Seakan-akan anak magang itu memiliki posisi paling tinggi. Padahal, ia hanyalah anak magang. Sans hanya tersenyum mendengar ucapan anak magang itu.
“Aku juga tidak mau buang-buang waktu denganmu, aku datang untuk mengambil mobil, tolong minggir.” Sans tidak ingin pusing meladeni bocah ini.
Tapi dia tetap menghalangi Sans.
“Aih, apa kamu masih tidak mengerti? Sudah kubilang, tempat ini bukan tempat yang bisa kamu datangi, kan?”
Sans mulai merasa kesal, “Apakah kau bos disini?”
“Aku ... ” anak magang itu terdiam membeku, karena dia hanyalah anak magang.
Ekonomi keluarganya sedang tidak baik, setelah lulus ia melamar pekerjaan di Showroom ini dengan gaji yang cukup besar. Ditambah lagi, ia sudah terbiasa melihat orang kaya. Otomatis ia merasa bahwa diri
Wajah kedua orang itu tampak masam, mereka benar-benar menyesal telah mengusir orang penting. Jessica menatap mereka berdua, ia tidak dapat berkata-kata. Sans kemudian berkata, “Kata-kata yang kau ucapkan tadi, kau masih ingat?” “Itu ..." Keduanya terkejut, mereka baru saja mencibir bahkan mengusir Sans. Sekarang, mereka harus menerima kenyataan. Mereka harus menjadi kacung bagi Sans. Kemudian Jessica berkata, “Ada apa ini? Jika kalian memang bersalah, cepat akui kesalahan kalian pada Manajer Sans!” Sans tertawa, “Tadi, mereka bilang akan menjadi kacungku. Jika mereka menyesal karena telah mengusirku.” Direktur Jessica benar-benar kesal, ia tidak dapat mengeluarkan kata apapun. Manusia bodoh! Apa yan ada dipikiran kedua orang ini. Manajer Dika dan An
Maria melihatnya dengan sedikit percaya tapi juga sedikit curiga, kemudian ia mengirim pesan pada Soraya, “Soraya, Sans bekerja di Grup Hour?” Soraya sekarang sedang rapat, jadi ia tidak menerima balasan dari Soraya. Maria juga tahu jika Soraya sibuk, makanya ia tidak menghiraukannya. Tapi ia justru menatap Sans dengan takjub, “Memang kenapa kalau kau bekerja di Grup Hour? Mungkin kamu hanyalah OB.” Sans meraba ujung hidungnya, “Aku mau pulang, aku pergi dulu.” Maria merasa kes sekali, ia melihat Sans berjalan ke arah sebuah mobil BMW, dia tahu series ini, harganya hampir tiga atau empat miliar. “Tunggu, ini mobilmu?” Sans berhenti, “Ya, kenapa?” Maria terkejut, “
Dalam hati Soraya berpikir, apa yang bisa dibantu Sans? Proyeknya sekarang dikerjakan oleh Industri Grup Lindsay, Grup Hour hanya sebagai investor. Paling juga hanya memperhatikan situasinya, tidak diperbolehkan ikut campur kan? “Masalahnya tidak begitu besar, bisa diselesaikan dengan cepat. Kamu makan saja dulu sendiri. Tidak perlu menungguku,” Setelah Soraya selesai bicara ia langsung menutup telepon. Sans melihat handphonenya, ia segera mengirimkan pesan pada Linda, “Coba cek situasi proyek Industri Grup Lindsay akhir-akhir ini.” Setelah lewat setengah jam, Sans menerima sebuah pesan. Kemudian ia melihatnya, proyek Industri Grup Lindsay sangat lancar. Hanya saja tiba-tiba hari ini bahan baku sebuah perusahaan yang bekerja sama dengan mereka bermasalah. Mengakibatkan perkembangan proyek tertunda, apalagi bahan baku ini jumlahnya sangat
Keesokan harinya, kantor Grup Hour. Di kantor, Sans teringat mobil Audi itu, lalu menelepon ibu mertuanya, Tasya. “Halo! Kenapa kamu telepon? Aku sedang sibuk, tidak ada waktu denganmu,” tempramen Tasya terhadap Sans tidak begitu bagus. “Ibu, kemarin aku beli sebuah mobil Audi untuk kalian. Hari ini kalian bisa pergi mengambilnya, jika kalian berpergian, gunakan saja mobil itu," ucapnya dengan datar. “Baik, aku sedang sibuk! Tu-Tunggu, A-apa yang kamu bilang?” Tasya tidak terlalu mendengarkan apa yang diucapkan Sans, namun ia tiba-tiba tersadar. Sans tertawa, lalu mengulangi kata-kata tadi sekali lagi. Tasya terkejut mendengarnya, kemudian ia terdengar ia melemparkan gelas dari telepon, “Sans, apa kau tidak ada kesibukan? Untuk apa mempermainkanku? S
Salah satu orang bertanya dengan tidak percaya, “Anda yakin? Ini adalah mobil Audi model khusus, bagaimana jika sampai salah orang?” Tasya merasa sangat bingung sekaligus senang. Apakah benar menantu sampahnya mampu membelikan sebuah mobil khusus? Resepsionis itu kemudian bertanya dengan sangat sopan, “Jika begitu, saya ingin bertanya. Siapakah namamu, Nyonya?” “Namaku Tasya Lindsay, menantuku Sansan Carell bilang, bahwa audi itu dipesan kemarin. Dan menyuruhku untuk mengambilnya hari ini.” “Ya, memang benar. Tuan Sans, yang memesan mobil ini untukmu, Nyonya.” Resepsionis itu menjawab dengan tersenyum. Tasya dan temannya hanya bisa terdiam membeku. Ternyata benar! Tasya terdiam tanpa sepatah kata. Kemudian ia melihat ekspresi ketiga temannya, ia merasa tenang dan juga bahagia. Tiba-ti
Sans segera meminta maaf, “Maaf.” Namun pemuda itu justru berkata dengan angkuh, “Apa kau punya mata? Apa kau tidak bisa melihat? Brengsek!” Sans melirik ke arah pemuda itu, pemuda itu memakai stelan jas. Wajahnya yang tampan, namun mencerminkan sifatnya yang sombong, membuat orang tidak mau melihatnya. Pandangan pria itu melihat Sans penuh dengan rasa jijik. Terutama saat melihat baju yang dipakai Sans adalah produk murahan dari pasar kamis, membuatnya semakin merendahkannya. Dia malas berbicara dengan Sans, ia langsung berkata pada satpam penjaga, “Hei, apa kerjaan satpam di sini? Kenapa Grup Hour yang begitu besar, memperbolehkan siapa pun untuk masuk? Kalian tidak akan menahan orang ini?” Satpam itu hanya menolehnya, ia tidak tahu siapa orang ini. Orsng yang berlagak angkuh, siapa yang mau dengar perintahnya
“Kakak, cepat usir orang desa ini, lalu pecat kedua satpam bodoh ini! Jangan sampai menghancurkan reputasi perusahaan di sini!” Ketika Linda ingin berbicara, tiba-tiba Sans berkata dengan lantang, “Siapa kamu? Apa hak mu disini untuk memecat mereka? Sejak kapan kau memiliki hak untuk mengatur Grup Hour?” Sans berdiri di depan satpam dan bertanya pada Rangga Wijaya dengan tenang. “Aku memang tidak memiliki hak apapun, tapi kakakku punya semua hak disini! Kakakku adalah asisten direktur, kamu tahu itu posisi apa? Satu kata saja, bisa memecat siapa pun!” Rangga Wijaya tidak khawatir sedikit pun Linda menggertakkan gigi, ia memiliki adik yang bodoh. Sans melirik ke arah Linda, “Asisten Linda, apakah benar satu kata saja, bisa memecat siapa pun?” ucapnya mencibir. Linda berkeringat dingin,
Linda menggelengkan kepalanya. Sans bukanlah tipe anak orang kaya yang hanya bisa menghabiskan uang. Selain itu dia memiliki istri dan sama sekali tidak tertarik dengannya. Linda merasa sedikit tertekan memikirkan hal ini. Dia juga sangat cantik, sosoknya yang tinggi dan sangat seksi. Kulit putih dengan badan yang ramping, tapi tidak mampu membuat Sans tertarik padanya. Bahkan Sans tidak suka melihatnya cukup lama. “Baguslah kalau begitu!” Sebenarnya Agung Kusuma sangat cemas. Seandainya anak orang kaya itu memiliki perasaan kepada Linda. Ditambah dengan identitas dan latar belakang keluarganya yang lebih baik beberapa kali lipat darinya. Bisa saja membuat Linda tergoda dan mengikuti anak orang kaya itu, maka dia akan menjadi seorang duda. Linda segera mengerti apa yang dia maksud setelah melirik Agung Kusuma. Agung Kusuma hanyalah seorang CEO dari Peru
Fajar tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sansan mengucapkan terima kasih dan menutup telepon.Hyorin mendengarkan seluruh percakapan mereka, wajahnya juga menjadi serius. "Apa yang harus kita lakukan?"Sansan berkata dengan tak berekspresi. "Pergi ke RS Kyoto dulu dan buat strategi," Sansan menatap Hyorin dengan sedikit ragu. "Tapi, sebelum itu kamu pergi dan bawa Soraya pulang!"Soraya adalah kelemahannya. Jika orang-orang itu ingin menyerangnya dan membiarkannya tertangkap, mereka pasti akan menyerang Soraya terlebih dulu. Jadi, melindungi Soraya adalah hal yang paling penting.Hyorin mengangguk. "Aku akan pergi!""Biarkan Busby pergi, kamu ikut aku ke RS Kyoto," ujar Sansan sambil berjalan.Hyorin tidak keberatan, Sansan menelepon Matt Busby, berbicara singkat tentang situasinya dan pergi ke RS Kyoto.***RS Kyoto.Sansan memanggil Ramdan dan Leona. "Hari-hari indah akan segera berakhir."Mereka tidak mengerti. Ketika Sansan memberi tahu berita tentang Henda dibunuh oleh Zoran, semua
"Brengsek!"Sansan benar-benar menganggap Hiden sebagai teman dekatnya. Jika tidak, dia tidak akan pergi mencari Hiden setelah menerima Grup Hour, apalagi memberikan Hiden banyak sumber daya untuk membuatnya berkembang.Alhasil, Hiden bekali-kali menyerobot sumber daya yang layak didapatkan Grup Hour secara diam-diam! Bahkan, dia melakukan tindakan kecil di belakang punggungnya dan sekarang bahkan mencari pembunuh untuk membunuhnya!Perasaan dikhianati oleh teman dekat ini membuat Sansan merasa tercekik. Jelas sekali mereka adalah teman dekat. Wardani bisa mati untuknya, tetapi Hiden malah ingin membunuhnya!"Ahh …" Sansan tinggal di gang gelap itu untuk waktu yang lama sebelum perlahan keluar dari gang, tetapi aura permusuhan di tubuhnya menjadi lebih berat dari sebelumnya.Ponsel Sansan terjatuh ketika dia dan Downey melompat keluar jendela. Saat itu, dia tidak ada waktu untuk mencari ponsel lagi. Setelah melompat keluar jendela, dia berusaha keras berlari.Mereka berada di depan Hy
"Tentu!" Sansan mengangguk tanpa terkejut, dan menghabiskan seteguk anggur terakhir. "Waktu untuk duel akan diatur secara terpisah. Sekarang bukan waktu yang tepat."Downey tidak keberatan.Pada saat ini, Sansan hendak bangun dan Downey tiba-tiba menahannya. Sansan bingung. "Kenapa? Apakah kamu ingin melakukannya sekarang?"Downey menatap dingin ke belakang Sansan, seolah sedang mengamati sesuatu. Sansan melihat ada yang tidak beres, berpaling untuk melihat dan dia melihat beberapa orang berpakaian rapi duduk di pojok sambil minum alkohol. Ketika Sansan menoleh untuk melihat, mereka dengan cepat menarik kembali pandangan mereka.Meskipun orang-orang ini tampil sebagai gangster kecil, tetapi niat membunuh di dalamnya belum sepenuhnya disimpan dan bisa dirasakan hanya dengan satu tatapan.Sansan mengerti dalam sekejap, berbalik dan berkata kepada Downe.y "Sepertinya ada yang datang untuk membunuhku lagi.""Mungkin masih orang yang sama?" Downey sepertinya tidak khawatir sama sekali, tap
Di dalam kamar. Setelah memastikan bahwa mereka telah pergi, ekspresi semua orang kembali normal dan seorang wanita pergi mengetuk pintu kamar mandi. Setelah beberapa saat, pintu kamar mandi terbuka dan Lou Zheng berjalan keluar.Ketika pria itu sedang berbicara di telepon, Lou Zheng kebetulan pergi ke kamar mandi. Ketika dia akan keluar, dia mendengar jeritan di dalam kamar dan tahu ada yang tidak beres, jadi dia tetap di dalam kamar mandi dan tidak keluar.Saat itu, Sansan mematikan suara lagu karena dia ingin bertanya, sehingga Lou Zheng bisa mendengar suara Sansan dengan jelas.'Sansan belum mati?! Dia bahkan datang sampai kesini.' Lou Zheng sangat gugup pada saat itu.Untungnya, orang-orangnya tahu apa yang harus dikatakan dan apa yang tidak boleh dikatakan. Jadi mereka tidak mengungkapkan identitasnya.Lou Zheng memandang semua orang dengan puas. "Bagus sekali! Setelah beberapa hari lagi, kalian akan menjadi eksekutif Grup Hour yang baru.""Baik, bos." Lou Zheng tersenyum.Sansa
Melihat Sansan yang menatapnya, ekspresi Downey berubah drastis, dia berusaha menahan dan akhirnya dia mengutuk. "Sialan, jangan omong kosong kamu!""Uhm …" Sansan terbatuk geli menatap mata Downey. "Hahaha …" Sansan tidak bisa menahan tawanya saat melihat alis Downey yang terangkat.Karena tatapan serius Downey, ditambah dengan kesan bahwa Sansan yang berperilaku baik, sangat lucu jika dia tiba-tiba mengutuk kalimat seperti itu.Raut wajah Downey semakin buruk. Bagaimanapun, dia telah mengutuk, jadi tidak ada bedanya jika dia mengutuk sekali lagi. "Sialan, apa yang kamu tertawakan?"Sansan tercengang, dan kemudian berkata dengan cukup serius. "Aku hanya tertawa saja!"Tatapan mata Downey langsung memuram dalam sekejap.Yang lain tampak berbeda ketika mereka melihatnya dan mata mereka diam-diam mengkomunikasikan sesuatu.Karena keremangan kamar, Sansan dan Downey tidak menyadari ada yang janggal dengan mata mereka. Sansan berhenti terawa dan menatap pria itu dengan tajam. "Satu kesemp
"Bodoh!" Pria itu berteriak dengan kesal. "Tentu saja si br*ngsek Sansan!""Tunggu?!" Usai bicara, pria itu merasa ada yang janggal, jadi dia segera berbalik. Ketika dia melihat Sansan yang baru saja dia sebut berdiri di depannya, dia langsung melebarkan matanya, "K-Kamu—"Dia sangat ketakutan hingga ponselnya jatuh ke lantai. Pria itu menggigil dan menunjuk ke arah Sansan.BRUK!Tiba-tiba Sansan yang sedang menatap sosok pria itu dengan tajam, dengan cepat menarik lengan pria itu dan membantingnya ke lantai.Saat ini, Downey yang berdiri di belakang Sansan berjalan keluar perlahan dan berkata dengan ringan. "Hei, tempramenmu tidak terlalu bagus.""Tidak juga," jawab Sansan dengan datar.Mereka juga mendengarnya tadi. Pria itu berkata bahwa Downey juga akan dibunuh bersama.Downey yang memikirkan itu mendengus pelan. "Aku terlibat karena kamu."Sansan hanya terdiam mendengar ucapan Downey, tanpa banyak basa basi lagi dia berjalan menuju sebuah ruangan lain.BRAK!Sansan menendang pint
Orang-orang telah menggali lebih dari satu jam, dan mereka tidak menemukan apa-apa. Mereka hanya membongkar puing-puing bangunan yang sudah berserakan menjadi hitam."Tidak ada apapun disini.""Apakah kamu yakin mereka berada tepat di daerah ini?""Coba ingat-ingat kembali?"Orang-orang mulai kebingungan dan ada rasa pasrah di dalam benak mereka, mereka berpikir bahwa orang yang memanggil mereka datang itu salah ingat lokasi.Shifa yang mendengar itu segera menggelengkan kepalanya ketika melihat ini. "Tidak mungkin, mereka pasti ada di sini, tidak mungkin tidak ada!""Tetapi kami tidak menemukannya!""Bagaimana kalau kita mencari ke dalam lagi, mungkin mereka mengubah rute pelarian?" Seseorang menyarankan.Hyorin dan Matt Busby tampak bergairah saat melihat ini. "Tidak perlu menggali lagi.""Apa? Berhenti menggali?""Iya, berhenti menggali," Hyorin mengangguk mengangguk dengan datar.Saat itu, bom datang dari belakang pabrik, jadi tidak mungkin bagi Sansan dan Downey untuk berlari ke
Di kamar lantai dua.Sekelompok pria dan wanita duduk bersama, mereka terlihat sangat menikmati suasana di dalam bar. Meja penuh dengan gelas anggur dan ada kaleng bir di bawah kaki mereka. Mereka sudah minum cukup banyak.Semua orang sangat senang, kecuali pria yang duduk di tengah. Dia hanya memegang gelas anggur dan minum perlahan, wajahnya terlihat sangat tidak puas. Dia adalah Lou Zheng yang selalu berada dalam kegelapan sepanjang waktu.Lou Zheng mengerutkan keningnya dengan kuat. "Sansan seharusnya sudah mati. Mengapa dia masih belum kembali?" Lo Zheng mengetuk-ngetuk meja dengan jemarinya. "Atau apakah terjadi sesuatu yang tidak terduga?"Pada saat ini, pria dengan topi itu mengetuk pintu dan memasuki kamar. Setelah dia masuk, semua orang yang ada di dalam kamar itu berhenti bergerak, bahkan suasana meriah di dalam bar itu menjadi hening.Pria itu melepaskan topinya, memperlihatkan sedikit perubahan raut wajahnya dan menjawab dengan hormat, "Sudah, bom itu meledak dan pabrik t
Downey bereaksi secara naluriah, dia dengan cepat segera mengelak. Namun, begitu keduanya bertemu, terjadi pukulan yang saling beradu.BUK!Suara tabrakan antara tinju Downey dan juga Sansan terdengar sangat jelas.BOOM!Tiba-tiba suara ledakan terdengar diiringi suara pukulan itu.Hyorin dan Matt Busby saling memandang, dia berteriak. "Lari! Ini bom!"Sehabis berteriak, Hyorin dan Matt Busby buru-buru berlari keluar. Sansan juga langsung tanggap, dia bergegas membalikkan badannya dan berlari.Mendengar itu, Downey melihat ke arah Shifa. Shifa berdiri di dekat tempat sampah yang lumayan jauh darinya. Karena ledakan, sebuah pohon tiba-tiba tumbang dan seperti akan jatuh."Shifa!" Melihat tong kayu hampir jatuh, Downey segera bergegas menghampiri Shifa, menahan pohon itu, lalu berkata kepada Shifa yang terpana. "Lari!"Shifa tiba-tiba tersadar. Setelah melihat Downey, dia terkejut. "Kak …" Dia ingin mengatakan sesuatu.Tapi Downey memotongnya. "Lari! Kalau tidak, kamu tidak akan sempat