Setelah pintu ditutup, Lou Zhangnam tersenyum dalam-dalam, dan berbalik pergi ke kantor sebelahnya. Terlihat, Soraya dan Maria sedang duduk di sofa tamu, dikelilingi oleh lima atau enam pengawal yang mengenakan pakaian hitam dan kacamata hitam. Begitu Lou Zhangnam masuk, keduanya menoleh dengan kewaspadaan dan hati-hati.
Lou Zhangnam berjalan kesana dan tersenyum: “Tidak perlu gugup, kami hanya mencari seseorang.”
“Kamu mencari siapa?” Maria bertanya dengan gugup.
“Istri Sans, Soraya.”
Setelah berbicara, keduanya saling memandang, dan kemudian menatap Lou Zhangnam dengan waspada. Nyatanya, setelah dia masuk dan melihat Soraya dan Maria, Lou Zhangnam sudah tahu yang mana Soraya, tapi dia harus berakting sampai akhir.
Soraya bertanya dengan tenang, “Untuk apa kamu mencari Soraya?”
&nb
Disisi lain, Lou Zheng melihat Soraya dan Maria sudah pergi, ia mengulurkan tangan ingin mengatakan sesuatu. Tiba-tiba teringat ayahnya masih disebelahnya, wajahnya seketika memucat. “Ayah, Anda dengarkan saya…” “PLAAAAK!” Belum selesai bicara, Lou Shanders sudah menamparnya! “Dasar keparat kamu!” Lou Shanders emosi tingkat dewa, “Aku menyuruhmu mengurus perusahaan, jadi seperti ini ya kamu mengurusnya? Membuat masalah terus, bahkan wanita sudah menikah pun kamu berani merayunya, kamu tidak tahu malu ya?” “Kenapa kamu tidak bisa belajar dari kedua kakakmu? Lihat mereka, begitu baik dan mampu membuat orang tenang. Dan lihat dirimu sendiri, hanya bisa membuat masalah untukku! Haah! Mulai hari ini, perusahaan di Grup kamu tidak perlu urus lagi!”
Terlihat di lantai bawah gedung Grup Lou, Sans dan Hyorin sedang berdiri di aula. Lou Zheng berulang kali menyentuh batas kesabarannya. Terakhir kali Lou Zheng membius Soraya, untung saja Sans datang tepat waktu. Jika tidak, entah apa yang akan terjadi, Sans tidak berani membayangkannya! Kali ini, Lou Zheng langsung merebut Soraya, jika ini bisa ditahan, maka Sans bukanlah seorang pria sejati dalam pikirannya. Untung saja setelah masalah sebelumnya, Sans meminta Hyorin memasang alat pelatak kecil di ponsel Soraya, agar dia biasa mengontrol keberadaan Soraya kapanpun. Jika terjadi sesuatu, dia juga bisa datang dengan segera. Dan ini baru dipasang berapa lama, Lou Zheng bertindak lagi. Sans berdiri di aula itu dan tidak bergerak, bukan karna dia tidak bisa membawa Hyorin langsung menerobos masuk. Tapi bagaimanapun disini adalah Pusat Grup Lou, pengawalnya jauh lebih banyak dibanding cabang
“Bocah kecil, pikirkan baik-baik, di mana kamu sekarang?” Lou Shanders berkata dengan arogan. Sans berhenti dan menatap Lou Shanders yang agak mirip dengan Lou Zheng, "Hah?” Melihat tampang Sans yang biasa saja, Lou Shanders tiba-tiba mendengus, “Apa kau tau Grup Lou? Apa yang akan kau lakukan disini? Jangan buat macam-macam disini, atau kau akan kuberi pelajaran!” “Aku juga tahu, kamu bekerja di Grup Hour, tapi ini bukan alasan untuk kamu bisa bertindak sesukamu di Grup Lou! Lagipula, kamu hanya seorang pegawai dari Grup Hour, terus terang saja jika kamu membuat onar, apa kamu mengira Grup Hour akan bermusuhan dengan Grup Lou demi kamu?” Sans berkata dengan acuh tak acuh, “Kata siapa?” Lou Shanders melonjak, “Kamu jangan keterlaluan! Kamu kira Grup Hour akan lebih mementingkan kamu d
“Tuan muda Lou adalah tuan ketiga dari Grup kita. Tapi memang benar, dia tidak ada hubungannya sama sekali dengan Grup Hour!” “Ya! Pasti tidak mungkin!” Lou Shanders juga ikut mengangguk, dia juga tidak percaya, seorang Lou Zheng bisa menyinggung Grup Hour? Sans mendengus ringan dan mencibir, “Kalau begitu kalian beritahu aku, kenapa Grup Hour hanya menyerang perusahaan milik Zheng? Sedangkan Grup Lou memiliki banyak cabang, bukan?" “Ini ...," semuanya tidak bisa berkata-kata. Karena ini adalah fakta, memang benar hanya perusahaan dan cabang toko milik Lou Zheng yang diserang oleh Grup Hour. Sans melihat kearah Lou Shanders, “Itu karena dia menyinggung Direktur Grup Hour, dan tidak mengindahkan peringatan dari Direktur. Serta menyentuh batas kesabaran sang Direktur, berulangkali ia me
Semua orang diruang rapat melihat kearah Sans. Ekspresi Lou Shanders sangat rumit, wajahnya tampak serius, dan tatapannya terhadap Sans juga tidak terlalu merendahkan lagi. Ia merasa ada yang mengganjal dalam hatinya. Zheng masih tidak percaya dan berkata kepada Lou Zhangnam, "Tidak mungkin! Kakak kedua, apa dia tidak salah? Sulit sekali untuk dipercaya!” Melihat itu, Sans berkata dengan tenang, “Grup Hour hanya memiliki satu orang yang bernama Sans.” Ruang rapat menjadi hening, bahkan suara nafas pun bisa terdengar. Setelah hening beberapa saat, akhirnya ada yang berbicara. Lagipula Lou Shanders sudah bertahun-tahun terjun dalam dunia bisnis, kemampuan beradaptasinya juga lumayan bagus. Sayangnya sebagus apapun juga sangat terpaksa, senyuman yang terpancar dari bibir Lou Shanders terlihat mengejek. “Ternyata, kau Di
Lou Shanders sekarang sudah paham dengan alur kejadiannya, tadi masih melihat Soraya dan Maria. Dan saat ini Zheng masih mengatakan bukan dia yang melakukannya, dia pasti beralasan saja. Mencari alasan didepan Direktur Grup Hour, bukankah cari mati? “Sungguh, maaf, Direktur Sans, putra saya yang telat membuat masalah untuk Direktur.” Lou Shanders berkata dengan senyuman paksa, “Saya mewakili putra saya untuk meminta maaf kepada Anda disini.” Sans melirik Lou Shanders sekilas dan berkata dengan acuh tak acuh, “Hal yang dilakukan sendiri harus ditanggung jawab oleh diri sendiri, membiarkan ayah dan kakak mewakili untuk minta maaf, ini pengajaran apa?” Lou Shanders dan Lou Zhangnam tertegun, dan tidak berbicara lagi. Sans mengingatkan dengan penuh kekesalan, “Aku tidak bilang berhenti
Zheng tertawa terbahak-bahak saat melihat Mahardika datang, “Hahahahaha ...” “Sans! Aku akan membuatmu tidak bisa keluar dari Grup Lou hari ini!” Sans tidak melihat Mahardika, ia saat ini serang menatap ke arah Lou Shanders. Namun setelah mendengar kata-kata Zheng, dia menatapnya dengan muram dan baru membalikkan badannya dengan dahi berkerut. “Anak durhaka, orang-orang ini, kamu yang memanggil orang-orang ini? Kamu mau apa?” Lou Shanders menunjuk ke kelompok orang itu dan jemarinya gemetaran. Zheng tersenyum muram dan berdiri dari kursi yang dia duduki, lalu menyeka darahnya, “Ayah, masalah ini tidak perlu kau urus, serahkan saja padaku!” Setelah Hyorin secara paksa menerobos masuk ke dalam Grup Lou terakhir kali, Zheng lalu menghubungi Mahardika untuk membunuh Sans. Karena menurut d
Yang lainnya juga ikut tercengang. Mahardika tidak menghiraukan Zheng, tetapi berjalan kehadapan Sans dan tersenyum sambil berbicara dengan lembut, “Apa kabar bos.” Menjalani hidup yang begitu lama, tentu saja ia tahu siapa pilihan terbaik disini. Grup Lou memang bagus tapi Grup Hour adalah bos di kota Ryuu, dan juga bos ini sangat murah hati, tiada bandingnya dengan orang-orang Grup Lou. Zheng kebingungan, jelas-jelas dia yang menyuruh Mahardika untuk datang. Dan ia juga yang melakukan kesepakatan dengan Mahardika, kenapa malah memanggil Sans bos? Apa jangan-jangan Sans juga kenal dengan Mahardika? Pada saat ini, otak Zheng tidak bisa berputar lagi. Sans melihat sekilas ke arah beberapa anggota Grup Lou, ia tertawa kecil dan berkata perlahan, “Awalnya, aku berencana untuk melepaskan kalian, tapi siapa yang menyuruh ka
Fajar tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sansan mengucapkan terima kasih dan menutup telepon.Hyorin mendengarkan seluruh percakapan mereka, wajahnya juga menjadi serius. "Apa yang harus kita lakukan?"Sansan berkata dengan tak berekspresi. "Pergi ke RS Kyoto dulu dan buat strategi," Sansan menatap Hyorin dengan sedikit ragu. "Tapi, sebelum itu kamu pergi dan bawa Soraya pulang!"Soraya adalah kelemahannya. Jika orang-orang itu ingin menyerangnya dan membiarkannya tertangkap, mereka pasti akan menyerang Soraya terlebih dulu. Jadi, melindungi Soraya adalah hal yang paling penting.Hyorin mengangguk. "Aku akan pergi!""Biarkan Busby pergi, kamu ikut aku ke RS Kyoto," ujar Sansan sambil berjalan.Hyorin tidak keberatan, Sansan menelepon Matt Busby, berbicara singkat tentang situasinya dan pergi ke RS Kyoto.***RS Kyoto.Sansan memanggil Ramdan dan Leona. "Hari-hari indah akan segera berakhir."Mereka tidak mengerti. Ketika Sansan memberi tahu berita tentang Henda dibunuh oleh Zoran, semua
"Brengsek!"Sansan benar-benar menganggap Hiden sebagai teman dekatnya. Jika tidak, dia tidak akan pergi mencari Hiden setelah menerima Grup Hour, apalagi memberikan Hiden banyak sumber daya untuk membuatnya berkembang.Alhasil, Hiden bekali-kali menyerobot sumber daya yang layak didapatkan Grup Hour secara diam-diam! Bahkan, dia melakukan tindakan kecil di belakang punggungnya dan sekarang bahkan mencari pembunuh untuk membunuhnya!Perasaan dikhianati oleh teman dekat ini membuat Sansan merasa tercekik. Jelas sekali mereka adalah teman dekat. Wardani bisa mati untuknya, tetapi Hiden malah ingin membunuhnya!"Ahh …" Sansan tinggal di gang gelap itu untuk waktu yang lama sebelum perlahan keluar dari gang, tetapi aura permusuhan di tubuhnya menjadi lebih berat dari sebelumnya.Ponsel Sansan terjatuh ketika dia dan Downey melompat keluar jendela. Saat itu, dia tidak ada waktu untuk mencari ponsel lagi. Setelah melompat keluar jendela, dia berusaha keras berlari.Mereka berada di depan Hy
"Tentu!" Sansan mengangguk tanpa terkejut, dan menghabiskan seteguk anggur terakhir. "Waktu untuk duel akan diatur secara terpisah. Sekarang bukan waktu yang tepat."Downey tidak keberatan.Pada saat ini, Sansan hendak bangun dan Downey tiba-tiba menahannya. Sansan bingung. "Kenapa? Apakah kamu ingin melakukannya sekarang?"Downey menatap dingin ke belakang Sansan, seolah sedang mengamati sesuatu. Sansan melihat ada yang tidak beres, berpaling untuk melihat dan dia melihat beberapa orang berpakaian rapi duduk di pojok sambil minum alkohol. Ketika Sansan menoleh untuk melihat, mereka dengan cepat menarik kembali pandangan mereka.Meskipun orang-orang ini tampil sebagai gangster kecil, tetapi niat membunuh di dalamnya belum sepenuhnya disimpan dan bisa dirasakan hanya dengan satu tatapan.Sansan mengerti dalam sekejap, berbalik dan berkata kepada Downe.y "Sepertinya ada yang datang untuk membunuhku lagi.""Mungkin masih orang yang sama?" Downey sepertinya tidak khawatir sama sekali, tap
Di dalam kamar. Setelah memastikan bahwa mereka telah pergi, ekspresi semua orang kembali normal dan seorang wanita pergi mengetuk pintu kamar mandi. Setelah beberapa saat, pintu kamar mandi terbuka dan Lou Zheng berjalan keluar.Ketika pria itu sedang berbicara di telepon, Lou Zheng kebetulan pergi ke kamar mandi. Ketika dia akan keluar, dia mendengar jeritan di dalam kamar dan tahu ada yang tidak beres, jadi dia tetap di dalam kamar mandi dan tidak keluar.Saat itu, Sansan mematikan suara lagu karena dia ingin bertanya, sehingga Lou Zheng bisa mendengar suara Sansan dengan jelas.'Sansan belum mati?! Dia bahkan datang sampai kesini.' Lou Zheng sangat gugup pada saat itu.Untungnya, orang-orangnya tahu apa yang harus dikatakan dan apa yang tidak boleh dikatakan. Jadi mereka tidak mengungkapkan identitasnya.Lou Zheng memandang semua orang dengan puas. "Bagus sekali! Setelah beberapa hari lagi, kalian akan menjadi eksekutif Grup Hour yang baru.""Baik, bos." Lou Zheng tersenyum.Sansa
Melihat Sansan yang menatapnya, ekspresi Downey berubah drastis, dia berusaha menahan dan akhirnya dia mengutuk. "Sialan, jangan omong kosong kamu!""Uhm …" Sansan terbatuk geli menatap mata Downey. "Hahaha …" Sansan tidak bisa menahan tawanya saat melihat alis Downey yang terangkat.Karena tatapan serius Downey, ditambah dengan kesan bahwa Sansan yang berperilaku baik, sangat lucu jika dia tiba-tiba mengutuk kalimat seperti itu.Raut wajah Downey semakin buruk. Bagaimanapun, dia telah mengutuk, jadi tidak ada bedanya jika dia mengutuk sekali lagi. "Sialan, apa yang kamu tertawakan?"Sansan tercengang, dan kemudian berkata dengan cukup serius. "Aku hanya tertawa saja!"Tatapan mata Downey langsung memuram dalam sekejap.Yang lain tampak berbeda ketika mereka melihatnya dan mata mereka diam-diam mengkomunikasikan sesuatu.Karena keremangan kamar, Sansan dan Downey tidak menyadari ada yang janggal dengan mata mereka. Sansan berhenti terawa dan menatap pria itu dengan tajam. "Satu kesemp
"Bodoh!" Pria itu berteriak dengan kesal. "Tentu saja si br*ngsek Sansan!""Tunggu?!" Usai bicara, pria itu merasa ada yang janggal, jadi dia segera berbalik. Ketika dia melihat Sansan yang baru saja dia sebut berdiri di depannya, dia langsung melebarkan matanya, "K-Kamu—"Dia sangat ketakutan hingga ponselnya jatuh ke lantai. Pria itu menggigil dan menunjuk ke arah Sansan.BRUK!Tiba-tiba Sansan yang sedang menatap sosok pria itu dengan tajam, dengan cepat menarik lengan pria itu dan membantingnya ke lantai.Saat ini, Downey yang berdiri di belakang Sansan berjalan keluar perlahan dan berkata dengan ringan. "Hei, tempramenmu tidak terlalu bagus.""Tidak juga," jawab Sansan dengan datar.Mereka juga mendengarnya tadi. Pria itu berkata bahwa Downey juga akan dibunuh bersama.Downey yang memikirkan itu mendengus pelan. "Aku terlibat karena kamu."Sansan hanya terdiam mendengar ucapan Downey, tanpa banyak basa basi lagi dia berjalan menuju sebuah ruangan lain.BRAK!Sansan menendang pint
Orang-orang telah menggali lebih dari satu jam, dan mereka tidak menemukan apa-apa. Mereka hanya membongkar puing-puing bangunan yang sudah berserakan menjadi hitam."Tidak ada apapun disini.""Apakah kamu yakin mereka berada tepat di daerah ini?""Coba ingat-ingat kembali?"Orang-orang mulai kebingungan dan ada rasa pasrah di dalam benak mereka, mereka berpikir bahwa orang yang memanggil mereka datang itu salah ingat lokasi.Shifa yang mendengar itu segera menggelengkan kepalanya ketika melihat ini. "Tidak mungkin, mereka pasti ada di sini, tidak mungkin tidak ada!""Tetapi kami tidak menemukannya!""Bagaimana kalau kita mencari ke dalam lagi, mungkin mereka mengubah rute pelarian?" Seseorang menyarankan.Hyorin dan Matt Busby tampak bergairah saat melihat ini. "Tidak perlu menggali lagi.""Apa? Berhenti menggali?""Iya, berhenti menggali," Hyorin mengangguk mengangguk dengan datar.Saat itu, bom datang dari belakang pabrik, jadi tidak mungkin bagi Sansan dan Downey untuk berlari ke
Di kamar lantai dua.Sekelompok pria dan wanita duduk bersama, mereka terlihat sangat menikmati suasana di dalam bar. Meja penuh dengan gelas anggur dan ada kaleng bir di bawah kaki mereka. Mereka sudah minum cukup banyak.Semua orang sangat senang, kecuali pria yang duduk di tengah. Dia hanya memegang gelas anggur dan minum perlahan, wajahnya terlihat sangat tidak puas. Dia adalah Lou Zheng yang selalu berada dalam kegelapan sepanjang waktu.Lou Zheng mengerutkan keningnya dengan kuat. "Sansan seharusnya sudah mati. Mengapa dia masih belum kembali?" Lo Zheng mengetuk-ngetuk meja dengan jemarinya. "Atau apakah terjadi sesuatu yang tidak terduga?"Pada saat ini, pria dengan topi itu mengetuk pintu dan memasuki kamar. Setelah dia masuk, semua orang yang ada di dalam kamar itu berhenti bergerak, bahkan suasana meriah di dalam bar itu menjadi hening.Pria itu melepaskan topinya, memperlihatkan sedikit perubahan raut wajahnya dan menjawab dengan hormat, "Sudah, bom itu meledak dan pabrik t
Downey bereaksi secara naluriah, dia dengan cepat segera mengelak. Namun, begitu keduanya bertemu, terjadi pukulan yang saling beradu.BUK!Suara tabrakan antara tinju Downey dan juga Sansan terdengar sangat jelas.BOOM!Tiba-tiba suara ledakan terdengar diiringi suara pukulan itu.Hyorin dan Matt Busby saling memandang, dia berteriak. "Lari! Ini bom!"Sehabis berteriak, Hyorin dan Matt Busby buru-buru berlari keluar. Sansan juga langsung tanggap, dia bergegas membalikkan badannya dan berlari.Mendengar itu, Downey melihat ke arah Shifa. Shifa berdiri di dekat tempat sampah yang lumayan jauh darinya. Karena ledakan, sebuah pohon tiba-tiba tumbang dan seperti akan jatuh."Shifa!" Melihat tong kayu hampir jatuh, Downey segera bergegas menghampiri Shifa, menahan pohon itu, lalu berkata kepada Shifa yang terpana. "Lari!"Shifa tiba-tiba tersadar. Setelah melihat Downey, dia terkejut. "Kak …" Dia ingin mengatakan sesuatu.Tapi Downey memotongnya. "Lari! Kalau tidak, kamu tidak akan sempat