Febri Hernanto terus berkata tapi mikrofon tidak mengeluarkan suara lagi. "Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu tidak bisa memprioritaskan mana yang lebih penting?" Febri Hernanto menuduhnya. Sansan Carell tersenyum, "Aku tidak bisa memprioritaskan mana yang lebih penting? Memangnya kamu bisa?" Raut wajah Febri Hernanto menjadi sedikit tidak enak dilihat, "Tolong perhatikan sikapmu. Aku adalah wakil ketua Perserikatan Dagang! Aku sedang mengurus pekerjaan sekarang. Jika kamu merasa tidak puas, kamu dapat menyampaikannya setelah aku menyelesaikan masalah ini dan aku dapat mempertimbangkannya. Tapi dengan cara ini kamu membuang-buang waktu semua orang dan membuat masalah." Semua orang tidak bisa menerima hal semacam ini setelah mendengar ucapannya, terutama ketika pembagian keuntungan seperti ini. "Ucapan wakil ketua benar!" "Ada apa dengan Direktur Sans? Bahkan wakil ketua saja tidak dihargai?" "Apakah setelah kejadian kemarin, benar-benar mengira
Sansan Carell berkata dengan acuh tak acuh, "Kenapa? Apakah sekarang kamu akan membuat Grup Hour bangkrut? Memangnya kamu bisa melakukannya?" Febri Hernanto tersedak, sejujurnya memang dia tidak bisa melakukannya. Meskipun menjatuhkan Grup Hour merupakan hal mudah, tapi masih membutuhkan proses dan waktu. Tidak dapat dilakukan dengan cepat. Tapi dia tidak ingin melihat ekspresi Sansan Carell yang begitu percaya diri, "Kalau begitu mari kita tunggu dan lihat!" Sansan Carell tidak menganggapnya serius, tetapi Febri Hernanto mengeluarkan ponselnya, seolah-olah dia akan membuat panggilan dan bersiap membuat Grup Hour dalam kesulitan. Pada saat ini tiba-tiba terdengar suara lain di aula. "Selama ini, tidak ada yang salah dengan Grup Hour. Tindakanmu ini apakah tidak terlalu memalukan?" Semua orang melihat ke arah sumber suara dan menyadari ada seorang pemuda sedang berjalan masuk dari pintu masuk aula. "Siapa dia?" "Tidak tahu, aku tidak pernah mel
Ia seorang pria yang bertubuh tinggi dengan setelan jas dan sepatu kulit. Matanya penuh kesombongan, sepertinya tidak menganggap siapapun. Di belakangnya ada seorang pria penyakitan yang mengikutinya. Sansan Carell tahu siapa ini. Dia adalah Faisal Sapta, Direktur Utama Grup Sapta. Pada saat bersamaan, dia masih memiliki identitas lain, yaitu putra Keluarga Sapta dari Kota Helix dan juga salah satu dari empat keluarga besar. Fajar Pratama sedikit mengernyit melihat mereka dan juga sedikit khawatir. Febri Hernanto menghela napas lega, lalu berkata kepada Sansan Carell, "Sansan Carell, sudah tidak ada orang yang bisa menyelamatkanmu." Sansan Carell mengerutkan kening dan mengabaikan Febri Hernanto, tapi berkata dengan acuh tak acuh, "Direktur Sapta, sepertinya aku tidak mengundangmu, kan?" Faisal Sapta berjalan perlahan dan berkata dengan arogan, "Tidak ada musuh yang akan datang sebelum menerima undangan." Semua orang mendengar beberapa patah kata dit
Oleh karena itu, Febri Hernanto mengambil dokumen dan ingin melanjutkan. Tetapi baru mengucapkan satu kata, dia baru ingat kalau mikrofon telah dimatikan dan suaranya tidak dapat didengar oleh semua orang yang hadir. Jadi Febri Hernanto memberi perintah pada Ira Wibowo yang berada di samping, "Sambungkan listriknya." Ira Wibowo mengangguk dengan patuh, tapi baru berbalik sudah dicekal oleh Sansan Carell. Febri Hernanto mengerutkan kening, "Sansan Carell, apakah ada gunanya kamu melakukan ini? Walaupun aku tidak mengatakan hal ini, Grup Hour juga sudah tamat riwayatnya hari ini!" Fajar Pratama menyela dan berkata, "Febri Hernanto, hanya sebuah Grup Hour, apakah harus melawannya?" "Kamu salah, bukan aku yang ingin melawannya. Aku hanya melakukan pekerjaanku." Febri Hernanto mendengus dan melirik Faisal Sapta yang berada di sampingnya. Fajar Pratama langsung mengerti kalau Febri Hernanto yang membantu Faisal Sapta untuk memperoleh Grup Hour. Sedan
Fajar Pratama sedikit terdiam ketika mendengar ini, "Kakak, meskipun asal-usul cincin tersebut tidak sederhana, tapi tidak perlu sombong juga, kan? Bagaimana jika orang tidak peduli dan hanya ingin bertarung sampai mati denganmu?" Faisal Sapta dan Febri Hernanto sangat waswas, metelah keduanya bertukar pandang, mereka sudah mengetahui maksud satu sama lain. "Direktur Sans, ini adalah pertama kalinya kita bertemu dan aku hanya bercanda denganmu sebagai perkenalan. Tolong kamu jangan keberatan." Febri Hernanto berkata sambil tersenyum. Faisal Sapta mengangguk, "Iya, dengan bercanda kita bisa saling mengenal satu sama lain lebih cepat!" Keduanya berbicara seolah-olah apa yang terjadi barusan adalah ilusi dan tidak pernah terjadi sebelumnya. Perubahan wajahnya juga begitu cepat sampai tidak terlihat jejak sedikitpun. Sansan Carell mendengus dingin di dalam hatinya. "Jadi karena kita baru pertama kali bertemu, ini adalah hadiah pertemuan?" Sansan Carell b
"Apa?" Semua orang terkejut. "Menerima wanita di depan istrinya sendiri. Apa yang dia pikirkan?" "Kalau begitu aku tidak akan mengganggumu lagi." Setelah selesai berbicara, Febri Hernanto pergi dengan santai. Fakta telah membuktikan sekali lagi jangan menyinggung Grup Hour dan Sansan Carell, apalagi menentang Sansan Carell. Karena entah kapan dia akan memberimu perubahan yang indah. Bahkan dua tuan muda dari empat keluarga besar Kota Helix yang ingin membereskan Sansan Carell saja pergi dengan patuh. Sansan Carell berjalan ke panggung pembawa acara dan mengambil mikrofon. Linda Gumelar buru-buru kembali menyalakan mikrofon. "Maaf sudah membuat semua kalian menunggu lama. Karena sekarang orang yang tidak berkepentingan sudah tidak ada, maka acara dengan ini resmi dimulai." Sansan Carell berkata dengan ringan. Setelah beberapa ucapan dengan sopan, akhirnya masuk ke pembagian sumber daya. Setelah mendapatkan keuntungan masing-masing, semua orang t
"Lalu Direktur, apakah kamu ingin kembali..." "Tidak perlu." Faisal Sapta melambaikan tangannya, "Tambahkan orang untuk mencari Nurul Sapta dulu. Tunggu Nurul Sapta sudah ditemukan, aku baru akan membereskan Sansan Carell secara perlahan-lahan!" — RS Kyoto. Ruangan pribadi Derris, setelah duduk, Derris menuangkan teh untuk Sansan Carell. "Bagaimana tempatnya? Sudah terbiasa?" Sansan Carell bertanya. Derris menjawab, "Lumayan." Ketika Derris selesai bicara, ruangan tersebut menjadi sunyi senyap. Derris merasa gugup. Mungkin dia tahu mengapa Sansan Carell mendatanginya, tetapi dia tidak berani berbicara. Setelah beberapa saat, Sansan Carell berkata dengan acuh tak acuh, "Derris, aku ini orangnya tidak akan menggunakan orang yang aku curigai dan aku tidak akan mencurigai orang yang dipekerjakan. Tapi sebelumnya apakah orang ini layak untuk aku perbuat demikian." "Karena kamu sudah berjanji untuk sepenuhnya setia kepadaku, maka a
Fajar Pratama menggelengkan kepalanya tanpa daya, "Dia juga bisa dibilang bernasib buruk!" "Sebelumnya dia pernah mengalami kecelakaan mobil dan membuat kakinya lumpuh. Kamu tahu kalau hal ini sangat berakibat fatal bagi seorang pewaris." "Keluarga Carell memiliki latar belakang yang sangat dalam dan sangat memperhatikan masalah ahli waris. Dia tidak memiliki kemampuan ini dan hanya ada kamu, jadi..." "Jadi dia tidak ingin aku kembali ke Kota Helix untuk merebut posisi ahli waris darinya?" Sansan Carell bertanya. Fajar Pratama mengangguk karena malu. Kenyataannya memang seperti itu. Sansan Carell mencibir, “Kalau begitu katakan padanya, dia benar-benar berpikir berlebihan. Aku tidak pernah berpikir untuk merebut apapun, apalagi posisi ahli waris. Aku hanya ingin melewati hidupku dengan baik." "Jika dia tidak sengaja memprovokasiku, bagaimana mungkin aku akan melawannya? Tapi aku juga bukan orang yang mudah ditindas. Jika dia masih memprovokasik
Fajar tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sansan mengucapkan terima kasih dan menutup telepon.Hyorin mendengarkan seluruh percakapan mereka, wajahnya juga menjadi serius. "Apa yang harus kita lakukan?"Sansan berkata dengan tak berekspresi. "Pergi ke RS Kyoto dulu dan buat strategi," Sansan menatap Hyorin dengan sedikit ragu. "Tapi, sebelum itu kamu pergi dan bawa Soraya pulang!"Soraya adalah kelemahannya. Jika orang-orang itu ingin menyerangnya dan membiarkannya tertangkap, mereka pasti akan menyerang Soraya terlebih dulu. Jadi, melindungi Soraya adalah hal yang paling penting.Hyorin mengangguk. "Aku akan pergi!""Biarkan Busby pergi, kamu ikut aku ke RS Kyoto," ujar Sansan sambil berjalan.Hyorin tidak keberatan, Sansan menelepon Matt Busby, berbicara singkat tentang situasinya dan pergi ke RS Kyoto.***RS Kyoto.Sansan memanggil Ramdan dan Leona. "Hari-hari indah akan segera berakhir."Mereka tidak mengerti. Ketika Sansan memberi tahu berita tentang Henda dibunuh oleh Zoran, semua
"Brengsek!"Sansan benar-benar menganggap Hiden sebagai teman dekatnya. Jika tidak, dia tidak akan pergi mencari Hiden setelah menerima Grup Hour, apalagi memberikan Hiden banyak sumber daya untuk membuatnya berkembang.Alhasil, Hiden bekali-kali menyerobot sumber daya yang layak didapatkan Grup Hour secara diam-diam! Bahkan, dia melakukan tindakan kecil di belakang punggungnya dan sekarang bahkan mencari pembunuh untuk membunuhnya!Perasaan dikhianati oleh teman dekat ini membuat Sansan merasa tercekik. Jelas sekali mereka adalah teman dekat. Wardani bisa mati untuknya, tetapi Hiden malah ingin membunuhnya!"Ahh …" Sansan tinggal di gang gelap itu untuk waktu yang lama sebelum perlahan keluar dari gang, tetapi aura permusuhan di tubuhnya menjadi lebih berat dari sebelumnya.Ponsel Sansan terjatuh ketika dia dan Downey melompat keluar jendela. Saat itu, dia tidak ada waktu untuk mencari ponsel lagi. Setelah melompat keluar jendela, dia berusaha keras berlari.Mereka berada di depan Hy
"Tentu!" Sansan mengangguk tanpa terkejut, dan menghabiskan seteguk anggur terakhir. "Waktu untuk duel akan diatur secara terpisah. Sekarang bukan waktu yang tepat."Downey tidak keberatan.Pada saat ini, Sansan hendak bangun dan Downey tiba-tiba menahannya. Sansan bingung. "Kenapa? Apakah kamu ingin melakukannya sekarang?"Downey menatap dingin ke belakang Sansan, seolah sedang mengamati sesuatu. Sansan melihat ada yang tidak beres, berpaling untuk melihat dan dia melihat beberapa orang berpakaian rapi duduk di pojok sambil minum alkohol. Ketika Sansan menoleh untuk melihat, mereka dengan cepat menarik kembali pandangan mereka.Meskipun orang-orang ini tampil sebagai gangster kecil, tetapi niat membunuh di dalamnya belum sepenuhnya disimpan dan bisa dirasakan hanya dengan satu tatapan.Sansan mengerti dalam sekejap, berbalik dan berkata kepada Downe.y "Sepertinya ada yang datang untuk membunuhku lagi.""Mungkin masih orang yang sama?" Downey sepertinya tidak khawatir sama sekali, tap
Di dalam kamar. Setelah memastikan bahwa mereka telah pergi, ekspresi semua orang kembali normal dan seorang wanita pergi mengetuk pintu kamar mandi. Setelah beberapa saat, pintu kamar mandi terbuka dan Lou Zheng berjalan keluar.Ketika pria itu sedang berbicara di telepon, Lou Zheng kebetulan pergi ke kamar mandi. Ketika dia akan keluar, dia mendengar jeritan di dalam kamar dan tahu ada yang tidak beres, jadi dia tetap di dalam kamar mandi dan tidak keluar.Saat itu, Sansan mematikan suara lagu karena dia ingin bertanya, sehingga Lou Zheng bisa mendengar suara Sansan dengan jelas.'Sansan belum mati?! Dia bahkan datang sampai kesini.' Lou Zheng sangat gugup pada saat itu.Untungnya, orang-orangnya tahu apa yang harus dikatakan dan apa yang tidak boleh dikatakan. Jadi mereka tidak mengungkapkan identitasnya.Lou Zheng memandang semua orang dengan puas. "Bagus sekali! Setelah beberapa hari lagi, kalian akan menjadi eksekutif Grup Hour yang baru.""Baik, bos." Lou Zheng tersenyum.Sansa
Melihat Sansan yang menatapnya, ekspresi Downey berubah drastis, dia berusaha menahan dan akhirnya dia mengutuk. "Sialan, jangan omong kosong kamu!""Uhm …" Sansan terbatuk geli menatap mata Downey. "Hahaha …" Sansan tidak bisa menahan tawanya saat melihat alis Downey yang terangkat.Karena tatapan serius Downey, ditambah dengan kesan bahwa Sansan yang berperilaku baik, sangat lucu jika dia tiba-tiba mengutuk kalimat seperti itu.Raut wajah Downey semakin buruk. Bagaimanapun, dia telah mengutuk, jadi tidak ada bedanya jika dia mengutuk sekali lagi. "Sialan, apa yang kamu tertawakan?"Sansan tercengang, dan kemudian berkata dengan cukup serius. "Aku hanya tertawa saja!"Tatapan mata Downey langsung memuram dalam sekejap.Yang lain tampak berbeda ketika mereka melihatnya dan mata mereka diam-diam mengkomunikasikan sesuatu.Karena keremangan kamar, Sansan dan Downey tidak menyadari ada yang janggal dengan mata mereka. Sansan berhenti terawa dan menatap pria itu dengan tajam. "Satu kesemp
"Bodoh!" Pria itu berteriak dengan kesal. "Tentu saja si br*ngsek Sansan!""Tunggu?!" Usai bicara, pria itu merasa ada yang janggal, jadi dia segera berbalik. Ketika dia melihat Sansan yang baru saja dia sebut berdiri di depannya, dia langsung melebarkan matanya, "K-Kamu—"Dia sangat ketakutan hingga ponselnya jatuh ke lantai. Pria itu menggigil dan menunjuk ke arah Sansan.BRUK!Tiba-tiba Sansan yang sedang menatap sosok pria itu dengan tajam, dengan cepat menarik lengan pria itu dan membantingnya ke lantai.Saat ini, Downey yang berdiri di belakang Sansan berjalan keluar perlahan dan berkata dengan ringan. "Hei, tempramenmu tidak terlalu bagus.""Tidak juga," jawab Sansan dengan datar.Mereka juga mendengarnya tadi. Pria itu berkata bahwa Downey juga akan dibunuh bersama.Downey yang memikirkan itu mendengus pelan. "Aku terlibat karena kamu."Sansan hanya terdiam mendengar ucapan Downey, tanpa banyak basa basi lagi dia berjalan menuju sebuah ruangan lain.BRAK!Sansan menendang pint
Orang-orang telah menggali lebih dari satu jam, dan mereka tidak menemukan apa-apa. Mereka hanya membongkar puing-puing bangunan yang sudah berserakan menjadi hitam."Tidak ada apapun disini.""Apakah kamu yakin mereka berada tepat di daerah ini?""Coba ingat-ingat kembali?"Orang-orang mulai kebingungan dan ada rasa pasrah di dalam benak mereka, mereka berpikir bahwa orang yang memanggil mereka datang itu salah ingat lokasi.Shifa yang mendengar itu segera menggelengkan kepalanya ketika melihat ini. "Tidak mungkin, mereka pasti ada di sini, tidak mungkin tidak ada!""Tetapi kami tidak menemukannya!""Bagaimana kalau kita mencari ke dalam lagi, mungkin mereka mengubah rute pelarian?" Seseorang menyarankan.Hyorin dan Matt Busby tampak bergairah saat melihat ini. "Tidak perlu menggali lagi.""Apa? Berhenti menggali?""Iya, berhenti menggali," Hyorin mengangguk mengangguk dengan datar.Saat itu, bom datang dari belakang pabrik, jadi tidak mungkin bagi Sansan dan Downey untuk berlari ke
Di kamar lantai dua.Sekelompok pria dan wanita duduk bersama, mereka terlihat sangat menikmati suasana di dalam bar. Meja penuh dengan gelas anggur dan ada kaleng bir di bawah kaki mereka. Mereka sudah minum cukup banyak.Semua orang sangat senang, kecuali pria yang duduk di tengah. Dia hanya memegang gelas anggur dan minum perlahan, wajahnya terlihat sangat tidak puas. Dia adalah Lou Zheng yang selalu berada dalam kegelapan sepanjang waktu.Lou Zheng mengerutkan keningnya dengan kuat. "Sansan seharusnya sudah mati. Mengapa dia masih belum kembali?" Lo Zheng mengetuk-ngetuk meja dengan jemarinya. "Atau apakah terjadi sesuatu yang tidak terduga?"Pada saat ini, pria dengan topi itu mengetuk pintu dan memasuki kamar. Setelah dia masuk, semua orang yang ada di dalam kamar itu berhenti bergerak, bahkan suasana meriah di dalam bar itu menjadi hening.Pria itu melepaskan topinya, memperlihatkan sedikit perubahan raut wajahnya dan menjawab dengan hormat, "Sudah, bom itu meledak dan pabrik t
Downey bereaksi secara naluriah, dia dengan cepat segera mengelak. Namun, begitu keduanya bertemu, terjadi pukulan yang saling beradu.BUK!Suara tabrakan antara tinju Downey dan juga Sansan terdengar sangat jelas.BOOM!Tiba-tiba suara ledakan terdengar diiringi suara pukulan itu.Hyorin dan Matt Busby saling memandang, dia berteriak. "Lari! Ini bom!"Sehabis berteriak, Hyorin dan Matt Busby buru-buru berlari keluar. Sansan juga langsung tanggap, dia bergegas membalikkan badannya dan berlari.Mendengar itu, Downey melihat ke arah Shifa. Shifa berdiri di dekat tempat sampah yang lumayan jauh darinya. Karena ledakan, sebuah pohon tiba-tiba tumbang dan seperti akan jatuh."Shifa!" Melihat tong kayu hampir jatuh, Downey segera bergegas menghampiri Shifa, menahan pohon itu, lalu berkata kepada Shifa yang terpana. "Lari!"Shifa tiba-tiba tersadar. Setelah melihat Downey, dia terkejut. "Kak …" Dia ingin mengatakan sesuatu.Tapi Downey memotongnya. "Lari! Kalau tidak, kamu tidak akan sempat