"Yenni, maafkan aku, ini semua salahku. Tolong cepat bangun!"Suara tidak asing dengan tangisan tercekat membuat hati Quinn bergetar.Seharusnya dia sudah bisa menebaknya saat melihat Willy. Saat itu masih jam kerja dan ini terkait dengan Yenni, Willy ada di sini, jadi tentu saja Yovan juga ada di sini.Berdiri di depan pintu bangsal, Quinn merasa sedih saat melihat dia menjaga di samping ranjang sambil memegang tangan Yenni, dia terlihat sedih dan menyesal."Quinn, kamu sudah datang!"Mendengar suara Wina, Quinn menatap Wina dengan tatapan rumit, saat ini Quinn mengerti kenapa Wina memanggilnya.Hanya saja dia masih agak sedih, Quinn sangat menyukai Wina.Entah laki-laki di samping ranjang itu terlalu mencemaskan wanita di atas ranjang itu atau tidak mendengar perkataan Wina, dia tidak melepaskan tangan Yenni atau menoleh.Quinn berkedut mulutnya dan merasa agak sulit untuk berbicara.Wina melangkah maju dan memegang tangan Quinn, lalu berkata dengan lembut, "Quinn, ikut aku keluar un
"Pada awalnya, aku menentangnya. Kamu juga tahu, aku nggak ingin dia dan Yovan memiliki terlalu banyak kontak. Hanya saja Yenni terlalu tergila-gila dan hanya peduli dengan Yovan. Dia nggak mendengarkan saranku sama sekali.""Setelah hal seperti ini terjadi, biarpun aku mengurungnya di rumah setiap hari, itu nggak akan ada gunanya sama sekali. Itu hanya akan semakin merangsang ketergantungan dia pada Yovan.""Kamu nggak tahu, saat aku membuka pintu dan melihat dia tergeletak di lantai dengan berlumuran darah, hatiku hancur. Saat itu, aku berpikir, biarpun aku harus mati, kuharap dia bisa hidup dengan baik!""Anak-anak adalah kesayangan orang tuanya. Nggak peduli kesalahan apa yang dilakukan dia, dia lahir di bulan kesepuluh kehamilanku. Bagaimana aku bisa melihat orang lain menyakiti dia, bagaimana aku bisa melihat dia menyiksa diri sendiri!"Quinn tidak berbicara. Dia hanya mendengarkan dengan tenang tangisan Wina. Dia merasa sangat tidak nyaman dan bingung.Suara Wina lembut, tapi vo
"Nona Quinn, jangan sedih. Kak Yovan benar-benar memperlakukanmu berbeda. Dia terlalu mencemaskan Nona Yenni sekarang, itu sebabnya dia seperti ini. Saat Nona Yenni membaik, semuanya akan baik-baik saja."Andy sedang mengemudikan mobil dan melihat Quinn terlihat muram, jadi dia tidak bisa menahan diri untuk tidak membela Yovan.Dia masih ingat konferensi video hari itu dan kelembutan Yovan terhadap Quinn. Itu benar-benar Yovan yang berbeda. Dia percaya bahwa Quinn sangat penting di hati Yovan.Quinn tidak berbicara. Tidak tahu apakah dia tidak mendengar apa yang Andy katakan atau tidak ingin berbicara.Andy tidak bisa menebak apa yang dimaksud Quinn, jadi dia hanya bisa terus memikirkan topik untuk mencoba menghilangkan rasa canggung."Nona Quinn, aku sudah melihat dramamu, kemampuan akting kamu cukup bagus ....""Terima kasih! Tapi, kamu nggak harus seperti ini. Aku baik-baik saja. Aku hanya memikirkan sesuatu." Quinn memaksakan senyum. Andy melakukan ini demi kebaikan Quinn. Quinn ta
"Biarpun keluarga dia nggak sekaya keluargaku, dia sangat kuat dan mandiri, itu merupakan keunggulan kepribadian dia. Terhadap aku, dia selalu memarahi kami sebelumnya, dia bilang kami nggak sebaik Kak Yovan, kami hanyalah cacing yang mengandalkan keluarga untuk menghidupi kami.""Aku nggak punya keberanian seperti dia atau kemampuan seperti Kak Yovan. Dengan Kak Yovan sebagai mantan pacarnya, aku merasa aku nggak cukup baik untuk dia."Dia sedikit tertekan dan mobilnya melambat, terlihat jelas dia sangat khawatir dan sedih.Quinn mencibir, "Andi, kenapa kamu lucu sekali!"Andy memandang Quinn dengan bingung, Quinn tersenyum dan berkata, "Kalau Ellie benar-benar meremehkanmu karena ini, dia nggak akan mengatakan itu. Orang seperti dia yang memiliki perbedaan jelas antara cinta dan benci, kupikir kalau itu adalah seseorang yang dia pandang rendah, dia akan langsung nggak mau berteman!Andy tertegun sejenak, ekspresi gembira melintas di wajahnya, kemudian dia bertanya dengan gembira, "Ap
Dalam beberapa hari berikutnya, Quinn tinggal di Kompleks Ayu untuk membaca naskah baru yang akan dia ikuti audisinya, dia tidak pernah pergi ke rumah sakit lagi.Wina menelepon lagi, Quinn tidak mengatakan apakah dia setuju atau tidak. Dia hanya berkata dengan lembut, "Bu Wina, aku mengerti kamu merasa kasihan pada putrimu. Kamu nggak tahu betapa aku iri pada Nona Yenni. Selain memiliki begitu banyak teman yang menjaganya, juga ada seorang ibu yang memikirkan dia sepertimu.""Di dunia ini, selain kakek dan nenekku yang sudah lanjut usia yang masih membutuhkan perawatanku, aku hanya memiliki Yovan. Biarpun aku tahu bukan hanya aku yang perlu dia rawat, aku tetap rakus akan sentuhan kehangatan itu. Kalau dia pergi, apakah duniaku akan tetap hangat?"Saat Quinn mengatakan ini, suaranya sedih, tapi Quinn sendiri tidak merasakan apa-apa. Quinn bahkan menganggapnya agak ironis.Yovan bukan satu-satunya kehangatan yang dimiliki Quinn di dunia ini. Yovan tidak memenuhi syarat!Wina juga tahu
"Nyonya, maaf, aku nggak bisa berjanji. Kalau kamu harus membantu putrimu dengan cara ini, bilang saja pada Yovan!"Sebenarnya tidak masalah Quinn setuju atau tidak, Yovan yang mengambil keputusan akhir, dia juga tidak akan membicarakannya dengan Quinn, apalagi menghormati pendapat Quinn.Di malam kelima setelah Yenni bunuh diri, Yovan akhirnya pulang.Saat ini Quinn sedang berbaring di sofa sambil memakai masker dan melihat ponselnya. Saat Yovan masuk, jasnya sudah kusut, ada janggut di dagunya, bisa dibilang sedikit berantakan.Yovan memandang Quinn sejenak, lalu memanggil, "Quinn."Quinn sepertinya tidak menyangka dia akan kembali saat ini, jadi dia terkejut, melompat dari sofa, lalu melepas masker."Kamu sudah pulang. Apa kamu sudah makan? Kalau belum, aku akan pesan makanan!"Yovan mengerutkan kening, kenapa Quinn tidak memasak untuk dia daripada memesan makanan?Saat dia hendak bertanya, matanya tertuju pada tempat sampah yang berisi beberapa kotak makan sekali pakai.Alis Yovan
Saat Quinn keluar dari dapur, Yovan sudah terbaring di sofa dan tertidur.Melihat lingkar matanya yang gelap dan janggutnya, mata Quinn terasa perih. Quinn menutup mata lalu dengan cepat berjalan mendekat dan mengambil selimut tipis dari sofa untuk menutupinya.Saat dia hendak pergi, seseorang meraih tangannya.Quinn berbalik dan melihat Yovan sudah bangun."Apa aku mengganggumu?"Dia menggelengkan kepala dan berkata dengan suara rendah, "Aku belum mandi, jadi nggak bisa tidur nyenyak.""Kalau begitu, ayo makan dulu. Kamu pasti kelaparan!" Quinn tidak banyak bicara dan menariknya ke meja makan.Mungkin karena dia benar-benar merasa bersalah terhadap Quinn, dia benar-benar sangat tenang dan berperilaku baik seperti anak kecil. Dia akan melakukan apa pun yang diminta Quinn, itu menambah wawasan Quinn.Sampai Quinn memapahnya berbaring di tempat tidur, Yovan terus menatap Quinn dengan saksama.Saat terus ditatap seperti ini, Quinn teringat apa yang dia katakan ketika dia kembali ke kamar
Keesokan harinya, Yovan tidak pergi ke rumah sakit lagi, dia bangun pagi dan membuat sarapan, lalu menunggu Quinn makan bersamanya.Quinn keluar dari kamar tidur dan sedikit terkejut saat melihat dia masih di rumah, "Apa kamu nggak pergi ke rumah sakit hari ini?"Melihat tatapan Quinn yang tidak menyalahkan, Yovan merasa trenyuh dan berjalan menuju Quinn, "Aku nggak pergi hari ini, aku akan tinggal bersamamu di rumah. Kenapa kamu nggak memakai kaus kaki?"Quinn menatap kakinya yang tersembunyi di balik sandal katun dan berkedip, "Bagaimana kamu tahu?"Yovan memelototi Quinn dan menarik Quinn untuk duduk, "Tentu saja aku lihat, tunggu!"Setelah beberapa saat, dia datang dengan membawa sepasang kaus kaki dan berjongkok di depan Quinn.Merasakan hangatnya telapak tangannya saat menyentuh kakinya, Quinn sedikit terkejut dan tidak percaya bahwa dia benar-benar mengenakan kaus kaki pada Quinn!Quinn menatapnya dengan heran sampai dia duduk di sebelah Quinn. Quinn belum bereaksi. Melihat Quin