnya. Tubuhnya lemas saat mengetahui soal itu. sedikitpun Ia tak percaya namun itu bukan tanpa bukti. Bukti-bukti foto juga ditujukan oleh Pak Joni. Ingin sekali Tisa percaya pada
Bab 53 : Apa yang terjadi?Tisa mengepalkan tangan di bawah meja dan ingin sekali melayangkan beberapa pukulan pada waita iblis itu. Namun, Ia tak mau gegabah karena bisa saja nyawa Ibunya dalam bahaya jika Ia melakukan tindakan seenaknya.Tisa masih bisa menahannya hanya demi keselamatan Ibunya saja. Bahkan Ia tak menyangka kalau Ayahnya mengenal sosok Mommy Queen.“Lepaskan istriku!” pekik Pak Arya dengan tegas. Nada suaranya menggema di ruangan vvip itu. amarahnya memuncak pada saat Mommy Queen menghinanya. Pak Arya menegaskan jika dirinya tak bisa dipermainkan.“Kau menyayanginya?” tanya Mommy Queen dengan ekspresi mengolok Pak Arya.“Bukan urusanmu! Dia Ibu dari anak-anakku! Tak ada alasan bagiku untuk tidak menyayanginya! Urusanmu bukan dengannya, tapi denganku! Lepaskan dia!”“Ha ha ha, siapa kau? Yang berani memerintah Mommy Queen. Tidak semudah itu, Arya dwi pangga!” jawab Mommy Queen dengan manik mata penuh dendam membara. Entah apa yang terjadi pada mereka di masa lalu.“K
Bab 52 : Sang penolong. Dalam suasana kerisauan soal Ibunya yang tiba-tiba saja diculik Mommy Queen, ada tamu yang datang ke Rumah Pak Arya. Pak Arya juga masih memejamkan matanya dan Ia belum tau kalau istrinya diculik. Tisa berinisiatip untuk membukakan pintu, sementara Tira menunggu di Sofa. Ia juga penasaran, siapa yang datang ke Rumahnya. Detik berikutnya, Tisa terkejut melihat kedatangan Alex yang begitu tiba-tiba sekali. Tisa langsung mempersilahkan masuk dengan harapan Alex membawa kabar gembira bagi keluarganya. Namun, saat Alex masuk ke Rumah Tira malah berekspresi sebaliknya dari Tisa. Yah, mungkin karena alex yang menunjukan banyak perubahan siakap padanya. Makanya, Tira merasa kecewa dengan Alex. Kali ini, Alex ditemani oleh Rendi saat datang ke Rumah mereka. “Mau ngapain? Bukannya kita udah nggak akan bisa bersatu? Bukannya keluarga kamu menginginkan Tisa?” tanya Tira bernada sinis pada Alex juga menatap tak suka ada Tisa. Tisa hanya menatap sekilas pada Tira. Ia j
Bab 51 : Penculikan IbuTisa terbengong. Takut salah bicara pada Tira. Di lubuk hatinya, Ia masih menyisakan sedikit rasa cinta untuk Alex. Namun, Ia berusaha menutupinya karena takut Tira terluka."Kok nanya aku?" Ucap Tisa dengan nada candaan saat Tira bertanya pendapatnya soal keinginan Pak Joni dan Bu Sani."Iyalah! Mereka mau kau yang jadi menantunya. Gimana?""Mana bisa aku kepikiran hal seperti itu? Ah! Kau ini!" Tisa menyikut Tira, ingin menegaskan jika dirinya tak punya perasaan sedikitpun pada Alex."Baiklah kalau kau tak suka, ya nggak papa. Yang jelas, aku rasa Alex juga sudah tas cinta padaku. Apalagi, setelah aku kembali.""Apa? Kau merasa Alex seperti itu? Berengsek sekali jika sampai hal itu benar adanya. Lihat saja nanti! Aku akan berikan dia pelajaran jika sampai Ia tak menikahimu. Kau tenang saja, ya?"Tira tak menjawab lagi. Di pikirannya sekarang hanya menginginkan satu hal yaitu kembali menadapatkan perhatian Alex seperti sebelumnya.Tira malah insecure dengan pe
Bab 50 : Tau semuanya.Tisa dan Tira duduk di ruang tamu setelah Alex memersilahkan mereka untuk masuk. Sementara itu, Alex pun segera memberitahukan Ibunya jika Tisa dan Tira berkunjung ke rumah mereka.Saat Alex memanggil Ibunya, Bibi membawa sesuatu dari dapur dengan ekspresi kebingungan saat melihat kedua orang wanita cantik dengan penampilan yang berbeda."Silahkan," kata Bibi sembari menyajikan makanan kecil juga minuman di atas meja.Tira hanya membalas senyum pada Bibi, sementara Tisa diam tak bereaksi apa-apa. Saat ingin menegur pun Tisa menahannya. Ia tak ingin menunjukan kedekatannya dengan anggota keluarga Alex. Ia terlalu takut rasa itu kembali hadir, Ia juga menyadari kalau rasa yang baru saja hadir itu akan musnah seketika hanya karena kebodohan Tira.Detik berikutnya, Bu Sani tiba di ruang tamu. Tisa melihat wanita paruh baya itu lemas di atas kursi roda. Manik matanya berkaca-kaca saat Bu Sani memandangi Tisa. Tisa mencoba membuang tatalannya dan memilih melihat ke ar
Bab 49 : Maaf, aku khilaf!Tisa terbengong mendengar ucapan dari Tira. Ia tak menyangka kalau Tira akan mengatakan hal yang membuatnya gagu apalagi saat Tira seolah memaksanya.Tisa belum menjawab ajakan Tira. Ia hanya mengambilkan makanan dan meletakannya di pangkuan Tira yang sebagian tubuhnya masih ditutupi selimut tebal."Makanlah yang banyak. Buktikan pada Ayah juga kalau kau serius mau membantunya. Jika aku punya cara lain untuk membantu Ayah, aku pasti akan lakukan. Hanya saja, kau tau kan sifat Ayah itu sangat keras. Ia bahkan sampai tega membentak dan memukul jika kita sampai salah langkah.""Bukan itu, Sa. Aku hanya ingin menagih janji Alex padaku. Sebuah janji yang tak akan pernah mungkin aku hapus begitu saja.""Janji?" Lagi-lagi Tisa tertegun, pikirannya menerka apa yang menjadi ganjalan Tira."Tisa, aku bisa saja melepaskan Alex dan bisa juga mencari pria yang jauh lebih kaya juga mapan. Aku mampu melakukannya. Tapi ..," Tira tak melanjutkan kata-katanya. Ia kembali menu
Bab 48 : RumitPak Arya mencengkram pergelangan tangan Tira dan menariknya hingga Tira ada di belakang Pak Arya. Pak Arya juga melentikan jari telunjuknya pada Alex, pertanda memperingati Alex."Aku larang kau temui anakku! Jangan harap kau bisa menemuinya lagi!" Ucap Pak Arya langsung menyeret Tira masuk ke dalam rumahnya.Alex masih berdiri di sana. Menatap nanar kepergian Tira dan juga Pak Arya. Namun, ada keanehan dalam hatinya. Ia sama sekali tak takut akan ancaman Pak Arya. Ia tak takut jika tak akan bertemu lagi dengan Tira karena hatinya kini samar setelah semua yang Ia lewati bersama Tisa.Walaupun Tisa tomboy, Alex tetap merasakan getaran rasa saat bersama dengan Tisa. Entah perasaan apa itu, entahlah. Alex juga belum tau pasti.Alex pun pergi setelah Pak Arya dengan tegas mengusirnya dari pelataran rumahnya. Ia juga masuk ke dalam mobil dan pergi.Sementara itu di dalam rumah, Tira berusaha melepaskan gengaman tangan bapaknya yang kasar. Saat tangan Ayahnya terlepas, ia jat
Bab 47 : Dilematis.Pak Baroto mematikan roko yang baru saja Ia nyalakan. Tangannya meraih pinggang Tira yang mungil setelah itu didudukannya di atas pangkuannya.Tatapan bengis Tira berikan padanya. Tira tak sudi jika harus melayani si tua bangka tak tau diri itu."Ayolah, sayang! Aku ingin mencicipi keperawananmu." Bisik Pak Baroto yang membuat Tira semakin mual dengam ucapannya.Tira memutar otak dan mempunyai sebuah ide berilian. "Okay! Aku mau lima miliar dulu. Gimana? Keperawananku mahal, Dad!" Jawab Tira langsung menghindar agar Pak Baroto penasaran padanya.Tatapan Pak Baroto pada Tira semakin liar. Ia mulai tak sabar dan langsung mengeluarkan ponselnya. Dikirimnya sejumlah uang yang Tira inginkan. Namun setelah itu, barulah Tira mnjalankan rencananya."Om, aku mau ke dapur dulu. Mau buat teh, biar Om puas dan menikmati malam ini." Tira pergi tanpa menunggu persetujuan dari Pak Baroto. Ia membuat minuman itu di pantri hotel dan setelah itu langsung menyajikannya dengan mesra.
Bab 46 : Wanita malamAlex tergugu saat melihat wanita yang Ia cintai ada di hadapannya namun dalam bentuk lain. Alex memindai ke arah Tira tanpa Tira sadari. Bermesraan seperti wanita nakal. Merayu pria yang menjadi clien dari perusahaannya."Sayang, kau naik saja ke atas." Bisik pak Broto yang suara bisikannya masih bisa didengar jelas oleh Alex. Alex pun berpikir hal lain saat Tira bersikap nakal dan tak tau malu."Tira!" Sapa Alex denan suara tegasnya.Tira mendongak, Ia tak percaya jika Alex yang merupakan satu-satunya pria yang Ia inginkan dalam hidupnya malah memergokinya layaknya seorang wanita nakal.Kedua manik mata Tira langsung mengeluarkan air mata yang berada di ujung matanya saja. Matanya menunjukan jika Iantak berdaya. Tira masih memberikan kode pada Alex, berharap Alex peka dan bisa menolongnya.'Kenapa kamu diam, Ra?' Batin Alex yang melihat Tira malah mundur satu langkah, menjauh dari meja."Kau kenal dia?" Tanya Pak Broto sembari mengarahkan pandangannya pada Tir