“Ayo kita masuk dulu," ucap Ran Xieya berjalan bersama Han Xue Tian memasuki pavilion.Ran Xieya membantu Han Xue Tian membaringkan dirinya. “Lihatlah dirimu, sudah begitu lelah masih saja memaksakan diri," omel Ran Xieya sambil menaikkan selimut ke tubuh Han Xue Tian.“Kau juga," sahut Han Xue Tian langsung menarik pergelangan tangan Ran Xieya sampai tubuh Ran Xieya terbaring disebelahnya. “Tidur," perintah Han Xue Tian lagi dengan datar.“Engh." Ran Xieya melenguh, wajahnya memerah padam. Diliriknya Han Xue Tian yang sudah memejamkan kedua matanya, bahkan sudah terdengar dengkuran halus dari pemuda kedua Han itu. Ran Xieya memengangi pipinya yang memanas. “D-dasar Han Xue Tian," gumam Ran Xieya.Ran Xieya beranjak bangun, meninggalkan Han Xue Tian yang tertidur dengan pulas. Tatapan Ran Xieya menjadi sendu menatapnya “Kau sudah susah payah melakukan semuanya untukku," lirih Ran Xieya.Gadis beriris magenta itu membawa sebuah anak panah bersamanya, sebelum itu dia mengikat rapi surai
Warna merah yang mendominasi, kota yang tampak sepi itu tampak berantakan bahkan setiap rumah disana terlihat dikunci dari dalam. Warna merah yang mendominasi sudah terlihat usang untuk kedua iris magenta yang menatap sendu dari dalam kereta yang membawanya.Dia mengalihkan tatapannya menuju kedua tangannya yang terikat “Xieya...”Terdengar suara dari kusir pengemudi kuda tepat didepannya.“Tidak apa-apa Xue Tian, tetap berjalan sesuai rencana.”“Hn.”Han Xue Tian mengangguk.Pemuda beriris biru itu menatap melalui topi jerami yang dikenakannya, sebagian kain berwarna hitam menutupi wajahnya. Dia tetap mengemudi kuda yang membawa Ran Xieya didalam kereta kudanya.Ide gila dari Ran Xieya ini sudah mereka rencanakan sebulan yang lalu, walaupun Han Xue Tian menolak tapi Ran Xieya tetap saja menginginkan rencana ini berhasil. Biarpun menjadikan dirinya penguasa kerajaan iblis, tanpa adanya Lian Xia Tian kemudian mulai terkenalnya penguasa iblis yang jauh lebih kejam ini cukup mengkhawatirka
Sudah dini hari, ketiga pria pemimpin Klan besar itu masih menyimak perkataan Han Xue Tian. Rasanya mereka bercampur aduk. Selama ini Ran Xieya dan Han Xue Tian disangka gugur saat melawan Lian Xia Tian ternyata tak disangka kedua sejoli ini menjalankan rencana sendiri. Merekalah yang bersedia berkorban demi keseimbangan dunia dengan jadi penduduk Iblis.“Pantas saja selama ini begitu damai," ucap Ran Rinyou.Shin Chen Jun mengangguki ucapan Ran Rinyou. “Benar, jarang ada masalah yang berasal dari para iblis, bahkan masalah dari hantu-hantu liar. Nyaris tak ada.” Shin Chen Jun mengangguk. Berbeda dengan Han Suiren Hua, dia menatap dengan cemas sebagai Klan Ksatria yang memburu Iblis, ia cemas pada keputusan Han Xue Tian ini. “Xue Tian, aku mencemaskanmu ...," ucap Han Suiren Hua terjeda. "Tetua akan tahu perkara ini, cepat atau lamban." Han Xue Tian berucap sembari memengang pundak adiknya itu. Han Xue Tian mengangguk. “Xua Tian, akan kembali.”“Mereka akan menghukummu, ini langkah
“Dia gadis yang terlahir lemah dan penyakitan, bahkan murid yang kuutus untuk mengobatinya pun tak bisa menyembuhkan penyakitnya. Sebenarnya, dia sudah begitu lama menderita di Shizu Ran, kadang aku merasa kasihan dengan Ran Xieya ini ... tapi dia sama seperti kita, seseorang yang ‘dipengaruhi’oleh An Tian,” ucap Ra Byusha.“Lantas ... apakah Lian Xia Tian sengaja mendekatinya karena itu?” tanya Ran Xieya. “Benar sekali, bahkan aku sendiri harus berpura-pura mati dihukum oleh Ghanandra agar bisa menjauhinya. Dia benar-benar lelaki berbahaya.” Ra Byusha mendadak berbicara sendu.“Tapi Ran Xieya ini berbeda, dia benar-benar jatuh cinta dengan sosok Lian Xia Tian, tapi karena tubuh dan meridian jiwanya tak mampu menahan energi An Tian. Dia mati, kemudian Lian Xia Tian memanggil jiwa yang sama dan Taraaaaa.... disinilah kau berada Senna Cassia Charlisle. Cucu muridku Yueran.” Ra Byusha berucap konyol dengan mencubit pipi gempal Ran Xieya. Kemudian menatap Ran Xieya dengan lembut, Wanita
“Tapi ... jalan kita berbeda a-Sen, ibu tetap memiliki misi yang akan menentangmu." Erythrina Verna berucap sembari membelai permukaan wajah Senna dengan lembut. “Maafkan aku, tapi aku berjanji akan terus melindungimu apapun yang terjadi A-Sen kecil kami," ucap Wanita itu sambil beranjak berdiri. Kedua mata Senna membelalak, selama ini ibunya tahu jika ia bersemayam di tubuh Ran Xieya. “Ibu, tunggu," sergah Ran Xieya menarik pergelangan tangan ibunya yang hendak pergi itu. “A-Sen, ibu tak dapat selalu menemanimu tapi aku berjanji akan terus melindungimu," ulang Erythrina Verna. Senna menggeleng. "Selama ini Ibu tahu?" tanya Senna. "Tapi kenapa kau diam, dikala aku terjebak di tubuh malang itu tanpa tahu apapun?!" bentak Senna dengan kedua mata melalangnya. “Ibu paham sayang, ini semua demi kebaikan keluarga kita. Aku, kau dan ayahmu," ucap Wanita itu. Senna dirudung perasaan yang bertabrakan, ia kesal dan sedih kemudian nyaris menitikkan air matanya. “Tidakkah kau memahaminya sedi
“Maafkan aku.” “Apa yang harus kumaafkan darimu? kau berbuat banyak untukku.” “Itu ...," ucap Han Xue Tian tertahan kala pintu ruangannya lagi-lagi didatangi oleh seseorang.Wanita paruh baya dengan dress hitam mahalnya menatap Senna dengan angkuh. “Qita apa sudah mendapatkan Sen Ya itu?" tanya Wanita itu pada Xuanze Rhein Qita. Senna menatap dengan heran kedatangan Wanita itu. “Siapa?” tanya Senna tak mendelik.“Gadis biasa? Jangan katakan jika dia orangnya," sindir Wanita paruh baya itu bernada angkuh.Senna terkekeh geli, hidupnya yang berasal dari orang susah hingga sering dicibir oleh keluarganya sendiri mendadak gelak tawa mendengar Wanita itu. “Lantas jika aku orangnya, apakah itu sebuah masalah?” tanya Senna mengangkat sebelah alisnya. Dia tak takut, tentu saja. Penjelasan dari Ra Byusha cukup menyakinkannya, tak ada seorang pun yang bisa mengendalikan Sen Ya selain dirinya.“Tch. Tuan muda Xuanze sampai menunda rapatnya untuk gadis bermulut kasar seperti ini," sahut seoran
Tidak pernah terpikirkan oleh Senna alias Ran Xieya dapat kembali ke kehidupan sebelumnya. Dunia asalnya ini memang berbeda meski begitu Senna merindukannya. Ia percaya jika sudah tiada namun kembali hidup di sosok Ran Xieya. Saat itu lagi, Senna tak sengaja terbangun tengah malam. Baru sejak empat jam lalu Elya pamit pulang setelah menemaninya bersama Kang Kakak, Banri. Senna termangun, memikirkan sesuatu. Dia tidak bodoh untuk menyadari, jika Sen Ya pedang suci miliknya pasti sudah ada di tangan ibunya. Erythrina Verna tak lain karena tujuan mereka yang saling bersinggungan. Senna menghela napas cukup panjang. “Astaga, semuanya malah jadi rumit," gumam Senna memengangi dahinya sendiri. Tak lama Senna memilih untuk beranjak ke kamar mandi. Sekedar membasuh wajah. “Xieya ... Xieya ... Kurasa nasib kita sama-sama payah," celetuknya sendiri sembari memandangi wajahnya dari pantulan cermin. Senna pun kembali ke ranjang kasurnya, dia merogoh gunting kecil yang ada didalam nakas. Itu mi
Senna menyetir dengan pikiran yang kacau, wajah yang murung. Sudah berapa kali melesat dengan laju dengan menghinari lampu lalu lintas. Bahkan masih mengenakan piyama pasien Rumah Sakit. Senna mendecak sendiri. "Aku bisa dikira pasien kabur," gumam Senna. Mobil hitam yang dikendarainya berhenti di sebuah gang yang sempit, gelap dan hanya sebuah lampu jalan yang menerangi. Gadis bersurai hitam legam itu menghembuskan napas, sesekali mengusap kedua tangannya yang terasa mendingin.Senna keluar dari mobil hitam itu setelah memparkirkannya didekat gang sempit ini, kedua iris kenarinya menatap was-was karena cemas jika terdapat orang suruhan Xuanze yang mengincarnya. Biar bagaimanapun ia baru saja pulih, walaupun bisa menghadapi mereka Senna tetap saja merasakan tubuhnya masih lemah.Tiba di tempat semasa kecilnya dihabiskan, Senna diam meratapinya. Tampaknya sangat sepi. Rumah Susun yang jauh dari kata sederhana, dalam ruang sepetak yang hangat tersimpan kenangan yang manis. "Aku pulang.