“Ga? ... Shega ... lo kenapa?” Ujar Jolly, kini perempuan itu sudah menghentikan tangisnya. Namun, ketika melihat Shega bergeming membuat wanita itu penasaran.“H-hah? Enggak, gue gak papa.” Sahut Shega seraya mengerjapkan matanya.Jolly mengerutkan dahinya, wanita ini nampak kebingungan melihat tingkah Shega yang aneh. “Dih, gak jelas banget lo,” katanya, “BTW lo ada perlu apa ke sini? Lo kangen gue kaaann ...” ucapnya lagi, Jolly malah mengolok Shega.“Dih, jangan kepedean deh.” Cerca Shega tak terima.“Biasa aja kali!” Sahut Jolly seraya menyembulkan bibirnya.“Gue Cuma laper, pengen makan bubur buatan lo lagi. Bikinin gih.” Titah Shega semena-mena.“Buset dah. Doyan lo?” Tanya Jolly seraya menaikan sebelah alisnya.“Mayan sih. Lo ada bakat jadi tukang bubur,” kata Shega mengejek perempuan yang duduk di sebelahnya. Hal ini me
Kini Jolly baru saja kembali dari dapur. Wanita itu nampak suntuk karena telah melewati hari yang sangat melelahkan.“Gue ngantuk banget Ga, lo masih mau di sini?” Tanya Jolly seraya merebahkan badannya pada kasur.“Kenapa, lo ngusir?” Tanya Shega dengan nada yang dingin.“Apa sih, gue nanya doang.” Timpal Jolly.Kini Shega berjalan ke arah Jolly, kemudian pria itu merebahkan badan di sampingnya.“Ih!! Lo mau ngapain?” Tanya Jolly panik. Sementara Shega tidak menggubris sama sekali, ia masih memasang wajahnya santai.“Lo bisa gak duduk di sana aja,” ucap Jolly seraya mendorong badan Shega walaupun wanita itu tahu, ia tidak akan mampu mendorong badan Shega yang kekar itu.“Lo bisa diem gak sih? Gue gak ngapa-ngapain lo juga.” Ujar Shega yang kini sudah memeluk boneka dino milik Jolly.“Lo mau tidur?” Tanya Jolly kala melihat mata Shega yang kini sudah terpejam.“Hm ...” sahut Shega seadanya.“Kenapa gak tidur di rumah lo aja sih?” Ucap Jolly yang semakin gusar.Akhirnya Shega kini suda
Pagi hari yang indah nan sejuk, seluruh penduduk bumi sudah memulai aktivitasnya kembali. Begitu pun dengan wanita cantik yang kini tengah duduk di kelas. Ada yang berbeda dari hari ini, biasanya Jolly selalu menunggu untuk menyambut kedatangan Shega, tapi tidak untuk sekarang.Jolly masih terbayang kejadian semalam. Merupakan suatu moument untuk pertama kalinya bagi Jolly. Membuat ia malu untuk bertemu dengan Shega. kendati bertemu, berpapasan dengan pria itu saja rasanya Jolly masih belum siap.“Siapa sangka?!” ucap Jolly. Matanya menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong.“Lo kenapa lakuin itu Shega?” Katanya lagi bermonolog.“Bilangnya gak ngerti soal percintaan. Tapi soal ciuman kenapa lo brutal banget?” Ujar Jolly, wanita ini nampak masih belum bisa menerima kenyataan.“Gue gak terima di cium semena-mena, tapi kenapa kemarin malah bales ciuman dia. Perasaan apa ini?” gerutu Jolly bertanya pada diri sendiri.“Awas aja Shega. nanti kalo gue udah berani nemuin lo, abis lo sama g
Bell pulang sudah berbunyi dua menit yang lalu. Kini Jolly tengah menunggu Qyara yang sedang membereskan buku-bukunya.“Ayo Qyara, nanti mereka keburu balik.” Ujar wanita yang sedang berdiri di ambang pintu kelas.“Iya sabar Lyy, gue lagi cari pulpen, kayanya ilang satu deh.” Ujar Qyara seraya mengotak-ngatik bangkunya.“Yauda sih, nanti bisa beli lagi.” Ucap Jolly meremehkan.“Anjir. Eneteng banget kalo ngomong, ini pulpen di beliin Papa gue dari Bangkok.” Timpal Qyara tak terima.“Nah itu apa tuh di deket kursi,” tunjuk Jolly ke arah kursi yang di duduki Qyara.“Oh iya, ini pulpen yang gue cari,” sahut Qyara seraya menapmakan giginya yang rapih. Sementara Jolly hanya memutar bola matanya malas.Tidak menunggu waktu lama lagi kedua perempuan itu pun segera pergi menuju kelas Shega untuk mendiskusikan liburan mereka nanti.“Buset! Abis ngapain sih lo
“Lyly, kamu hati-hati yah.” Ucap purwa dengan lembut, “Brandon Bunda titip Lyly yah.” Pesan Purwa yang kini berbicara pada Brandon.“Apa sih Bunda. Lyly juga bisa jaga diri kali,” kata Jolly seraya mengerutkan bibirnya.“Tenang aja Bunda, Lyly aman kalo ada aku,” timpal Brandon yang sudah menyengir kuda. Sementara di sisi lain Jolly malah menjulurkan lidah pada Brandon.“Bagus kalau gitu, Bunda merasa tenang.” Ujar Purwa, ia tersenyum manis.Tidak menunggu waktu lama lagi mereka berdua beranjak pergi menuju rumah Artha.“Gue yang bawa mobil yah?” Pinta Brandon pada Jolly.“Ya kalo bukan lo siapa lagi,” jawab Jolly ketus.“Cailah, nyolot amat neng! Maksudnya kan ini mobil lo, masa gue main terobos bawa mobil sih.” Kata Brandon panjang lebar.“Iya gue ngerti. Lo jangan baper gitu Brand,” gubris Jolly. Perempuan itu menatap temannya dengan tatapan sendu.Hal ini membuat Brandon bergidik ngeri, “lo kenapa sih? Mood lo cepet banget berubah-ubah. Tadi nyolot sekarang malah dramatis,” ucap B
Suara riuh terdengar dari dalam mobil yang di kendarai oleh Brandon. Candaan demi candaan membuat mereka terus tertawa tiada henti.“HAHAHA ... gue sumpahin lo gak dapet gratis ongkir di shopee.” Seru Birru, ia menyumpahi Qyara yang mengejek dirinya.“Yeuu ... gue sumpahin juga lo gak bakal dapet jodoh.” Balas Qyara, wanita itu nampak tak terima.“Dih! Jodoh gue mah udah jelas ada di samping nih,” Birru tersenyum menampakan deretan giginya yang rapih. Seraya melihat ke arah Ghasya dari ekor matanya.Artha bergidik ngeri, “Ghasya maaf ya, gabung sircle kita emang harus banyak istighfar.” Sementara Ghasya menggubris hanya dengan senyuman simpul.“Kenapa lo diem aja dek? Biasanya di rumah lo banyak mulut,” sambar Brandon, melihat adik semata wayangnya berubah menjadi pendiam.“Apa sih kak,” sahut Ghasya seadanya. Kini pipinya sudah memanas, nampaknya wanit
Perjalanan panjang telah berhasil mereka lalui, tepat pukul 05:10 akhirnya sampai di villa yang akan mereka tempati selama liburan.“Haduh ... gue cape banget,” Qyara mengeluh. Ia berjalan gontai ke dalam ruangan.“Cape ngapain? Sepanjang jalan lo kebanyakan tidur perasaan.” Timpal Birru. Heran.Qyara mendelik kepada Birru, “lo kaya gak tau aja orang abis dalam perjalanan gimana,” gubris Qyara ketus.“Hihihi ... biasa aja kali Qyy. Nyolot amat.” Sahut Birru seraya terkekeh geli.Kini mereka sudah berkumpul di ruang depan. Saatnya pembagian kamar tidur. Terdapat tiga kamar di villa tersebut dengan kapastias dua orang.“Kita ada tujuh orang, sementara kamar cuman ada tiga. Jadi ada satu kamar yang tidurnya bertiga.” Ujar Jolly membuka pembicaraan.“Ya jelas cewe yang tidur bertiga lah, masa cewe cowo tidurnya gabung.” Gubris Artha, menyindir pada Jolly, Qyara, dan G
Pagi itu matahari bersinar cerah. Angin berkesiur menarikan dedaunan sebagaimana mestinya. Suasana pagi tetap dingin seperti seharusnya. Hal ini membuat perempuan yang tengah tertidur tenang itu terusik.“Arghh ... dingin.” Ucap Jolly. Suaranya serak khas bangun tidur. Perlahan matanya terbuka menembus mentari pagi yang mencorong dari ventilasi udara.Kini jolly sudah mengubah posisinya tersandar pada ranjang. Ia menoleh pada kedua temannya yang masih tertidur pulas.“Qyara, Ghasya. banguunn ...” Jolly menggoyangkan kedua tubuh temannya. Namun tak ada reaksi sama sekali, hal ini membuat Jolly gusar.“Qyara, Ghasya. ayo banguuunn ...” Jolly tidak pantang menyerah. Kini tampak Ghasya berusaha membuka matanya.“Huaaa ...” akhirnya Ghaysa sudah membuka matanya penuh. “Aku masih ngantuk kak,” ujarnya seraya menutup mulutnya. Menguap.“Tolong bangunin Qyara ya Sya. Gue mau ke kamar mandi dulu.” Ucap Jolly sebelum pergi meninggalkan Ghasya.Jolly mengawali pagi ini dengan membersihkan gigi d
Artha membeku di tempat, ia tak berkutik sama sekali. Hatinya teramat hancur melihat kekasihnya sendiri berciuman dengan pria lain. Ia melihatnya secara langsung seperti ini, oleh mata kepalanya sendiri, ini sangat sakit.“L-lo b-berdua ng-ngapain?” Artha berucap gelagapan. Ia tak bisa menahan dirinya. Rasa marah, sedih, hancur berkecamuk menjadi satu.Sontak Shega dan Jolly menghentikan kegiatannya. Dengan susah payah wanita itu mengancingkan kembali pakaiannya. Terlukis rasa panik di wajahnya.“Lancang banget lo main masuk kamar orang tanpa permisi!!” Shega nampak marah. Pria itu hendak mendekat pada Artha, namun tangkas Jolly menahannya.“LO YANG LANCANG BERBUAT JIJIK KAYAK GITU SAMA CEWE GUE!!!” Artha berteriak, rahangnya kini sudah mengeras, jarinya menunjuk ke arah Shega.“ARTHA!” Jolly semakin panik. Ia nampak bingung harus berbuat apa.“APA? GUE UDAH MUAK SAMA MISI LO! GUE UDAH GAK MAU LAGI NYEMBUNYIIN HUBUNGAN KITA BERDUA.” Pria itu sangat emosi. Kedua tangannya pun sudah men
“Gue masih gak nyangka Dara kayak gitu,” Ucap Qyara, seraya mengambil satu bisquit yang di sediakan di rumah Artha. Setelah pulang sekolah mereka tidak langsung pergi. Artha mengajak temannya untuk berkumpul di rumahnya.“Sama, padahal di liat-liat dia kaya dari orang berada.” Sambung Birru.“Justru itu. dia keliatan kaya orang berada karena dari pekerjaannya jadi pelacur. Itu bikin dia kaya.” Timpal Artha.“Iya juga yah. Kok lo pinter banget Tha?” Kata Birru.“Yeuu ... emang gue mah pinter kali.” Sahut Artha.“Btw lo tau gak sih. Barusan Dara chat gue.” gubris Jolly. Hal ini membuat temannya penasaran.“Hah. Serius? Chat apaan dia.” Tanya Qyara. Ia telah memasang wajah serius.“Dia minta maaf. Terus dia jujur sama gue, kalau dia emang gak suka sama gue sejak kecil. Makannya sekarang dia selalu ganggu kehidupan gue.” Lanjut Jolly bercerita.“Kok dari kecil, emang lo berdua udah kenal?” Birru merasa aneh. Pria itu mengerutkan dahinya.“Nah ini makannya. Ternyata dia anak ART di rumah g
“Lo ngapain?” Shega memutar badan ketika merasa ada yang mengikuti dari belakang. Shega mendapati Brandon di sana.“Gue mau kejar Lyly.” Sontak Brandon melanjutkan perjalanannya. Ia lari mengejar Jolly.“Lo gak usah kejar Lyly. gue pacarnya lebih berhak.” Shega berteriak, hal ini membuat Brandon menghentikan langkahnya. Kemudian berbalik menghadap Shega.Ia menatap Shega amat dalam, nampaknya pria itu berbicara serius. Tidak terlukis kebohongan pada wajahnya.“Gue resmi pacaran sama Jolly dari kemarin malam. jadi mulai sekarang, lo gak usah deket-deket sama dia lagi.” Shega berucap dengan nada yang dingin. Kemudian ia melaluli Brandon begitu saja.Kalimat itu berhasil mematahkan hati Brandon. Perasaan sakit, sedih, hancur berkecamuk menjadi satu. Ini adalah hal yang paling ia takutkan. Melihat perempuan yang di cinta bersama orang lain. Setelah ini tidak ada alasan lagi untuk berjuang mendapatkan cintanya.Air mata menggenang di matanya. Kini ia tak bisa menahannya. Rasa sakit kian su
Pagi ini Jolly berangkat bersama Shega yang kini sudah menjadi pacarnya. Ia amat bahagia, sepanjang jalan Jolly tidak melepaskan genggaman pria itu. Tangan mereka kini saling bertautan.Namun sepanjang jalan wanita itu merasa aneh. Setiap orang yang melihatnya menatap dengan tatapan tajam. Hal ini membuat Jolly mengerutkan dahinya, ia merasa aneh.“Lyly, sekarang lo baik-baik aja kan? lo gak papa kan? please dengerin gue yah. Gue percaya sama lo, gue yakin itu bukan lo. Jangan dengerin omongan orang lain yah. Lo bodo amatin aja.” Sapa Qyara panjang lebar. Terlukis rasa panik di wajahnya. Sementara Jolly menatap temannya penuh arti. “Maksudnya apa?” Batinnya.“Lo kenapa sih?” Jolly bertanya.“Gue tau lo pasti terpuruk banget. Tapi gue sebagai sahabat lo, gua gak bakal ninggalin lo kok. Gue mau bantu lo nyari pelaku di balik semua ini.” Lanjutnya lagi.“Apaan sih? Orang gue gak papa.” Ujar Jolly santai.“Bentar, emang yang lo tau, Lyly kenapa?” Shega merasa ada yang janggal.“Lah lo gak
Shega terduduk pada kursi balkon kamar Jolly usai makan malam. Pria itu menatap kosong pada langit gelap nan pekat. Pikirannya kini di penuhi oleh perempuan yang kini terus mengejarnya. Shega juga memikirkan bagaimana perasaan yang sebenarnya. Akhir-akhir ini ia merasa tak suka jika Jolly dekat dengan pria lain, seperti Brandon misalnya. Apa mungkin ini rasa cemburu? Shega saja tidak tahu, bahkan tidak mengerti.“Buset! lo dari tadi di sini? Bunda nyariin noh.” Sapa Jolly. Wanita itu nampak gusar mencari pria bernama Shega ini.Tak ada jawaban, Shega masih saja menikmati lamunannya.“Shega! nyaut kek, elah.” Jolly nampak gusar.“Kamar lo udah bersih noh. Udah Bunda beresin.” Cerocos Jolly, wanita itu terus saja mengoceh.Malam ini Shega akan menginap di rumah Jolly. Itu pun karena Bunda yang memaksa. Bahkan sebenarnya Purwa menyuruh Shega agar tinggal bersama saja di rumahnya, agar pria itu tidak merasa kesepian. Namun Shega menolak, ia merasa tidak enak jika hidup dengan orang lain.
Hari semakin larut. Sementara Shega belum terbangun dari tidurnya. Jolly nampak gusar membangunkan pria itu berkali-kali, namun Shega tak kunjung membuka mata.“Shegaaa ... ayo banguuunnn ...” wanita itu bersi keras membangunkan pria yang tertidur pulas pada ranjang miliknya.“Sumpah lo kebo banget!” Ia semakin gusar.Muncul ide gila di otaknya, wanita itu tersenyum menyeringai.“Apa gue bales dendam sekarang aja ya.” Pikir Jolly, telunjuknya mengetuk pelan pada bibir mungilnya.“Hm ... gue bales perlakuan lo tadi sekarang juga,” ucapnya.Setelah berucap seperti itu, Jolly mengusap pelan pada dada bidang milik Shega. telapak tangannya menyelusuri di setiap sisi. Tak lupa leher jenjang pria itu Jolly usap dengan lembut.Jolly melirik Shega sesaat, ia amat kecewa karena perlakuannya tidak memberikan reaksi pada pria itu. Apa ia harus melakukan hal yang lebih intim lagi?perlahan Jolly membuka kancing baju yang Shega kenakan. Satu persatu ia buka, maka semakin terekspos dada beserta abs-
Selama perjalanan pulang Shega dan Jolly sama sekali tidak membuka suara. Keduanya sama-sama membungkam, membuat suasana menjadi genting.Usai sampai di rumah Jolly Shega begitu saja keluar dari mobil kemudian berjalan menuju rumah. Ia tidak meninggalkan sepatah kata apapun pada wanita itu.“Dih. Tu anak kenapa sih? Main nyelonong aja masuk rumah orang.” Ujar Jolly, wanita itu masih berada di dalam mobil.Tanpa basa-basi Jolly pun ikut membuntuti Shega dari belakang. Pria itu bahkan membuka pintu tanpa permisi, sementara pemiliknya saja belum mempersilahkannya masuk.“Bener-bener tu orang. Kesurupan kayaknya.” Jolly berkacak pinggang seraya menggelengkan kepalanya.Ketika Jolly memasuki rumahnya, ia dapati Shega sudah duduk pada ruang tamu bersama wanita berbalut dress hitam itu, yang tak lain Bunda Purwa.“Lyly, kamu abis kemana aja sih?” Sapa Bunda. Wajahnya nampak khawatir.“Lyly abis jalan sama Brandon Bunda, tapi tiba-tiba Shega jemput Lyy secara paksa.” Jolly mengadu.“Oh, sama
“Lo gak papa Lyy, gak balik dulu ke rumah?” Tanya Brandon, kala mereka berdua telah sampai di gedung nan tinggi itu.“Kalo bareng lo, mama gue gak bakal marah.” Ujarnya, tak terlihat rasa khawatir pada wajahnya. Purwa memang begitu percaya terhadap Brandon.“Kita cuman temenan aja nyokap lo udah begitu percaya sama gue, apa lagi kalo jadi temen seumur hidup hehe,” Brandon melemparkan senyuman manis. Sementara Jolly malah bergidik ngeri.“Dih, ngadi-ngadi lo.” Ucap Jolly, seraya menaikan sebelah bibirnya.“Gak mau apa lo hidup bareng gue terus?” Brandon memasang wajah memelas.“Emang lo mau ke mana? Toh kita masih hidup di planet yang sama.” Jolly berlagak tidak mengerti maksud ucapan Brandon barusan.“Dih, maksud gue gak gitu.” Brandon nampak gusar.“Udah deh, ayo masuk ke dalem.” Tangkas Jolly menarik tangan pria itu, sementara Brandon belum sempat menjelaskan.Terbesit rasa sakit pada hati Brandon. sebenarnya ia begitu faham bahwa Jolly hanya beralasan tidak mengerti. Namun rasanya
“Heyy ...” Brandon mengangetkan. Hal ini membuat wanita yang tengah duduk di kantin itu terlonjak.“Ih, ngagetin aja lo!” Jolly nampak gusar. Sementara Brandon hanya terkekeh geli.“Sendiri aja lo?” Ujar Brandon seraya duduk di sebelah Jolly.“Qyara lagi di kantor guru, gak tau ngapain tu anak.” Sahut Jolly. Sementara Shega hanya menggubris dengan anggukan kepala.“Lo gak beli makan?” Kini Jolly yang bertanya. Ia memperhatikan pria itu tidak membawa makanan apapun.“Gue udah pesen, tinggal nunggu makanannya dateng aja,” gubris Brandon memberi tahu.“Oh, ok.” Sahut Jolly.“Btw gue mau nagih utang ke lu.” Ujar Brandon. hal ini membuat wanita di hadapannya nampak kebingungan.“Perasaan gue gak pernah minjem duit ke ni anak,” batin Jolly dalam hati.“Lo inget pas jogging kita pulang bareng kan?” Nampaknya Brandon berusaha membantu temannya mengingat.“Iya,” kata Jolly.“Abis itu sepanjang jalan kita main tebak-tebakan,” lanjut Brandon.“Heem ...” Jolly mengerutkan dahinya. Ia tampak sedan