"Pak, mau berangkat sekarang?" tanya Pak Darto pada Abhi.
Abhi membalikan tubuhnya, "Bapak!" pekik Abhi, "Saya kira, si pemilik Singa lapar," lanjutnya lega, setelah tau kalau yang berdekhem adalah Pak Darto, bukan, Tuan Arsenio. Zeca dan Dean sendiri sudah naik menuju lantai dua untuk bertemu Kayanna, dan pamit padanya.
"Maksud, Bapak?" tanya Pak Darto bingung.
Abhi mengibaskan tangannya keudara, "Bukan apa-apa, Pak Darto! Sudahlah saya berangkat dulu!" pamit Abhi pada sopir pribadi Gisa itu. Abhi berjalan keluar menuju mobil Range Rover yang Catra siapkan khusus untuk sang anak.
"Pak Darto mau kemana?" tanya Abhi heran melihat Pak Darto keluar mengikutinya.
"Bukannya Bapak mau berangkat sekarang?" jawabnya.
"Pak, saya nyetir sendiri! Jadi, Bapak tidak perlu ikut!" gemas Abhi menekankan setiap kalimatnya.
"Kata Pak Catra, selama ibu belum pulang, secara otomatis saya menjadi sopirnya, Aden!" jawabnya kembali.
"Tapi kan
Terimakasih sudah membaca ❤️🤗 ayo vote sebagai bentuk dukungan bagi Author... Sumbangkan semua vote kalian di akhir bulan ini😘😘😘
"Zeca kamu mau kemana?" tanya Abhi bingung. Zeca merobek dress bagian bawah yang sedang dia kenakan sampai atas lutut, kemudian naik keatas pangkuan Abhi. Abhi membelalakan matanya, "Apa yang kamu lakukan?" teriak Abhi pada Zeca. "Saya yang mengemudi! Bapak pindah ke tempat saya sebelumnya!" ucapnya sambil membuka safety belt milik Catra. "Apa? Kamu gila!" pekik Abhi untuk kesekian kalinya. "Cepat!" bentak Zeca pada Abhi. Abhi menuruti perintah Zeca. Dia secara perlahan, pindah dan menempati kursi kosong yang Zeca tinggalkan. Abhi tidak mengalihkan pandangannya dari Zeca. "Pasang sabuk pengaman, kamu!" perintahnya pada Abhi sambil Zeca memasangkan ear phone kedalam telinganya. Abhi mengerjap. Dia terlalu terkesima dengan aura yang Zeca pancarkan. Dia terlihat berbeda saat ini. Dingin, tidak tersentuh. Dengan matanya yang tajam dan tangannya yang lihai mengendalikan kemudi. Lihatlah, bagaimana cara Zeca mengemudikan mobil, denga
"Fazzura Achazia Cristabell!" ucap Gisa lirih. Gisa dapat melihat wajah wanita tersebut, saat sang wanita melepas pelukannya dari tubuh sang suami. Ya, wanita yang saat ini tengah memeluk tubuh suaminya itu adalah, Fazzura. Model terkenal asal Indonesia, yang saat ini melebarkan sayap permodalannya nya hingga negara, Prancis. Gisa dapat melihat binar kebahagiaan dari mata sang wanita saat menatap suaminya. Catra pun' tidak canggung memberikan senyum hangatnya pada wanita yang beberapa waktu lalu mengirimkan pesan rindu padanya itu. "Apa yang sebenarnya terjadi?" batin Gisa. "Apa maksud semua ini, Catra?" lirihnya lagi. Kedua tangan Gisa yang saat ini sedang saling meremas, sudah banjir keringat dingin. Bayangan-bayangan menyakitkan yang Mona dan Rama lakukan padanya beberapa waktu lalu, terus berputar di dalam otaknya. "Apa kejadian yang sama akan terulang kembali?" tanyanya dalam hati. Gisa menarik nafasnya, mencoba menenangkan segala gundah
Seminggu sudah Gisa dan Catra menghabiskan waktu mereka di negara romantis, Prancis. Dengan waktu singkat tersebut, mereka berhasil mengunjungi tempat-tempat estetik yang terkenal di sana. Seperti mengarungi Sungai Seine dengan kapal, mengunjungi Menara Eiffel, memasang gembok cinta di Jembatan Arts dan Archeveche, serta mengunjungi taman Jardin du Luxemborg untuk berfoto. Gisa merasa seperti seorang ABG kembali, dengan apa yang dia dan suaminya lakukan beberapa hari terakhir ini. Dengan bebas mereka dapat berjalan sambil berpegangan tangan, berfoto bersama, bermesraan di jalanan, tanpa Gisa takut dan khawatir akan ada orang lain yang mengenalinya atau paparazi yang memfotonya. Malam tadi, Catra mengajak sang istri untuk mengunjungi kawasan elite, yaitu Champ Elysees. Di malam hari, cahaya lampu dan kendaraan yang berlalu lalang, membuat tempat ini semakin memukau. Champ Elysees merupakan destinasi wisata mewah, yang menawarkan semuanya dalam area sep
Gisa dan Catra, saat ini tengah berada di dalam jet pribadi, Ganendra Group, yang akan membawa mereka pada perjalan ke negara selanjutnya. Mereka setidaknya akan menghabiskan belasan jam, didalam pesawat itu. Gisa hanya memakai pakaian santainya saat di dalam pesawat. Sebuah rok mini berbahan jeans, dengan kaos putih berlogo, brand mewah dunia. Rambutnya dia gerai, dengan bando kain sebagai pelengkap dan pemanis penampilannya. Sebenarnya, bukan bando asli juga yang Gisa pakai! Gisa memakai sebuah syal yang dia lipat kecil agar terlihat menyerupai bando. Dan penampilannya berhasil mencuri perhatian sang Arjuna, yang dari awal take off, terus memperhatikannya. Bukan hanya Gisa yang tampil dengan santai sore ini. Catra pun tidak kalah santainya dengan sang istri. Catra memakai Hoodie hitam dengan logo off di depan dadanya. Catra padukan Hoodie hitamnya, dengan celana sport abu, yang panjangnya hanya sebatas paha, serta sepatu sport putih yang sama persis
Gisa dan Catra masih berada di udara. Mereka masih membutuhkan beberapa jam lagi untuk sampai ke tempat, yang akan menjadi tujuan honeymoon mereka selanjutnya, yaitu Melbourne, Australia. Gisa bahkan dibuat bertanya-tanya, kenapa suaminya memilih negara tersebut sebagai tujuan dari honeymoon mereka? Kenapa tidak ke Inggris? Atau negara Eropa lainnya? Namun sayang, Gisa tidak dapat membaca pikiran suaminya. Dia hanya bisa mengikuti kemanapun sang suami akan membawanya, sekalipun tempat tersebut adalah neraka. Saat ini, mereka tengah berada di dalam kamar utama jet pribadi mewah, keluarga Ganendra. Sepertinya saat sampai di Australia pun, Gisa hanya bisa tidur dan beristirahat. Terlalu banyak menghabiskan waktunya di udara, membuat Gisa linglung. Bahkan perbedaan waktu yang jauh dari negara satu ke negara lainnya, membuat Gisa terkena jet lag. Saat perjalanan dari Indonesia menuju Prancis, mereka menghabiskan 17 jam di perjalanan. Dan sekarang,
"Kamu! Apa tidak dengar yang anak saya ucapkan?!" tanya seorang pria pemilik suara bass, yang menakutkan bagi Abhi. "I-iya, Tuan" jawab Abhi tergagap. Dean turun dari atas kursi yang tengah didudukinya, kemudian berjalan kearah, Tuan Arsenio. Dia menjulurkan tangannya, dan disambut oleh sang Delmiero tersebut. Dean mencium punggung tangan Tuan Arsen, kemudian beralih mencium tangan Zeca, yang datang bersama sang ayah. Tuan Arsenio dibuat takjub dengan kesopanan sang pewaris kerajaan Ganendra tersebut. Dia salut dengan didikan yang diajarkan ibunya pada anak 2 tahun itu. Sementara Abhi yang menyaksikan apa yang keponakannya lakukan, hanya memutar bola matanya jengah. Lihatlah bagaimana perbedaan perlakuan yang didapatkannya dari sang keponakan! Mereka semua akan berangkat menuju Melbourne, dengan menggunakan jet pribadi, milik Tuan Arsenio. Setelah mengantarkan sang Ganendra selamat sampai tujuan, Tuan Arsenio sendiri akan kembali ke Italia, te
Di sini saya akan membagikan nama-nama lengkap para pemeran "Mendadak Dinikahi CEO Tampan". Barang kali ada yang mau menyumbang nama buat peran-peran tambahan, ataupun buat cerita kedua aku setelah cerita ini selesai. Tulis saja di kolom komentar. Author harap, kalian dapat membaca cerita ini sampai selesai. Karena buku kedua, ada kemungkinan sekuel dari buku aku yang pertama. 1. Catra Dewantara Ganendra (Catra). 2. Nirwasita Gistara Savrinadeya (Gisa). 3. Deankara Kamazuya Ganendra (Dean). 4. Abhinav Arundaya Araav (Abhi). 5. Fazzura Achazia Cristabell (Zurra). 6. Astra Zeneca Delmiero (Zeca). 7. Kayanna Auristella Ganendra (Anna). 8. Kaisara Donahoue (Kai). 9. Ayumma Khaleysa Donahoue (Yumma). 10. Arsenio Delmiero Dimitri (Arsen). 11. Serravina (Bik Serra). 12. Nirwan Radeya. 13. Jocelyn. 14. Ramaesha Ardenillo Mahatma (Rama). 15. Monanta Paradisya
Rombongan yang membawa putra mahkota telah tiba di Australia. Mereka menghabiskan 7 jam perjalanan untuk sampai di sana. Zeca menggendong Dean yang masih terlelap dalam kursinya. Abhi yang melihatnya, segera menghampiri dan mengambil alih tubuh mungil sang putra mahkota untuk dia gendong. Apa yang dilakukan Abhi, tidak lepas dari pengawasan mata tajam seorang, Delmiero. Bahkan apa yang dilakukan Abhi, membuat sudut bibirnya sedikit terangkat keatas. Saat mata Abhi dan Zeca bertemu, tiba-tiba suasana mendadak menjadi canggung. Semua ini gara-gara Tuan Arsenio yang melontarkan leluconnya pada Zeca, dan mengatakan bahwa Abhi cocok dijadikan sebagai menantu. Ya, Abhi menganggap apa yang Tuan Arsenio katakan, hanya sebagai lelucon. Mana mungkin seorang ketua mafia yang merupakan pemimpin bagi dunia hitam, berniat menjadikan seorang Abhi yang bahkan takut pada seekor anjing, sebagai menantunya. Sangat tidak mungkin, pikirnya. Saat mereka turun dari
Saat ini sudah pukul tiga dini hari. Gisa tengah tertidur pulas, ditemani Kayanna dan Abhinav yang tidak di ijinkan pulang oleh Catra. "Anna," panggil Catra sambil sedikit menggoyangkan tubuhnya agar bangun. "Mmmmhhhh ... " gumam Anna pelan. "Bangun!" "Kenapa sih, bang?" kesal Anna yang merasa tidurnya terganggu. "Abang pulang dulu. Kalau ada apa-apa bangunkan Abhi dan langsung hubungi Abang." Kayanna mengucek matanya sambil menatap jam dinding yang ada di ruangan Gisa. "Astaga Abang ... ini pukul tiga dini hari. Kenapa tidak pulang besok saja sih?" "Abang harus pulang sekarang. Besok pagi Abang ke sini sekalian membawa Dean," "Ya sudah. Hati-hati," Anna kembali tidur, sementara Catra pergi menuju parkiran dan pulang ke rumah Gisa. Kurang dari setengah jam, Catra sampai di rumah Gisa sambil menenteng goodie bag berisikan pakaian ganti miliknya. Begitu sampai, dia pergi menuju kamar Gisa kemudian mandi dan berganti pakaian. Setelah di rasa sudah bersih, Catra bergegas pergi me
Catra memasuki ruang operasi lengkap dengan baju steril biru telor asinnya. Walaupun sebagian wajahnya tertutupi masker, namun semua orang tau kalau pria tersebut adalah ayah dari anak yang akan mereka tolong kelahirannya itu. Sesaat para petugas medis membeku, tersihir dengan ketampanan Catra. Tubuh tinggi mendulang, mata tajam dengan bola matanya yang indah. Sungguh, jauh lebih tampan dari pada yang mereka lihat di televisi ataupun surat kabar. "Mom," sapa Catra sambil mengusap dan mengecup kening Gisa. Selanjutnya Catra berdiri di samping kiri Gisa. Gisa yang tengah memejamkan mata, kemudian membuka kedua matanya, kala mendengar sapaan lembut dari sang mantan suaminya itu. Dia berusaha tersenyum, ditengah ketegangannya. "Apa mommy sudah cantik?" tanya nya pada Catra. "Selalu. Mommy selalu jadi yang tercantik," jawab Catra membuat pipi Gisa memerah karena malu. "Daddy serius! Mommy gak mau bertemu baby dengan keadaan yang berantakan!" jelas Gisa. Catra tersenyum. "Tapi Daddy
Dengan segala kepanikan yang terjadi pada semua orang, akhirnya Gisa berhasil dievakuasi menggunakan helikopter yang didatangkan langsung dari kediaman Ganendra. Gisa di bawa menuju RS tempat dokter Rumi bekerja. Sungguh beruntung saat kejadian dokter Rumi ada di sana. Semua acara yang sudah di rencanakan, tidak berjalan sebagaimana mestinya. Acara gender reveal, gagal. Lamaran? Tentu saja gagal juga. Bahkan cin-cin lamarannya masih tertanam di dalam kue yang belum sempat di potong oleh Gisa. Ditengah kepanikan semua orang, hanya Gisa lah satu-satunya yang terlihat tenang. Dia sibuk memperbaiki riasan wajahnya, sambil sesekali menenangkan anggota keluarganya yang lain. Gisa memalingkan wajah, menatap Catra yang tengah melipat kedua tangannya. Catra tidak banyak bicara. Dari awal hanya diam, sambil sesekali memperhatikan Gisa. Ditengah diamnya tersebut, semua orang tau kalau Catra tengah diliputi kegelisahan. Catra menutup mata, sambil menghembuskan nafasnya secara kasar. Selanjutny
Acara inti dari pesta Gender reverral akan segera dimulai. Semua tamu sudah berkumpul sesuai team yang mereka pilih. Team biru berdiri di sebelah kanan, dan tim merah muda, berdiri di sebelah kiri. Semua orang terlihat begitu antusias menunggu momen mendebarkan tersebut. Tidak terkecuali dengan Catra yang terlihat cemas, dan tegang. Gisa yang menyadari kegugupan yang di rasakan oleh Catra, lantas bertanya kepadanya. "Daddy, are you oke?" tanyanya. Catra tersenyum, mencoba meredam kegugupannya. Dia mengusap pipi Gisa, "It's oke. Daddy terlalu excited menunggu momen ini," dusta Catra. Pada kenyataannya, dia gugup menunggu momen lamarannya. Dia takut semua tidak berjalan sebagaimana yang sudah Catra bayangkan sebelumnya. Perihal jenis kelamin anaknya, Catra tidak terlalu mempermasalahkannya. Mau yang lahir anak laki-laki ataupun perempuan, dia akan tetap menyambut buah hatinya itu dengan penuh suka cita. "Mom, sebentar. Daddy ke kamar mandi dulu," ijin Catra pada Gisa. Dia perlu menen
Dari lantai atas villa, Gisa turun ditemani Catra yang berjalan di sampingnya. Wajah Catra terlihat tegang, namun tak mengurangi ketampanannya. Dia mengenakan kemeja baby blue, yang bagian tangannya dia gulung sebatas sikut. Sudah tau kan, Catra masuk team mana? Berbeda dengan Catra, Gisa justru menggunakan dress berwarna baby pink. Sebuah dress cantik, bermodel tutu dress, yang panjangnya hanya sebatas lutut. Malam ini, Gisa terlihat manis sepeti seorang balerina. Dia berhasil menjadi pusat perhatian orang-orang yang datang ke pesta. Dari sudut ruangan, seseorang menatap Gisa dengan penuh kerinduan. Dari sudut matanya, beberapa air mata, menetes tanpa seizinnya. "Tos, kita satu team!" celetuk Abhi, saat Gisa sampai di lantai bawah, tempat berlangsungnya acara. Abhi menggunakan kemeja merah muda, sama seperti Gisa. Gisa tersenyum, sementara Catra mendelik sambil berdecak seperti biasanya. "Ckk ... " "Kenapa kak Abhi memilih warna merah muda?" tanya Kayanna yang datang menghampiri
Acara yang ditunggu-tunggu oleh keluarga besar Ganendra, akhirnya terlaksana. Semua persiapan di lakukan dari jauh-jauh hari. Di usia ke delapan bulan kehamilannya ini, tidak banyak yang Gisa pinta. Cukup sehatkan dan lancarkan sampai saat lahirannya tiba. Namun, pada akhirnya Gisa menyetujui permintaan kakek dari mantan suaminya itu, untuk mengadakan sebuah pesta perayaan kehamilan. Kebetulan jenis kelamin dari anaknya belum di ketahui, Gisa dan Catra memutuskan untuk mengadakan gender reverral party, dengan hanya mengundang kerabat terdekatnya saja. Tujuan kakek Brahmana meminta mengadakan pesta ini, tidak lain sebagai bentuk penebusan dosanya di masa lalu. Saat mengandung Dean, Gisa mengalami banyak penderitaan. Kakek berharap, dengan diadakannya pesta ini, dapat menggantikan memori masa lalu Gisa yang menyakitkan, dengan kenangan penuh kebahagiaan dari orang-orang terdekat dalam menyambut anggota keluarga baru yang sangat dinantikan kehadirannya itu. Acara itu sendiri, diadaka
Dengan wajah menahan kesal, pada akhirnya Catra tetap mengikuti Gisa untuk masuk kedalam hotel. "Kenapa harus di hotel?" pikir Catra dalam hatinya. Tidak jauh berbeda dengan Catra, disepanjang jalan menuju tempat pertemuannya, Gisa pun memasang wajah cemberut. Dia malu dengan orang-orang yang menatapnya dengan tatapan heran. Bagaimana tidak heran, Gisa mengenakan setelan olahraga dipadukan dengan Stiletto dan tas pesta yang berkilau. Setelah keduanya berjalan di tengah keheningan, akhirnya mereka sampai di tempat yang menjadi tujuan Gisa. Sebuah restoran mewah, di lantai atas hotel. Catra tersenyum kecil, mentertawakan pikiran kotornya sendiri. "Oh ... di sini," celetuk Catra membuat Gisa menatapnya dengan tatapan tajam. "Ya! Menurut Daddy," Gisa mengangkat jari kemudian menunjuk dirinya sendiri. "Apa pantas memakai pakaian seperti ini saat masuk kedalam?" tanya Gisa sinis. "Tidak masalah. Mommy datang dengan piyama pun, tidak akan ada yang berani menegur mommy," jawab Catra denga
Novera sudah berlalu beberapa langkah dari hadapan Catra yang saat ini masih mengumpat, mengutuk Novera, yang sudah menghancurkan kegiatan intim dari bos-nya itu. Novera dengan terpaksa harus kembali ke hadapan Catra, dengan konsekuensi amarah dari bos-nya itu akan meledak kembali, begitu melihat dirinya. "Apalagi sekarang?!" Seperti dugaan Novera sebelumnya, Catra menaikan nada suaranya, begitu melihat Novera kembali. "He ... he ... " Novera tersenyum kaku, sambil tangannya sedikit menggaruk leher bagian belakangnya. "Sepuluh menit lagi kita ada rapat, pak!!" ucap Novera dalam satu tarikan nafas. Dengan cepat Novera membungkuk hormat, dan bergegas pergi sebelum Catra benar-benar mengeluarkan sumpah serapahnya. Catra memejamkan mata, sambil menghembuskan nafasnya secara kasar. Mood dia hari ini benar-benar hancur. Dia sudah cukup lelah, sehingga melupakan rapat yang sudah diaturnya dari jauh-jauh hari. Sebuah tangan lembut, menepuk punggungnya dengan pelan, seakan-akan tengah menen
Sebelum membaca bab ini, harap baca ulang bab sebelumnya. ^^ *** Peletak! Catra menyentil dahi Gisa menggunakan telunjuk dan ibu jari yang dia lipat. "Gila mommy bilang?" tanya Catra. Nada bicaranya sudah lebih lembut daripada sebelumnya. Catra kemudian mengusap kepala Gisa dengan lembut. Tubuh Catra sedikit condong ke depan, menatap manik coklat milik Gisa. "Ya. Sepertinya Daddy memang gila. Daddy gila karena berpisah dengan, mommy," ucap Catra terdengar seperti sebuah gombalan. Sejak kapan seorang Catra yang terkenal dingin, sudi melontarkan gombalannya di tempat seperti ini? Entahlah. Hanya dia dan Tuhan yang tau. Gisa mengerutkan kening, melihat perubahan Catra yang tiba-tiba. "Sepertinya lift ini berhantu. Kenapa si keras kepala ini berubah lembut dalam beberapa saat saja?" batin Gisa berbicara pada dirinya sendiri. Bagaimana tidak heran, beberapa waktu yang lalu, saat mereka berdua bercerai, Catra terkesan dingin dan tidak ramah dengan Gisa. Tapi saat ini, Catra kembali pad