Mira berlari menuju lampu merah yang sudah terlihat kacau dan berantakan akibat tabrakan antara pengendara motor dan mobil yang saling menabrakan diri.
Mira mendekati seorang yang tergeletak di jalan yang masih mengenakan helm akan tetapi pakaiannya sudah robek dan menderita luka-luka sehingga mengeluarkan darah. Sedangkan motornya menjadi remuk dan terjepit di bawah mobil.
"Kamu kenapa sih Mira? Apakah kamu kenal dengan pengendara motor tersebut?" tanya Bram yang menjadi heran karena ini pertama kalinya dia melihat seorang Mira yang terlihat panik dan juga ketakutan.
Mira langsung menggelengkan kepalanya dan melihat area sekitar seperti sedang mencari sesuatu.
"Are you okay?" ucap seorang pria bule yang mencoba membantu Desi untuk duduk.
Desi hanya menganggukan kepalanya sambil memegang tangan nya yang sedikit lecet terkena jalan aspal yang kasar.
"Kalisa," panggil Desi d
Andrew hanya diam mendengarkan Jonathan yang sedang berbicara dengan seseorang yang dia yakin itu bukan Kalisa. “Putar arah dan pergi ke rumah sakit kasih Ibu,” ucap Jonathan setelah dia menutup sambungan teleponnya. “Apa sesuatu terjadi dengan istrimu, Jonathan?” tanya Andrew yang sudah tidak tahan memendam rasa penasarannya dari tadi. “Iya,” jawab Jonathan sekedarnya. Mira yang baru saja menutup sambungan telepon di ponsel Kalisa yang mendapatkan panggilan masuk berulang kali dari Jonathan dan selalu dihiraukan oleh Kalisa. Karena merasa terganggu dengan suara getar dan nada deringnya dengan terpaksa Mira mengangkat panggilan telepon itu, akan tetapi dia meminta izin terlebih dulu dari Kalisa. Dilihatnya Kalisa yang duduk bersebelahan dengan Desi yang sama-sama terlihat berantakan dan pakaian yang mereka kenakan terdapat bercak darah milik Ridho. Mira yang melihat keadaan itu
Anisa dan juga Bram yang baru turun dari taksi langsung bergegas menuju resepsionis untuk menanyakan dimana ruangan rawat yang ditempati oleh Nana. “Permisi Suster, saya ingin menanyakan pasien atas nama Widiana Nasution apakah benar ada dirumah sakit ini?” tanya Anisa. “Tunggu sebentar ya Bu, saya cek dulu apakah ada pasien atas nama Widiana Nasution,” jawab salah seorang suster yang melayani di meja resepsionis. “Hasti, ini data pasien yang mengalami kecelakaan dan baru datang dua jam yang lalu,” ucap suster yang meminta Dimas untuk melengkapi data informasi Nana. “Iya letakan saja disitu,” jawab suster yang sedang sibuk mengecek data di layar komputernya. “Tenanglah sayang, Nana pasti baik-baik saja,” ucap Bram yang mencoba menenangkan istrinya. Anisa hanya mengangguk pelan dan menyandarkan kepalanya di dada bidang suaminya. “Maaf Bu, di rumah sa
“Sebaiknya kamu tetap disini dan tunggu operasinya Ridho hingga selesai,” ucap Desi yang menahan lengan Andrew yang ingin mengikuti Jonathan menuju emergensi. “Dan tolong jaga tas itu karena pemiliknya sedang melakukan transfusi darah untuk Ridho,” ucap Desi dan menunjuk handbag warna hitam milik Mira. “Kenapa harus aku yang menjaga tas itu? Itukan tas milik perempuan dan yang pantas menjaganya itu seharusnya kamu bukan aku,” protes Andrew yang tidak terima disuruh menjaga tas wanita. “Gak usah protes dan turuti saja apa yang aku katakan. Nanti juga kamu bakal berterima kasih padaku setelah tau siapa pemilik dari tas tersebut. Dan satu hal lagi yang harus kamu ingat, jangan memaksa pemilik dari tas itu untuk mengikuti kemauan gila mu. Karena semakin kamu memaksanya akan semakin kuat juga keinginan dia untuk melarikan diri darimu,” ucap Desi kem
Dengan langkah pelan Mira keluar dari ruang operasi bersama para perawat dan dokter yang melakukan operasi pada Ridho. Rasa lega dan juga bahagia menyelimuti relung hati Mira karena ini pertama kalinya bagi Mira mengulurkan bantuan untuk orang lain. Karena biasanya dia akan selalu membuat orang lain menjadi kesulitan dan juga kesusahan, jika berurusan dengannya apalagi sampai membuat hatinya merasa kesal. ‘Ternyata sesekali berbuat baik dan menolong orang yang sedang mengalami kesulitan cukup menyenangkan juga ya,” batin Mira. “Terima kasih atas bantuan kerjasamanya, Nona Mira,” ucap dokter wanita dan mengulurkan tangannya ke arah Mira. Mira menyambut uluran tangan dokter tersebut dan tak lupa juga ia tersenyum ramah. “Saya juga mengucapkan terima kasih kepada anda dan juga yang lainnya yang sudah bekerja keras dan melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan nyawa saudara saya tadi,” ucap Mira dengan tulus.
Dua hari setelah insiden kecelakaan yang dialami oleh Nana dan membuatnya terbaring lemah di bangsal rumah sakit. Tampak Firda ibunya Nana yang dengan telaten merawatnya yang masih tak sadarkan diri atau bisa bilang saat ini Nana sedang dalam keadaan koma dan tak tau kapan dia akan sadar dari komanya. “Selamat pagi Tante,” ucap Dimas yang baru datang dan menyapa Firda ibunya Nana yang sedang mengusap kepala putrinya dengan lembut. “Selamat pagi juga, Nak Dimas,” jawab Firda dan tersenyum lembut ke arah Dimas yang meletakan bunga lili kesukaan Nana diatas meja kecil dekat bangasl tidur Nana. Firda memperhatikan Dimas yang sedang meletakan bunga lili di vas yang berisi air agar tidak mudah layu. ‘Pantas saja Nana tertarik dengannya, sifat lembut, mempunyai kepribadian yang mengagumkan dan juga kharismatik sehingga membuat daya tarik tersendiri untuk menarik perhatian kaum hawa yang ingin mendekatinya,” batin Firda yang me
Andrew tidak menyangka jika Mira akan meminta satu syarat yang membuatnya terkejut dan diam seketika. Akan tetapi dalam keterdiamannya dia mengingat sosok almarhum ibunya yang sudah lama meninggal saat dirinya masih remaja. "Kenapa aku harus melakukan itu? Lagi pula setelah kita resmi menikah kamu bisa menjalani hidup dengan berfoya-foya menggunakan semua fasilitas yang akan aku berikan padamu. Selain itu juga apa yang aku milik tentu saja menjadi milikmu dan apa yang kamu milik aku tidak mau tau sama sekali," ucap Andrew dengan nada suara dingin. "Tanpa harus menikah denganmu juga aku bisa hidup foya-foya dengan semua fasilitas yang papaku berikan padaku selama ini. Aku mengajukan syarat itu hanya untuk berjaga-jaga jika suatu saat nanti ketika kita sudah menikah dan tiba-tiba ada salah satu dari para selirmu yang datang dan membawa anak kemudian meminta pertanggung jawaban darimu, atau penyakit sinting mu kambuh dan berselingkuh dibela
Mira menelan saliva saat melihat junior Andrew yang baru lepas dari sarangnya dan sudah berdiri tegak dan siap untuk bertempur di dalam sangkar gua miliknya. ‘Ternyata gede banget junior milik pria sinting ini, pantas saja aku selalu terpuaskan dan tak berdaya jika juniornya sudah memasuki gua dan mengobrak-abrik didalamnya,” batin Mira yang melihat junior Andrew tanpa berkedip sambil menelan saliva beberapa kali. Andrew tersenyum melihat Mira yang menelan saliva beberapa kali saat melihat junior sang senjata pamungkasnya yang sudah siap untuk bertempur. Tanpa bertanya lagi Andrew langsung melepas baju tidur Mira yang masih melaknat indah di tubuh seksi dan bohay. Melihat tubuh polos nan mulus Mira membuat junior Andrew semakin keras. Mira yang merasa diperhatikan oleh Andrew menjadi malu dan membuang muka untuk menutupi groginya dihadapan pria sinting yang lagi-lagi berhasil meruntuhkan pertahanannya. “Kenapa kam
“Aku tidak menyangka jika orang tega merencanakan insiden kecelakaan itu adalah kamu. Apakah Nana selama ini pernah menyinggungmu sehingga membuat dendam di hatimu dan tega ingin mengakhiri hidupnya dengan cara tragis seperti itu, Melinda?” ucap Robert yang merasa kecewa dan juga sakit hati atas perbuatan Melinda. “Aku tidak mengerti dengan apa yang kamu katakan, Robert. Memangnya aku melakukan apa pada adikmu? Dan insiden kecelakaan apa?” Sangkal Melinda yang terus berlagak tidak tahu tentang insiden yang dialami Nan dan juga Ridho. “Jika kamu masih tetap menyangkal dan tidak mau mengakui perbuatanmu, maka aku jamin kamu akan mendekap di penjara selama mungkin da bahkan seumur hidupmu. Dan bukan hanya itu saja, aku juga akan membuat perhitungan dengan keluargamu dan membuat mereka merasakan apa yang namanya penderitaan akibat perbuatan yang telah kamu lakukan yang hampir membunuh istri dan anak-anakku yang masih belum sempat melihat ind
Jonathan melihat istrinya yang berbalik dan menunjukan wajah yang penuh harap dan sangat menantikan jawabannya. Melihat suaminya yang malah terlihat bingung dan tak kunjung menjawab membuat Kalisa mengerti kemudian menghela nafas berat dan menyimpulkan jika suaminya masih belum menemukan nama untuk si kembar yang sebentar lagi akan segera lahir. “Sudah aku duga jika Mas Nathan masih belum menemukan nama untuk si kembarkan?” ujar Kalisa dengan nada kecewa dan memejamkan matanya untuk menutupi kekecewaannya serta kesedihannya. Mendengar nada suara kecewa dari istrinya membuat Jonathan menjadi tak tega.“Sebenarnya aku sudah menemukan nama untuk si kembar, akan tetapi aku masih ragu apakah nama itu akan cocok dan juga bagus untuk mereka nanti,” ujar Jonathan ragu.“Benarkah kamu sudah menemukan nama untuk mereka? Coba katakan padaku nama apa yang sudah Mas buat untuk si kembar?” ucap Kalisa yang kembali ceria lagi dan mengusap lembut wajah suaminya.Jonathan menelan ludahn
Kesal karena ucapannya dipotong begitu saja disaat dirinya ingin meluapkan kegelisahannya semenjak menonton serial tv yang saat ini tengah naik daun. Dengan tak berperasaan Kalisa menggigit jari telunjuk suaminya yang ditempelkan pada bibirnya.“Argh!” erang Jonathan dan tangan satunya mengepal kuat untuk menahan rasa sakit pada jari telunjuknya akibat perbuatan istrinya.Mawar yang menyaksikannya hanya bergidik ngeri melihat putranya yang sedang kesakitan. ‘Aduh kasihan benar kamu Jonathan. Semoga kamu bisa menjadi lebih sabar lagi menghadapi sikap Kalisa yang mudah marah semenjak mengandung buah hatimu,” batin Mawar yang menatap iba putranya yang sedang menahan sakit pada jarinya akibat gigitan dari menantunya.Kalisa bukannya merasa bersalah melihat suaminya yang kesakitan dengan mimik muka memerah sambil mengibas-ngibaskan tangannya. Dia malah cuek dan hendak berdiri dari
Perlahan mata mata sipit yang sudah tertutup kini sudah terbuka dan langsung mendapati sosok Dimas yang tengah menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Bulu lentik yang sudah lama tidak bergerak mengikuti kelopak matanya kini bergerak naik turun. Baik Nana dan juga Dimas hanya diam dan saling melihat tanpa mengucapkan sepatah kata.Nana yang melihat wajah khawatir Dimas menjadi menarik sudut bibir tipisnya dengan sorot mata seolah-seolah mengatakan jika dirinya baik-baik saja.Firda yang merasa heran dengan sikap Dimas yang tak biasanya tidak menjawabnya saat diajak bicara akhirnya memutuskan mendekatinya. ‘Sebenarnya apa yang terjadi dengan mereka berdua sih? Yang satunya berlari keluar dan yang satunya lagi hanya berdiri dan menatap serius ke arah Nana,” batin Firda kemudian menoleh ke putrinya.Terkejut sudah pasti saat melihat anak bungsunya yang sudah lama tidak membuka matanya kini sudah membuk
“Apa kau tidak punya mulut untuk menjawab pertanyaanku, Dimas? Asalkan tau saja ya, sebenarnya aku sangat muak setiap akhir pekan selalu melihat wajah cuek dan sangat menjengkelkan darimu,” ucap Robert dengan ketus.“Ini anak udah dewasa tapi sifat dan pemikirannya masih saja seperti anak kecil. Pantas saja Desi selalu menolakmu karena sifat kekanak-kanakan mu ini,” ucap Firda dan menjewer telinga putranya.“Aw …. Sakit ini telingaku, Mah,” ucap Robert sambil memegangi telinga yang masih saja dijewer oleh mamanya.Dimas yang melihat Robert mendapat jeweran dari mamanya menjadi tersenyum puas kemudian dia menoleh pada sosok Nana yang masih tetap betah memejamkan matanya selama tujuh bulan lebih. Rasa rindu ingin melihat mata hitam berbinar yang selalu ditunjukkan oleh Nana dan juga senyum manis nan menggoda menghiasi bibir tipisnya.‘Cepatl
Sebelum menjawab pertanyaan dari mantan suaminya Santi menarik nafas dan membuangnya perlahan. “Aku pikir kamu sudah melupakan Zian dan juga Rian karena sebentar lagi akan mendapatkan anak dari rahim wanita lain,” ucap Santi dingin dan terdengar tajam. Mendengar penuturan mantan istrinya membuat Jefry terkejut. Karena selama delapan tahun menjalani rumah tangga dengannya, ini pertama kalinya dia mendengar Santi berkata dingin dan juga terdengar tajam. “Mana mungkin aku melupakan mereka, Santi? Mau bagaimanapun mereka berdua darah dagingku dan aku tidak akan pernah melupakan mereka walaupun aku sudah memiliki anak lagi dari Serli. Bahkan aku berharap di masa depan mereka bisa rukun walaupun tidak tinggal satu rumah dan berbeda ibu,” ujar Jefry. “Baguslah jika kamu tidak akan pernah melupakan mereka. Selama istrimu tidak mengacau dan membuat kerusuhan di rumahku lagi, aku akan menutupi dan mengatakan pada anak-ana j
“Aku tidak menyangka jika istrinya Jonathan ternyata berhati dingin dan juga sombong sama seperti suaminya. Aku ingin melihat sampai dimana kalian berdua bisa bersikap sombong terus menerus seperti itu,” ucap Serli kemudian berjalan meninggalkan kediaman Rahendra dengan hati yang panas karena emosi menggebu-gebu yang menguasainya. Kalisa menjadi bengong mendengar perkataan Serli yang mengatainya berhati dingin dan juga sombong. “Kenapa aku merasa tidak suka mendengar perkataan wanita tadi? Dasar pelakor tak tau malu, berani-beraninya dia mengataiku wanita berhati dingin dan juga sombong! Lihat saja jika sampai aku bertemu lagi dengannya, pasti bakal aku hajar sampai babak belur tuh pelakor,” gerutu Kalisa yang tak terima dan merasa kesal. Jonathan yang berada di lantai dan melihat istrinya yang menggerutu menjadi tersenyum dan menggelengkan k
Kalisa menelan saliva melihat suaminya yang memejamkan matanya dengan tangan bergerak maju-mundur mengocok juniornya. ‘Apakah ini yang dilakukan Mas Nathan jika sedang berlama-lama dikamar mandi dalam beberapa hari ini?” batin Kalisa. “Sstt oohh, Kalisa,” desis Jonathan sambil memanggil nama istrinya. Tak tahan melihat keseksian dan pesona roti sobek yang milik suaminya yang sangat menggoda, senyum jahil terukir indah di bibir ranum Kalisa dan berjalan mendekati suaminya yang masih belum menyadari kehadirannya. Jonathan terperanjat dan membuka matanya ketika istrinya dengan diam-diam mendekatinya dan memeluk dari belakang dengan tangan merabai perut sispeknya hingga turun ke pangkal dan memainkan dua bolanya. “Kenapa kamu melakukannya sendiri, Mas? Apakah aku udah tidak menarik lagi sampai kamu mastubasi dikamar mandi?” ucap Kalisa. Jonathan menelan saliva dan seluru
Andrew membuka lebar paha istrinya dan mulai memasukan juniornya yang sudah siap untuk bertempur dan menyemburkan saus kental mayones kedalam rahim istrinya. Oohh…. Desis Andrew saat juniornya perlahan memasuki gua hangat dan licin milik istrinya yang selalu memberikannya kenikmatan dan juga kepuas. Mira menggigit bibirnya dan menikmati momen hangat saat junior suaminya memasuki area paling sensitifnya. “Aku menagih janjimu, Honey,” bisik Andrew kemudian mencium telinga istrinya dan sedikit memberi tiupan untuk membangkitkan gairah istrinya. ‘Memangnya aku punya janji apa dengan pria sinting ini? Perasaan aku tidak pernah menjanjikan apapun padanya,” pikir Mira. “Jangan menggigit bibirmu sendiri, Honey,” ucap Andrew kemudian melumat dengan lembut bibir istrinya dan kedua tangannya meremas gunung kembar. Aahh…. Suara desahan k
Anisa menyenggol Kalisa yang tak berkedip melihat dua orang yang berdiri tak jauh dari mereka. Sedangkan Andrew hanya melihat sekilas wanita yang memiliki mata biru cerah yang mirip dengannya akan tetapi itu bukan warna asli karena wanita itu menggunakan soflen sedangkan Andrew asli yang mewarisi dari papanya. “Kemarilah Abigail,” ucap Andrew pada adiknya dan menyuruh duduk disebelahnya. Wanita bule yang tak lain adalah keponakan dari ibu sambung Andrew pun mengikuti Abigail dan hendak duduk disebelahnya, namun sayang Anisa dengan cepat bergeser duduk disebelah Abigail. “Ternyata kamu udah besar ya, Abigail,” ucap Anisa berbasa-basi dan menguap lembut kepala Abigail. Melihat apa yang dilakukan Anisa tentu saja membuat Arsila geram dan mengepalkan tangan nya unt