“Sea jangan sakit,” pinta Prince terdengar sedih. Rosea tersenyum mengusap punggung Prince. “Iya, aku tidak akan sakit. Terima kasih ya sudah mengkhawatirkan aku.” “Aku kan sayang Sea.” “Aku juga sayang kamu.” Pelukan Prince kian erat di leher Rosea, “Sea, ayo ke dokter agar Sea cepat sembuh. Dokterku sangat baik dan tidak akan menyuntik. Jadi Sea jangan takut.” “Aku sudah ke dokter, Prince.” “Tapi Sea masih sakit.” “Ini sudah sangat baik. Dokter di Singapore sangat baik menanganiku” jawab Rosea lagi yang kini di bumbui dengan sedikit tawa, akan tetapi tawa Rosea langsung hilang begitu saja karena melihat Leonardo yang cemberut dan tampak semakin kesal. Secara tidak langsung Rosea memberitahu bahwa dia terluka saat di Singapore bersama Atlanta. “Luar biasa,” ucap Leonardo penuh tekanan yang seperti menyindir. “Sea, ayo ke rumahku,” ajak Prince seraya meraih tangan Rosea. Ajakan Prince membuat dia bingung karena dia sudah di bayar untuk menjadi teman Prince, namun di sisi
“Apa kamu sudah memiliki kekasih?” Rosea tercekat kaget, dagup jantungnya berdebar kencang mendengarkan pertanyaan sederhana yang keluar dari mulutnya Leonardo. Rosea menarik napasnya dalam-dalam, dengan kesulitan diapun berkata, “Tidak” bisik Rosea nyaris tidak terdengar. Suara hembusan napas lega terdengar dari mulut Leonardo, pria merasa sangat lega karena pikiran anehnya yang beberapa hari ini mengganggunya kini memudar seperti bongkahan es yang mencair. Dalam satu langkah Leonardo kembali mendekat, mengikis jarak di antara mereka. Wajah Rosea memanas tatkala merasakan tangan Leonardo merangkul pinggangnya dan menariknya dengan kuat hingga tubuh mereka bersentuhan, Leonardo tidak membiarkan Rosea mundur sedikitpun untuk menjauh apa lagi menghindar darinya. “Aku ingin jauh lebih dekat denganmu Sea” ucap Leonardo dengan serius. “Ki, kita sudah dekat. Bahkan sekarang kita terlalu dekat” Jawab Rosea dengan gelagapan sambil menunjuk posisi Leonardo dan Rosea yang kini saling me
Rosea duduk di sisi kolam, memperhatikan Prince berenang di kedalaman kolam yang lebih dari dua meter. Entah mengapa Rosea merasa iri dengan kepandaian Prince. Rosea baru bisa berenang setelah berusia dua puluh lima tahun karena orang tuanya baru bisa membuat kolam renang sendiri di rumah. Prince bisa dengan mudah mendapatkan semua fasilitas yang dia butuhkan dalam hidupnya tanpa perlu dia minta atau merengek terlebih dahulu. Mungkin saja, semua fasilitas hidup Prince juga sudah di sediakan sejak anak itu berada dalam kandungan, karena itu dia tidak pernah membutuhkan apapun selain perhatian saja. Mungkin inilah salah satu keuntungan privilege menjadi orang kaya, karena semua kebutuhannya tercukupi, dia tidak meminta apapun lagi. Berbeda dengan anak-anak yang hidup di kelas menengah ke bawah. Terkadang mereka menginginkan ini itu, mereka menginginkannya karena apa yang mereka butuhkan tidak tersedia begitu saja. Akan tetapi orang-orang sering kali selalu menganggap mereka terlalu
Leonardo menumpangkan satu kakinya ke kaki lainnya, pria itu melirik waktu yang ada di jam yang ada di meja belajar Prince. Waktu kerja Rosea masih menyisakan waktu lima belas menit lagi, itu artinya Leonardo masih belum memiliki waktu untuk bisa berbicara bebas kepada Rosea. “Bagaimana dengan Prince? Apa ada sesuatu yang bisa kamu sampaikan?” tanya Leonardo. Rosea mengerjap, dia tampak kaget sekaligus lega karena Leonardo membahas Prince. “Prince selalu luar biasa,” Rosea menunjuk sebuah teleskop yang ada di depan pintu kaca balkon kamar Prince. “Prince sangat suka astronomi dan tumbuhan, jika kamu memiliki waktu untuk berbicara dengan dia di malam hari. Saat berbicara dengan dia, tolong dorong minat dan apa yang dia sukai tanpa mempedulikan apa harapanmu dari Prince di masa depan.” “Apa maksud kamu?” “Mungkin kamu berharap di masa depan nanti, Prince menjadi seperti kamu yang sukses, mapan, membanggakan, atau bisa melanjutkan bisnis yang kamu kerjakan saat ini. Namun ada bai
“Apa kamu bilang!” jerit Karina seketika, tiba-tiba Karina langsung melompat dan menjambak rambut Atlanta hingga kotak obat dan document di tangan Atlanta jatuh. “Kamu bilang apa barusan hah?” Teriak Karina dengan keras. “Pantas saja kakakku meninggalkan kamu. Aku bersyukur kamu tidak jadi kakak iparku arrght.” Atlanta berteriak semakin keras karena Karina semakin keras menjambaknya. “Arght sakit-sakit! Lepas!” “Tidak! Minta maaf dulu padaku!” Jawab Karina yang semakin kuat menarik rambut Atlanta. “Kamu yang harus meminta maaf lebih dulu padaku karena kamu sudah bicara sembarangan padaku!” “Tidak sudi!” Tangan Atlanta terangkat cepat, dengan terpaksa dia mendorong bahu Karina agar wanita itu melepaskan jambakan di rambutnya. Saking kuatnya Karina menjambak, Atlanta sampai merasa kulit di kepalanya akan terpisah. Dorongan Atlanta berpindah pada rambut Karina, dia menarik sejumput rambutnya dan membuat Karina kian marah. “Arght” jerit Karina kesakitan. “Bajingan, kamu berani meny
“Ada apa dengan dia?” bisik Robby bertanya. “Aku juga tidak tahu, padahal dia yang mengundang kita ke sini.” Robby langsung bersedekap, pria itu memperhatikan Leonardo dengan seksama. Sudah lima belas menit mereka duduk berkumpul, Leonardo hanya duduk diam mematung terlihat sibuk dengan pikirannya sendiri. “Apa ada pekerjaan yang gagal?” Robby menduga-duga. Rona langsung berdecih geli, pria itu membungkuk dan menembak bola billiard dengan kuat. “Jika masalah pekerjaan, dia tidak akan mungkin ada di sini sekarang. Seharusnya dia ada di kantor dua hari dua malam daripada harus membuang waktunya di sini.” Harun dan Robby saling menatap, keduanya mendekati Leonardo dan mengajaknya minum beberapa gelas. Sikap Leonardo yang masih tidak seperti biasanya membuat teman-temannya semakin bertanya-tanya, apa yang terjadi pada pria sempurna seperti dia? “Kalian sudah dengar? Aku dengar dia memutuskan Flora, mungkin dia membutuhkan hiburan baru lagi,” bisik Rona memberitahu. “Sejak kapan Le
“Kamu baik-baik saja?” tanya Rosea. Atlanta kembali menyentuh kepalanya yang masih berdenyut, “Kepalaku sangat sakit. Perutku” Atlanta menarik ke atas pakaiannya dan menunjukan lebam biru di perutnya karena lemparan heels. “Ayo aku obati,” tawar Rosea. “Aku tidak apa-apa” jawab Atlanta dengan canggung, dia segera memberikan obat Rosea dan document yang di bawanya. “Maaf, aku tidak bisa membantu mengobati lukamu malam ini. Ini document penting untuk pelelangan nanti, temanku ingin kamu segera menyiapkan sertifikat sah untuk perhiasannya, besok dia akan datang ke toko kamu untuk memeriksa apa yang di butuhkan.” Rosea tersenyum sedikit memaksakan di penuhi rasa bersalah karena kini Atlanta terluka. “Terima kasih.” “Sampai bertemu besok” Dengan menahan ringisannya Atlanta segera bangkit dan melangkah pergi sambil memeluk perutnya sendiri. “Atla” panggil Rosea. Atlanta berhenti melangkah dan membalikan badannya, pria itu memperhatikan Rosea yang kini mendekat dan berdiri di hadapan
“Kenapa Anda berpikir jika dia bermain tarik ulur kepada Anda?” Leonardo terdiam, pertanyaan Yeri membuat Leonardo sulit menjawab. “Jika bukan tarik ulur, apakah saya di tolak?” Yeri tersenyum lebar, sangat menggelikan melihat bossnya yang sering di kejar wanita, memilih wanita yang dia suka, memiliki segalanya di mulai dari wajah tampan, kecerdasan, uang melimpah dan kedudukan yang tinggi. Hal-hal yang Leonardo miliki membuat Leonardo merasa bahwa dia sempurna, karena itu kini Leonardo kebingungan ketika di abaikan. Singkatnya, Leonardo tidak terbiasa di tolak. “Saya tidak tahu jawabannya, namun saya rasa wanita yang Anda sukai memiliki standar berbeda dalam memandang laki-laki,” jelas Yeri hati-hati. “Apa maksud kamu?” “Anda adalah seseorang pemilih yang hebat, Pak. Ada banyak wanita yang dekat dengan Anda, namun mereka tidak bisa menyentuh hati Anda meski mereka mengejar Anda menyerahkan apapun yang mereka miliki untuk Anda. Itu artinya Anda tidak sembarangan menaruh hati pa
Suara tangisan terdengar di dalam kamar ketika Leonardo kembali pulang, Prince terbaring di ranjangnya tengah di tangani oleh dokter karena mengalami demam lagi. Prince meracau, bergerak gelisah dalam tidurnya, dia terus menangis merintih kesakitan memanggil Leonardo dan memintanya untuk dipertemukan dengan Rosea. “Demamnya masih belum turun, kita harus menjaganya lebih ketat, jika demamnya tidak kunjung mereda, Prince harus dibawa ke rumah sakit.” Leonardo menyandarkan bahunya pada dinding, pria itu tidak banyak berbicara dan hanya bisa memandangi Prince yang kini terus bergerak meracau dan menggigil kesakitan. Sekali lagi dan di waktu yang bersamaan, Leonardo harus menerima diri bahwa kini tidak hanya hatinya yang terluka atas kepergian Rosea, puteranya mengalami hal yang sama. Pembicaraan Prince dengan Rosea mengguncang perasaannya, anak itu tidak mampu menangani emosional dan tekanan yang memenuhi kepalanya. Prince tidak ingin ditinggalkan, namun dia juga tidak tahu mengapa Ro
Suasana rumah berantakan, Abraham mengamuk tidak terkendali sebelum dia memutuskan pergi keluar dan ikut mencari keberadaan Rosea di mana untuk meminta maaf.Kini tinggal Berta seorang diri dengan sebuah renungan yang dalam atas tindakan yang telah dia perbuat yang tanpa sadar menghancurkan keluarganya sendiri. Hubungannya dengan Leonardo menjadi hancur, dan perusahaan yang tidak tertangani kacau. Kepergian Leonardo dari perusahaan adalah sebuah pukulah besar yang tidak mudah di tangani.“Nyonya, Anda harus istirahat,” nasihat seorang assistant rumah tangga.Berta tidak menggubris, dengan lemah wanita itu pergi keluar rumah dan meminta sang sopir untuk mengantarkannya ke rumah Rosea. Berta harus menurunkan egonya untuk menyelamatkan keluargnya, Berta harus meminta maaf dan tidak lagi mengganggu Rosea.Hanya Rosea yang bisa mengubah keputusan Leonardo saat ini.“Kamu tahu di mana rumah Rosea?” tanya Berta pada sopirnya.“Saya tidak tahu, tapi saya akan menayakannya pada anak buah Anda.
Suara bantingan pintu terdengar keras membuat Berta yang tengah bekerja tersentak kaget dan harus segera berdiri melihat kedatangan Leonardo yang mendatanginya.Setelah cukup lama menolak untuk bertemu, kini akhirnya Leonardo datang sendiri menemuinya.Berta sudah bisa merasakan kemarahan dan kebencian Leonardo terhadap dirinya, entah apalagi yang kini akan membuat Leonardo marah. Berta berharap ini mengenai kandasnya hubungan Leonard dan Rosea.“Apa yang sebenarnya Ibu mau?” tanya Leonardo dengan geraman dan mata menyala-nyala di penuhi oleh amarah yang meledak-ledak. “Ibu pikir aku akan menurut jika Ibu bertindak gila seperti ini padaku? Ibu salah, semakin Ibu berusaha menekanku, aku semakin yakin keluar dari keluarga sampah ini!”Tubuh Berta dipenuhi ketegangan karena apa yang ingin di dengar berbeda dengan apa yng di ucapkan oleh Leonardo.“Kita bicara baik-baik Le,” bujuk Berta.“Mengapa kita harus bicara baik-baik jika semuanya sudah tidak ada yang membaik?” tanya balik Leonardo
Rosea membuka handponenya setelah beberapa hari ini dia matikan, tangan wanita itu gemetar melihat ada beberapa pekerjaan yang batal, termasuk pekerjaan yang baru akan dia dapatkan dari meeting di Bali. Semua itu terjadi karena artikel buruk yang menyebar luas di kalangan rekan kerjanya.Nama Rosea tetap tercoreng meski berita itu sudah turun.Semua kerja kerasnya yang di bangun dan dia perjuangkan selama ini harus hangus oleh sebuah fitnah kejam yang mengarah kepadanya. Rosea tidak tahu kehancuran apalagi yang akan dia terima bila dia terus berada di sisi Leonardo.Tidak hanya kariernya, Berta juga sudah mengirim banyak orang untuk menerornya. Terror itu tidak hanya mengarah pada kediamanya, ada banyak pesan masuk dan ancaman pembunuhan bila Rose tidak menyingkir dari kehidupan keluarga Abraham.Ini sangat menyakitkan untuk Rosea, namun akan lebih menyakitkan untuknya bila terus mempertahankan semuanya.Rosea tidak ingin keluarganya menjadi sasaran selanjutnya Berta.Desakan suara ta
Rosea berdiri di depan cermin, memperhatikan dirinya sendiri dengan seksama. Sudah hampir empat hari ini dia mengurung diri dan tidak melakukan kontak apapun siapapun, pekerjaannya yang terbengkalai dikerjakan Helvin begitu dia tahu jika Rosea dengan mengalami masalah.Rosea sudah berbicara dengan Karina secara khusus untuk membicarakan apa yang ingin Rosea lakukan kedapannya, ada banyak hal yang kemungkinan terjadi diluar dari apa yang selama ini Rosea rencanakan dalam hidupnya.Rosea tidak memiliki sedikitpun ketenangan sejak mendapatkan terror di malam itu, ancaman demi ancaman terus datang kepadanya hingga membuat Rosea takut untuk keluar sendirian.Rosea bersyukur karena Karina juga Emmanuel terus menemaninya dan mendorongnya untuk kembali bangkit menjadi lebih berani, mereka tidak membirkan Rosea sendirian karena kondisinya yang tidak stabil.Perasaan Rosea terasa sedikit lebih tenang, kini dia ingin pergi keluar seorang diri untuk menyelesaikan semua masalah yang memang sudah s
Prince duduk dalam kesendirian di pagi hari, sesekali anak itu menyeka air matanya dan melihat ke sekitar, Leonardo tidak pulang sejak kemarin dan Prince hanya di urus oleh para pekerja di rumah.Prince tertunduk dan kembali menangis sendirian, suasana hatinya dilanda oleh kegelisahan dan perasaan yang mendesaknya ingin menangis. Prince merasakan ada sesuatu yang lain akhir-akhir ini, ayahnya terlihat tidak bahagia dan Rosea tidak datang ke rumahnya.Semua ini terjadi sejak pesta ulang tahunnya. Sejak kedatangan ibunya yang bertemu Rosea.Berta tidak datang ke rumah, sekalinya dia datang, para pekerja tidak mengizinkan bertemu Prince. Prince juga tidak lagi diminta untuk menemui Berta dan melewati banyak pelajaran yang melelahkan. Keputusan Leonardo yang menjauhkan Prince dari Berta membuat Prince tersadar bahwa ayah dan neneknya itu tengah bertengkar.Suara langkah seseorang terdengar dari sudut ruangan membuat Prince melihat ke arah pintu.Leonardo datang dalam keadaan kusut dan ter
Rosea tertidur meringkuk sendirian di ranjang, butuh waktu lama untuk dia bisa kembali menenangkan diri di temani Karina, jiwa Rosea terguncang dalam ketakutan.Rosea tidak dapat berhenti menangis begitu melihat ratusan artikel berita online yang bermunculan membuat berita bohong.Karina khawatir sebuah berita bohong yang sebar luaskan Berta akan sampai ke tangan keluarga Rosea dan rekan kerjanya, nama Rosea akan hancur tercoreng oleh sebuah fitnah.Bertahun-tahun Rosea berusaha keras mendedikasikan hidupnya dengan bekerja dan membangun namanya sendiri, sangat tidak adil jika namanya tercoreng begitu saja.Betapa bekerja kerasnya Karina menuntut Leonardo bertindak cepat untuk menurunkan semua berita yang dibuat.Beruntungnya Leonardo memahami dampak berita bohong yang Berta sebarkan, kurun dari waktu dua jam, secara perlahan berita itu menghilang.“Untuk saat ini, biarkan Sea tinggal di sini. Aku tidak ingin dia bertemu dengan Leo untuk sementara waktu, biarkan dia tenang dan mengambi
Berta meletakan alat makannya di atas piring begitu dia selesai makan.“Anda ingin berbicara apa dengan saya?” tanya Rosea.Tubuh Berta menegak, wanita itu itu menatap tajam Rosea dengan pandangan merendahkan seperti biasanya. “Kita langsung pada intinya saja, kamu harus sadar jika kamu dan Leonardo tidak memiliki kemungkinan sedikitpun untuk bersama. Daripada membuang waktu, sebaiknya tinggalkan dia sekarang sebelum kamu merasa menyesal.”Rosea terdiam mendengarkan ucapan mendikte Berta seperti saat pertama kali mereka bertemu.“Keluarga kami tidak bisa menerima orang sembarangan, jika kamu tetap berusaha bertahan seperti ini, kamu akan hancur karena saya bisa menghancurkan kamu dan keluarga kamu.”Berta mengambil tasnya dan mengambil sebuah cek, lalu mengisinya, dengan angkuhnya wanita itu menyodorkannya di hadapan Rosea. “Ambil uang lima milliar itu, lalu tinggalkan Leo dan jangan pernah muncul lagi hadapannya. Sudah cukup banyak uang Leo berikan sama kamu, kamu juga masih muda dan
Rosea ingin tidur, namun hatinya terjebak kegundahan lagi yang membuatnya terus membuka mata dan hanya diam terpaku melihat langit-langit kamar, begitu pula dengan Leonardo yang kini terbaring di sampingnya.Leonardo terjaga sepenuhnya, tangannya menggenggam tangan Rosea di bawah selimut. Pria itu terbaring mirip menatap lekat Rosea, rambutnya yang masih setengah masih terlihat membasahi bantal.“Apa yang kamu inginkan dalam hidup ini Sea?” tanya Leonardo serius.“Aku tidak tahu, aku menjalani apa yang ingin aku jalani. Bagaimana dengan kamu sendiri?”Leonardo terdiam cukup lama sampai akhirnya sebuah kalimat keluar dari mulutnya. “Aku hanya ingin bahagia dan hidup tanpa penyesalan.”Rosea bergerak pelan dan membalas tatapan hangat pria itu, ada jiwa yang kosong di mata pria itu yang membuat Rosea bergerak mendekat dan masuk ke dalam dekapannya.Hangat dan lembut kulit Leonardo membuat Rosea memejamkan mata dan menarik napasnya dalam-dalam, Rosea membalas pelukan Leonardo dan merasaka