Bab 13. DIUSIR DAN DI PERMALUKAN “Perhatian…” Nyonya besar mengangkat tangannya dan berkata, sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Meskipun suara nyonya besar tidak terlalu besar, namun cukup membuat semua orang terdiam. Selain anggota keluarga Wibisono, yang menghadiri acara pesta ini adalah para petinggi dan karyawan senior perusahaan Wibisono. Angeline dan keluarganya tidak tahu, untuk apa nyonya besar mengadakan acara pesta pertemuan keluarga ini. Setelah semua orang terdiam dan memandang ke arahnya, kemudian nyonya besar berkata, “Saudara-saudara keluarga besar Wibisono, malam ini saya mengadakan pesta ini punya satu hal yang akan di umumkan.” Semua orang seketika saling tatap satu dengan yang lainnya dengan rasa penasaran, karena acara ini sangatlah mendadak. “Pesta ini kami selenggarakan untuk mengumumkan bertambahnya satu orang sebagai bagian keluarga besar Wibisono.” Perkataan ini sekali lagi membuat semua orang
Bab 14. BERSUKACITA ATAS KEMALANGAN ORANG LAIN Darko sama sekali tidak memberi komentar mendengar keputusan nyonya besar, dalam hati dia mencibir melihat tingkah semua orang yang nampak bersuka cita dengan kemalangan yang dialami Angeline dan keluarganya. Dengan menaiki taksi, Abimayu di antar ke Rumah Sakit Umum Daerah kota Mandiraja. Setelah Abimayu diberi perawatan oleh dokter dan menunggu untuk di pindahkan ke kamar rawat inap. Angeline pamitan untuk membereskan rumah mereka dan menyiapkan tempat tinggal sementara setelah diusir dari Mansion keluarga. Darko mengikuti Angeline untuk pulang ke Mansionnya, baru juga masuk ke pintu gerbang semua pelayan nampak meneteskan air mata dan menatap kedatangan Angeline dengan sedih. Tentu saja mereka sangat sedih, setelah puluhan tahun tinggal di Mansion dan melayani Angeline beserta keluarganya, kini mereka harus berpisah. Apalagi perpisahan ini karena Angeline dan orang tuanya di usir oleh nyonya besar.
Bab 15. MENANTU MISKIN PEMBAWA SIAL Darko saat ini sedang tidur di kamar Angeline, meskipun Angeline tidak ada, dia tetap tidur di lantai beralaskan kasur lantai yang baru saja dibeli.saat belanja di luar. Meskipun sedang tidur, sebenarnya Darko mengetahui kepulangan Angeline, tapi dia sengaja memejamkan matanya pura-pura tidak dengar. Tentu saja Angeline sangat penasaran, kenapa Darko sampai tidak mendengar panggilannya, tanda tanya besar menghiasi benaknya, ‘apakah Darko sedang keluar untuk melakukan sesuatu?’ Sambil membawa botol air mineral dingin yang dia ambil di lemari pendingin, Angeline berjalan ke arah kamarnya. Begitu pintu terbuka, dia melihat sosok Darko yang sedang tidur nyenyak di atas kasur lantai yang baru. “Lagi tidur, pantas di panggil tidak dengar. Eh? Kasur yang dijadikan alas juga seperti masih baru, apa kak Darko memang barusan belanja semua ini?” Gumam Angeline dengan suara rendah seakan tidak percaya. Melihat Darko yang tidur n
Bab 16. MENANTU MISKIN YANG TIDAK DIHARAPKAN Wajah Rossa nampak sangat jelek setelah tahu kalau masakan yang barusan dia makan adalah masakan Darko. Apalagi semua masakan itu, yang ,membeli dari uang menantu miskin yang tidak diharapkan sebelumnya. Setelah meminum dua gelas air mineral yang diambil dari Dispenser, suasana Rossa menjadi lebih lega dan nyaman. “Ibu gak mau makan dari menantu yang miskin itu? Apa kata orang kalau tahu, ibu dan kita semua makan uang dari menantu yang tidak kita suka.” “Sudahlah bu, kita jangan terlalu memikirkan apa kata orang. Di apartemen ini yang tahu hal ini hanya kita sekeluarga saja, asal tidak ada orang yang memberitahu maka mereka pasti juga mengira kalau uang yang digunakan Darko untuk belanja semua ini, pemberian Angeline.” Mendengar ucapan Angeline, seketika hati Rossa menjadi lebih nyaman perasaannya. “Kalau begitu juga boleh, kalau begitu ibu mau makan lagi nasi rendang sapi tadi.”Tanpa malu-malu setelah
Bab 17. AURA DEWA PEMBUNUH Pengemudi ini meludah sembarangan dan tanpa sengaja ludahnya kebetulan mengenai kaki Darko. Seketika wajah Darko langsung menggelap, melihat ada orang meludah dan ludahnya mengenai sepatunya. “Hai botak, apa yang kamu lakukan, kalau meludah lihat-lihat!” Hardik Darko sambil menatap tajam kearah si Botak. Si Botak yang bertampang sombong selayaknya seorang gangster, sama sekali tidak merasa bersalah, bahkan dia malah memelototi Darko. “Apa kau bilang?! Meludah lihat-lihat, memangnya ludah punya mata?!” Hardik si Botak sambil memandang ke arah Darko dengan tatapan meremehkan. Darko sangat kesal dengan sikap arogan si Botak ini, sudah salah menabrak pengendara sepeda motor, sekarang meludah sembarangan pun sama sekali tidak mau meminta maaf. Malahan seperti menantang dan matanya memelototi warga yang berkerumun untuk menolong wanita pengendara sepeda motor yang tertabrak mobil sedan si Botak ini. Dengan cepat
Bab 18. DILUAR BAGAI HARIMAU DI RUMAH BAGAIKAN KUCING JINAK Anak buah si Botak yang selamat dari hantaman tubuhnya hanya bisa menatap Darko dengan pandangan penuh rasa terkejut. Mereka tidak menyangka kalau pemuda kampungan di depannya begitu kuat, tubuh si Botak yang beratnya mencapai seratus kilogram bisa dilempar dengan begitu mudah. Melihat hal ini saja, sudah dapat menilai betapa kuatnya tenaga Darko. “Kenapa kalian bengong, sini maju biar saya lempar seperti si Botak!” Hardik Darko sambil menatap ke arah anak buah si Botak yang belum menyerangnya. Terdengar rintihan dari arah si Botak dan yang lainnya, Darko kemudian berjalan ke arah mereka. Melihat Darko menghampiri, seketika anak buah si Botak melangkah mundur dan menjaga jarak dengan tongkat masih berada di genggamannya. Darko sama sekali tidak peduli dengan sikap mengancam mereka, karena dia tahu kalau anak buah si Botak sedang dalam ketakutan dan mentalnya sudah jatuh. Setelah berad
Bab 19. ANGELINE DI CULIK Rossa dan dokter Zaver seakan sedang reuni, padahal baru beberapa hari mereka tidak bertemu. Tentu saja Rosa sangat senang dengan kedatangan dokter Zaver, dirinya yang sudah dibuang dari keluarga besar Wibisono, masih dikunjungi olehnya. “Ayo masuk, jangan hiraukan orang itu.”Rossa langsung menarik tangan dokter Zaver untuk masuk dan bertemu dengan Abimayu, tidak lupa dia menatap sinis ke arah Darko yang masih berdiri di dekat pintu. Abimayu yang sedang duduk di kursi roda juga mendengar kedatangan dokter Zaver, dia segera mendorong kursi rodanya untuk menyambut. Melihat Abimayu duduk di kursi roda dan sedang berusaha mengayuh untuk menyambutnya, dokter Zaver dengan sigap langsung menghampiri. “Bagaimana keadaan Om Abimayu, apa sudah lebih baik?”Dokter Zaver berkata sambil memegang tangan Abimayu, seakan dia adalah orang yang sangat perhatian. “Kamu lihat sendiri, Om belum bisa berjalan dengan normal.” “I
Bab 20. AKSI PENYELAMATAN “Kurang ajar, kalian sangat berani berbuat macam-macam dengan Angeline. Daniel, kamu takkan kuberi ampun!”Gigi geraham Darko nampak mengeras sambil bergumam memaki Daniel dan komplotannya yang menculik Angeline. Setelah menemukan, dimana posisi Angeline sekarang berada dengan mata batinnya. Darko segera menghentikan taksi dan menyuruhnya berjalan ke arah selatan dengan kecepatan maksimal. Sopir taksi nampak kebingungan mendengar perintah Darko, akan tetapi saat Darko meletakkan setumpuk uang di dashboard mobil, seketika wajah sopir taksi langsung berseri-seri. Tanpa banyak tanya dia langsung tancap gas, mengemudi sesuai arahan Darko. Ternyata mereka menuju komplek Villa yang terpencil di luar kota Mandiraja. Setelah menyuruh sopir taksi untuk pergi, dengan hati-hati Darko memasuki komplek Villa ini. Villa ini terlihat sepi dan sangat terpencil, jika dilihat dari jauh. Saat didekati, ternyata banyak bayangan hitam yang berj
Bab 295. KEBAHAGIAAN “Jadi, siapa orang tua kak Darko?” Angeline berkata tanpa sadar. Padahal dia merasa malu untuk menanyakannya, akan tetapi apa yang keluar dari mulutnya adalah reflek saja karena dia tidak bisa menahan rasa penasarannya. George tidak marah mendengar perkataan Angeline, sebaliknya George malahan tersenyum kemudian melanjutkan perkataannya. “Orang tua Darko tentu saja kamu sudah mengenalnya dengan baik.” “Apa? Saya sudah mengenalnya?”Angeline berteriak tanpa sadar, saat tersadar dan merasa tidak sopan berteriak di hadapan mertuanya, Angeline langsung menutup mulutnya dengan tangan. “Maaf saya hanya terkejut saja. Tapi siapakah orang tua kak Darko, mana mungkin saya sudah mengenalnya.” “Orang tua Darko adalah Bu Siti.”George segera menyebutkan nama Siti dengan nada pelan sambil menatap wajah Angeline dan Darko silih berganti. "Mana mungkin bu Siti adalah orang tua kandung kak Darko?”Mata Angeline seakan mau keluar saat men
Bab 294. LATAR BELAKANG YANG MENGEJUTKAN Malam ini Angeline benar-benar menyerahkan diri sepenuhnya kepada Darko. Tentu saja Darko juga tidak menolak ketika Angeline berinisiatif untuk melakukan hubungan intim sebagai suami istri dengannya. Keesokan paginya wajah Darko tampak semakin bersemangat, kegundahan dan kegalauan yang mendera pikirannya sudah lebih berkurang. Sedangkan wajah Angeline tampak pucat dan terlihat seperti orang yang kelelahan. Maklumlah mereka semalam telah bertempur hingga semalaman. Bagi Darko yang seorang kultivator tentu saja tidak masalah jika dia melakukan hubungan suami istri semalaman tanpa henti. Hanya saja dia tidak tega melihat Tenaga Angeline kehabisan untuk melayaninya. Menjelang subuh barulah Darko menghentikan serangannya pada Angeline. Saat terbangun Darko tampak bersiul dengan penuh kegembiraan dan langsung berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Tanpa menunggu Angeline terbangun
Bab 293. TIDUR SATU RANJANG DENGAN ANGELINE Setelah menerima laporan kapten pengawal, tuan besar George segera bangkit dari duduknya dan meninggalkan ruang keluarga. Widyawati memandangi kepergian suaminya tanpa berusaha mencegahnya, karena dia tahu kalau George ingin segera bertemu dengan Darko. “Kalian kembalilah ke tempat kalian, nanti kalau saya membutuhkan bantuan kalian pasti kalian akan saya panggil.” “Baik nyonya.”Kapten pengawal dan kepala pelayan segera kembali ke tempatnya masing-masing. “Darko, kamu pergi kemana saja? Kami mencarimu sedari tadi kenapa tidak kelihatan?”George segera menyapa Darko, setelah melihat sosok Darko yang sedang duduk di teras paviliun. Darko yang sedang asik menikmati rokoknya segera menoleh ke arah sumber suara. Darko segera berdiri dan tersenyum ke arah george setelah mematikan rokok di tangannya. “Ayah…” George menatap wajah anak angkatnya dengan perasaan bersalah, sebagai seorang pria tua yang berpenga
Bab 292. GALAU TINGKAT LANGIT Darko merasa sangat galau tingkat langit menghadapi kenyataan yang dialaminya. Andai dia bisa memilih tentu saja Darko lebih suka selalu hidup di medan perang daripada menerima kenyataan ini. Kenyataan ini tidak bisa dikatakan manis maupun pahit, karena semua adalah kenyataan yang sebenarnya. Hanya saja setelah tahu bahwa dia hanya anak angkat, perasaan hutang budi kepada ayah dan ibu angkatnya menjadi sangat besar. Hutang budi ini melebihi kebaikan harus dilakukan oleh anak kandung kepada orang tua kandungnya. Karena sangatlah wajar dan seharusnya, anak kandung berbakti kepada kedua orang tuanya. Akan tetapi saat ini Darko merasa tekanan yang harus dilakukan kepada kedua orang tua angkatnya seperti sebuah gunung yang selalu berada di punggungnya. Tentu saja Darko tidak bisa durhaka maupun melupakan budi baik yang diberikan George dan Widyawati yang selama ini merawatnya. Bahkan kalau bisa, dia tidak ingin
Bab 291. SEBUAH TEKAD Dalam sekejap sosoknya sudah muncul di tebing gunung yang dulu pernah dijadikan tempat berkemah. Tebing gunung ini terletak di perbatasan timur Nusantara, lebih tepatnya tempat dia berkemah dan membunuh seekor ular python. Tempat ini sangatlah terpencil serta pemandangannya sangat indah, dari atas tebing ini Darko bisa menatap ke arah lembah sejauh mata memandang. “Aaaa…. aaaa….aaaa….!!”Dengan lantangnya Darko menjerit sekuat tenaga melepaskan kegundahan dan ketidak percayaan pada dirinya. Gema teriakan Darko mengagetkan hewan-hewan liar yang ada di hutan serta menerbangkan burung-burung yang sedang mencari makan di antara pepohonan. “Tuhan… haruskan saya percaya dengan kenyataan ini? Orang tua yang begitu baik merawatku sejak kecil ternyata mengaku bukan orang tua kandungku?” “Tuhan…! Apa yang harus saya lakukan?” “Astagfirullahaladzim…. Ya Alloh, ujian apalagi yang Engkau berikan kepadaku?” “Kalau memang mereka berd
Bab 290. TEKANAN BATIN Angeline segera menjawab pertanyaan Widyawati, sambil tersenyum kearah Siti. Sementara itu Darko yang tidak terlalu menganggap penting kehadiran Siti, ekspresi wajahnya tampak datar saja. Jendral George dan Widyawati sepertinya juga mengerti, kenapa Darko bersikap datar kepada Siti. Yang pasti Darko belum menyadari kalau wanita paruh baya yang datang jauh-jauh dari negara Samanta ini, sebenarnya hanya mempunyai satu tujuan yaitu untuk menemui Darko sebagai anak kandungnya yang hilang dua puluh lima tahun yang lalu. Siti tampak tersenyum mendapat pembelaan dari Angeline. Tentu saja sebagai sesama wanita Angeline lebih peka dan tidak terlalu berpikir jauh dengan Siti. Apalagi mereka sudah menandatangani kerjasama antara dua perusahaan, sehingga sikap Angeline sebagai CEO baru, tentu saja sangat senang dengan kerjasama ini. “Maaf ayah, saya mau ke kamar dulu. Biar Angeline menemani kalian ngobrol.”Darko segera berpamitan
Bab 289. ANGELINE BERTEMU KEDUA MERTUANYA Widyawati tampak menghela nafas setelah melihat foto yang ada di dalam liontin, kemudian dia menyerahkan kalung perak itu kepada Siti. “Ternyata kamu memang orang tuanya Darko, akan tetapi lebih baik kalian melakukan tes DNA terlebih dahulu agar semuanya lebih jelas lagi.” “Benar apa kata istriku, kalian sebaiknya Tes DNA terlebih dahulu agar semakin jelas dan kuat hubungan diantara kalian.” Siti sangat terkejut mendengar saran dari kedua suami istri di depannya ini, dia tidak menyangka kalau seorang bangsawan seperti keluarga Mangkusadewo mempunyai hati yang begitu terbuka dan bisa menerima pengakuannya tanpa memarahi maupun menghalanginya. Memang, keluarga Mangkusadewo terkenal sebagai keluarga yang rendah hati dan suka menolong siapapun serta bersedia mendengarkan pendapat orang lain, meskipun sebenarnya pendapat orang itu merugikan dirinya. Sifat-sifat baik dari keluarga Mangkusadewo ini telah diturunk
Bab 288. FOTO MASA MUDA ORANG TUA KANDUNG DARKO Sementara itu Jendral George yang memperhatikan perubahan pada ekspresi wajah Widyawati hanya bisa tersenyum kecil dan bergumam. “Apa yang akan kamu lakukan setelah mendengar perkataan Siti, apakah kamu akan mempercayai begitu saja omongannya? Mana mungkin kita akan melepaskan Darko yang sudah mereka rawat sejak kecil dengan penuh kasih sayang, kepada wanita yang datang entah dari mana dan mengakui kalau Darko adalah anak kandungnya?” “Dari data yang ada di arsip mereka, saya di perlihatkan nama dan alamat rumah ini.”Sebelum Widyawati bertanya dan menyanggah perkataannya, Siti sudah melanjutkan perkataannya. Tampaknya Widyawati mempunyai sifat yang lebih sabar dan bisa menerima perkataan Siti. Meskipun belum seratus persen mempercayai, akan tetapi Widyawati masih bisa menerima apa yang dikatakan Siti. Widyawati ingin menggali lebih banyak informasi yang bisa di keluarkan Siti untuk membuktikan apa yang
Bab 287. TENSI MENINGGI Meskipun kesal karena dia tidak disuruh naik mobil Rolls Royce itu, Siti tetap diam. Karena yang jelas dia diizinkan untuk bertemu dengan tuan George Mangkusadewo. Dengan dikawal kapten penjaga pintu gerbang, Siti berjalan menuju Mansion yang jaraknya dua ratus meter dari pintu gerbang. Akhirnya Siti sampai juga di Mansion keluarga Mangkusadewo, di depan pintu Mansion dia sudah dijemput seorang pengawal bagian dalam. Kapten penjaga pintu gerbang segera menyerahkan tanggung jawab mengantar Siti kepada pengawal bagian dalam. Begitu memasuki Mansion, Siti sangat kagum dengan arsitektur dan furniturenya. Arsitekturnya gabungan dari arsitektur tradisional di gabungkan dengan arsitektur modern. “Tuan, tamunya sudah ada di sini.”Pengawal bagian dalam yang menerima Siti segera memberi hormat dan melaporkan kedatangannya. Jendral George Mangkusadewo segera menatap kearah Siti, dalam tatapan matanya terlihat kalau dia