Share

Bab 34

Author: Naimatun Niqmah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Sebenarnya pengen cuek menanggapi ucapan Mak Rida kemarin, tapi tak bisa. Selalu terngiang-ngiang ucapan Mak Rida, kalau Lika selingkuh dengan saudara Mbak Juwariah. Jujur saja aku masih belum percaya, kalau Lika setega itu mengkhianati Toni.

“Dek? Ngelamun aja!” ucap Mas Riko memegang pundakku. Membuyarkan lamunanku. Aku masih terdiam, bingung.

“Ada masalah?” tanya Mas Riko seakan mengetahui kegelisahanku. Apa aku ceritakan saja kepada Mas Riko, biar aku tak salah ambil jalan?

“Ehem,” mencoba membuka omongan yang terasa tercekat di tenggorokkan, “iya, Mas. Tapi ...” aku menggantung omongan.

“Tapi apa?” tanya Mas Riko menyipitkan matanya. Memandangku lekat.

“Tapi Adek takut salah ngomong, terus jadi fitnah,” ucapku melanjutkan kalimat.

“Adek, percaya sama, Mas, kan?” tanya Mas Riko melipatkan keningnya. Aku mengangguk.

“Kalau percaya ceritakanlah, kita harus saling terbuka,” ucap Mas Riko lagi.

“Kemarin aku belanja di toko Mak Rida, ada gosip miring tentang Lika,” jawabku.

“Gosip mir
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 35

    “Harus gimana lagi? kita langsung ngelabrak Lika, nggak mungkin, kita nggak punya bukti. Mau bilang ke Ibu, pasti Ibu nggak percaya. Mau bilang ke Toni? Mas rasapun Toni juga tak akan percaya,” jawabnya panjang dengan sekali nafas.“Tapi kalau Mas deketin Mbak Ria, apa kata orang? Gosipnya pasti terdengar tak sedap,” jawabku dengan hati yang tak bisa aku jelaskan.“Semua jalan memang terasa buntu, Dek, tapi kita harus ambil tindakan. Mas nggak rela, Toni di khianati,” ucap Mas Riko dengan nada geram.“Nggak, Mas. Pokonya adek nggak setuju. Kita fikirkan lagi jalan keluarnya. Itu terlalu ekstrem. Selain itu, masih ada lagi yang sangat adek takutkan, jika Mas ambil jalan mendekati Mbak Ria,” tandasku. “Apa?” tanyanya.“Mas jatuh cinta lagi sama Mbak Ria. Walau bagaimana pun kalian dulu pernah menjalin asmara,’ jawabku mengerucutkan bibir. Mas Riko malah menyeringai mendengar ucapanku.“Ya Ampun, Dek. Nggak bakalan, ini hanya sekedar membuka tabir yang tertutup,” jawab Mas Riko. Aku men

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 36

    “Aku ini udah kenal kalian lama, loo, ada apa? Ada yang kalian sembunyiin dari aku?” Toni mulai curiga dengan ucapanku dan Mas Riko. Aku dan Mas Riko saling beradu padang. Terdiam sejenak.“Mas? Mbak? Ada apa? Jujur saja! Kalian tak pandai untuk berbohong,” ucap Toni Lagi. membuat kami saling lirik.“Ehem, gini, Ton!” ucap Mas Riko memulai bicara, “Ada hal yang ingin Mas sampaikan, tapi belum tentu kebenarannya. Jadi, Mas takut malah menjadi fitnah nantinya,” ucap Mas Riko terdengar belepot ngomongnya. Aku faham maksudnya. Dia ingin menyampaikan dengan sangat hati-hati, agar adik semata wayangnya tak tersinggung.“Sampaikan saja, Mas! Kalau belum tentu kebenarannya, kita buktikan berasama kebenarannya,” jawab Toni dengan khas santainya. Apa dia masih akan terlihat santai, jika mendengar gosip miring tentang istrinya? Terasa tak sanggup menyampaikannya.“Mas takut kamu marah,” jawab Mas Riko pelan. Toni menyipitkan matanya. Memandang lekat abangnya.“Kamu mengenalku dari kecil, Mas. Ap

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 37

    “Lika selama ini bilangnya lembur, kita ikuti saja dia,” jawab Toni. Aku mengangguk tanda menyetujui. Dari pada ide Mas Riko untuk mendekati Juwariah, mending mendukung ide Toni. Ah, modul lelaki.“Mbak setuju, Ton!!! Dari pada ide Mas mu,” jawabku semangat seraya melirik Mas Riko. Mas Riko juga terlihat mengangguk dan juga melirikku.“Emang ide Mas Riko apa, Mbak?” tanya Toni.“Deketin Mbak Ria untuk mengungkap istrimu,” jawabku mengerucutkan bibir.“Itu, Mah, modus,” jawab Toni dengan tawa lebar. Aku mengangguk seraya melirik Mas Riko. Mas Riko terlihat nyengir.“Kapan kita mulai?’ tanya Mas Riko mencoba mengalihkan pembicaraan, tapi juga terdengar semangat.“Mulai nanti malam juga bisa, Mas.” Jawan Toni santai. Aku merasa bingung. Dia sebenarnya marah nggak, sih? Masak iya nggak tersulut api cemburu mendengar gosip istrinya selingkuh? “Kamu beneran nggak apa-apa?” tanyaku memastikan.“Maksudnya apa-apa?” tanyanya balik. Aku menarik nafasku kuat dan melepasnya kasar.“Secara ini, d

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 38

    Malam ini, Mas Riko dan Toni akan melancarkan rencana yang sudah di susun rapi. Semoga segera terbongkar kedok Lika. Biar bisa juga membuka mata Ibu, untuk tidak selalu membedakan menantu. Biar bisa juga membedakan mana yang beneran tulus dan mana yang pura-pura tulus.“Mas, semoga berhasil rencananya nanti, ya.” Ucapku memulai pembicaraan, seraya menaruh kopi di meja depannya. “Semoga.” Jawabnya berharap. Kami masih menunggu telpon dari Toni. Karena belum tahu juga, Lika lembur kerja atau tidak malam ini. Gawai dari memasuki magrib, tak terlepas dari genggaman. Takut tak mendengar telpon dari Toni.“Diminum dulu, Mas, kopinya! Biar nggak ngantuk nanti,” suruhku, Mas Riko mengangguk dan mengambil kopi itu. Meniup perlahan dan menyeruputnya.“Yuda menginap di rumah Ibu?” tanyaku, Mas Riko menaruhkan gelas kopi itu ke tempat semula.“Iya, katanya,” jawabnya. Aku mengangguk. Walau aku memang lagi nggak akur dengan ibu, tapi aku juga nggak boleh egois. Ibu tetap neneknya Yuda. Sewaktu-wa

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 39

    “kalau sakit bisa di obatkan. Kalau nggak ada duit, bisa kerja sama-sama. Seandainyapun susah memiliki momongan kayak mereka, bisa ikhtiar bersama mencari dokter dan berdoa agar Sang Maha Pemberi, segera memberikan. Tapi kalau sudah cinta yang di duakan, tak ada maaf,” ucapku lirih yang juga ikut menyandarkan punggung dan menatap langi-langit.Kriiiiinngggg Terdengar suara gawai berbunyi. Nada suara panggilan masuk. Aku terperanjat duduk. Begitu juga dengan Mas Riko. Ku ambil gawaiku dan melihat siapa yang menelpon.“Toni?” tanya Mas Riko. Aku mengangguk. Segera aku angkat telpon itu dan tersambung. Kuberikan kepada Mas Riko dan meloundspeakernya.[Hallo] terdengar suara dari seberang. Suara Toni.[Iya, Ton, Ini Mas, gimana?] jawab Mas Riko.[Lika baru saja keluar, Mas. Pamitnya lembur pulang pagi] jawabnya.[Terus gimana ini? Mas kerumahmu? Atau Mas langsung menunggu dimana gitu?] tanya Mas Riko meminta kejelasan.[Mas nggak usah kesini, kelamaan nanti. Ini aku udah buntuti Lika den

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 40

    Mau tak mau, Mas Riko harus mengantar ibu dulu. Karena jika tidak di turuti bisa perang lagi dengan ibu. Intinya yang muda ngalah aja, kalau bersangkutan dengan ibu. Karena walau nyata salah, juga ibu tetap nggak mau di salahkan.Aku sendirian di rumah, jenuh dan tak sabar menunggu kabar. Aku keluar masuk rumah, persis setrikaan. Mondar mandir nggak jelas dengan suasana hati tak menentu. Kadang panas kadang normal.Karena hati semakin gelisah, aku memutuskan untuk menelpon Mas Riko. Ku mencari gawai dan sial, entah dimana aku menaruhnya tadi. Seperti itulah, kalau di butuhkan pusing mencarinya. Tapi kalau tak di butuhkan selalu nampak di depan mata. Kalau nggak gitu, giliran udah malas mencari, akhirnya ketemu di tempat yang sudah berkali-kali di ubek-ubek, tapi tak terlihat waktu mencarinya tadi. Heran.Dengan perjuangan panjang, meneliti semua ruangan akhirnya ketemu. Hanya tergelatak nyelip di sofa butut yang aku dan Mas Riko ngobrol seraya menunggu telpon dari Toni. Dengan cepat a

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 41

    Setelah pintu terbuka lebar, Mas Riko masuk ke dalam rumah. Diikuti oleh Toni. Toni langsung merebahkan dirinya di sofa dan menutup keningnya dengan punggung tangannya. Begitu juga dengan Mas Riko. Kalau Mas Riko sibuk dengan gawainya. Ada apa ini?Dengan segera aku menuju ke dapur, menyiapkan teh hangat untuk mengisi perut agar terasa lebih baik.“Diminum dulu tehnya!!!” suruhku setelah selesai menaruhkan teh hangat itu di meja. Toni beranjak dan duduk.“Makasih, Mbak,” jawabnya seraya mengambil teh hangat itu, meniupnya dan menyeruputnya pelan-pelan. Diikuti dengan Mas Riko. Terdiam sesaat, biarkan mereka menikmati teh yang aku buat dulu.“Gimana?” tanyaku pelan dan penasaran yang cukup memuncak. Kulihat Toni menarik nafasnya kuat dan melepaskannya pelan-pelan. Matanya nampak nanar. Seandainya dia perempuan, aku rasa sudah menagis mukulin bantal. Mas Riko masih berkutat dengan gawainya. Kemudian menyodorkannya padaku.“Ini, lihat sendiri!” ucap Mas Riko, ku ambil gawainya dari tang

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 42

    “Akur sekali kalian? Tumben kesini ramai-ramai kayak orang demo!” ucap ibu saat kami sampai di rumahnya. Bukannya senang di datengi anak-anaknya , tapi malah kayak gitu.“Karena kami masih menganggap ibu orang tua makanya kami kesini,” tak ku sangka Mas Riko akan menjawab seperti itu. Membuat Ibu terdiam sesaat.“Ada apa? Mau minta beras?” tanya Ibu dengan gaya ngeselinnya. Seakan-akan kami kesini kalau lagi ada maunya saja. “Emang pernah kami ke sini minta beras? Kan ibu yang sering ngasih,” sekarang giliran Toni yang membalas ucapan ibunya.“Didikan Rasti memang bagus, ya? Ngelawan semua anak-anak ibu sekarang,” sungut ibu seakan geram mendengar jawaban anak-anaknya. Lagi-lagi aku yang jadi sasaran. Padahal dari tadi aku diam saja.“Nggak ada sangkut pautnya dengan istriku, memang ibu saja yang sudah terlanjur nggak suka dengannya, jadi apapun masalah yang terjadi di keluarga ini selalu istriku, yang di salahkan,” jawab Mas Riko yang seakan sudah mulai tersulut emosinya.“Bagus sek

Latest chapter

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 115

    Pagi ini Lika berkemas. Menyusun baju-bajunya di koper. Di bantu oleh anak-anak panti yang sudah besar. “Mbak Lika enak ya? punya orang tua, aku juga pengen punya orang tua,” celetuk anak perempuan yang kira-kira umur 12 tahun. Bernama Putri. Membuat Lika tersentuh mendengar omongannya.“Iya,” sahut temannya lagi, yang juga ikut membantu Lika berkemas. Menyadarkan Lika, betapa beruntungnya dia. tapi, dia selama ini tidak mensyukuri itu. Selalu iri dengan kehidupan orang lain. Selalu iri dengan kehidupan Mbak Rasti dulu itu. “Kalian juga beruntung bisa tinggal di panti ini. Jangan merasa nggak punya orang tua. Bu Lexa itukan orang tua kalian,” sahut Lika menanggapi omongan anak-anak panti itu.“Owh, iya, Bu Lexa kan ibu kita,” sahut anak yang lainnya. Putri tersenyum.“Iya, Maksudnya, enak gitu jadi Mbak Lika, orang tuanya masih komplit,” jelas Putri. Membuat Lika sesak saja mendengarnya.“Udah, kalian juga sangat beruntung mempunya orang tua kayak Bu Lexa. Ini semua sudah takdir, ma

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 114

    “Dari mana,Le?” tanya ibunya saat melihat Malik masuk ke dalam kamarnya. Malik tersenyum memandang ibunya.“Main sama temen, Bu. Maaf, ya, seharian ini, Ibu Malik tinggal,” jawab Malik seraya meminta maaf, karena dia merasa nggak enak dengan ibunya.“Nggak apa-apa, Le, kamu juga butuh jalan-jalan. Nggak berkutat di rumah aja, nungguin Ibu,” sahut ibunya. Malik tersenyum lagi, karena hanya ibu dan Mahira yang dia punya. Saudara banyak, tapi jarang sekali komunikasi. Jadi terputus pelan-pelan. “Malik senang di rumah sama ibu,” sahut Malik, kemudian merebahkan badannya di sebelah ibunya. Kemudian tangan ibunya mengelus rambut Malik. Karena Malik sangat senang jika ibunya melakukan itu. Ke dua tangan ibu Malik masih berfungsi, itupun dengan gerakkan lambat. Kalau kakinya sudah tidak berfungsi lagi. “Kamu kok, sedih, Le?” tanya ibunya saat melihat wajah anak sulungnya itu murung. Tanpa bisa di tahan, beningan kristal meleleh dari sudut matanya.“Lah, kok, malah nangis? Cerita sama ibu a

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 113

    “Lika,” sapa Tante Lexa saat membukakan pintu untuk Lika. Lika cepat-cepat menyeka air atanya yang masih terus mengalir. “Tante,” sahut Lika masih terus menyeka air matanya, yang nggak bisa berhenti. Malik sudah pulang. Saat pintu rumah Tante Lexa di buka, Malik langsung memutar mobilnya dan keluar meninggalkan halaman rumah Tante Lexa. “Masuk dulu!” perintah Tante Lexa, seraya menarik tangan Lika menuju ke kursi. Lika nggak enak hati dengan Tante Lexa, karena menangis. ‘Pliis Lika jangan nangis, nanti membuat Tante Lexa bingung dan cemas,’ lirih Lika dalam hati. Dia pikir Tante Lexa nggak tahu sebab dia menangis.“Kenapa menangis?” tanya Tante Lexa memancing reaksi Lika. Lika memaksakan senyum dan masih terus meyeka air matanya.“Nggak apa-apa, Tante,” sahut Lika asal, dengan suara serak dan sesak. Tante Lexa mendesah, kemudian ikut membantu mengusap air mata Lika. Karena Lika sudah di anggap anak olehnya.“Cerita sama Tante! Siapa tahu Tante bisa membantumu,” ucap Tante Lexa. Mata

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 112

    “Hah? Juwariah hamil anak Tirta?” sahut Mas Riko saat aku memberi kabar tentang gosip ini. Ya, sepulang dari warung Mak Rida, aku langsung mencari-cari Mas Riko. Ternyata dia lagi membakar sampah di belakang rumah.“Jangan kenceng-kenceng, Mas, nanti di dengar tetangga,” jawabku sambil celingak celinguk. Dia juga ikutan celingak celinguk.“Paling juga semua orang sudah dengar, kita ini belakangan dengarnya,” sahut Mas Riko. Ah, mungkin seperti itu.“Mungkin, Mas. Tapi kenapa Mbak Juwariah ngenalin Tirta ke Lika? Sampai nginap-nginap di penginapan lagi,” tanyaku. Dia menghentikan pembakaran sampahnya. Beranjak dan mencari tempat teduh di bawah pohon sawit, yang sudah di siapkan kursi kayu, untuk tempat bersantai.“Iya, ya? Harusnya kan cemburu ya?” tanya Mas Riko balik. Sama-sama tak tahu jawaban pastinya. Yang tahu hanyalah Mbak Juwariah. Apa maksudnya?“Kalau menurutku, memang sengaja, mau menghancurkan rumah tangga Lika dan Toni. Dengan Tirta sebagai pancingan, agar Lika nurut denga

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 111

    [Owh jadi mereka kakak beradik, donatur panti Bu Lexa, orang-orang baik, ya] sahut mamanya Lika.[Alhamdulillah, Lika di sini berteman dengan orang-orang baik dan tulus, Bu. Nggak usah khawatir. Saya juga kenal betuk siapa Malik dan Mahira. Sekarang aja ini Lika lagi keluar sama Malik. Katanya untuk pertemuan yang terakhir. Mumpung Lika masih di sini. Dan ternyata benar, kalian sudah di Jogja dan besok akan menjemput Lika,] jelas Bu Lexa panjang.[Lagi keluar sama Malik?] tanya mamanya Likas seraya mengerutkan kening.[Santai, Bu. Saya percama sama Malik seratus persen. Dia anaknya baik, nggak akan neko-neko sama Lika. Lagian Lika sama Malik itu temenan dari SMP] Jelas Bu Lexa lagi, untuk menenangkan hati orang tua Lika.[Owh, saya percaya dengan Bu Lexa. Kalau Bu Lexa yakin kalau Malik itu baik, berarti dia memang baik,] jawab mamanya Lika. Bu Lexa tersenyum.[Yasudah, Bu. sampai sini dulu obrolannya. Insyaallah kami besok ke rumah Bu Lexa,] ucap mamanya Lika lagi, ingin pamit memati

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 110

    “Lika nomornya, kok, aktif, ya?” tanya Pak Samsul kepada istrinya. “Paling ngedrop hapenya,” jawab istrinya santai. Pak Samsul kemudian duduk di kursi. Tak berselang lama, istrinya menghampiri seraya membawakan secangkir Kopi manis. “Ini kopinya, Pa!” ucap istrinya seraya meletakkan di atas meja.“Makasih, Ma,” jawab Pak Samsul. Istrinya tersenyum.“Sama-sama,” jawabnya kemudian duduk. “Nova kemana, Bu?” tanya Pak Samsul kepada ibunya. Kemudian Nenek Rumana juga ikut mendekat dan bergabung bersama anak dan menantunya.“Ke loundrynya,” jawab Nenek Rumana seraya duduk di kursi. Pak Samsul kemudian mengambil kopi yang di buatkan istrinya. Meniupnya pelan dan menyeruputnya.“Alhamdulillah senang melihat Nova sudah bisa mandiri. Udah punya usaha juga,” sahut Pak Samsul setelah meletakkan kopinya di meja.“Iya, Ibu juga senang melihat kemajuan Nova. Cuma dari segi asmara dia kurang beruntung,” jawab Nenek Rumana.“Biarkan, Bu. Nova perempuan baik, insyaallah kalau menikah lagi, juga akan

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 109

    “Bu, maafkan Ria!” ucap Ria seraya menunduk. Ya, hari ini Juwariah menemui mertua Rasti lagi. Masih di dampingi oleh Bulek Arum.Ibunya Riko terdiam. Hatinya masih sakit dengan perbuatannya di masa lalu. Masih belum mau memandang wajah Juwariah. Menurut dia, terlalu dalam Juwariah membuat luka. Hingga menyebabkan hancurnya rumah tangga anaknya, karena ide-ide konyolnya.“Bu, tolong maafkan keponakan saya!” ucap Bulek Arum juga angkat bicara. Dia kasihan dengan keponakannya. Mertua Rasti kemudian menatap pandang ke Bulek Arum.“Lidah saya mungkin bisa memaafkan! Tapi, hati saya masih sakit atas kejahatan Ria di masa lalu. Tak semudah itu memaafkan,” sahut mertua Rasti. Membuat bulek Arum mendesah. Ria yang bersangkutan masih menunduk, air matanya berjatuhan. Dia menyadari kalau dirinya memang salah.“Bu, Ria mengaku dan Ria akui kalau Ria memang salah. Ria mau memperbaiki ini semua. Ria mau memperbaiki diri, makanya Ria meminta maaf sama kalian semua,” ucap Ria. Hatinya sudah nggak ter

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 108

    “Bulek, Lika emang pacar Malik, ya?” tanya Halim kepada Tante Lexa. Seketika yang di tanya langsung mengerutkan kening. Mengambil toples yang dekat dengannya.“Bulek juga nggak tahu mereka pacaran apa nggak, yang Bulek tahu mereka dekat,” jawab Tante Lexa seraya membukan dan mengambil camilan dalam toplek. Kemudian mengunyahnya.“Owh,” sahut Halim lirih. Pikirannya masih kemana-mana.“Kenapa?” tanya Tante Lexa serara memandang Halim.“Nggak, sih, Bulek. Cuma pengen kenal Lika lebih saja, itupun kelau mereka beneran nggak pacaran, ya! kalau mereka pacaran aku nggak mau merusak hubungan orang,” jawab Halim. Tante Lexa mendesah dia bisa menebak apa yang di pikirkan oleh Halim.“Mereka aja jalan pakae kaos couple gitu, ya, mungkin ada hubungan lebih,” sahut Tante Laxa. Halim terdiam, mengingat kembali mereka menggunakan baju apa. “Iya, juga, ya, Bulek,” ucap Malik. Tante Lexa tersenyum seraya menggelengkan kepala.“Bukannya kamu suka cewek berhijab?” tanya Tante Lexa. Halim tersenyum. Ya

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 107

    “Alhamdulillah udah sampai Jogja lagi,” ucap Tante Nova kepada kakaknya. Orang Tua Lika. “Iya, alhamdulillah,” jawab Bu Santi. Adiknya tersenyum, kemudian membantu memasukkan tas yang mereka bawa.Pak Samsul dan Bu Santi menyalamani ibunya. Nenek Rumana. Kemudian Nenek Rumana mengusap kepala mereka dengan penuh kasih sayang.“Sehat, Bu?” tanya Pak Samsul kepada ibunya. “Alhamdulillah sehat,” jawab Nenek Rumana.“Alhamdulillah,” sahut Pak Samsul. Kemudian mereka duduk di kursi. Tante Nova menyiapkan teh untuk kakak kandung dan iparnya.“Kalian udah yakin mau menjemput Lika?” tanya Nenek Rumana. Pak Samsul mendesah.“Yakin, Bu. saya juga nggak mau lama-lama menghukum Lika. Kata Bu Lexa dia juga sudah banyak berubah,” jawab Pak Samsul. Terdengar suara dia yang lelah, karena perjalanan jauh.“Iya, Bu. Biar dia bisa segera kerja lagi. Terlalu lama dia menganggur, takutnya ilmunya pada ilang,” sahut mamanya Lika. Nenek Rumana mendesah. “Iya, kasihan ilmunya mubadzir terlalu lama di anggu

DMCA.com Protection Status