Share

Terancam Terusir

Penulis: Aisyah Enha
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-06 11:33:23

Mengandung Anak Majikan 18

"Hah ... coba ulangi, siapa nama mantan suami kamu itu, Shafira?" tanya Bu Merry sedikit kaget.

"Samudra Danureja." Shafira mengulang nama itu dengan keras.

Hal itu membuat Mbok Jum terperangah. Tentu saja. Karena mereka berdua sudah berjanji di hadapan Tuan Danureja, bahwa mereka tak boleh membuka rahasia pernikahan Shafira dengan Samudra di hadapan masyarakat luas.

"Samudra anak dari Tuan Danureja pemilik perusahaan Karya Cipta itu maksud kamu, Shafira?" Ibu-ibu itu serempak bertamya, karena mereka sungguh tak mempercayai omongan Shafira.

"Iya, betul."

Tanpa dikomando, Bu Merry dan ibu-ibu lainnya pun seketika tertawa terbahak-bahak dibuatnya.

"Hey ... Shafira, kalau ngomong itu dipikir dulu. Mana mungkin, sih, Samudra mau nikah sama kamu? Secara kan, kamu itu orang miskin. Sedangkan Samudra itu anak horang kayah!" sambar Bu Merry.

"Lagi ngelantur kali nih anak." timpal Bu Ida.

"Ngelantur sih ngelantur, tapi jangan segitunya, dong," sinis Bu Atun.

'Kamu it
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mengandung Anak Majikan   Kenekatan Bu Merry

    Mengandung Anak Majikan 19 Mbok Jum dan Shafira terlonjak kaget, begitu mereka mendengar ada benda jatuh yang menimpa atap rumah mereka. Mereka pun saling pandang."Ah, itu paling buah belimbing yang matang di pohon lalu jatuh menimpa atap, Mbok." Shafira sudah tak kaget lagi.Ada sebuah pohon belimbing setinggi empat meter di halaman rumah mereka yang sempit. Pohon itu sedang banyak buahnya. Mungkin beberapa cabang yang ada buahnya menjulur hingga ke atap rumah, sehingga mereka jatuh jika tertiup angin atau pun karena sudah matang di pohon."Kalau dibiarin berjatuhan di atap, lama-lama bisa berlubang itu atapnya, Nduk.""Iya. Habisnya, mau gimana lagi, Mbok."Shafira duduk termangu di atas ranjangnya. Begitu pun sang ibu."Mbok, sebelum warga sini mengusir kita, lebih baik kalau kita secepatnya pindah!""Nggak, Nduk. Kita harus bertahan dulu." Mbok Jum lagi-lagi menolak rencana Shafira."Warga mulai keras terhadap kita, Mbok. Apa lagi yang kita tunggu?" "Sabar aja, Shafira!""Mau s

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-07
  • Mengandung Anak Majikan   Surat Untuk Shafira

    Mengandung Anak Majikan 20Wajah Tuan Danureja tampak memerah karena menahan amarah yang berkecamuk di dalam dadanya. Ia menyayangkan tindakan Shafira perihal nama Samudra yang dibawa-bawanya. Bahkan, hingga tetangganya pun bisa sampai menemui dirinya di kantor.Tentu saja Bu Merry memperhatikan perubahan mimik wajah Tuan Danureja sedemikian rupa. Dalam hatinya, Bu Merry sudah bersorak karena dianggapnya dirinya menang banyak."Apakah kamu percaya begitu saja dengan omongan mantan pembantu saya itu?" Meskipun dalam dadanya ingin meledak, tetapi Tuan Danureja berusaha untuk bisa meredam amarahnya dan bersikap sewajar mungkin di hadapan tamunya itu."Sebenarnya sih, saya nggak percaya sama omongan Shafira, Pak Presdir. Makanya saya langsung datang menemui Bapak untuk menanyakan tentang kebenarannya itu.""Bagus kalau kamu tidak mempercayainya. Karena apa yang keluar dari mulutnya itu, sudah dipastikan adalah hoax semata. Itu lah mengapa ia dan ibunya kami pecat, karena mereka telah mela

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-08
  • Mengandung Anak Majikan   Aksi Brutal di Rumah Shafira

    Mengandung Anak Majikan 21"Iya, betul. Hari ini juga kita harus ngusir mereka. Makin lama makin eneg saya lihat mereka itu. Udah lah miskin, songong lagi!" sungut Bu Atun yang rumahnya pas mepet tembok demgan rumah Shafira."Bisa-bisanya memfitnah anak Pak Presdir yang telah menghamilinya. Kurang ajar kan itu namanya? Huh, ntar kualat baru tahu rasa dia." Bu Merry merasa semakin membenci Shafira setelah ia menemui Tuan Danureja kemarin."Iih, kalau aku jadi Pak Presdir itu, sih, pasti udah kujeblosin ke penjara tu Shafira, dengan jerat pasal pencemaran nama baik. Iya nggak sih, ibu-ibu?" Bu Ida semakin memercikkan rasa benci kepada Shafira."Nah, iya betul. Berani-beraninya memfitnah orang penting segala."Ibu-ibu itu pun merencanakan pengusiran Shafira, yang akan dilaksanakan nanti sore.*Shafira memperlihatkan surat yang ia terima dari Tuan Danureja kepada ibunya. Tak ketinggalan cek dengan nominal yang banyak itu."Tunggu apa lagi Mbok? Kita harus secepatnya pindah dari sini, Mbo

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-09
  • Mengandung Anak Majikan   Terusir Dari Rumah

    Mengandung Anak Majikan 22"Uugh ... sakit." Shafira meringis kesakitan tatkala ia jatuh terduduk di lantai. Tangannya memegang perutnya yang terlihat membuncit di usia kehamilan yang memasuki bulan keenam itu."Astaghfirullaoh, Shafiraaa!" jerit Mbok Jum.Mbok Jum berjongkok di depan Shafira, "Gimana, Nduk?" tanya perempuan tua itu khawatir."Sakit dikit, Mbok.""Ayo, Mbok bantu berdiri." Mbok Jum membantu Shafira untuk berdiri. Sementara itu, rombongan warga berhenti sejenak ketika mereka melihat Shafira jatuh. Ketika Shafira sudah berdiri dan dirasa tak mengalami cedera apa pun, warga pun merangsek untuk masuk lagi ke dalam rumah kecil itu.Melihat gelagat dan kondisi yang sangat menjepit, akhirnya Mbok Jum berteriak dengan lantang, "Berhenti semuanya, berhenti!"Teriakan nyaring yang keluar dari mulut Mbok Jum mampu menghentikan sejenak aksi warga tersebut."Baik lah, demi keselamatan nyawa kami, kami akan meninggalkan rumah ini sekarang juga!' Bergetar hebat, saat Mbok Jum berka

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-11
  • Mengandung Anak Majikan   Shafira Masih Pendarahan

    Mengandung Anak Majikan 23"Astaghfirulloh. Ada darah segar di celana dalamku." Shaira terkejut bercampur takut melihat hal itu.Ingin rasanya Shafira memberi tahu ibunya perkara tersebut, akan tetapi diurungkannya. Ia tak mau sang ibu khawatir dengan dirinya. Oleh karena itu, setelah membersihkan diri dan mengganti celananya, ia pun memutuskan untuk tidur saja. Siapa tahu nanti pendarahan itu berhenti dengan sendirinya. Begitu pikirnya.Sementara itu, Mbok Jum masih disibukkan dengan bersih-bersih rumah. Tak banyak sampah atau pun kotoran yang berserak di rumah itu, mungkin karena selalu dirawat dan dibersihkan secara berkala oleh sang pemilik rumah.Tak butuh waktu yang lama, Mbok Jum pun telah menyelesaikan pekerjaan beberes rumah itu. Ia mencari keberadaan anaknya, karena tak terlihat sedari tadi."Oh, rupanya sedang tidur dia," gumam Mbok Jum saat dilihatnya Shafira sedang tidur di atas dipan kayu, tanpa kasur.Mbok Jum mendekati Shafira. Dipandanginya wajah sang anak, "Ah, nasib

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-12
  • Mengandung Anak Majikan   Mencoba Hal Baru

    Mengandung Anak Majikan 24Samudra menoleh ke belakang mobil begitu Warso menyebut bahwa ia melihat Mbok Jum dan Shafira terlihat di halte. Samudra celingukan mencari sosok mereka dari balik kaca mobil."Mana, So, kamu bilang tadi melihat mereka?" tanya Samudra yang duduk di belakang Warso."Tadi ada, Den. Dekat halte," jawab Warso."Menepi dulu, aku mau menemui mereka!" perintah Samudra kepada sopirnya itu.Warso mencari ruang kosong di pinggir jalan untuk menghentikan mobilnya.Samudra bergegas keluar dari mobil, lantas berjalan menuju halte yang telah terlewati beberapa meter di belakangnya.Di saat yang bersamaan, sebuah bis kota datang dari arah berlawanan dan berhenti di halte. Shafira dan Mbok Jum segera naik ke dalam bis kota itu. Beberapa penumpang lain pun tampak memasuki bis berbadan besar itu. Pintu bis kota tertutup kemudian melaju meninggalkan halte.Samudra berlari-lari kecil mengejar bis kota itu, akan tetapi sayangnya bis itu telah melaju pergi sebelum Samudra sampai

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-14
  • Mengandung Anak Majikan   Samudra Kecele

    Mengandung Anak Majikan 25Warso tertunduk diam. Mau jawab salah, nggak jawab pun pasti salah. Begitu menurutnya."Jawab, So!" ujar Samudra seperti tak sabar."Anu, Den, ehm ....""Ngomong yang jelas, So. Jangan bikin aku penasaran!" desak Samudra."Sebenarnya, saya ... saya udah diwanti-wanti sama Tuan Danureja untuk tidak menghubunginya lagi, Den." Warso akhirnya berkata jujur."Apa alasannya?" Samudra mengerutkan dahinya."Saya nggak tahu, Den. Tuan Danureja hanya bilang begitu ke saya. Kalau Den Samudra mau tahu alasannya, sebaiknya tanya langsung sama beliau." Warso menunduk lagi.Samudra urung pergi ke rumah Shafira. Pasti ada alasan kuat dibalik perintah larangan oleh ayahnya itu. Maka ia pun segera menuju ruang kerja sang ayah.Tiba di ruangan sang ayah, Samudra langsung mendudukkan pantatnya di kursi empuk tepat di depan Tuan Danureja."Sam? Bukan kah ada meeting dengan client sebentar lagi? Kenapa malah ke sini?" tanya Tuan Danureja menatap Samudra.Samudra memgembuskan nafa

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-16
  • Mengandung Anak Majikan   Shafira Melahirkan Prematur

    Mengandung Anak Majikan 26"Astaghfirulloh, Shafira ... ada apa, Nduk?" Mbok Jum berlari menghampiri Shafira yang panik. Kue yang sedang disusun tak sengaja ia lempar begitu saja karena gugup.Mbok Jum mendapati Shafira yang sedang merintih kesakitan sambil duduk di kursi dapur. Sementara itu, rok bawahan Shafira terlihat basah."Mbok, perut Shafira sakit sekali," rintihnya dengan wajah tegang."Ya Allah, ini sepertinya udah pecah ketubannya. Kamu mau melahirkan Nduk. Padahal kan baru tujuh bulan. Aduh ... gimana ini?" Mbok Jum semakin panik. Sejenak, ia tak tahu harus berbuat apa karena sedang dikuasai oleh kepanikan."Aduh ...." Shafira meringis lagi, sehingga menyadarkan Mbok Jum bahwa ia harus cepat bergerak untuk menolong anaknya itu."Nduk, kamu nyimpan nomor telpon Pak Karman yang punya penyewaan mobil itu kan?" tanya Mbok Jum."Iya, Mbok, ada.""Cepat telpon Pak Karman, Nduk. Suruh cepat dia ke sini buat ngantar kita ke Bidan.""HP-nya ada di kamar, tolong ambilkan, Mbok." Sha

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-18

Bab terbaru

  • Mengandung Anak Majikan   Pertemuan Kembali

    Mengandung Anak Majikan 32"Gimana kondisi kaki anak saya ini, Dok?" tanya Nyonya Hapsari saat dokter visit ke ruang rawat inap pasien malam itu."Setelah melihat hasil rontgent, ternyata ada retak sedikit di pergelangan kakinya, Bu. Jadi tidak terlalu parah." Dokter yang mengenakan lab jas putih tersebut menjelaskan kondisi kaki Samudra kepada orang tuanya.Tuan Danureja dan Nyonya Hapsari mendengarkan dengan seksama setiap penjelasan dari dokter."Baik lah, Bapak dan Ibu, selama Samudra mengikuti prosedur perawatan yang sudah diatur, insyaa Alloh keadaan kakinya nanti akan pulih seperti sedia kala lagi," ucap dokter tersebut."Terima kasih banyak atas penjelasaanya, Dok." Tuan Danureja menjabat tangan sang dokter sebelum ia meninggalkan ruangan Samudra.Tuan Danureja menghela napas lega setelah dokter itu berlalu."Untung nggak parah, Sam. Kamu bikin jantungan Ibu saja. Besok-besok kalau mau betangkat kerja, Ibu bawain bekal aja dari rumah," repet Nyonya Hapsari."Samudra bukan anak

  • Mengandung Anak Majikan   Nama Bayi Shafira

    Mengandung Anak Majikan 31"Tuan Danureja sama Nyonya Hapsari kenapa jalannya terburu-buru seperti itu, ya? Apa jangan-jangan anak beliau ada yang sakit di sini? Tapi siapa?" Sambil bersembunyi di sebuah tiang besar, Mbok Jum bertanya-tanya pada dirinya sendiri."Kalau ada Tuan dan Nyonya di sini, berarti ada Warso juga. Wah, aku mesti hati-hati ini, jangan sampai salah satu dari mereka ada yang melihatku di sini," gumam Mbok Jum.Setelah Tuan Danureja dan Nyonya Hapsari tak terlihat lagi dari pandangan mata Mbok Jum, maka ia pun meneruskan langkahnya menuju kantin yang berjarak tinggal beberapa langkah lagi di depannya itu."Teh hangat dua ya, Bang," pesan Mbok Jum kepada penjaga kantin. Ia pun mengambil satu pack roti sobek manis, dua buah arem-arem, dan satu botol air mineral berukuran besar."Berapa semuanya, Bang?" Penjaga kantin itu menghitung semua belanjaan Mbok Jum, lalu berkata, "Total semuanya 36.000, Bu."Mbok Jum mengeluarkan selembar uang lima puluh ribu. Setelah mendap

  • Mengandung Anak Majikan   Keharuan Shafira

    Mengandung Anak Majikan 30Orang-orang yang sedang berlalu lalang di sekitar kejadian tabrakan itu, cepat mengerumuni Samudra dan si pengendara motor yang sama-sama terjatuh ke aspal karena insiden tabrakan tersebut.Samudra meringis kesakitan sambil memegangi lutut dan pergelangan kakinya. Sementara itu, si pengendara motor langsung berdiri dan menghampiri Samudra."Hei, pakai mata dong kalau mau nyebrang. Nggak maen nyelonong aja kayak kerbau!" maki si pengendara motor yang ternyata adalah seorang pemuda seumuran Samudra."Kerbau matamu! Kau itu yang ngebut nggak lihat-lihat ada orang mau nyebrang!" Samudra ganti memaki, tak mau kalah.Cuaca siang yang sangat panas menyengat kulit, semakin membuat panas hati dengan adanya cek cok di pinggir jalan yang ramai penuh polusi dari asap knalpot kendaraan."Nyolot Lu, ya!" si pengendara motor itu tahu-tahu mencengkeram kerah baju Samudra. Tangan kanannya terkepal hendak menghantam tubuh Samudra. Beruntung ada beberapa dari kerumunan orang i

  • Mengandung Anak Majikan   Samudra Tertabrak

    Mengandung Anak Majikan 29Mbok Jum terdiam. Ia belum tahu maksud pembicaraan dari Suster itu."Kuning, kunig gimana maksudnya, Sus?" tanya Mbok Jum."Cucu Nenek mengalami bayi kuning, Nek." Suster tersebut menjeda katanya, "hal ini disebabkan karena cucu Nenek itu kurang cairan.""Terus, gimana Sus?" tanya Mbok Jum terlihat bingung."Sekarang dia masuk inkubator dan disinar Nek. Apakah ibu si bayi sudah bisa ke sini, Nek?""Saya belum tahu, Sus. Dia masih ada di rumah Bidan Nurlela sekarang.""Kalau dia sudah sehat dan bisa ke sini, kabari langsung, Nek. Karena si bayi ini akan cepat pulih kalau dia mendapat ASI dari sang ibu.""Oh gitu ya. Ya udah, saya telpon dulu anak saya itu ya, Sus." Mbok Jum pun meninggalkan Suster itu untuk menghubungi Shafira."Halo, Nduk." Suara Mbok Jum memburu."Halo. Si mbok, ada apa?" jawab Shafira di ujung telpon."Kamu udah sehat belum?""Hmm ... saya tanya Bu Bidan dulu ya, Mbok.""Cepetan ya, ini si mbok lagi minjem HP punya pak sekuriti rumah sakit

  • Mengandung Anak Majikan   Bayi Shafira Kuning

    Mengandung Anak Majikan 28"Kalau boleh tahu, Ibu ini siapanya si adek bayi, ya?" tanya dokter anak."Saya neneknya, Bu Dokter. Ibunya si bayi masih ada di rumah Bu Bidan, karena masih belum pulih kesehatannya sehabis melahirkan tadi pagi, Bu dokter," jawab Mbok Jum secara rinci."Oh, baik. Saya mengerti, Ibu. Saya lanjutkan lagi penjeladan tentang kondisi bayinya ya, Bu. Jadi, bayinya ini kan berat lahirnya di bawah normal, oleh karena itu secepatnya kita ambil tindakan untuk merawatnya di Intensive Care selama beberapa hari."Dokter anak tersebut memberikan penjelasan secara rinci kepada Mbok Jum. Sesekali, Mbok Jum mengangguk-angguk tanda mengerti. Kemudian, ia pun keluar dari ruang praktek dokter setelah sesi konsultasi mengenai kondisi sang cucu."Suster, boleh nggak saya melihat cucu saya di dalam?" tanya Mbok Jum bertanya kepada seorang suster jaga yang sedang menatap layar komputer di mejanya.Perawat jaga itu menghentikan aktifitasnya sejenak dari depan layar komputer, lalu

  • Mengandung Anak Majikan   Dirujuk Ke Rumah Sakit

    Mengandung Anak Majikan 27"Karena berat badan bayi sangat rendah, maka dia rentan terhadap penyakit, Bu. Oleh karena itu, saya sarankan agar dibawa ke rumah sakit, agar mendapat pemeriksaan medis secara menyeluruh dari dokter anak, Bu," ujar Bidan Nurlela memberikan saran.Mbok Jum terlihat memahami apa yang disampaikan oleh Bidan Nurlela barusan. Tapi, nampaknya ia ragu karena memikirkan biaya rumah sakit yang pastinya mahal."Hmm ... kira-kira biaya rumah sakitnya mahal nggak, Bu Bidan?" tanya Mbok Jum sambil memandangi cucunya yang dibaringkan di dalam box bayi di samping bed Shafira."Shafira punya kartu BPJS?" Bidan Nurlela menatap Shafira."Nggak punya, Bu," jawab Shafira lirih.Bidan Nurlela tampak berpikir sejenak."Jadi, gimana ini, Bu? Bayinya dirawat sendiri aja atau mau gimana?" Bidan Nurlela pun ragu dengan pertanyannya sendiri.Mbok Jum mendekati Shafira, lalu bertanya, "Gimana, Nduk? Kita bawa ke rumah sakit nggak bayinya?""Daripada nanti kenapa-napa, lebih baik kita

  • Mengandung Anak Majikan   Shafira Melahirkan Prematur

    Mengandung Anak Majikan 26"Astaghfirulloh, Shafira ... ada apa, Nduk?" Mbok Jum berlari menghampiri Shafira yang panik. Kue yang sedang disusun tak sengaja ia lempar begitu saja karena gugup.Mbok Jum mendapati Shafira yang sedang merintih kesakitan sambil duduk di kursi dapur. Sementara itu, rok bawahan Shafira terlihat basah."Mbok, perut Shafira sakit sekali," rintihnya dengan wajah tegang."Ya Allah, ini sepertinya udah pecah ketubannya. Kamu mau melahirkan Nduk. Padahal kan baru tujuh bulan. Aduh ... gimana ini?" Mbok Jum semakin panik. Sejenak, ia tak tahu harus berbuat apa karena sedang dikuasai oleh kepanikan."Aduh ...." Shafira meringis lagi, sehingga menyadarkan Mbok Jum bahwa ia harus cepat bergerak untuk menolong anaknya itu."Nduk, kamu nyimpan nomor telpon Pak Karman yang punya penyewaan mobil itu kan?" tanya Mbok Jum."Iya, Mbok, ada.""Cepat telpon Pak Karman, Nduk. Suruh cepat dia ke sini buat ngantar kita ke Bidan.""HP-nya ada di kamar, tolong ambilkan, Mbok." Sha

  • Mengandung Anak Majikan   Samudra Kecele

    Mengandung Anak Majikan 25Warso tertunduk diam. Mau jawab salah, nggak jawab pun pasti salah. Begitu menurutnya."Jawab, So!" ujar Samudra seperti tak sabar."Anu, Den, ehm ....""Ngomong yang jelas, So. Jangan bikin aku penasaran!" desak Samudra."Sebenarnya, saya ... saya udah diwanti-wanti sama Tuan Danureja untuk tidak menghubunginya lagi, Den." Warso akhirnya berkata jujur."Apa alasannya?" Samudra mengerutkan dahinya."Saya nggak tahu, Den. Tuan Danureja hanya bilang begitu ke saya. Kalau Den Samudra mau tahu alasannya, sebaiknya tanya langsung sama beliau." Warso menunduk lagi.Samudra urung pergi ke rumah Shafira. Pasti ada alasan kuat dibalik perintah larangan oleh ayahnya itu. Maka ia pun segera menuju ruang kerja sang ayah.Tiba di ruangan sang ayah, Samudra langsung mendudukkan pantatnya di kursi empuk tepat di depan Tuan Danureja."Sam? Bukan kah ada meeting dengan client sebentar lagi? Kenapa malah ke sini?" tanya Tuan Danureja menatap Samudra.Samudra memgembuskan nafa

  • Mengandung Anak Majikan   Mencoba Hal Baru

    Mengandung Anak Majikan 24Samudra menoleh ke belakang mobil begitu Warso menyebut bahwa ia melihat Mbok Jum dan Shafira terlihat di halte. Samudra celingukan mencari sosok mereka dari balik kaca mobil."Mana, So, kamu bilang tadi melihat mereka?" tanya Samudra yang duduk di belakang Warso."Tadi ada, Den. Dekat halte," jawab Warso."Menepi dulu, aku mau menemui mereka!" perintah Samudra kepada sopirnya itu.Warso mencari ruang kosong di pinggir jalan untuk menghentikan mobilnya.Samudra bergegas keluar dari mobil, lantas berjalan menuju halte yang telah terlewati beberapa meter di belakangnya.Di saat yang bersamaan, sebuah bis kota datang dari arah berlawanan dan berhenti di halte. Shafira dan Mbok Jum segera naik ke dalam bis kota itu. Beberapa penumpang lain pun tampak memasuki bis berbadan besar itu. Pintu bis kota tertutup kemudian melaju meninggalkan halte.Samudra berlari-lari kecil mengejar bis kota itu, akan tetapi sayangnya bis itu telah melaju pergi sebelum Samudra sampai

DMCA.com Protection Status