Bab 140. TUBUH MOLEK Darko segera menoleh ke sekelilingnya dengan perasaan malu menghiasi hatinya. Saat ini putri Aurora terlihat sedang berjalan semakin dekat dengan tempat Darko berada, hal ini membuat jantungnya berdebar-debar. Pengawal yang mengikuti putri Aurora segera melihat Darko, mereka segera menatap ke arahnya dengan tatapan tajam dan dipenuhi dengan aura membunuh. Ternyata sepuluh pengawal pribadi putri Aurora merupakan seorang Master ahli beladiri. Mereka bukan sekedar pengawal biasa, Darko bisa merasakan aura mengintimidasi yang dipancarkan sepuluh pengawal berbadan tegap di belakang putri Aurora. “Kalian jangan terlalu dekat denganku, sana minggir agak menjauh.”Putri Aurora terlihat memberi kode dengan isyarat tangan, menyuruh mereka pergi menyebar, sambil berbicara dengan pelan yang hanya didengar para pengawalnya. Tubuh putri Aurora memang sangat sempurna dan aroma tubuhnya sangat harum ketika berjalan melewati Darko. Setelah para penga
Bab 141. GILA HORMAT Wajah Darko tampak dingin, dia tidak menatap tujuh pengawal putri Aurora yang mengancamnya dengan todongan pistol. Darko malahan menatap jauh kedepan, dia sama sekali tidak menganggap keberadaan tujuh orang di depannya ini. Tujuh pengawal ini tentu saja merasa tersinggung dengan sikap Darko yang cuek serta dingin saat ada mereka di depannya. “Kamu cari mati, cepat berlutut dan minta maaf kepada tuan putri!”Seorang pengawal menghardik Darko dengan moncong pistol mengarah ke kepalanya. Darko sangat kesal dengan sikap pengawal ini yang sangat arogan. Kemudian tanpa memberi aba-aba sedikitpun, kaki Darko bergerak bagaikan kilat menendang tangan pengawal yang sedang menodongkan pistol ke arahnya. Krak… Bugh…!!Tendangan ganda kaki Darko bergerak dengan sangat cepat dan indah, setelah menendang tangan pengawal yang memegang pistol. Tendangan kedua langsung mengenai dadanya, yang membuatnya langsung terlempar sejauh sepuluh meter kedalam
Bab 142. MENGHENTIKAN WAKTU Setelah memikirkan baik buruknya, serta dia juga ingin tahu kinerja para Polisi di negara Nusantara ini. Akhirnya Darko mengangkat tangannya, akan tetapi yang diangkat hanya tangan kirinya saja, sementara tangan kanannya masih mencengkram leher putri Aurora. Karena masih merasa kesal dengan putri Aurora dia takkan melepaskan cengkeramannya pada leher putri Aurora, meskipun harus pergi ke kantor Polisi. “Lepaskan putri Aurora, atau kamu saya tembak!”Salah seorang Polisi mengancam Darko yang sedang melewatinya, dengan menodongkan pistol ke arah kepalanya. Darko sangat kesal dengan tingkah Polisi satu ini, dia menyerahkan diri dan mau dibawa kekantor Polisi tentu saja sambil membawa putri Aurora bersamanya. Bughhh…! “Argh…!”Lolongan kesakitan se ketika terdengar dari mulut Polisi yang menodongkan senjata ke arah Darko. Tubuh Polisi bernasib sial ini terpental sejauh sepuluh meter, ketika Darko menendangnya dengan sangat cepat s
Bab 143. PENDEKAR IBLIS “Ba… baik tuan putri.”Dengan gagap dan tubuh gemetar, Yudas segera mencari kunci borgol yang digunakan untuk memborgol tangan putri Aurora. Yudas tampak kebingungan, karena dia sama sekali tidak menemukan kunci borgolnya. “Kenapa, kuncinya tidak ketemu? Kamu ini dasar pengawal bodoh. Kamu ini apa tidak ingat dimana kunci borgol yang digunakan untuk memborgol tangan saya? Cepat keluar dan cari sampai ketemu.!” Putri Aurora segera menendang kaki Yudas yang ada di sampingnya. Meskipun tubuh Yudas sangat kekar, akan tetapi ditendang tepat di tulang keringnya tentu saja membuatnya kesakitan. Dengan cepat Yudas segera keluar dari dalam mobil Polisi, matanya terbelalak lebar ketika melihat suasana di luar mobil. Yudas melihat seluruh rekannya sedang berdiri dengan wajah menunduk dan tangan mereka di borgol seperti halnya putri Aurora. Yang membuatnya terkejut adalah semua Polisi sedang menodongkan senjatanya ke mereka. Sementara i
Bab 144. PIL KEHIDUPAN Darko segera melepaskan ikatan pada tubuh gadis suci dengan cara mengerahkan pikirannya. Seketika sulur spiritual yang mengikat dan melilit tubuh gadis suci bagaikan mumi akar terlepas seperti seekor ular yang melepaskan lilitannya pada tubuh mangsanya. Seluruh kulit gadis suci memerah bekas lilitan sulur spiritual yang melilit tubuhnya. Darko segera memeriksa, denyut nadi gadis suci, setelah lilitan yang mengikat tubuhnya terlepas semua. “Hmm… masih ada denyut kehidupan, hanya saja detak nadinya sangat lemah.”Setelah memeriksa dengan seksama keadaan wanita suci, Darko segera menotok beberapa titik akupuntur di tubuhnya untuk melancarkan aliran darah yang terhenti. Akibat terlalu lama dililit sulur spiritual yang menyedot energi sejati miliknya, membuat gadis suci kehabisan energi. Ditambah dengan dihisapnya energi suci, oleh pendekar iblis membuat energi kehidupan gadis suci semakin lemah. Setelah menotok beberapa titik akupuntu
Bab 145. KILATAN CAHAYA MENGHANCURKAN Meski energi Maria masih sangat lemah setelah dihisap oleh Ketua Mangas dari sekte Iblis. Akan tetapi dengan sedikit energi sejati yang tersisa, sudah cukup baginya untuk menghancurkan mayat Ketua Mangas hingga menjadi daging lunak. Sebagai tubuh yang sudah mati, maka tidak ada energi sedikitpun yang bisa menahan injakan kaki Maria yang dipenuhi dengan amarah dan keinginan membunuh yang sangat besar. Setelah puas menghancurkan tubuh Ketua Mangas, seketika tubuh Maria lemas dan jatuh terduduk. Energi sejati yang tersisa sudah dia habiskan untuk menghancurkan tubuh ketua Mangas, sehingga kini dia seperti kain tanpa besi penyangga dan hanya bisa jatuh terduduk begitu saja. Darko tersenyum tipis melihat keadaan Maria. Keributan yang terjadi di lantai tiga puluh ternyata diketahui oleh petugas keamanan. Sebenarnya, yang membuat semua orang tahu keributan di lantai tiga puluh ini adalah pecahnya kaca jendela, saat Dark
Bab 146. SALAH PAHAM “Temui ketua sekte dan ceritakan kalau kamu di culik sekte iblis.” “Baik.”Kemudian Maria memimpin jalan menuju aula sekte gadis suci. Ternyata letak aula utama ada di puncak gunung, sepanjang perjalanan menuju aula utama, banyak anggota sekte yang menatap kearah Darko dengan tatapan penuh waspada. Sekte gadis suci merupakan wilayah terlarang bagi orang lain, area ini hanya boleh didatangi oleh anggota inti sekte. Yang membuat mereka penasaran adalah kehadiran Darko yang bukan saja orang asing, tapi adalah seorang pemuda ganteng. Mata anggota sekte gadis suci seakan melihat pemandangan yang sangat indah. Mereka sudah bertahun-tahun tidak pernah melihat sosok seorang pria, sehingga ketika melihat Darko tiba-tiba otak mereka langsung berpikir kotor dan mesum. Padahal ketua sekter dan para ketua yang lainnya selalu mengingatkan kepada para murid yang masih muda untuk bisa mengekang diri dan tidak terobsesi dengan seorang pria. S
Bab 147. API BERKOBAR Sementara itu Darko yang berdiri di samping Maria tidak menyangka kalau gurunya Maria akan begitu marah dengan kepulangannya. Tongkat berbentuk Mahkota di tangan ketua sekte mengeluarkan cahaya yang sangat menyilaukan. Suasana Aula seketika berubah mencekam, ketua yang lain terdiam melihat kemarahan yang dipancarkan ketua sekte. Saat cahaya di tongkat ketua sekte sudah mulai memadat dan akan segera ditembakkan ke tubuh Maria, tiba-tiba suhu udara yang sangat mencekam berubah dalam sekejap. Suhu di dalam aula menjadi dingin, aura dingin ini ternyata di pancarkan Darko untuk membekukan cahaya kemilau dari tongkat ketua sekte yang akan digunakan untuk mengambil semua ilmu yang sudah dipelajari Maria. Memang tepat apa yang dilakukan Darko, setelah dia mengeluarkan aura dinginnya seketika suhu udara di dalam aula mulai membeku dengan kecepatan yang bisa dilihat dengan mata telanjang. Suhu dingin ini bermula dari tongkat di tangan ketu
Bab 295. KEBAHAGIAAN “Jadi, siapa orang tua kak Darko?” Angeline berkata tanpa sadar. Padahal dia merasa malu untuk menanyakannya, akan tetapi apa yang keluar dari mulutnya adalah reflek saja karena dia tidak bisa menahan rasa penasarannya. George tidak marah mendengar perkataan Angeline, sebaliknya George malahan tersenyum kemudian melanjutkan perkataannya. “Orang tua Darko tentu saja kamu sudah mengenalnya dengan baik.” “Apa? Saya sudah mengenalnya?”Angeline berteriak tanpa sadar, saat tersadar dan merasa tidak sopan berteriak di hadapan mertuanya, Angeline langsung menutup mulutnya dengan tangan. “Maaf saya hanya terkejut saja. Tapi siapakah orang tua kak Darko, mana mungkin saya sudah mengenalnya.” “Orang tua Darko adalah Bu Siti.”George segera menyebutkan nama Siti dengan nada pelan sambil menatap wajah Angeline dan Darko silih berganti. "Mana mungkin bu Siti adalah orang tua kandung kak Darko?”Mata Angeline seakan mau keluar saat men
Bab 294. LATAR BELAKANG YANG MENGEJUTKAN Malam ini Angeline benar-benar menyerahkan diri sepenuhnya kepada Darko. Tentu saja Darko juga tidak menolak ketika Angeline berinisiatif untuk melakukan hubungan intim sebagai suami istri dengannya. Keesokan paginya wajah Darko tampak semakin bersemangat, kegundahan dan kegalauan yang mendera pikirannya sudah lebih berkurang. Sedangkan wajah Angeline tampak pucat dan terlihat seperti orang yang kelelahan. Maklumlah mereka semalam telah bertempur hingga semalaman. Bagi Darko yang seorang kultivator tentu saja tidak masalah jika dia melakukan hubungan suami istri semalaman tanpa henti. Hanya saja dia tidak tega melihat Tenaga Angeline kehabisan untuk melayaninya. Menjelang subuh barulah Darko menghentikan serangannya pada Angeline. Saat terbangun Darko tampak bersiul dengan penuh kegembiraan dan langsung berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Tanpa menunggu Angeline terbangun
Bab 293. TIDUR SATU RANJANG DENGAN ANGELINE Setelah menerima laporan kapten pengawal, tuan besar George segera bangkit dari duduknya dan meninggalkan ruang keluarga. Widyawati memandangi kepergian suaminya tanpa berusaha mencegahnya, karena dia tahu kalau George ingin segera bertemu dengan Darko. “Kalian kembalilah ke tempat kalian, nanti kalau saya membutuhkan bantuan kalian pasti kalian akan saya panggil.” “Baik nyonya.”Kapten pengawal dan kepala pelayan segera kembali ke tempatnya masing-masing. “Darko, kamu pergi kemana saja? Kami mencarimu sedari tadi kenapa tidak kelihatan?”George segera menyapa Darko, setelah melihat sosok Darko yang sedang duduk di teras paviliun. Darko yang sedang asik menikmati rokoknya segera menoleh ke arah sumber suara. Darko segera berdiri dan tersenyum ke arah george setelah mematikan rokok di tangannya. “Ayah…” George menatap wajah anak angkatnya dengan perasaan bersalah, sebagai seorang pria tua yang berpenga
Bab 292. GALAU TINGKAT LANGIT Darko merasa sangat galau tingkat langit menghadapi kenyataan yang dialaminya. Andai dia bisa memilih tentu saja Darko lebih suka selalu hidup di medan perang daripada menerima kenyataan ini. Kenyataan ini tidak bisa dikatakan manis maupun pahit, karena semua adalah kenyataan yang sebenarnya. Hanya saja setelah tahu bahwa dia hanya anak angkat, perasaan hutang budi kepada ayah dan ibu angkatnya menjadi sangat besar. Hutang budi ini melebihi kebaikan harus dilakukan oleh anak kandung kepada orang tua kandungnya. Karena sangatlah wajar dan seharusnya, anak kandung berbakti kepada kedua orang tuanya. Akan tetapi saat ini Darko merasa tekanan yang harus dilakukan kepada kedua orang tua angkatnya seperti sebuah gunung yang selalu berada di punggungnya. Tentu saja Darko tidak bisa durhaka maupun melupakan budi baik yang diberikan George dan Widyawati yang selama ini merawatnya. Bahkan kalau bisa, dia tidak ingin
Bab 291. SEBUAH TEKAD Dalam sekejap sosoknya sudah muncul di tebing gunung yang dulu pernah dijadikan tempat berkemah. Tebing gunung ini terletak di perbatasan timur Nusantara, lebih tepatnya tempat dia berkemah dan membunuh seekor ular python. Tempat ini sangatlah terpencil serta pemandangannya sangat indah, dari atas tebing ini Darko bisa menatap ke arah lembah sejauh mata memandang. “Aaaa…. aaaa….aaaa….!!”Dengan lantangnya Darko menjerit sekuat tenaga melepaskan kegundahan dan ketidak percayaan pada dirinya. Gema teriakan Darko mengagetkan hewan-hewan liar yang ada di hutan serta menerbangkan burung-burung yang sedang mencari makan di antara pepohonan. “Tuhan… haruskan saya percaya dengan kenyataan ini? Orang tua yang begitu baik merawatku sejak kecil ternyata mengaku bukan orang tua kandungku?” “Tuhan…! Apa yang harus saya lakukan?” “Astagfirullahaladzim…. Ya Alloh, ujian apalagi yang Engkau berikan kepadaku?” “Kalau memang mereka berd
Bab 290. TEKANAN BATIN Angeline segera menjawab pertanyaan Widyawati, sambil tersenyum kearah Siti. Sementara itu Darko yang tidak terlalu menganggap penting kehadiran Siti, ekspresi wajahnya tampak datar saja. Jendral George dan Widyawati sepertinya juga mengerti, kenapa Darko bersikap datar kepada Siti. Yang pasti Darko belum menyadari kalau wanita paruh baya yang datang jauh-jauh dari negara Samanta ini, sebenarnya hanya mempunyai satu tujuan yaitu untuk menemui Darko sebagai anak kandungnya yang hilang dua puluh lima tahun yang lalu. Siti tampak tersenyum mendapat pembelaan dari Angeline. Tentu saja sebagai sesama wanita Angeline lebih peka dan tidak terlalu berpikir jauh dengan Siti. Apalagi mereka sudah menandatangani kerjasama antara dua perusahaan, sehingga sikap Angeline sebagai CEO baru, tentu saja sangat senang dengan kerjasama ini. “Maaf ayah, saya mau ke kamar dulu. Biar Angeline menemani kalian ngobrol.”Darko segera berpamitan
Bab 289. ANGELINE BERTEMU KEDUA MERTUANYA Widyawati tampak menghela nafas setelah melihat foto yang ada di dalam liontin, kemudian dia menyerahkan kalung perak itu kepada Siti. “Ternyata kamu memang orang tuanya Darko, akan tetapi lebih baik kalian melakukan tes DNA terlebih dahulu agar semuanya lebih jelas lagi.” “Benar apa kata istriku, kalian sebaiknya Tes DNA terlebih dahulu agar semakin jelas dan kuat hubungan diantara kalian.” Siti sangat terkejut mendengar saran dari kedua suami istri di depannya ini, dia tidak menyangka kalau seorang bangsawan seperti keluarga Mangkusadewo mempunyai hati yang begitu terbuka dan bisa menerima pengakuannya tanpa memarahi maupun menghalanginya. Memang, keluarga Mangkusadewo terkenal sebagai keluarga yang rendah hati dan suka menolong siapapun serta bersedia mendengarkan pendapat orang lain, meskipun sebenarnya pendapat orang itu merugikan dirinya. Sifat-sifat baik dari keluarga Mangkusadewo ini telah diturunk
Bab 288. FOTO MASA MUDA ORANG TUA KANDUNG DARKO Sementara itu Jendral George yang memperhatikan perubahan pada ekspresi wajah Widyawati hanya bisa tersenyum kecil dan bergumam. “Apa yang akan kamu lakukan setelah mendengar perkataan Siti, apakah kamu akan mempercayai begitu saja omongannya? Mana mungkin kita akan melepaskan Darko yang sudah mereka rawat sejak kecil dengan penuh kasih sayang, kepada wanita yang datang entah dari mana dan mengakui kalau Darko adalah anak kandungnya?” “Dari data yang ada di arsip mereka, saya di perlihatkan nama dan alamat rumah ini.”Sebelum Widyawati bertanya dan menyanggah perkataannya, Siti sudah melanjutkan perkataannya. Tampaknya Widyawati mempunyai sifat yang lebih sabar dan bisa menerima perkataan Siti. Meskipun belum seratus persen mempercayai, akan tetapi Widyawati masih bisa menerima apa yang dikatakan Siti. Widyawati ingin menggali lebih banyak informasi yang bisa di keluarkan Siti untuk membuktikan apa yang
Bab 287. TENSI MENINGGI Meskipun kesal karena dia tidak disuruh naik mobil Rolls Royce itu, Siti tetap diam. Karena yang jelas dia diizinkan untuk bertemu dengan tuan George Mangkusadewo. Dengan dikawal kapten penjaga pintu gerbang, Siti berjalan menuju Mansion yang jaraknya dua ratus meter dari pintu gerbang. Akhirnya Siti sampai juga di Mansion keluarga Mangkusadewo, di depan pintu Mansion dia sudah dijemput seorang pengawal bagian dalam. Kapten penjaga pintu gerbang segera menyerahkan tanggung jawab mengantar Siti kepada pengawal bagian dalam. Begitu memasuki Mansion, Siti sangat kagum dengan arsitektur dan furniturenya. Arsitekturnya gabungan dari arsitektur tradisional di gabungkan dengan arsitektur modern. “Tuan, tamunya sudah ada di sini.”Pengawal bagian dalam yang menerima Siti segera memberi hormat dan melaporkan kedatangannya. Jendral George Mangkusadewo segera menatap kearah Siti, dalam tatapan matanya terlihat kalau dia