Sepanjang makan siang, Alvaro hanya banyak terdiam. Terlebih Bunga belum menjawab permintaannya. Bunga memang berpikir keras mengenai apa yang harus mereka lakukan, terus merahasiakan pernikahan mereka atau mengumumkannya. Bunga belum yakin dengan pilihan kedua.“Aku tak mau kalau orang lain menyangka kita masih single, lalu nanti justru beredar gosip lainnya,” kata Alvaro saat mereka di perjalanan kembali ke kantor.Mendengar keluhan bernada lemah dari Alvaro mengenai pernikahan mereka membuat Bunga merasa kasihan. Dia terdiam dan menatap keluar jendela. “Tapi aku baru saja mendapatkan promosi jabatan, Sayang. Itu pasti akan lebih menjadi sorotan di mata orang lain,” keluh Bunga pelan.Alvaro mencoba bersabar. Alvaro adar kalau dulu itu adalah keputusannya. Dia menyetujui permintaan Bunga. Bahkan, Alvaro yang memindahkan Bunga ke kantor pusat.“Tolonglah, Sayang. Hanya beberapa bulan lagi saja. Setidaknya sampai aku terbiasa dengan jabatan baru ini,” ujar Bunga.Alvaro sebenarnya mer
Gadis itu memberikan informasi mengenai ruangan CMO, dan Alexa langsung berjalan masuk menuju ruangan tersebut. Sesekali, dia masih melirik ke arah pintu kantor Bunga yang sudah tertutup. ‘Kita lihat nanti, apa yang akan dikatakan oleh Ibu mertuamu.’ Alexa tersenyum sendiri membayangkan reaksi Sarah nanti.Alexa sudah masuk ke dalam ruangan CMO, sementara Bunga di ruangannya masih sedikit kesal dengan respon Alexa kepadanya tadi. “Mimpi apa aku harus berurusan dengan perempuan itu,” gumam Bunga.Bunga menatap jam tangannya. Sebenarnya jam makan siang belum lagi tuntas, Bunga merasa tak bisa menahan perasaannya. Dia butuh seseorang untuk bercerita. Bercerita pada Alvaro sekarang dirasa Bunga bukan saat yang tepat, mengingat Alvaro tadi juga sedikit kesal kepadanya.‘Sebaiknya aku menelpon Nabila saja. Dia tak pernah gagal menghiburku,’ batin Bunga. Bungamengambil telepon genggamnya dari dalam tas. Dia mencari nomor Nabila dan mulai menghubunginya.“Halo, apa kabar? Baru ingat dengan te
Alexa tentu saja tak peduli dengan Vanessa. Baginya, Vanessa hanya karyawan biasa, orang biasa, sedangkan diri? Alexa adalah model yang terkenal. Sudah bisa dipastikan kalau Alexa merasa kelasnya sama sekali tidak seimbang dengan Vanessa.Dia kembali melirik sekilas ke arah Vanessa. ‘Gadis ini adalah sekretaris baru Alvaro. Dia menyapaku dan berusaha ramah. Apa aku bisa mempergunakan perempuan ini suatu saat untuk memata-matai Alvaro dan si Bunga itu?’ pikir Alexa. Alexa berubah pikiran. Dia mencoba menilai wajah Vanessa. Alexa sedikit ragu. “Uum, bagaimana jabatan barumu? Menyenangkan?” ujar Alexa memancing pernyataan dari Vanessa tentang Alvaro. Sedikit saja berita negatif dari Vanessa nanti akan bisa digunakannya untuk bahan pertimbangan.Vanessa yang licik sebenarnya juga gak kalah cerdik dengan Alexa. Vanessa tersenyum sinis. Vanessa tahu persis reaksi Alvaro kepada Alexa tadi, Alvaro sama acuhnya dengan kepada Vanessa, jadi Vanessa merasa posisi mereka sebenarnya sama. “Mengeju
Bahkan sekarang dia merasa ragu kalau dia akan bisa mendapatkan uang dari Alvaro, mengingat Alvaro yang seolah tak terlalu peduli padanya.Tingtong!Suara bel di pintu penthouse Sarah berbunyi. Jantung Sarah langsung berdebar kencang, bagaimana kalau itu adalah pelayan penthouse yang diminta menyampaikan tagihan kepadanya. Rasanya akan lebih mengerikan lagi. Sarah langsung memegang dadanya, jantungnya berdebar semakin kencang.Tingtong!Sekali lagi bel itu berbunyi, Sarah memilih untuk melihat melalui interkom. Hatinya langsung terasa lega ketika dia melihat Alexa yang berdiri di depan pintunya. “Ibu Sarah, ini aku,” ujar Alexa sambil melambaikan tangannya pada kamera interkom.Sarah lekas beranjak ke pintu. “Semoga saja dia mempunyai kabar baik. Setidaknya dia punya akal bagaimana menyelesaikan ini,” gumam Sarah. Sarah langsung membukakan pintunya.“Ibu sedang sibuk? Aku sudah menghubungi sejak tadi,” ujar Alexa.“Duduklah, aku tidak sibuk. Hanya sedikit urusan bisnis yang membuat ak
“Sayang, aku pergi dulu ya,” ujar Bunga. Alvaro yang sedang menyeruput kopinya langsung tersedak melihat Bunga. Bunga tampak cantik sekali mengenakan gaun berwarna pastel.“Sayang, jangan cantik-cantik. Nanti banyak yang melirik,” rajuk Alvaro sendu. Bunga langsung mendekat pada Alvaro . Dia melirik ke arah file yang sedang bertumpuk di meja kerja Alvaro .“Sudah, kerjakan besok saja. Sekarang ikut aku ke pameran,” ujar Bunga. Alvaro berpikir sejenak, dia mendadak ingin pergi dengan Bunga.“Ah, tidak usah deh. Aku masih ada banyak pekerjaan. Sebaiknya dikerjakan sekarang, jadi di akhir minggu aku bisa lebih santai bersamamu,” jawab Alvaro dengan meyakinkan. Sebenarnya, Alvaro hanya ingin membebaskan Bunga pergi dengan Nabila. Dia tahu kalau Bunga mungkin ingin bercerita atau melepas kangen kepada sahabatnya itu.“Tuh kan, kemarin mengatakan aku gila kerja karena membawa pekerjaan ke rumah. Nyatanya, yang bilang sendiri juga mengerjakan.” Bunga membelai lembut punggung Alvaro . Di
“Sepertinya memang benar kau harus mengumumkan pernikahanmu dari sekarang, Bunga. Percayalah padaku, itu akan membuatmu sulit nantinya,” ujar Nabila.Bunga merasa bingung harus menjawab apa. Tapi setidaknya perhatian Nabila sedikit teralihkan karena mereka sudah sampai di lokasi pameran. Bunga langsung mencari area parkir.Bunga dan Nabila langsung masuk ke dalam gedung pameran. “Bunga, aku harus bekerja sebentar. Kau mau menunggu kan? Hanya sedikit soal administrasi saja bersama Aditya,” pinta Nabila. Bunga tentu saja menyetujuinya. Dia masih bisa berjalan-jalan sendiri di dalam kalau dia merasa bosan.Sampai di gerai milik perusahaan mereka, Nabila langsung menemui Aditya. Bunga hanya bertegur sapa sebentar dengan Aditya. Disana juga ada Alexa yang tak henti memperhatikan gerak gerik Bunga. Gadis itu begitu bersemangat mengingat semua tingkah laku Bunga karena itu akan menjadi bahan laporannya kepada Sarah.‘Sepertinya Nabila masih lama, aku akan berjalan-jalan memutar sebentar,’ pi
Gio berhenti tepat di depan pintu utama klub malam tersebut. Dia kemudian keluar dan melemparkan kuncinya pada petugas valet yang berdiri menunggu tamu. Tanpa menunggu Alexa, lelaki itu sudah berjalan saja lebih dulu. Membukakan pintu untuk seorang wanita tidak pernah menjadi kebiasaan Gio. Bagi Gio, dirinyalah yang harus dipuja. Dia tak akan pernah takluk pada seorang wanita.Gio langsung masuk menuju ke ruang VIP klub malam tersebut. Sesekali beberapa gadis yang mengenalnya langsung datang menghampiri. Namun ketika gadis-gadis itu melihat Alexa berjalan di belakang Gio, mereka langsung menyingkir. Melihat saingan mereka seorang model papan atas tentu membuat hati mereka menciut.Gio langsung memesan sebotol besar minuman. Ketika minuman itu datang, Gio langsung menuang dan meneguknya. Gio menganggukkan kepalanya mengikuti musik yang berdentum-dentum.“Ada apa denganmu? Sedang memikirkan sesuatu?” ujar Alexa curiga. Dia tahu Gio lebih banyak diam kepada Alexa dibandingkan biasanya.“
Alexa langsung berbalik ketika membuka matanya di pagi hari. Melihat Gio tertidur di sebelahnya, terbaring di bawah selimut yang sama dengannya. Alexa langsung menarik nafas panjang. Dia kemudian duduk dan mengusap matanya. Ketika Alexa hendak beranjak dari tempat tidur, tangan kekar Gio langsung menahan tubuhnya.“Good morning, Honey,” sapanya pada Alexa.“Ah, kau. Bangunlah, ini sudah siang,” ujar Alexa.Sebenarnya Alexa sangat tahu kalau waktu tak pernah berarti bagi Gio. Dia benar-benar rela menghabiskan banyak waktu hanya demi kesenangan semata. “Persetan dengan siang, ini masih fajar,” jawab Gio. Dia tetap saja tidak berhenti melancarkan serangan pada Alexa. Alexa pun terhanyut, dia membiarkan Gio menyeretnya kembali ke bawah selimut.Entah apa yang sebenarnya ada di dalam benak keduanya. Entah apa pula yang mendasari hubungan mereka berdua, yang pasti semuanya berdasarkan prinsip kesenangan semata.Tingtong! Tingtong! Tingtong!“Hah?” Alexa terkejut. Dia tiba-tiba saja mendoron