Pembunuh itu dengan cepat menoleh dan menghindari pukulan. Hyorin memukulnya lagi dengan sebuah tinjuan. Pembunuh itu tidak bisa sempat menghindar, dan tinjuan langsung mengenai wajahnya. Dalam seketika memuntahkan seteguk darah, beserta dua giginya.
Sans mendesis, dia ikut merasakan sakit si pembunuh itu. Pembunuhnya dipukuli seperti ini untuk pertama kalinya, dan dia sangat marah. Amarahnya sekejap membuat Hyorin terimbas, lalu dengan cepat menendang ke arah Hyorin. Mata Hyorin terkulai sedikit, satu tangannya dengan mudah menangkap kakinya. Dan pada saat yang sama, dia mengangkat kakinya lagi untuk menendang si pembunuh.
Mata pembunuh itu rasa takut daat melihatnya, lalu dia mendorong dengan tubuh Hyorin, dan kemudian berbalik.
Kabur.
“Sungguh penakut?” Sans menghela nafas lega ketika melihat pembunuh itu pergi, dan
“Aku di rumah sakit, datang dan jemput aku.” ------- Sebagai penerus Grup Lou, Zheng memiliki dua perusahaan, salah satunya adalah Nikel Grup Lou. Karena Grup Lou maka perusahaan ini dikelola dengan baik oleh Zheng. Sekarang Zheng ada di perusahaan itu karena Soraya baru saja menelepon Zheng dan datang setelah tahu keberadaannya. Ketika tiba di kantor Zheng, terlihat dia sedang berbicara dengan beberapa orang, salah satunya termasuk teman sekelas Sans yaitu Inggrit. Perusahaan Inghrit di ambil oleh Sans, dan kemudian di lanjutkan Wang Lou. Sekarang dia mengaturnya dengan cukup baik, dan juga memiliki urusan bisnis dengan Grup Lou. Ketika Soraya membuka pintu dan masuk, Inggrit tertegun. Bukankah ini istri Sans yang waktu itu muncul di pesta alumni? Kenapa dia bisa ada disini? Hanya Inggrit yang mengenal Soraya, tetapi Soraya
“Itu tidak mungkin!” Soraya bahkan tidak berpikir dan langsung menyangkalnya, “Sans bukan orang seperti itu," lanjutnya. Zheng berkata dengan acuh tak acuh, “Soraya, seperti kata pepatah, mengenal orang dari luar belum tentu mengenal hatinya, bagaimana kamu tahu bahwa dia bukan orang seperti itu. Soraya mengerutkan kening, wajahnya yang stabil itu mulai suram lagi, dan berkata kepada Zheng, “Zheng, Sans adalah suamiku, aku tidak mengizinkan kamu mempermalukan dia!” Zheng mendengus, “Dia sama sekali tidak layak untukmu!” “Pantas atau tidak, apa hubungannya dengan kamu yang hanya sebagai orang luar?” Selesai berkata, Soraya hendak meninggalkan kantor. Tapi saat itu, Zheng dengan cepat untuk menghalanginya di pintu, dengan senyum suram di wajahnya, “Percayalah, dia sungguh tidak pantas u
Sans memandang pria di depannya itu dengan sinis. Pria itu masih berbicara dengan sombong, “Cih, kamu sungguh berani, ini Grup Lou, kalian ...” “Plakkk!” Sans mengangkat tangannya dan menampar pria itu, “Jangan banyak bicara kau!” Tamparan Sans sungguh keras, dan pria itu terkejut sejenak, lalu marah, “Brengsek! Aku akan membunuhmu!” Setelah berbicara, pria itu mengangkat kakinya dan menendang ke arah Sans. Sayang sekali begitu dia mengangkat kakinya, ia langsung ditendang di dada oleh Hyorin dan melayang keluar ruangan. “Ah! Aduh!” Pria yang melayang itu langsung menabrak beberapa orang berturut-turut, dan semuanya ikut terjatuh bersamaan. Saat pria itu jatuh ke lantai, dia memutar matanya lalu pingsan. Puluhan orang lainnya semuanya tercengang. Buk
Setelah keluar, masih ada orang yang tergeletak di koridor. Hyorin menghampiri, “Orang itu berlari melalui pintu belakang.” “Baik! Kau bisa saja bersembunyi sekarang, tapi tidak untuk hari esok!” Kata Sans dengan tajam. Di perjamuan Keluarga Lindsay dan Keluarga Lou, dan juga di Bar sebelumnya, dia sudah mengingatkan Zheng berkali-kali untuk menjauhi istrinya dan jangan menaruh hati terhadap Soraya. Tetapi Zheng tidak mendengarkan sama sekali. Kali ini, Soraya diberi obat tidur, dia sudah melewati batasnya. Oleh karena itu, dia harus memberi pelajaran kepada Zheng, agar pria itu paham. Siapa yang tidak boleh disinggung dan siapa yang tidak boleh diusik. Sans berjalan keluar lift dengan tenang sambil menggendong Soraya dan berjalan keluar pintu. Banyak karyawan dari keluarga Lou yang sedang berdiri di aula, dan mereka s
Namun, Sans tidak menjawab mereka, bahkan melirik mereka pun sama sekali tidak. Ia hanya fokus menggendong Soraya dan menahan rasa sakit diperutnya sambil berjalan lurus melewatinya. Sans hanya ingin segera pergi dari tempat itu. Sans membawa Soraya naik taksi, ia tidak pergi ke rumah sakit ataupun pulang. Tetapi dia pergi ke hotel terdekat dan menyewa sebuah kamar. Lalu i menelpon Linda untuk mencari dokter, dan menyuruhnya datang ke hotel itu. Di kamar hotel, Sans duduk di sofa sambil memikirkan sesuatu. Kali ini dia harus memberi sebuah pelajaran yang tak terlupakan untuk Zheng, agar dia tidak akan akan berani mengganggu Soraya. Karena Zheng sangatlah sombong dengan keadaan statusnya saat ini. "Kalau begitu akan ku buat dia tidak punya apa-apa lagi, dan mengemis terhadapku!" gumam Sans dengan kesal. Hancurkan semua
Setelah melihat beberapa saat, wanita cantik itu menyautinya dengan lembut, “Meskipun dia adalah istrimu sendiri, jangan gunakan penyalahgunaan seperti ini. Untungnya, obat ini memiliki efek samping yang kecil pada tubuh, jika tidak, kamu pasti akan menyesal!” Sebuah bencana yang menerpa dari orang lain dan tepat sasaran ke Sans, membuatnya tidak bisa berkata-kata apapun. “Bukan begitu, aku tidak…” Sans ingin menjelaskan. Wanita cantik ini memotong pembicaraannya dan berkata, “Aku tidak ada hubungannya denganmu, jadi kau tidak perlu menjelaskannya padaku. Aku juga tidak ingin tahu tentang kekacauan kalian, aku hanya seorang dokter.” Setelah berbicara, sungguh tidak memberi kesempatan Sans untuk menjelaskan, dan dia langsung pergi. Walau bagaimanapun, yang terpenting Soraya baik-baik saja. Tapi perasaan yang disalahpaha
“Baiklah, tidak masalah!” Hiden diliputi dengan amarah, “Berani-beraninya dia tidak menghormati saudara iparku, aku bukan bermarga Louis jika aku tidak membunuhnya!” Di sisi lain, Zheng langsung mendatangi kakak keduanya Zhangnam, setelah melarikan diri. Kantor Grup Lou. “Kakak, kali ini kamu harus membantuku! Apa kamu tidak melihat? Sans si brengsek itu terlalu sombong, dan pria yang biasa mengikutinya juga seorang psikopat. Ia seorang diri memukuli tiga puluhan orang tanpa merasa sakit sedikitpun." Zheng mengeluh kepada Zhangnam. Zhangnam mengerutkan kening setelah mendengar ini, “Seorang diri memukuli tiga puluhan orang?” Zheng mengangguk dengan penuh semangat, “Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri!” Zhangnam mendengar kata-kata itu lalu be
Zhangnam juga turun dari mobil, menghampiri Sans, mengamatinya dengan cermat, lalu memandang Sans seperti melihat sampah, “Kamu yang bernama Sans?” Sans terpaksa menghentikan mobilnya, ia merasa sedikit marah, nadanya tidak terlalu nyaman, “Ya, ada apa, tolong katakan secepatnya!” Zhangnam tersenyum, dengan sopan mengulurkan tangannya, dan berkata, “Saya Zhangnam, putra kedua dari Keluarga Lou.” Melihat ini, Sans merasa canggung, kesopanan Zhangnam membuat Sans terlihat tidak ada sopannya sama sekali. Tetapi setelah di pikir lagi Sans harus mengulurkan tangannya untuk berjabat dengannya. Tetapi pada saat ini, Zhangnam menarik tangannya dan memasukkannya ke dalam saku celananya. Tangan Sans membeku di udara, sungguh canggung sekali. “Kau, Zhangnam?” Sans berkata dengan acuh, “Aku tahu
Fajar tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sansan mengucapkan terima kasih dan menutup telepon.Hyorin mendengarkan seluruh percakapan mereka, wajahnya juga menjadi serius. "Apa yang harus kita lakukan?"Sansan berkata dengan tak berekspresi. "Pergi ke RS Kyoto dulu dan buat strategi," Sansan menatap Hyorin dengan sedikit ragu. "Tapi, sebelum itu kamu pergi dan bawa Soraya pulang!"Soraya adalah kelemahannya. Jika orang-orang itu ingin menyerangnya dan membiarkannya tertangkap, mereka pasti akan menyerang Soraya terlebih dulu. Jadi, melindungi Soraya adalah hal yang paling penting.Hyorin mengangguk. "Aku akan pergi!""Biarkan Busby pergi, kamu ikut aku ke RS Kyoto," ujar Sansan sambil berjalan.Hyorin tidak keberatan, Sansan menelepon Matt Busby, berbicara singkat tentang situasinya dan pergi ke RS Kyoto.***RS Kyoto.Sansan memanggil Ramdan dan Leona. "Hari-hari indah akan segera berakhir."Mereka tidak mengerti. Ketika Sansan memberi tahu berita tentang Henda dibunuh oleh Zoran, semua
"Brengsek!"Sansan benar-benar menganggap Hiden sebagai teman dekatnya. Jika tidak, dia tidak akan pergi mencari Hiden setelah menerima Grup Hour, apalagi memberikan Hiden banyak sumber daya untuk membuatnya berkembang.Alhasil, Hiden bekali-kali menyerobot sumber daya yang layak didapatkan Grup Hour secara diam-diam! Bahkan, dia melakukan tindakan kecil di belakang punggungnya dan sekarang bahkan mencari pembunuh untuk membunuhnya!Perasaan dikhianati oleh teman dekat ini membuat Sansan merasa tercekik. Jelas sekali mereka adalah teman dekat. Wardani bisa mati untuknya, tetapi Hiden malah ingin membunuhnya!"Ahh …" Sansan tinggal di gang gelap itu untuk waktu yang lama sebelum perlahan keluar dari gang, tetapi aura permusuhan di tubuhnya menjadi lebih berat dari sebelumnya.Ponsel Sansan terjatuh ketika dia dan Downey melompat keluar jendela. Saat itu, dia tidak ada waktu untuk mencari ponsel lagi. Setelah melompat keluar jendela, dia berusaha keras berlari.Mereka berada di depan Hy
"Tentu!" Sansan mengangguk tanpa terkejut, dan menghabiskan seteguk anggur terakhir. "Waktu untuk duel akan diatur secara terpisah. Sekarang bukan waktu yang tepat."Downey tidak keberatan.Pada saat ini, Sansan hendak bangun dan Downey tiba-tiba menahannya. Sansan bingung. "Kenapa? Apakah kamu ingin melakukannya sekarang?"Downey menatap dingin ke belakang Sansan, seolah sedang mengamati sesuatu. Sansan melihat ada yang tidak beres, berpaling untuk melihat dan dia melihat beberapa orang berpakaian rapi duduk di pojok sambil minum alkohol. Ketika Sansan menoleh untuk melihat, mereka dengan cepat menarik kembali pandangan mereka.Meskipun orang-orang ini tampil sebagai gangster kecil, tetapi niat membunuh di dalamnya belum sepenuhnya disimpan dan bisa dirasakan hanya dengan satu tatapan.Sansan mengerti dalam sekejap, berbalik dan berkata kepada Downe.y "Sepertinya ada yang datang untuk membunuhku lagi.""Mungkin masih orang yang sama?" Downey sepertinya tidak khawatir sama sekali, tap
Di dalam kamar. Setelah memastikan bahwa mereka telah pergi, ekspresi semua orang kembali normal dan seorang wanita pergi mengetuk pintu kamar mandi. Setelah beberapa saat, pintu kamar mandi terbuka dan Lou Zheng berjalan keluar.Ketika pria itu sedang berbicara di telepon, Lou Zheng kebetulan pergi ke kamar mandi. Ketika dia akan keluar, dia mendengar jeritan di dalam kamar dan tahu ada yang tidak beres, jadi dia tetap di dalam kamar mandi dan tidak keluar.Saat itu, Sansan mematikan suara lagu karena dia ingin bertanya, sehingga Lou Zheng bisa mendengar suara Sansan dengan jelas.'Sansan belum mati?! Dia bahkan datang sampai kesini.' Lou Zheng sangat gugup pada saat itu.Untungnya, orang-orangnya tahu apa yang harus dikatakan dan apa yang tidak boleh dikatakan. Jadi mereka tidak mengungkapkan identitasnya.Lou Zheng memandang semua orang dengan puas. "Bagus sekali! Setelah beberapa hari lagi, kalian akan menjadi eksekutif Grup Hour yang baru.""Baik, bos." Lou Zheng tersenyum.Sansa
Melihat Sansan yang menatapnya, ekspresi Downey berubah drastis, dia berusaha menahan dan akhirnya dia mengutuk. "Sialan, jangan omong kosong kamu!""Uhm …" Sansan terbatuk geli menatap mata Downey. "Hahaha …" Sansan tidak bisa menahan tawanya saat melihat alis Downey yang terangkat.Karena tatapan serius Downey, ditambah dengan kesan bahwa Sansan yang berperilaku baik, sangat lucu jika dia tiba-tiba mengutuk kalimat seperti itu.Raut wajah Downey semakin buruk. Bagaimanapun, dia telah mengutuk, jadi tidak ada bedanya jika dia mengutuk sekali lagi. "Sialan, apa yang kamu tertawakan?"Sansan tercengang, dan kemudian berkata dengan cukup serius. "Aku hanya tertawa saja!"Tatapan mata Downey langsung memuram dalam sekejap.Yang lain tampak berbeda ketika mereka melihatnya dan mata mereka diam-diam mengkomunikasikan sesuatu.Karena keremangan kamar, Sansan dan Downey tidak menyadari ada yang janggal dengan mata mereka. Sansan berhenti terawa dan menatap pria itu dengan tajam. "Satu kesemp
"Bodoh!" Pria itu berteriak dengan kesal. "Tentu saja si br*ngsek Sansan!""Tunggu?!" Usai bicara, pria itu merasa ada yang janggal, jadi dia segera berbalik. Ketika dia melihat Sansan yang baru saja dia sebut berdiri di depannya, dia langsung melebarkan matanya, "K-Kamu—"Dia sangat ketakutan hingga ponselnya jatuh ke lantai. Pria itu menggigil dan menunjuk ke arah Sansan.BRUK!Tiba-tiba Sansan yang sedang menatap sosok pria itu dengan tajam, dengan cepat menarik lengan pria itu dan membantingnya ke lantai.Saat ini, Downey yang berdiri di belakang Sansan berjalan keluar perlahan dan berkata dengan ringan. "Hei, tempramenmu tidak terlalu bagus.""Tidak juga," jawab Sansan dengan datar.Mereka juga mendengarnya tadi. Pria itu berkata bahwa Downey juga akan dibunuh bersama.Downey yang memikirkan itu mendengus pelan. "Aku terlibat karena kamu."Sansan hanya terdiam mendengar ucapan Downey, tanpa banyak basa basi lagi dia berjalan menuju sebuah ruangan lain.BRAK!Sansan menendang pint
Orang-orang telah menggali lebih dari satu jam, dan mereka tidak menemukan apa-apa. Mereka hanya membongkar puing-puing bangunan yang sudah berserakan menjadi hitam."Tidak ada apapun disini.""Apakah kamu yakin mereka berada tepat di daerah ini?""Coba ingat-ingat kembali?"Orang-orang mulai kebingungan dan ada rasa pasrah di dalam benak mereka, mereka berpikir bahwa orang yang memanggil mereka datang itu salah ingat lokasi.Shifa yang mendengar itu segera menggelengkan kepalanya ketika melihat ini. "Tidak mungkin, mereka pasti ada di sini, tidak mungkin tidak ada!""Tetapi kami tidak menemukannya!""Bagaimana kalau kita mencari ke dalam lagi, mungkin mereka mengubah rute pelarian?" Seseorang menyarankan.Hyorin dan Matt Busby tampak bergairah saat melihat ini. "Tidak perlu menggali lagi.""Apa? Berhenti menggali?""Iya, berhenti menggali," Hyorin mengangguk mengangguk dengan datar.Saat itu, bom datang dari belakang pabrik, jadi tidak mungkin bagi Sansan dan Downey untuk berlari ke
Di kamar lantai dua.Sekelompok pria dan wanita duduk bersama, mereka terlihat sangat menikmati suasana di dalam bar. Meja penuh dengan gelas anggur dan ada kaleng bir di bawah kaki mereka. Mereka sudah minum cukup banyak.Semua orang sangat senang, kecuali pria yang duduk di tengah. Dia hanya memegang gelas anggur dan minum perlahan, wajahnya terlihat sangat tidak puas. Dia adalah Lou Zheng yang selalu berada dalam kegelapan sepanjang waktu.Lou Zheng mengerutkan keningnya dengan kuat. "Sansan seharusnya sudah mati. Mengapa dia masih belum kembali?" Lo Zheng mengetuk-ngetuk meja dengan jemarinya. "Atau apakah terjadi sesuatu yang tidak terduga?"Pada saat ini, pria dengan topi itu mengetuk pintu dan memasuki kamar. Setelah dia masuk, semua orang yang ada di dalam kamar itu berhenti bergerak, bahkan suasana meriah di dalam bar itu menjadi hening.Pria itu melepaskan topinya, memperlihatkan sedikit perubahan raut wajahnya dan menjawab dengan hormat, "Sudah, bom itu meledak dan pabrik t
Downey bereaksi secara naluriah, dia dengan cepat segera mengelak. Namun, begitu keduanya bertemu, terjadi pukulan yang saling beradu.BUK!Suara tabrakan antara tinju Downey dan juga Sansan terdengar sangat jelas.BOOM!Tiba-tiba suara ledakan terdengar diiringi suara pukulan itu.Hyorin dan Matt Busby saling memandang, dia berteriak. "Lari! Ini bom!"Sehabis berteriak, Hyorin dan Matt Busby buru-buru berlari keluar. Sansan juga langsung tanggap, dia bergegas membalikkan badannya dan berlari.Mendengar itu, Downey melihat ke arah Shifa. Shifa berdiri di dekat tempat sampah yang lumayan jauh darinya. Karena ledakan, sebuah pohon tiba-tiba tumbang dan seperti akan jatuh."Shifa!" Melihat tong kayu hampir jatuh, Downey segera bergegas menghampiri Shifa, menahan pohon itu, lalu berkata kepada Shifa yang terpana. "Lari!"Shifa tiba-tiba tersadar. Setelah melihat Downey, dia terkejut. "Kak …" Dia ingin mengatakan sesuatu.Tapi Downey memotongnya. "Lari! Kalau tidak, kamu tidak akan sempat