“Kamu sudah gila ya? Kenapa memaksaku datang ke tempat seperti ini?” Protes Ratu dengan kesal karena Leonardo tiba-tiba saja memaksanya untuk pergi bersama ke sebuah pelelangan. “Ayahmu kan kolektor perhiasan.” “Tidak ada hubungannya denganku, Leo.” Leonardo bersedekap tetap bersikap tenang dan berekspresi dingin melihat beberapa orang berpakaian formal terlihat berkumpul sambil berbincang membicarakan perhiasan dan pelelangan yang akan segera di laksanakan. Semalam Leonardo mendapatkan undangan dari Rosea, beruntungnya dalam undangan itu memberitahukan bahwa seseorang bisa membawa pasangannya. Karena itu, Leonardo memaksa sepupunya untuk ikut ke dalam acara. “Kamu itu kenapa sih?” Tanya Ratu lagi dengan kepala mendongkak melihat Leonardo yang hanya diam dan sibuk sendiri mencari-cari Rosea yang belum terlihat. “Kenapa apanya?” tanya balik Leonardo. “Sejak kapan kamu tertarik perhiasan?” “Kamu lakukan saja apa yang aku minta, kenapa terus banyak bertanya.” “Aku tahu, jangan m
Sebuah tirai tertutup rapat di depan, ada sebuah jalan berkarpet merah membentang membelah para tamu. Beberapa orang berseragam terlihat berdiri jauh di belakang pembawa acara lelang. Pembawa acara segera memulai acara dengan memanggil perhiasan pertama yang akan di tunjukan. Tirai yang tertutup rapat di perlahan terbuka menampilkan seorang wanita cantik berambut pirang di sanggul memakai pakaian formal, wanita cantik itu mendorong sebuah meja berkotak kaca, menampilkan sebuah sepasang anting di dalamnya. Wanita cantik itu mendorong meja berkotak kaca itu di atas karpet merah dan membiarkan para tamu melihat lebih dekat objek perhiasan yang akan di lelang. Pembawa acara mulai memberitahukan jenis bahan yang di buat pada sepasang anting cantik itu, begitu selesai memberitahu, dia langsung memasang harga mulai dari tujuh belas juta. Satu persatu orang mulai mengangkat papan angka mereka dan memasang harga tertinggi. Rosea yang duduk memperhatikan terlihat berantusias dan melupakan
Leonardo menarik tangan Ratu dan membuat wanita itu langsung melihat ke arah Leonardo dengan senyuman puasnya karena kalung yang menarik perhatiannya berhasil Ratu dapatkan. “Ada apa?” Tanya Ratu berpura-pura tidak mengerti meski sudah jelas dia lihat wajah tampan Leonardo terlihat gusar karena dia tidak mendapatkan apa yang di inginkan. Semula Ratu tidak begitu peduli dengan keanehan sikap Leonardo. Namun begitu Ratu mendengar siapa pemilik perhiasan, Ratu mulai menyadari jika ternyata Leonardo menyimpan sebuah ketertarikan. “Dengar ya Ratu, apa yang kamu dapatkan barusan adalah milikku, jika kamu mencoba untuk memilikinya, aku tidak segan membuat orang tua kamu mengaudit semua uang yang kamu keluar satu tahun belakangan ini,” ancam Leonardo. Ratu melongo kaget, “Astaga, berhentilah mengancamku. Bagaimana bisa kamu meminta tolong padaku, tapi mengancamku juga? Kenapa kamu kejam sekali?” protes Ratu tidak terima. Ratu memiliki masalah dengan pengelolaan keuangan, belum lagi kini
Atlanta bersandar di tembok, melihat wanita paruh baya berpakaian putih yang sudah berhasil membeli cincin milik Rosea. Pria itu diam menunggu karena wanita itu tengah berbicara dengan seseorang di telepon dengan bahasa spanyolnya. Wanita paruh baya itu terlihat sangat anggun dan lembut, dia berpakaian rapi dan tidak mencolok, dia hanya menenteng sebuah tas rajut sederhana dan tidak memakai perhiasan apapapun selain cincin pernikahan dan smart watch dipergelangan tangannya. Kaki Atlanta bergerak melurus, pria itu berdiri sepenuhnya begitu melihat wanita paruh baya itu selesai berbicara. Wanita itu berbalik dan langsung di hadapkan dengan Atlanta yang bersedekap menatapnya dengan serius. “Bibi kenapa ada di sini?” tanya Atlanta. Lauran tersentak kaget, wanita itu tersenyum canggung, dengan cepat Lauran membuka tangannya dan memeluk Atlanta sekilas. “Astaga Atlanta, lama tidak bertemu. Bagaimana kabar kamu, Sayang?” sapa Lauran dengan tawa sumbangnya. “Baik,” jawab Atlanta singkat.
“Kamu kenapa?” Rosea membuka suara, menyadari kegelisahan Leonardo. Leonardo menempatkan tangannya di bahu Rosea yang terbuka dan mengusapnya dengan lembut. “Perkataanku mungkin terdengar menggelikan dan berlebihan untukmu karena kita yang baru sepakat menjalin hubungan dua hari. Namun aku harus tetap mengatakannya padamu Sea. Aku merasa cemburu jika melihat kamu begitu dekat dengan pria lain Sea, rasanya aku ingin menghajar mereka,” ungkap Leonardo dengan jujur. Wajah Rosea memucat kaget, dia sampai lupa jika kini seseorang yang harus Rosea jaga hatinya. “Aku minta maaf sampai melupakan kamu.” Leonardo mengangguk bersama dengan hembusan napas lega yang terdengar dari mulutnya. Dalam diamnya Rosea melihat ke penjuru arah, wanita itu terlihat waspada dan takut akan ada orang lain yang melihatnya bersama Leonardo. “Mungkin sebaiknya kita bicara luar, orang-orang akan melihat kita,” ucap Rosea terbata. “Apa kamu malu jika orang lain tahu jika kita pacaran?” Sebuah pertanyaan yang
Rosea berdiri di depan pintu rumah Leonardo, hari ini adalah jadwal pertemuannya dengan Prince. Selain itu, Rosea juga sudah janjian dengan Leonardo akan makan malam bersama. Rosea tersenyum melihat Prince yang datang menyambut kedatangannya, anak itu berlari ke arahnyanya dan memeluk kaki Rosea dengan suara tawanya yang terdengar senang. Keadaan Prince terlihat sudah sepenuhnya membaik. “Hay Prince, apa kabar?” Rosea memberanikan diri mengusap kepala Prince untuk memastikan suhu tubuhnya. Prince mengangguk berantusias, anak itu mendongkakan kepalanya dan tersenyum lebar. “Aku sudah sembuh, Sea benar, aku harus minum obat dan minum dengan baik saat demam.” Tubuh Rosea mematung, hatinya tersentuh begitu dalam melihat tatapan mata Prince yang berbinar dan senyuman lebar di bibir mungilnya, Rosea merasakan debaran hebat perasaan peduli, bukan lagi rasa kasihan. “Syukurlah jika kamu sudah sembuh. Oh iya, aku punya hadiah untuk Prince,” “Benarkah?” Prince melompat senang, anak itu s
Kini, hanya tinggal Rosea dan Leonardo di dapur. Senyuman Leonardo memudar, pria itu segera mengitari pantry untuk menghampiri Rosea. Kepergian Prince menuju ruangan kerjanya akan membutuhkan waktu beberapa menit, dengan begitu Leonardo memiliki sedikit waktu untuk mensabotase waktu Rosea bersama Prince. “Kamu tidak mau menyambutku pulang?” tanya Leonardo. Rosea mengangkat wajahnya, Rosea merasakan desiran hangat di wajahnya tatkala melihat sepasang bola mata Leonardo yang menatapnya dengan intens. Percikan hasrat, perasaan mendalam, sebuah ketertarikan yang kuat, semuanya bisa Rosea rasakan hanya dari tatapannya saja. “Selamat siang” sapa Rosea formal. Leonardo menahan dengusan kesalnya, ada perasaan tidak puas di dalam hati Leonardo jika Rosea menjaga jarak darinya, meski Leonardo tahu jika saat ini Rosea sedang bersikap professional sesuai dengan kesepatan yang pernah di bicarakan. Leonardo semakin mendekat untuk mengikis jaraknya dengan Rosea, begitu sudah berada di jangkauan
“Prince mana?” Berta meletakan tasnya di atas kursi, wanita menyempatkan diri untuk memeluk Leonardo sejenak dan melihat meja yang di penuhi oleh beberapa jenis makann rumahan biasa. “Sedang ke toilet,” jawab Leonardo begitu tenang. “Ini bekas piring siapa? Siapa yang masak, kok jelek begini? Prince kan sedang sakit, harusnya juru masak yang membuat.” Leonardo mengusap bibirnya dengan tishu lalu mengambil handponenya, pria itu segera beranjak tanpa memberikan jawaban. Selera makannya yang menyenangkan mendadak hancur karena kedatagan Berta. “Leo! Kamu mau ke mana?” Berta sedikit berteriak. “Ibu kesini untuk menemui Prince dan meminta maaf kepadanya kan? Pergi temui Prince, lalu pulanglah,” usir Leonardo dengan terang-terangan. “Ada yang ingin ibu bicarakan denganmu juga Leo,” jawab Berta dengan cepat. “Jika urusan bisnis kita bicarakan di ruangan kerja, jika urusan pribdi, lain kali saja,” jawab Leonardo masih terdengar dingin dan tidak bersahabat. Suara langkah cepat Prince y
Suara tangisan terdengar di dalam kamar ketika Leonardo kembali pulang, Prince terbaring di ranjangnya tengah di tangani oleh dokter karena mengalami demam lagi. Prince meracau, bergerak gelisah dalam tidurnya, dia terus menangis merintih kesakitan memanggil Leonardo dan memintanya untuk dipertemukan dengan Rosea. “Demamnya masih belum turun, kita harus menjaganya lebih ketat, jika demamnya tidak kunjung mereda, Prince harus dibawa ke rumah sakit.” Leonardo menyandarkan bahunya pada dinding, pria itu tidak banyak berbicara dan hanya bisa memandangi Prince yang kini terus bergerak meracau dan menggigil kesakitan. Sekali lagi dan di waktu yang bersamaan, Leonardo harus menerima diri bahwa kini tidak hanya hatinya yang terluka atas kepergian Rosea, puteranya mengalami hal yang sama. Pembicaraan Prince dengan Rosea mengguncang perasaannya, anak itu tidak mampu menangani emosional dan tekanan yang memenuhi kepalanya. Prince tidak ingin ditinggalkan, namun dia juga tidak tahu mengapa Ro
Suasana rumah berantakan, Abraham mengamuk tidak terkendali sebelum dia memutuskan pergi keluar dan ikut mencari keberadaan Rosea di mana untuk meminta maaf.Kini tinggal Berta seorang diri dengan sebuah renungan yang dalam atas tindakan yang telah dia perbuat yang tanpa sadar menghancurkan keluarganya sendiri. Hubungannya dengan Leonardo menjadi hancur, dan perusahaan yang tidak tertangani kacau. Kepergian Leonardo dari perusahaan adalah sebuah pukulah besar yang tidak mudah di tangani.“Nyonya, Anda harus istirahat,” nasihat seorang assistant rumah tangga.Berta tidak menggubris, dengan lemah wanita itu pergi keluar rumah dan meminta sang sopir untuk mengantarkannya ke rumah Rosea. Berta harus menurunkan egonya untuk menyelamatkan keluargnya, Berta harus meminta maaf dan tidak lagi mengganggu Rosea.Hanya Rosea yang bisa mengubah keputusan Leonardo saat ini.“Kamu tahu di mana rumah Rosea?” tanya Berta pada sopirnya.“Saya tidak tahu, tapi saya akan menayakannya pada anak buah Anda.
Suara bantingan pintu terdengar keras membuat Berta yang tengah bekerja tersentak kaget dan harus segera berdiri melihat kedatangan Leonardo yang mendatanginya.Setelah cukup lama menolak untuk bertemu, kini akhirnya Leonardo datang sendiri menemuinya.Berta sudah bisa merasakan kemarahan dan kebencian Leonardo terhadap dirinya, entah apalagi yang kini akan membuat Leonardo marah. Berta berharap ini mengenai kandasnya hubungan Leonard dan Rosea.“Apa yang sebenarnya Ibu mau?” tanya Leonardo dengan geraman dan mata menyala-nyala di penuhi oleh amarah yang meledak-ledak. “Ibu pikir aku akan menurut jika Ibu bertindak gila seperti ini padaku? Ibu salah, semakin Ibu berusaha menekanku, aku semakin yakin keluar dari keluarga sampah ini!”Tubuh Berta dipenuhi ketegangan karena apa yang ingin di dengar berbeda dengan apa yng di ucapkan oleh Leonardo.“Kita bicara baik-baik Le,” bujuk Berta.“Mengapa kita harus bicara baik-baik jika semuanya sudah tidak ada yang membaik?” tanya balik Leonardo
Rosea membuka handponenya setelah beberapa hari ini dia matikan, tangan wanita itu gemetar melihat ada beberapa pekerjaan yang batal, termasuk pekerjaan yang baru akan dia dapatkan dari meeting di Bali. Semua itu terjadi karena artikel buruk yang menyebar luas di kalangan rekan kerjanya.Nama Rosea tetap tercoreng meski berita itu sudah turun.Semua kerja kerasnya yang di bangun dan dia perjuangkan selama ini harus hangus oleh sebuah fitnah kejam yang mengarah kepadanya. Rosea tidak tahu kehancuran apalagi yang akan dia terima bila dia terus berada di sisi Leonardo.Tidak hanya kariernya, Berta juga sudah mengirim banyak orang untuk menerornya. Terror itu tidak hanya mengarah pada kediamanya, ada banyak pesan masuk dan ancaman pembunuhan bila Rose tidak menyingkir dari kehidupan keluarga Abraham.Ini sangat menyakitkan untuk Rosea, namun akan lebih menyakitkan untuknya bila terus mempertahankan semuanya.Rosea tidak ingin keluarganya menjadi sasaran selanjutnya Berta.Desakan suara ta
Rosea berdiri di depan cermin, memperhatikan dirinya sendiri dengan seksama. Sudah hampir empat hari ini dia mengurung diri dan tidak melakukan kontak apapun siapapun, pekerjaannya yang terbengkalai dikerjakan Helvin begitu dia tahu jika Rosea dengan mengalami masalah.Rosea sudah berbicara dengan Karina secara khusus untuk membicarakan apa yang ingin Rosea lakukan kedapannya, ada banyak hal yang kemungkinan terjadi diluar dari apa yang selama ini Rosea rencanakan dalam hidupnya.Rosea tidak memiliki sedikitpun ketenangan sejak mendapatkan terror di malam itu, ancaman demi ancaman terus datang kepadanya hingga membuat Rosea takut untuk keluar sendirian.Rosea bersyukur karena Karina juga Emmanuel terus menemaninya dan mendorongnya untuk kembali bangkit menjadi lebih berani, mereka tidak membirkan Rosea sendirian karena kondisinya yang tidak stabil.Perasaan Rosea terasa sedikit lebih tenang, kini dia ingin pergi keluar seorang diri untuk menyelesaikan semua masalah yang memang sudah s
Prince duduk dalam kesendirian di pagi hari, sesekali anak itu menyeka air matanya dan melihat ke sekitar, Leonardo tidak pulang sejak kemarin dan Prince hanya di urus oleh para pekerja di rumah.Prince tertunduk dan kembali menangis sendirian, suasana hatinya dilanda oleh kegelisahan dan perasaan yang mendesaknya ingin menangis. Prince merasakan ada sesuatu yang lain akhir-akhir ini, ayahnya terlihat tidak bahagia dan Rosea tidak datang ke rumahnya.Semua ini terjadi sejak pesta ulang tahunnya. Sejak kedatangan ibunya yang bertemu Rosea.Berta tidak datang ke rumah, sekalinya dia datang, para pekerja tidak mengizinkan bertemu Prince. Prince juga tidak lagi diminta untuk menemui Berta dan melewati banyak pelajaran yang melelahkan. Keputusan Leonardo yang menjauhkan Prince dari Berta membuat Prince tersadar bahwa ayah dan neneknya itu tengah bertengkar.Suara langkah seseorang terdengar dari sudut ruangan membuat Prince melihat ke arah pintu.Leonardo datang dalam keadaan kusut dan ter
Rosea tertidur meringkuk sendirian di ranjang, butuh waktu lama untuk dia bisa kembali menenangkan diri di temani Karina, jiwa Rosea terguncang dalam ketakutan.Rosea tidak dapat berhenti menangis begitu melihat ratusan artikel berita online yang bermunculan membuat berita bohong.Karina khawatir sebuah berita bohong yang sebar luaskan Berta akan sampai ke tangan keluarga Rosea dan rekan kerjanya, nama Rosea akan hancur tercoreng oleh sebuah fitnah.Bertahun-tahun Rosea berusaha keras mendedikasikan hidupnya dengan bekerja dan membangun namanya sendiri, sangat tidak adil jika namanya tercoreng begitu saja.Betapa bekerja kerasnya Karina menuntut Leonardo bertindak cepat untuk menurunkan semua berita yang dibuat.Beruntungnya Leonardo memahami dampak berita bohong yang Berta sebarkan, kurun dari waktu dua jam, secara perlahan berita itu menghilang.“Untuk saat ini, biarkan Sea tinggal di sini. Aku tidak ingin dia bertemu dengan Leo untuk sementara waktu, biarkan dia tenang dan mengambi
Berta meletakan alat makannya di atas piring begitu dia selesai makan.“Anda ingin berbicara apa dengan saya?” tanya Rosea.Tubuh Berta menegak, wanita itu itu menatap tajam Rosea dengan pandangan merendahkan seperti biasanya. “Kita langsung pada intinya saja, kamu harus sadar jika kamu dan Leonardo tidak memiliki kemungkinan sedikitpun untuk bersama. Daripada membuang waktu, sebaiknya tinggalkan dia sekarang sebelum kamu merasa menyesal.”Rosea terdiam mendengarkan ucapan mendikte Berta seperti saat pertama kali mereka bertemu.“Keluarga kami tidak bisa menerima orang sembarangan, jika kamu tetap berusaha bertahan seperti ini, kamu akan hancur karena saya bisa menghancurkan kamu dan keluarga kamu.”Berta mengambil tasnya dan mengambil sebuah cek, lalu mengisinya, dengan angkuhnya wanita itu menyodorkannya di hadapan Rosea. “Ambil uang lima milliar itu, lalu tinggalkan Leo dan jangan pernah muncul lagi hadapannya. Sudah cukup banyak uang Leo berikan sama kamu, kamu juga masih muda dan
Rosea ingin tidur, namun hatinya terjebak kegundahan lagi yang membuatnya terus membuka mata dan hanya diam terpaku melihat langit-langit kamar, begitu pula dengan Leonardo yang kini terbaring di sampingnya.Leonardo terjaga sepenuhnya, tangannya menggenggam tangan Rosea di bawah selimut. Pria itu terbaring mirip menatap lekat Rosea, rambutnya yang masih setengah masih terlihat membasahi bantal.“Apa yang kamu inginkan dalam hidup ini Sea?” tanya Leonardo serius.“Aku tidak tahu, aku menjalani apa yang ingin aku jalani. Bagaimana dengan kamu sendiri?”Leonardo terdiam cukup lama sampai akhirnya sebuah kalimat keluar dari mulutnya. “Aku hanya ingin bahagia dan hidup tanpa penyesalan.”Rosea bergerak pelan dan membalas tatapan hangat pria itu, ada jiwa yang kosong di mata pria itu yang membuat Rosea bergerak mendekat dan masuk ke dalam dekapannya.Hangat dan lembut kulit Leonardo membuat Rosea memejamkan mata dan menarik napasnya dalam-dalam, Rosea membalas pelukan Leonardo dan merasaka