Bab 14 : Tisa ketahuanTisa terbengong jika orang yang paling ingin Ia hubungi ada di hadapannya. Ya, Meta yang sedari tadi ingin Ia hubungi."Tisa!" Tegur Meta mengerutkan kedua alisnya."Meta?! Kenapa kau di sini?" ucap Tira terbata-bata."Harusnya, gue yang nanya. Lo kemana aja? Napa kemaren lo nggak dateng?" tanya Meta menyelidik.Tisa melihat kesekelilingnya dan Ia langsung menarik tangan Meta dan membawanya ke luar Restoran. Mereka berdua pun duduk di kursi belakang Resto yang kebetulan tak ada siapapun di sana."Apa yang terjadi?" Meta menatap Tisa dari bawah ke atas dan Ia tersenyum seolah meledek Tisa."Diam! Jangan tatap gue kayak gitu! Singkirkan pandangan lo!" Pekik Tisa memperingatkan sahabatnya, Meta."Ini lo nggak salah? Pake baju, ya ampun! Gue pangling, Sa." Ujar Meta tergelak saat memperhatikan Tisa."Lo bisa kan jaga rahasia ini dari siapapun? Gue nggak mau lo bilang apa yang terjadi, apalagi sama Aris. Jangan pokoknya!" Ancam Tisa pada Meta."Tapi kenapa? Bukannya
Bab 15 : Tisa melihat TiraAris berdiri beberapa menit, kemudian duduk kembali. Kali ini, Ia berjongkok di lantai tepat dihadapan Meta. Ia menyeka air mata yang menetes. Kemudian mereka berdua saling berpandangan satu sama lain."Kenapa? Jangan katakan hal yang akan membuatmu sakit. Bisa?" Ucap Aris pada Meta dengan mengelus pipi lembutnya.Meta memejamkan matanya sembari memikirkan sesuatu hingga Ia mengucapkan,"bantu aku kali ini saja. Temui Ani dan berkencanlah dengnnya. Itu yang akan membuatku lega. Ani sudah membantuku dengan memberiku uang."Hening beberapa saat, namun Aris masih fokus pada Meta. "Kenapa kau meminta bantuannya?"" Apa kau bisa memberiku uang, sekarang? Aku harus realistis karena Ibuku sedang memertaruhkan nyawanya! Pergilah padanya. Tolong!" Lirih Meta meminta pertolongan, agar Aris pergi berkencan dengan Ani.Meta mendorong tubuh Aris hingga Aris terpental dan sedikit terjatuh ke latai dengan posisi tangan masih menopang badannya. Meta pun berdiri kemudian meni
Bab 16 : Bertemu diam-diamTira membuka pintu mobil yang Ia naiki kemudian menghadang sebuah mobil yang Ia curigai. Tira dengan berani mengepalkan tangan dan menggedor beberapa kali kaca mobil itu. Namun bukannya dibuka, mobil itu malah melaju dengan cepat menerobos lampu merah."Sialan!" Ucapnya berusaha mengejar namun lampu hijau sudah menyala dan mobil di belakangnya membunyikan klakson hingga semuanya seakan memarahi Tira.Mau tak mau, Tira langsung masuk kembali ke dalam mobil dan melajukan mobilnya menuju ke arah rumah. Tira lupa, jika dirinya bersama dengan Bu Sani yang sedari tadi Ia abaikan. Bu Sani masih menatapnya dengan penuh tanya, dan Tira yang kaku hanya terdiam takut. Takut jika Bu Sani memarahaninya, lebih jauh lagi tau penyamarannya.'Mati gue kalo sampe Ibu tau identitas gue sebenarnya!' Katanya dalam hati."Ada apa? Kamu kenal mereka?" Tanya Bu Sani pada Tira bernada khawatir. Beruntung Bu Sani tak curiga. 'Tira kok kayak cowok ya?' Batin Bu Sani mulai curiga."Me
Bab 17 : Adu mulut (Bunglon vs hidung belang)Hingga Tisa akhirnya menendang Alex hingga tubuh Alex terjatuh dan Ia memekik kesalitan. Tentu saja aksi Tisa itu mendapatkan banyak sorotan dari orang-orang di sekitaran caffe. Akhirnya, Tisa pun membantu Alex untuk berdiri dan duduk."Kau ini laki-laki atau perempuan? Main tendang sembarangan. Untung nggak kena punyaku!" Celetuk Alex sembari kesal. Ia juga memperhatikan kesekeliling dan meminta maaf atas kejadian tadi."Terserah Lo mau ngomong apa! Gue nggak perduli! Lagian, anggap itu peringatan karena lo berani pegang masker gue!" Tegas Tisa.'Baru gue pegang maskernya, gimana kalo pegang tangannya. Ni cewek beda banget sama Tira. Beda seratus delapan puluh derajat!' Batinnya sembari tetap kesal karena ulah Tisa."Gue ngajakin Lo kemari cuma mau bilang, kalo gue tadi siang ngeliat Tira. Dia sepertinya menuju bandara dan seseorang membawanya. Dia benar-benar diculik.""Kenapa nggak dari awal bilang? Kita bisa lapor polisi. Beres kan?! N
Bab 18 : Ada apa semalam?Mereka berdua pun masuk ke kamar untuk tidur. Saat Tisa masuk kamar, Ia melihat tirai pembatas di atas ranjang mereka. Yang memisahkan tempat tidur keduanya."Apa itu?" Tanya Tisa pada Alex."Tentu saja ini tirai pembatas. Biar bagaimanapun aku pria baik-baik dan bukan pria sembarangan jatuh hati pada wanita, apalagi wanita modelan kamu!" Ucap Alex pada Tisa."Dari pada tidur satu ranjang, lebih aman seperti ini," ucap Tira langsung mengambil bantal dan juga selimut kemudian Ia menggelarkannya di atas lantai."Aku lebih suka tidur di bawah. Untuk berjaga-jaga saja," ucapnya pada Alex. Raut wajah Tisa memperlihatkan jika dirinya tak percaya jika Alex bukan pria hidug belang seperti apa yang Ia katakan.Alex yang kesal, langsung menggulingkan tubuhnya di atas ranjang empuk kemudian menutup matanya dengan ekspresi kenyamanan. Tentu saja itu semua Ia lakukan agar Tisa iri padanya."Cih! Kekanak-kanakan!" Serunya langsung menutup.semua bagian tubuh dengan selimu
Bab 19 : Takut ketinggianTisa heboh mencari dimana asal kebakaran yang dimaksudkan Alex. Alex malah terkekeh melihat tingakah Tisa. Tisa yang merasa dipermainkan, langsung mencubit Alex hingga Alex memekik kesakitan dan minta ampun pada Tisa."Iya iya maaf, habisnya kamu malah tidur. Siapa suruh," celetuk Alex."Asal lo tau, gue ketiduran dan bukannya tidur! Gue juga gini gara-gara tidur lo yang kayak kebo. Oh ya, kalo kakak gue tau kalo tidur Lo itu kayak kebo, dia pasti nyesel nikah sama Lo.""Jangan sembarangan! Tira itu adalah orang yang paling mencintai gue lebih dari dirinya sendiri,""Kepedan lo!" Yah, begitulah Tisa dan Alex seperti kucing dan tikus jika sudah berdebat. Tak ada hentinya hingga mereka berdua tiba di bandara.Saat tiba di bandara, mereka disambut oleh Rendi yang merupakan tangan kanan Alex. Ia membantunya membawa barang dan segera duduk di ruang tunggu karena beberapa saat lagi, mereka akan terbang ke Bali."Ren, lo dah pastikan seseorang buat mantau kan, di B
Ban 20 : Titik terang keberadaan TiraAlex pun menggaruk tak gatal kepalanya dan membalikan badannya lagi kemudian pergi dari tepatnya berdiri tadi.Sementara di kamar, Tisa benar-benar merasa ada yang aneh pada dirinya saat bertemu dengan Alex. Ia masih menyandarkan tubuhnya di pintu dengan tangan masih memegangi dadanya. Ia juga tak bisa mengendalikan napas dan akhirnya Ia kesal pada dirinya sendiri."Ah! Ini pasti gue udah gila! Benar-benar gila! Ish!" Ucapnya langsung pergi ke kamar mandi dan mengguyur dirinya dengan air dingin, berharap Ia akan kembali normal setelah membersihkan dirinya.***Sementara itu di kamar yang lain, Alex masih mengobrol dengan Rendi. Obrolan receh saat dua orang pria dewasa pada umumnya."Tadi itu adeknya Tira? Kok mirip?" Tanya Rendi dengan tingkat kepo yang begitu tinggi."Kagak! Siapa bilang mirip? Jauh! Ibarat kata, tanah sama langit!" Jawab Alex mempertegas."Jelas-jelas wajahnya mirip. Apanya yang beda?""Hmm! Kalo wajah sih, iya mirip. Tapi kalo
Bab 21 : Kemana Tira menghilang?Tisa terbengong melihat foto Tira di sana. Baru saja Ia membayangkan jika hidupnya akan kembali normal karena satu langkah lagi Tira akan mereka dapatkan. Namun, fakta baru pun muncul kala Polisi wanita itu memperlihatkan foto Tira pada Tisa."Memangnya dia kenapa?" tanya Tisa menatap pada Polisi wanita yang menanyainya."Dia kabur dari rumah sakit dan pihak keluarga sedang mencarinya," jawab Polisi wanita itu pada Tisa sembari menatapnya dengan lekat. Polisi menyadari sesuatu saat melihat Tisa. Polisi itu menatap lekat Tisa dan kemudian duduk di samping Tisa kemudian membuka topi yang Tisa pakai."Kenapa kau sepertinya mirip dengan otang yang kami cari?""Ah! Jangan bercanda. Ini sama sekali tidak lucu dan ini tidak mirip." Ucap Tisa berusaha menyangkal."Bisa kau tunjukan kartu tanda penduduk?" Tanya Polisi itu."Baik," ucap Tisa sembari merogoh saku celananya.'Sial! Gue pasti bawa kartu tanda penduduk punya Tira. Gimana ini? Gue lari atau gimana? A
Bab 54 : Malam paling indah menjadi bumerang“Perusahaan Ayahmu bangkrut akibat ulahnya sendiri, Tisa.”“Apa maksud Om?” tanya Tisa bingung dengan apa yang dikatakan olehPak Joni. Pak Joni seolah tak salah dalam hal ini. Pak Joni malah menyalahkan Ayahnya.“Iya, Sa. Ayahmu korupsi di perusahaan kami. Para Investor menarik semua dana yang mereka berikan dan berpindah ke perusahaan Om.”“Benarkah? Apa Om punya buktinya?”Pak Joni langsung mengambil beras dari runagannya dan memberikannya pada Tisa. Tisa melihat memang benar apa yang dikatakan oleh Pak Joni saol Ayahnya itu. “Jika Ayah korupsi, lalu uangnya kemana? Kami nggak pernah loh Om, liat uang segeda ini.”“Entahlah soal itu. yang jelas, Ayahmu sering berurusan dengan Mommy Queen yang seorang Bandar obat-obatan terlarang.”Tisa semakin tercengang mendengarnya. Tubuhnya lemas saat mengetahui soal itu. sedikitpun Ia tak percaya namun itu bukan tanpa bukti. Bukti-bukti foto juga ditujukan oleh Pak Joni. Ingin sekali Tisa percaya pada
Bab 53 : Apa yang terjadi?Tisa mengepalkan tangan di bawah meja dan ingin sekali melayangkan beberapa pukulan pada waita iblis itu. Namun, Ia tak mau gegabah karena bisa saja nyawa Ibunya dalam bahaya jika Ia melakukan tindakan seenaknya.Tisa masih bisa menahannya hanya demi keselamatan Ibunya saja. Bahkan Ia tak menyangka kalau Ayahnya mengenal sosok Mommy Queen.“Lepaskan istriku!” pekik Pak Arya dengan tegas. Nada suaranya menggema di ruangan vvip itu. amarahnya memuncak pada saat Mommy Queen menghinanya. Pak Arya menegaskan jika dirinya tak bisa dipermainkan.“Kau menyayanginya?” tanya Mommy Queen dengan ekspresi mengolok Pak Arya.“Bukan urusanmu! Dia Ibu dari anak-anakku! Tak ada alasan bagiku untuk tidak menyayanginya! Urusanmu bukan dengannya, tapi denganku! Lepaskan dia!”“Ha ha ha, siapa kau? Yang berani memerintah Mommy Queen. Tidak semudah itu, Arya dwi pangga!” jawab Mommy Queen dengan manik mata penuh dendam membara. Entah apa yang terjadi pada mereka di masa lalu.“K
Bab 52 : Sang penolong. Dalam suasana kerisauan soal Ibunya yang tiba-tiba saja diculik Mommy Queen, ada tamu yang datang ke Rumah Pak Arya. Pak Arya juga masih memejamkan matanya dan Ia belum tau kalau istrinya diculik. Tisa berinisiatip untuk membukakan pintu, sementara Tira menunggu di Sofa. Ia juga penasaran, siapa yang datang ke Rumahnya. Detik berikutnya, Tisa terkejut melihat kedatangan Alex yang begitu tiba-tiba sekali. Tisa langsung mempersilahkan masuk dengan harapan Alex membawa kabar gembira bagi keluarganya. Namun, saat Alex masuk ke Rumah Tira malah berekspresi sebaliknya dari Tisa. Yah, mungkin karena alex yang menunjukan banyak perubahan siakap padanya. Makanya, Tira merasa kecewa dengan Alex. Kali ini, Alex ditemani oleh Rendi saat datang ke Rumah mereka. “Mau ngapain? Bukannya kita udah nggak akan bisa bersatu? Bukannya keluarga kamu menginginkan Tisa?” tanya Tira bernada sinis pada Alex juga menatap tak suka ada Tisa. Tisa hanya menatap sekilas pada Tira. Ia j
Bab 51 : Penculikan IbuTisa terbengong. Takut salah bicara pada Tira. Di lubuk hatinya, Ia masih menyisakan sedikit rasa cinta untuk Alex. Namun, Ia berusaha menutupinya karena takut Tira terluka."Kok nanya aku?" Ucap Tisa dengan nada candaan saat Tira bertanya pendapatnya soal keinginan Pak Joni dan Bu Sani."Iyalah! Mereka mau kau yang jadi menantunya. Gimana?""Mana bisa aku kepikiran hal seperti itu? Ah! Kau ini!" Tisa menyikut Tira, ingin menegaskan jika dirinya tak punya perasaan sedikitpun pada Alex."Baiklah kalau kau tak suka, ya nggak papa. Yang jelas, aku rasa Alex juga sudah tas cinta padaku. Apalagi, setelah aku kembali.""Apa? Kau merasa Alex seperti itu? Berengsek sekali jika sampai hal itu benar adanya. Lihat saja nanti! Aku akan berikan dia pelajaran jika sampai Ia tak menikahimu. Kau tenang saja, ya?"Tira tak menjawab lagi. Di pikirannya sekarang hanya menginginkan satu hal yaitu kembali menadapatkan perhatian Alex seperti sebelumnya.Tira malah insecure dengan pe
Bab 50 : Tau semuanya.Tisa dan Tira duduk di ruang tamu setelah Alex memersilahkan mereka untuk masuk. Sementara itu, Alex pun segera memberitahukan Ibunya jika Tisa dan Tira berkunjung ke rumah mereka.Saat Alex memanggil Ibunya, Bibi membawa sesuatu dari dapur dengan ekspresi kebingungan saat melihat kedua orang wanita cantik dengan penampilan yang berbeda."Silahkan," kata Bibi sembari menyajikan makanan kecil juga minuman di atas meja.Tira hanya membalas senyum pada Bibi, sementara Tisa diam tak bereaksi apa-apa. Saat ingin menegur pun Tisa menahannya. Ia tak ingin menunjukan kedekatannya dengan anggota keluarga Alex. Ia terlalu takut rasa itu kembali hadir, Ia juga menyadari kalau rasa yang baru saja hadir itu akan musnah seketika hanya karena kebodohan Tira.Detik berikutnya, Bu Sani tiba di ruang tamu. Tisa melihat wanita paruh baya itu lemas di atas kursi roda. Manik matanya berkaca-kaca saat Bu Sani memandangi Tisa. Tisa mencoba membuang tatalannya dan memilih melihat ke ar
Bab 49 : Maaf, aku khilaf!Tisa terbengong mendengar ucapan dari Tira. Ia tak menyangka kalau Tira akan mengatakan hal yang membuatnya gagu apalagi saat Tira seolah memaksanya.Tisa belum menjawab ajakan Tira. Ia hanya mengambilkan makanan dan meletakannya di pangkuan Tira yang sebagian tubuhnya masih ditutupi selimut tebal."Makanlah yang banyak. Buktikan pada Ayah juga kalau kau serius mau membantunya. Jika aku punya cara lain untuk membantu Ayah, aku pasti akan lakukan. Hanya saja, kau tau kan sifat Ayah itu sangat keras. Ia bahkan sampai tega membentak dan memukul jika kita sampai salah langkah.""Bukan itu, Sa. Aku hanya ingin menagih janji Alex padaku. Sebuah janji yang tak akan pernah mungkin aku hapus begitu saja.""Janji?" Lagi-lagi Tisa tertegun, pikirannya menerka apa yang menjadi ganjalan Tira."Tisa, aku bisa saja melepaskan Alex dan bisa juga mencari pria yang jauh lebih kaya juga mapan. Aku mampu melakukannya. Tapi ..," Tira tak melanjutkan kata-katanya. Ia kembali menu
Bab 48 : RumitPak Arya mencengkram pergelangan tangan Tira dan menariknya hingga Tira ada di belakang Pak Arya. Pak Arya juga melentikan jari telunjuknya pada Alex, pertanda memperingati Alex."Aku larang kau temui anakku! Jangan harap kau bisa menemuinya lagi!" Ucap Pak Arya langsung menyeret Tira masuk ke dalam rumahnya.Alex masih berdiri di sana. Menatap nanar kepergian Tira dan juga Pak Arya. Namun, ada keanehan dalam hatinya. Ia sama sekali tak takut akan ancaman Pak Arya. Ia tak takut jika tak akan bertemu lagi dengan Tira karena hatinya kini samar setelah semua yang Ia lewati bersama Tisa.Walaupun Tisa tomboy, Alex tetap merasakan getaran rasa saat bersama dengan Tisa. Entah perasaan apa itu, entahlah. Alex juga belum tau pasti.Alex pun pergi setelah Pak Arya dengan tegas mengusirnya dari pelataran rumahnya. Ia juga masuk ke dalam mobil dan pergi.Sementara itu di dalam rumah, Tira berusaha melepaskan gengaman tangan bapaknya yang kasar. Saat tangan Ayahnya terlepas, ia jat
Bab 47 : Dilematis.Pak Baroto mematikan roko yang baru saja Ia nyalakan. Tangannya meraih pinggang Tira yang mungil setelah itu didudukannya di atas pangkuannya.Tatapan bengis Tira berikan padanya. Tira tak sudi jika harus melayani si tua bangka tak tau diri itu."Ayolah, sayang! Aku ingin mencicipi keperawananmu." Bisik Pak Baroto yang membuat Tira semakin mual dengam ucapannya.Tira memutar otak dan mempunyai sebuah ide berilian. "Okay! Aku mau lima miliar dulu. Gimana? Keperawananku mahal, Dad!" Jawab Tira langsung menghindar agar Pak Baroto penasaran padanya.Tatapan Pak Baroto pada Tira semakin liar. Ia mulai tak sabar dan langsung mengeluarkan ponselnya. Dikirimnya sejumlah uang yang Tira inginkan. Namun setelah itu, barulah Tira mnjalankan rencananya."Om, aku mau ke dapur dulu. Mau buat teh, biar Om puas dan menikmati malam ini." Tira pergi tanpa menunggu persetujuan dari Pak Baroto. Ia membuat minuman itu di pantri hotel dan setelah itu langsung menyajikannya dengan mesra.
Bab 46 : Wanita malamAlex tergugu saat melihat wanita yang Ia cintai ada di hadapannya namun dalam bentuk lain. Alex memindai ke arah Tira tanpa Tira sadari. Bermesraan seperti wanita nakal. Merayu pria yang menjadi clien dari perusahaannya."Sayang, kau naik saja ke atas." Bisik pak Broto yang suara bisikannya masih bisa didengar jelas oleh Alex. Alex pun berpikir hal lain saat Tira bersikap nakal dan tak tau malu."Tira!" Sapa Alex denan suara tegasnya.Tira mendongak, Ia tak percaya jika Alex yang merupakan satu-satunya pria yang Ia inginkan dalam hidupnya malah memergokinya layaknya seorang wanita nakal.Kedua manik mata Tira langsung mengeluarkan air mata yang berada di ujung matanya saja. Matanya menunjukan jika Iantak berdaya. Tira masih memberikan kode pada Alex, berharap Alex peka dan bisa menolongnya.'Kenapa kamu diam, Ra?' Batin Alex yang melihat Tira malah mundur satu langkah, menjauh dari meja."Kau kenal dia?" Tanya Pak Broto sembari mengarahkan pandangannya pada Tir