Sansan Carell berkata dengan ringan, “Soraya telah kehilangan ingatannya, sekarang dia hanya mengingat masa lalunya ketika dia berumur lima tahun, dia ...”
“Hah?” Tasya Lindsay mengangkat suaranya, “Apa katamu?”
Sansan Carell berkata dengan enggan dan dia mengatakannya secara singkat tentang kejadian itu, tetapi tidak dia mengatakan tentang keracunannya. Tasya Lindsay menarik napas setelah mendengarkannya, dan dia hampir pingsan. Untungnya, Ken Lindsay menahannya tepat waktu. Kemudian Tasya Lindsay tiba-tiba berdiri dan menampar Sansan Carell.
Sansan Carell menutup matanya, dan dia tidak menghindar. Namun, tidak ada rasa sakit seperti yang dibayangkannya.
Sansan Carell membuka matanya dan melihat Ken Lindsay sedang memegangi pergelangan tangan Tasya Lindsay, “Istriku, tenanglah.”
&n
“Soraya?” Sansan Carell sedang berpikir, tiba-tiba dia merasakan dia sedang dipeluk oleh tubuh lembut Soraya Lindsay, dan tiba-tiba dia menarik kembali pikirannya. Merasakan semburan aroma dari Soraya Lindsay lagi, tenggorokannya menegang dan tubuhnya membeku. Soraya Lindsay memeluk Sansan Carell, seperti anak kecil yang memeluk orang tuanya untuk tidur nyenyak. Sansan Carell tidak mendapatkan jawaban dari Soraya Lindsay dan dia tersenyum tak berdaya. Jika sebelumnya Soraya Lindsay bisa begitu proaktif, Sansan Carell berani menjamin kalau dia pasti akan menjadi seorang pria yang baik. Tapi sekarang, Soraya Lindsay bersikap seperti anak kecil, bagaimana dia bisa melakukan hal seperti itu terhadap anak kecil? Lagipula, dia juga tidak bisa berbuat apa-apa, begitu dia mendapatkan tekanan yang cukup besar dia akan pingsan. —  
“Linda, sekarang kita sudah bisa dianggap sebagai partner, kan?” Putri bertanya sambil makan. Linda Gumelar mengangguk, “Tentu saja, selamat bergabung di Grup Hour.” Putri tersenyum, “Aku dengar kalau gaji di Grup Hour cukup tinggi.” Linda Gumelar memandangnya sekilas dan berkata, “Apa yang kamu pikirkan? Kamu adalah seorang dokter yang hebat, jelas gajimu harusnya lebih besar.” “Ngomong-ngomong, sebelumnya aku dengar bahwa Direktur bilang dia akan berinvestasi di rumah sakit, aku pikir kedepannya kamu pasti akan sangat berguna.” “Benarkah? Ini sangat bagus sekali!” Sebenarnya, Putri tidak ingin menjadi dokter di rumah sakit swasta, tetapi dia merasa Sansan Carell sangat menarik. Dan racun di tubuhnya membuatnya sedikit gigih, jadi dia setuju. Sekarang Sansan Carell juga mau berinvestasi di rumah s
Wardani menceritakan telepon tadi, “Tadi ada bawahanku menelpon dan menjelaskan bahwa ia mencuri telepon, dan korban itu melapor polisi, ia adalah Lou Ruth.” Sansan Carell menyipitkan matanya, “Lou Ruth?” Setengah jam kemudian, Riswan Budiana dan Lou Ruth tiba di kantor polisi. Lou Ruth melihat Sansan Carell dan menatapnya sambil tersenyum. Dan Riswan Budiana, dia tidak menyangka akan ditangkap dan dibawa ke kantor polisi, yang lebih tidak terduga adalah dia melihat bosnya ada di kantor polisi. “Bos.” Wajah Riswan Budiana memerah. Pada saat itu, Sansan Carell menyurunya menjadi orang yang baik dan jujur. Tetapi sekarang dia tertangkap basah karena mencuri ponsel dan Sansan Carell mengetahuinya. Hal ini membuat Riswan Budiana merasa sangat malu dan dia merasa malu untuk bertemu lagi dengan Sansan Carell.
Riswan Budiana melihat wajah Lou Ruth yang jahat, dia ingin memukulnya. Tetapi dia tidak bisa melakukannya, dia malah membuka pintu mobil dan duduk di kursi penumpang. “Katakan, apa yang ingin kamu lakukan?” Tanya Riswan Budiana langsung. Lou Ruth menyalakan sebatang rokok, lalu menyesapnya, kemudian dia berkata perlahan-lahan, “Berapa harga yang dibayar Sansan Carell kepadamu? Aku akan melipatgandakannya. Selain itu, aku akan menghubungi psikiater terbaik yang ada di luar negeri untuk mengobati Ibumu, dan kedepannya kamu akan mengikutiku, bagaimana?“ “Aku menolak.” Lou Ruth kaget tidak terduga dengan jawaban Riswan Budiana, “Apakah kamu sudah mendengar dengan jelas apa yang barusan aku katakan? Kamu menolak?” “Ya.” Riswan Budiana mengangguk dengan tegas. &n
Setelah menutup telepon, Sansan Carell menerima video yang baru saja dikirimkan oleh Wardani. Yaitu video kejadian tadi malam Riswan Budiana dan Lou Ruth di depan pintu kantor polisi. Setelah Sansan Carell selesai melihatnya, dia teringat di telepon Wardani mengatakan kepadanya menyuruhnya agar lebih berhati-hati. Dilihat dari videonya, Lou Ruth dan Riswan Budiana sedang mengobrol di dalam mobil, apakah Riswan Budiana mengkhianatinya? Tidak, Sansan Carell percaya pada Riswan Budiana. Dia tidak tahu terlalu banyak tentang karakter Riswan Budiana, tetapi dia tahu bahwa Riswan Budiana tidak akan mengkhianatinya. “Riswan, apa kamu sudah keluar? Baguslah kalau sudah bebas, kedepannya aku akan berusaha untuk tidak membiarkanmu melakukan hal-hal itu lagi. Mengenai Lou Ruth, sementara ini kamu bisa berhenti mengikutinya dan tidak usah menyelidikinya lagi.” &n
“Bagaimana? Apakah kamu memiliki ide?” Sansan Carell merasa sedikit gugup di dalam hatinya, apalagi Lou Ruth begitu jahat dan licik. Putri melepaskan tangan Riswan Budiana, dia berkata, “Masih bisa diselamatkan, tapi kita perlu menghabiskan waktu selama dua hari, dengan teknik khusus, kita akan menghilangkannya sedikit demi sedikit.” “Baguslah kalau masih dapat diselamatkan.” Sansan Carell menghela napasnya. Mendapati itu, Putri pun harus mengingatinya, “Lou Ruth pasti tahu kalau aku sedang membantumu, karena racun kali ini tidak tidak sama dengan racun kalian tersebut, ini racun yang tidak pernah aku temui.” Sansan Carell mengernyitkan keningnya, “Sebenarnya, berapa banyak racun yang sudah pernah diteliti olehnya?” Putri mengangkat bahunya, “Untuk itu, aku tidak ta
Jenis barang yang dilelangkan di acara lelang kali ini sangat banyak, ada perhiasan, ada barang antik, juga ada surat kontrak tanah. Itulah alasan kenapa begitu banyak orang penting yang datang ke sini. Saat ini, di area parkir lantai basement Hotel Ryuu. Sansan Carell dan Putri datang secara terburu-buru. Orang yang hadir di acara lelang hari ini sangatlah banyak. Oleh sebab itu, area parkir hotel lebih padat, kebetulan pada saat datang, Sansan Carell melihat sebuah tempat kosong. Dengan cepat dia menghentikan mobilnya di tempat parkir itu. Dia sama sekali tidak melihat kalau di sebelahnya juga terdapat sebuah mobil yang ingin parkir di sana. Oleh sebab itu, setelah dia turun dari mobil, orang yang berada di mobil itu juga bergerak turun. “Hei! Apakah kamu memiliki mata atau tidak? Apakah kamu tidak melihat kalau kami yang datang terlebih dahulu?” Seor
Setelah mendengar nama Miguire, mata Sansan Carell yang berada di sebelah pun mendadak bersinar. Itulah kenapa dia berpikir kalau dia begitu tidak asing. Ternyata dia adalah putra dari Rafael Nadal, Miguire Nadal. Kala itu, ketika memeriksa informasi mengenai Rafael Nadal, dia pernah melihat foto putranya. Oleh karena itu, ketika dia melihat Miguire Nadal, dia merasa kalau dia tidak asing baginya. Mendengar ucapan dari Putri, raut wajah Miguire Nadal dan wanita itu pun menjadi masam, wanita itu berdehem dan mengatakan, “Kesetaraan semua orang? Jika setara, kenapa kamu tidak mengeluarkan uangmu!” “Apakah kamu memiliki uang?” Dengus Miguire Nadal. Sansan Carell langsung menarik Putri, dia berdiri di depan, “Kami tidak punya waktu untuk mengobrol dengan kalian di sini, jika kalian menyebabkan kerugian, kamu dan juga ayahmu tidak a
Fajar tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sansan mengucapkan terima kasih dan menutup telepon.Hyorin mendengarkan seluruh percakapan mereka, wajahnya juga menjadi serius. "Apa yang harus kita lakukan?"Sansan berkata dengan tak berekspresi. "Pergi ke RS Kyoto dulu dan buat strategi," Sansan menatap Hyorin dengan sedikit ragu. "Tapi, sebelum itu kamu pergi dan bawa Soraya pulang!"Soraya adalah kelemahannya. Jika orang-orang itu ingin menyerangnya dan membiarkannya tertangkap, mereka pasti akan menyerang Soraya terlebih dulu. Jadi, melindungi Soraya adalah hal yang paling penting.Hyorin mengangguk. "Aku akan pergi!""Biarkan Busby pergi, kamu ikut aku ke RS Kyoto," ujar Sansan sambil berjalan.Hyorin tidak keberatan, Sansan menelepon Matt Busby, berbicara singkat tentang situasinya dan pergi ke RS Kyoto.***RS Kyoto.Sansan memanggil Ramdan dan Leona. "Hari-hari indah akan segera berakhir."Mereka tidak mengerti. Ketika Sansan memberi tahu berita tentang Henda dibunuh oleh Zoran, semua
"Brengsek!"Sansan benar-benar menganggap Hiden sebagai teman dekatnya. Jika tidak, dia tidak akan pergi mencari Hiden setelah menerima Grup Hour, apalagi memberikan Hiden banyak sumber daya untuk membuatnya berkembang.Alhasil, Hiden bekali-kali menyerobot sumber daya yang layak didapatkan Grup Hour secara diam-diam! Bahkan, dia melakukan tindakan kecil di belakang punggungnya dan sekarang bahkan mencari pembunuh untuk membunuhnya!Perasaan dikhianati oleh teman dekat ini membuat Sansan merasa tercekik. Jelas sekali mereka adalah teman dekat. Wardani bisa mati untuknya, tetapi Hiden malah ingin membunuhnya!"Ahh …" Sansan tinggal di gang gelap itu untuk waktu yang lama sebelum perlahan keluar dari gang, tetapi aura permusuhan di tubuhnya menjadi lebih berat dari sebelumnya.Ponsel Sansan terjatuh ketika dia dan Downey melompat keluar jendela. Saat itu, dia tidak ada waktu untuk mencari ponsel lagi. Setelah melompat keluar jendela, dia berusaha keras berlari.Mereka berada di depan Hy
"Tentu!" Sansan mengangguk tanpa terkejut, dan menghabiskan seteguk anggur terakhir. "Waktu untuk duel akan diatur secara terpisah. Sekarang bukan waktu yang tepat."Downey tidak keberatan.Pada saat ini, Sansan hendak bangun dan Downey tiba-tiba menahannya. Sansan bingung. "Kenapa? Apakah kamu ingin melakukannya sekarang?"Downey menatap dingin ke belakang Sansan, seolah sedang mengamati sesuatu. Sansan melihat ada yang tidak beres, berpaling untuk melihat dan dia melihat beberapa orang berpakaian rapi duduk di pojok sambil minum alkohol. Ketika Sansan menoleh untuk melihat, mereka dengan cepat menarik kembali pandangan mereka.Meskipun orang-orang ini tampil sebagai gangster kecil, tetapi niat membunuh di dalamnya belum sepenuhnya disimpan dan bisa dirasakan hanya dengan satu tatapan.Sansan mengerti dalam sekejap, berbalik dan berkata kepada Downe.y "Sepertinya ada yang datang untuk membunuhku lagi.""Mungkin masih orang yang sama?" Downey sepertinya tidak khawatir sama sekali, tap
Di dalam kamar. Setelah memastikan bahwa mereka telah pergi, ekspresi semua orang kembali normal dan seorang wanita pergi mengetuk pintu kamar mandi. Setelah beberapa saat, pintu kamar mandi terbuka dan Lou Zheng berjalan keluar.Ketika pria itu sedang berbicara di telepon, Lou Zheng kebetulan pergi ke kamar mandi. Ketika dia akan keluar, dia mendengar jeritan di dalam kamar dan tahu ada yang tidak beres, jadi dia tetap di dalam kamar mandi dan tidak keluar.Saat itu, Sansan mematikan suara lagu karena dia ingin bertanya, sehingga Lou Zheng bisa mendengar suara Sansan dengan jelas.'Sansan belum mati?! Dia bahkan datang sampai kesini.' Lou Zheng sangat gugup pada saat itu.Untungnya, orang-orangnya tahu apa yang harus dikatakan dan apa yang tidak boleh dikatakan. Jadi mereka tidak mengungkapkan identitasnya.Lou Zheng memandang semua orang dengan puas. "Bagus sekali! Setelah beberapa hari lagi, kalian akan menjadi eksekutif Grup Hour yang baru.""Baik, bos." Lou Zheng tersenyum.Sansa
Melihat Sansan yang menatapnya, ekspresi Downey berubah drastis, dia berusaha menahan dan akhirnya dia mengutuk. "Sialan, jangan omong kosong kamu!""Uhm …" Sansan terbatuk geli menatap mata Downey. "Hahaha …" Sansan tidak bisa menahan tawanya saat melihat alis Downey yang terangkat.Karena tatapan serius Downey, ditambah dengan kesan bahwa Sansan yang berperilaku baik, sangat lucu jika dia tiba-tiba mengutuk kalimat seperti itu.Raut wajah Downey semakin buruk. Bagaimanapun, dia telah mengutuk, jadi tidak ada bedanya jika dia mengutuk sekali lagi. "Sialan, apa yang kamu tertawakan?"Sansan tercengang, dan kemudian berkata dengan cukup serius. "Aku hanya tertawa saja!"Tatapan mata Downey langsung memuram dalam sekejap.Yang lain tampak berbeda ketika mereka melihatnya dan mata mereka diam-diam mengkomunikasikan sesuatu.Karena keremangan kamar, Sansan dan Downey tidak menyadari ada yang janggal dengan mata mereka. Sansan berhenti terawa dan menatap pria itu dengan tajam. "Satu kesemp
"Bodoh!" Pria itu berteriak dengan kesal. "Tentu saja si br*ngsek Sansan!""Tunggu?!" Usai bicara, pria itu merasa ada yang janggal, jadi dia segera berbalik. Ketika dia melihat Sansan yang baru saja dia sebut berdiri di depannya, dia langsung melebarkan matanya, "K-Kamu—"Dia sangat ketakutan hingga ponselnya jatuh ke lantai. Pria itu menggigil dan menunjuk ke arah Sansan.BRUK!Tiba-tiba Sansan yang sedang menatap sosok pria itu dengan tajam, dengan cepat menarik lengan pria itu dan membantingnya ke lantai.Saat ini, Downey yang berdiri di belakang Sansan berjalan keluar perlahan dan berkata dengan ringan. "Hei, tempramenmu tidak terlalu bagus.""Tidak juga," jawab Sansan dengan datar.Mereka juga mendengarnya tadi. Pria itu berkata bahwa Downey juga akan dibunuh bersama.Downey yang memikirkan itu mendengus pelan. "Aku terlibat karena kamu."Sansan hanya terdiam mendengar ucapan Downey, tanpa banyak basa basi lagi dia berjalan menuju sebuah ruangan lain.BRAK!Sansan menendang pint
Orang-orang telah menggali lebih dari satu jam, dan mereka tidak menemukan apa-apa. Mereka hanya membongkar puing-puing bangunan yang sudah berserakan menjadi hitam."Tidak ada apapun disini.""Apakah kamu yakin mereka berada tepat di daerah ini?""Coba ingat-ingat kembali?"Orang-orang mulai kebingungan dan ada rasa pasrah di dalam benak mereka, mereka berpikir bahwa orang yang memanggil mereka datang itu salah ingat lokasi.Shifa yang mendengar itu segera menggelengkan kepalanya ketika melihat ini. "Tidak mungkin, mereka pasti ada di sini, tidak mungkin tidak ada!""Tetapi kami tidak menemukannya!""Bagaimana kalau kita mencari ke dalam lagi, mungkin mereka mengubah rute pelarian?" Seseorang menyarankan.Hyorin dan Matt Busby tampak bergairah saat melihat ini. "Tidak perlu menggali lagi.""Apa? Berhenti menggali?""Iya, berhenti menggali," Hyorin mengangguk mengangguk dengan datar.Saat itu, bom datang dari belakang pabrik, jadi tidak mungkin bagi Sansan dan Downey untuk berlari ke
Di kamar lantai dua.Sekelompok pria dan wanita duduk bersama, mereka terlihat sangat menikmati suasana di dalam bar. Meja penuh dengan gelas anggur dan ada kaleng bir di bawah kaki mereka. Mereka sudah minum cukup banyak.Semua orang sangat senang, kecuali pria yang duduk di tengah. Dia hanya memegang gelas anggur dan minum perlahan, wajahnya terlihat sangat tidak puas. Dia adalah Lou Zheng yang selalu berada dalam kegelapan sepanjang waktu.Lou Zheng mengerutkan keningnya dengan kuat. "Sansan seharusnya sudah mati. Mengapa dia masih belum kembali?" Lo Zheng mengetuk-ngetuk meja dengan jemarinya. "Atau apakah terjadi sesuatu yang tidak terduga?"Pada saat ini, pria dengan topi itu mengetuk pintu dan memasuki kamar. Setelah dia masuk, semua orang yang ada di dalam kamar itu berhenti bergerak, bahkan suasana meriah di dalam bar itu menjadi hening.Pria itu melepaskan topinya, memperlihatkan sedikit perubahan raut wajahnya dan menjawab dengan hormat, "Sudah, bom itu meledak dan pabrik t
Downey bereaksi secara naluriah, dia dengan cepat segera mengelak. Namun, begitu keduanya bertemu, terjadi pukulan yang saling beradu.BUK!Suara tabrakan antara tinju Downey dan juga Sansan terdengar sangat jelas.BOOM!Tiba-tiba suara ledakan terdengar diiringi suara pukulan itu.Hyorin dan Matt Busby saling memandang, dia berteriak. "Lari! Ini bom!"Sehabis berteriak, Hyorin dan Matt Busby buru-buru berlari keluar. Sansan juga langsung tanggap, dia bergegas membalikkan badannya dan berlari.Mendengar itu, Downey melihat ke arah Shifa. Shifa berdiri di dekat tempat sampah yang lumayan jauh darinya. Karena ledakan, sebuah pohon tiba-tiba tumbang dan seperti akan jatuh."Shifa!" Melihat tong kayu hampir jatuh, Downey segera bergegas menghampiri Shifa, menahan pohon itu, lalu berkata kepada Shifa yang terpana. "Lari!"Shifa tiba-tiba tersadar. Setelah melihat Downey, dia terkejut. "Kak …" Dia ingin mengatakan sesuatu.Tapi Downey memotongnya. "Lari! Kalau tidak, kamu tidak akan sempat