POV Sang Mantan aka Cinta Pertama Sang Duke
Mandy menelengkan kepalanya ke satu sisi, tampak ragu sejenak. “Apakah kau tidak tahu bahwasemua orang memanggilnya ‘playboy’ karena suatu alasan? William pewaris gelar Duke. Dia bergelar Earl sekarang dan ayahnya adalah Marquess karena kakeknya masih memegang gelar Duke tetapi tetap saja, semua orang tahu cepat atau lambat gelar itu akan diwarisinya.”
“Aku tahu hal itu tetapi aku tidak yakin aku paham apa maksudmu. Apa hubungannya gelar William dengan peringatan yang kau katakan barusan?”
“Yah, sudah jelas setiap gadis ingin menjadi Duchess atau Marchioness atau bahkan Countess berikutnya. Siapa yang tidak ingin menjadi bangsawan dan menikahi bangsawan Inggris? Jadi semua gadis mencoba berkencan dengannya. Tapi dia bukan tipe pria yang hanya puas dengan satu gadis selamanya. Dia adalah tipe yang suka bepergian, tidak pernah tinggal dengan satu gadis untuk waktu yang lama. Bahkan kita dapat mengatakan bahwa dia itu seperti seorang pelaut. Dia akan berhenti di banyak dermaga tetapi dia tidak akan tinggal lama. Paling lama beberapa minggu sebelum dia bosan dan membuat alasan untuk putus.” Mandy melambaikan tangannya seolah-olah itu hal yang biasa. Dia bersikap seakan akan Katherine telah mengetahui hal itu selama ini, padahal sebenarnya gadis itu sama sekali tidak tahu. “Tapi kau tidak usah khawatir. Mungkin kali ini akan berbeda. Dia sepertinya sangat menyukaimu dan kalian berdua terlihat sangat serasi.”
Katherine terlalu terkejut untuk menjawab, namun pikirannya kembali ke minggu pertamanya di SMA Carlton. Berjalan menyusuri koridor, ada beberapa gadis yang memberinya tatapan aneh dan meskipun awalnya ia merasa itu aneh, ia tidak terlalu memikirkannya. Dia hanya menganggap tatapan mereka itu sebagai bentuk kecemburuan karena mereka ingin bersama William tetapi William memilih untuk bersamanya. Sekarang, setelah mendapatkan informasi dari Mandy, dia bisa melihat bahwa itu memiliki arti yang berbeda. Mungkin para gadis itu mencoba memperingatkannya tetapi tidak tahu bagaimana caranya.
Tetap saja saat itu, Katherine percaya pada William. William adalah seorang pria terhormat baginya. “Katakan siapa saja gadis-gadis lain itu. Bagaimana aku tahu apakah kau mengatakan yang sebenarnya atau hanya mengada-ada saja?”
Mandy tampak gelisah dan enggan tetapi pada akhirnya, dia memanggil tiga gadis lain, “Sarah, Daisy, Lina, bagaimana kalau kalian memberi tahu Katherine tentang Liam dan hubungan singkat kalian dengannya.”
“Liam itu menyenangkan. Meskipun kau tidak bisa mempercayainya begitu saja,” kata Sarah. “Dia itu tipe pria yang mau merayu sahabatmu tepat di bawah hidungmu!”
Daisy memprotes, “Tidak! Dia tidak menipu! Dia hanya pergi suatu hari dan tidak pernah menghubungimu lagi. Ketika dia putus denganku, dia mengatakan dia sangat menyesal tapi dia telah jatuh cinta pada orang lain. Dia mencium keningku lalu pergi. Aku tidak melihatnya sampai dua minggu kemudian ketika dia datang ke sebuah pesta dengan gadis berambut merah di pelukannya. Sangat menyebalkan tapi ya sudahlah.”
“Itu juga terjadi padaku,” kata Lina, gadis berambut hitam.“Dia pria paling seksi dan mahir bercinta. Meskipun dia putus denganku, aku tidak menyesali apa pun! Dia telah memberiku seks terbaik dalam hidupku. William berada teratas dalam daftar seks terbaik sepanjang hidupku.”
“Aku setuju!” Sarah mengangguk antusias. “Dia dan aku berteman sekarang, tapi jujur saja, bagaimana aku bisa melihatnya tanpa mengingat waktu yang kita habiskan bersama.”
“Bagaimana denganmu, Katherine?” tanya Mandy dan gadis-gadis lain mencurahkanpandangan mereka ke Katherine.
“Baik baik saja,” jawab gadis itu singkat. Dia tidak mungkin memberi tahu mereka bahwa dia belum pernah tidur dengan William. Tidak ketika mereka sedang asyik memamerkan keahlian William yang luar biasa di tempat tidur.
“Kuberi petunjuk,” kata Mandy penuh konspirasi. “Kalian selalu berpisah saat pergi ke pesta seperti ini, kan? Mengapa kau tidak mencoba mencari William sekarang?”
Katherine ingin memberitahu Mandy bahwa di pesta seperti ini, William selalu bersama teman-temannya yang lain: Castile, Rafe, Orlando, dan Nathaniel. Mereka berlima dikenal sebagai Crown boys dan selalu kompak. Namun sebelum dia sempat membuka mulut, Mandy telah memotongnya dan berkata, “Pergi dan temukan dia. Jika dia sudah bosan denganmu, kau bisa menemukannya dengan gadis lain, tetapi jika tidak, dia mungkin berada di ruang santai bersama Crown Boys lainnya.”
Gadis-gadis lain mengangguk setuju. Lina bahkan berkomentar, “Liam memang selalu seperti itu. Dia harus menemukan penggantimu terlebih dahulu sebelum ia memberi tahumu bahwa kau telah digantikan oleh yang baru. ”
Bahkan setelah gadis-gadis itu akhirnya meninggalkannya dengan tenang, Katherine tidak bisa menghilangkan pikiran itu dari kepalanya. Dia baru mengenal William dalam waktu yang singkat, tidak lebih dari sebulan. Gadis itu belum jatuh cinta padanya, tetapi jika dia jujur, dia kini sudah berdiri di tepi jurang, kurang sedikit lagi dia yakin dia akan jatuh hati pada pria itu. Dan setelah mendengarkan pengakuan gadis-gadis itu tadi, ia sadar bahwa ia tidak boleh membiarkan dirinya jatuh cinta pada pria itu atau dia akan patah hati ketika ditinggalkan begitu saja oleh William.
Hanya ada satu jalan keluar yang logis. Katherine harus menjauh diri dari William sebelum pria itu mencampakkannya. Dia harus cepat-cepat pergi sebelum dia terluka. Ketika gadis itu pergi mencari William malam itu dan akhirnya menemukan pria itu tengah berbicara dengan seorang gadis yang berdiri terlalu dekat dengannya, dia dengan cepat mengambil keputusan. Yang terbaik adalah putus dengan William sekarang sebelum semuanya terlambat. Sebelum pria itu menghancurkan hatinya dan meninggalkannya hancur lebur.
Mengesampingkan kenangan lama itu, Katherine pergi ke dapur untuk menyiapkan sesuatu untuk dimakan. Saat dia menuangkan teh dari teko ke dalam cangkir, dia berhenti sejenak. Patrycia pasti telah mengundang Raynald Ambrose karena pria itu adalah salah satu orang di lingkaran sosial Patrycia.
Sial!
Raynald selalu percaya bahwa dia jatuh cinta pada Katherine sejak gadis itu membelanya di kelas Sosiologi di universitas, dan akhir-akhir ini, pria itu sangat menyebalkan. Gadis itu telah mencoba berkali-kali untuk menolak dengan lembut tetapi pria itu sangat gigih dan yakin bahwa Katherine adalah satu-satunya gadis untuknya. Dia bahkan pernah menyatakan bahwa dia akan membuat gadis itu mencintainya. Seolah cinta bisa diatur semudah itu.
Gadis itu menyesap teh setelah menuangkan sedikit susu, kemudian merosot di sofa, tahu betul bahwa pesta malam ini akan melelahkan tetapi bagaimanapun juga, dia harus tetap hadir.
POV Sang Mantan Jam menunjukkan sekitar pukul delapan ketika Katherine siap berangkat ke house party itu. Dia telah mengemas pakaiannya ke dalam tas kulit kecil dan memasukkannya ke dalam mobil. Kurang dari dua puluh menit kemudian, dia telah tiba di tempat Patrycia dan diantarkan oleh asisten rumah tangga Patrycia ke ruang tamu di mana beberapa orang sudah ada di sana termasuk Paris de Bourgh. Tampak diluar, Paris de Bourgh adalah wanita dengan pesona yang luar biasa, gambaran dari istri muda yang cantik dari seorang pria sukses. Namun mengenalnya selama masa kuliah, Katherine dapat melihat bahwa postur Paris terlalu kaku dan tangan di pangkuannya mengepal kencang dan bukannya terlipat. Itu membuat gadis itu bertanya-tanya apakah mungkin Paris tidak bahagia dalam pernikahannya dengan Jaxon. Paris pernah mencintai Jax, lalu apa yang salah? Katherine masih ingat bagaimana Paris pernah bersikeras bahwa dia hanya mau menikah dengan Jaxon dan hanya Jaxon seorang ketika Katherine mengonf
KATHERINE BENNET - POV Sang MantanSetelah makan malam, Katherine menemukan koran di rak majalah salah satu meja dan membawanya ke kursi di sisi lain ruangan itu. Kebanyakan konten koran itu berkaitan dengan pasar saham, bisnis yang berkembang, dan industri lainnya. Di halaman sembilan, ada beberapa berita tentang perusahaan William. Dan tentu saja berita itu disertai dengan foto pria itu karena William adalah sang CEO. Pada foto itu William duduk di mejanya, lengan kemejanya digulung menunjukkan lengan bawahnya yang kecokelatan, dan dasinya longgar. Pria itu tampak tangguh, seperti pebisnis, dan, sialan, seksi sekali. Foto itu tidak diragukan lagi di ambil oleh seorang wanita. Katherine menarik napas dalam-dalam dan mencoba menahan diri untuk tidak mengaguminya. Pikirannya mengingatkan betapa playboy-nya si William, bagaimana pria itu hampir menghancurkan hatinya. Dan pertemuan mereka baru-baru ini, gadis itu mengetahui bahwa pria itu telah merayu seorang wanita yang sudah menikah seg
KATHERINE BENNET - POV Sang Mantan "Oke," Katherine memulai sambil menghela napas. “Jelas ini hanya kecelakaan. Kau pikir aku Paris jadi kau datang ke sini. Jadi cara termudah untuk memperbaikinya adalah dengan memberi tahu semua orang bahwa kau mengira aku adalah dia.” Ketika pria itu tidak mengatakan sepatah kata pun, gadis itu mendongak untuk menatap matanya.Akhirnya, William membuka mulutnya dan menjawabnya dengan aksen Inggrisnya yang kental, "Aku tidak bisa melakukannya." "Kenapa tidak?" "Yah, yang pertama, dia sudah menikah." Katherine menatapnya seolah-olah dia baru saja memberitahunya bahwa planet Bumi itu bulat. "Jadi? Apakah kau baru mengetahuinya sekarang?" William menatapnya dengan ekspresi tidak percaya di wajahnya. “Tidak, aku tahu itu tapi maksudku, aku tidak bisa mengakuinya secara terbuka. Itu akan mengacaukan segalanya.” Baru kemudian gadis itu menyadari apa yang dia maksud. Jika William mengakuinya secara terbuka tentang hubungannya dengan Paris, informasi it
WILLIAM WINDSOR - POV Sang Duke Playboy "Menikahlah denganku, Kate." Ketika gadis itu tidak mengatakan apa-apa, William mengulangi, "Menikahlah denganku dan itu akan menyelesaikan kesulitan kita saat ini." William memandang mantan pacarnya dan mencoba yang terbaik untuk mempertahankan ekspresi serius di wajahnya. Dia sepenuhnya menyadari betapa gila sarannya, tetapi dia juga mengingat apa yang dikatakan kakeknya kepadanya beberapa minggu yang lalu. Satu lagi kelakuan buruk, satu lagi berita buruk tentang dia yang akan mempengaruhi nama Windsor, pangkat seorang duke Ashbourne, dan dia akan dipaksa untuk menyerahkan gelarnya dan tidak akan menjadi bagian dari keluarga. Sejujurnya, William tidak terlalu peduli dengan uang atau gelar, tetapi hal terakhir yang dia inginkan adalah tidak diakui oleh keluarganya. Dia memperhatikan gadis itu membuka mulutnya dan kemudian menutupnya seolah-olah dia kehilangan kata-kata selama beberapa detik sebelum akhirnya Katherine mendapatkan kembali kemam
KATHERINE BENNET - POV Sang Mantan Keesokan paginya, seolah-olah dia tiba-tiba terbangun dari tidur nyenyaknya, Katherine akhirnya menyadari apa yang telah dikatakan dan dilakukannya. Dia akan menikahi mantan pacarnya yang playboy. Betapa kejamnya hidup ini! Dia telah diberkati dan bahagia menjadi orang yang bisa melepaskan diri dan sekarang dia berakhir di tempat yang sama — hanya saja alih-alih menjadi pacarnya, sekarang dia mendapati dirinya dipromosikan menjadi tunangannya. Untuk waktu yang lama, pusing karena ketidakpastian, dia menatap langit-langit. Dia tahu dia harus bangun dan bersiap-siap tetapi dia tidak bisa. Dia takut menghadapi kenyataan. Dia seharusnya tidak datang ke pesta rumah ini dan sekarang semuanya sudah terlambat. Memaksa dirinya sendiri untuk bangkit, dia menyeret kakinya yang mengantuk ke kamar mandi. Beberapa menit kemudian, dia berjalan keluar dari kamar mandi dan mendengar ketukan di pintunya. Dia tidak perlu memeriksa lubang intip untuk mengetahui bahwa
KATHERINE BENNET - POV Sang Mantan Ponselnya berdering di dalam saku mantelnya, dan tanpa melihat siapa yang menelepon, Katherine sudah tahu itu telpon ibunya lagi. Panggilan ibunya sudah masuk ke voicemail beberapa kali hari ini, tetapi sekarang sudah lewat dari jam lima, dia tidak bisa lagi menggunakan alasan dia tidak dapat mengangkat panggilan karena sedang bekerja. Sejujurnya, dia tidak memiliki dendam apa pun terhadap ibunya, dia benar-benar mencintai ibunya, itulah sebabnya dia tidak dapat memaksa dirinya untuk berbohong lagi, mengetahui sepenuhnya bahwa ibunya ingin membicarakan pertunangannya, atau lebih buruk lagi, pernikahannya. Dia tidak bisa memberi tahu ibunya betapa dia mencintai William padahal sebenarnya, dia tidak punya perasaan apa pun untuknya. Saat ini semua perasaannya untuk Jaxon. Dia tidak bisa membiarkan hati sahabatnya hancur ketika dia bisa menyelamatkannya dari terluka. "Halo, Bu," dia menyapa dan berusaha menahan diri untuk tidak menghela nafas. "Katheri
POV Sang Mantan Terlepas dari keengganannya, William bersikeras mengantar Katherine pulang dan menyuruh sopirnya mengemudikan mobil Katherine, mengikuti mereka di belakang. "Kau tahu aku bisa mengemudikan mobilku sendiri," komentar gadis itu saat pria itu berbelok di persimpangan dekat tempat tinggalnya. "Kau tidak perlu mengantarku pulang." "Aku tahu kau bisa dan aku tahu aku tidak perlu melakukannya," jawab pria itu sambil melirik sekilas padanya sebelum memfokuskan matanya kembali ke jalan. "Oke, lalu kenapa kau melakukannya?" Mobil melambat sampai berhenti total tepat di depan gedungnya. "Karena aku ingin." Pria itu membuka sabuk pengamannya dan membalikkan tubuhnya sehingga dia bisa sepenuhnya menghadap gadis itu. "Kau tunanganku sekarang, Kate—" "Katherine," koreksinya. "Hanya ibuku yang memanggilku Kate." "Yah, aku lebih menyukai Kate daripada Katherine ditambah aku memanggilmu Kate sepanjang waktu ketika kita berkencan di sekolah menengah." Dia mengangkat bahu ringan ke
"Wah, wah, wah!" Cas mencondongkan tubuh ke depan, beberapa garis kerutan memenuhi dahinya. "Apakah kau serius?""Ya," jawab William muram."Ini sangat buruk, ya." Cas bersandar ke kursi kulit dan meletakkan tangan kanannya di sandaran tangan. "Apa yang mereka gunakan untuk ancamannya kali ini?"William bisa berpura-pura bahwa dia tidak mengerti apa yang dimaksud Cas, tetapi pada saat ini, dia tidak melihat gunanya berbohong atau menutupi kebenaran yang buruk. "Ibuku.""Oh, oke, itu sangat kejam." Cas menggelengkan kepalanya. Dia tahu betul betapa William mencintai ibunya, satu-satunya orang di keluarganya yang tidak menghakiminya atau terus terang, satu-satunya orang di keluarganya yang benar-benar mencintainya. William akan melakukan apa saja untuk ibunya dan sekarang, menurut dugaannya, kakek dan ayah William tahu itu dan memanfaatkannya untuk keuntungan mereka."Tidak akan kejam jika mereka bukan kakek dan ayahku. Sekarang aku mengerti betapa miripnya mereka berdua. Awalnya, aku t
WILLIAM WINDSOR"Apa yang kau pikir telah kau lakukan ?!" seru Kate sambil mencengkeram ujung handuknya sedikit lebih erat. "Dan bagaimana kau bisa masuk ke sini?""Melalui pintu depan seperti orang normal," jawab William, mengangkat satu alisnya saat dia menatap istrinya dengan penuh tanya. Dia kemudian bersandar ke dinding di dekat pintu dan memasukkan tangannya ke dalam saku celana jeans gelapnya. "Kau tahu, daripada bertanya kepadaku, bolehkah aku menyarankanmu untuk bertanya pada diri sendiri mengapa kau tidak mengunci pintu depanmu dengan benar? Ini bukan lingkungan yang baik." Dia mengerutkan kening, untuk sepersekian detik ada kekhawatiran di mata hijau zamrudnya."Aku pasti lupa," kata Kate sambil mendesah kecil. "Aku tadi cukup terganggu.""Oleh apa? Pekerjaanmu lagi?" Kali ini kekhawatiran dalam suara pris itu terlihat jelas. "Apa kau mengatakan kantormu menelepon lagi?""Usaha yang bagus." Kate memberinya tatapan tajam. "Aku tidak pernah memberitahumu." Kemudian seolah-ol
William Windsor menatap cairan cokelat keemasan di gelasnya untuk beberapa saat sambil mendengarkan teman-temannya membicarakan hal-hal yang sedang terjadi dalam hidup mereka. Cas meneleponnya di sore hari, memberi tahu dia bahwa Nathaniel, atau dikenal dengan nama panggilan 'Niel', ada di kota. Niel, yang merupakan pemain sepak bola profesional, tidak pernah benar-benar tinggal di satu tempat karena dia harus melakukan perjalanan dari satu stadion ke stadion lain yang merupakan bagian dari pekerjaannya. Karena Kate telah mengatakan bahwa dia akan makan malam dengan teman-temannya, William tidak punya apa-apa untuk dilakukan di malam hari."Liam," panggil Niel, menatap William dengan cemberut. “Kau sangat pendiam. Apa yang terjadi?" Dia meneguk birnya dan bersandar di kursinya. Niel adalah satu-satunya orang dari mereka berlima yang benar-benar minum bir."Tidak ada apa-apa." William mengalihkan pandangannya dari minumannya ke temannya dan mengangkat bahu. "Hanya lelah."“Keuntungan m
Tapi William tidak punya urusan lain di Central Park. Faktanya, yang dia lakukan hanyalah berjalan di sampingnya dan berbicara dengannya tentang hal-hal biasa seperti cuaca, lalu lintas, dan sandwich yang dia sukai untuk makan siang di toko makanan favoritnya. Dan saat mereka tiba lagi di flatnya, pria itu mengambil barang-barangnya lalu mengatakan padanya 'semoga harimu menyenangkan, Kate’, sebelum berjalan keluar dari pintu depan, membuatnya benar-benar bingung.Kate tidak berkomentar, lalu dia mandi dan kembali bekerja. Seluruh hari-harinya telah dihabiskan di depan laptopnya dan pada saat dia menyadari berapa jam telah berlalu, hari sudah pukul dua siang. Dia bersandar di kursinya dan meregangkan tubuhnya. Perutnya terasa keroncongan seperti protes tetapi dia menolak untuk memindahkan pantatnya ke dapur dan menyiapkan makanan yang layak untuk dirinya sendiri. Sebaliknya, dia terus bekerja di meja dekat jendela sampai jam tiga sore.Bel pintu berbunyi dan dia tersentak kaget. Meras
William menatap langit-langit dan menghela napas. Dia tidak bisa tidur seperti ini. Sofa itu sangat kecil untuk ukuran pria seukurannya sehingga dia yakin dia akan sakit punggung di pagi hari. Tetap saja, dia berbaring di sana dan mencoba memikirkan hal lain selain fakta bahwa Katherine Bennet masih perawan. Dia tidak yakin mengapa gadis itu tidak mengatakan apa-apa kepadanya, tetapi dia berpikir bahwa jika Kate tidak mengatakan apa-apa maka dia juga tidak.Dia menggigit bibir bawahnya, melakukan yang terbaik agar bibirnya tidak membentuk senyuman. Kurangnya kontrol Kate yang spektakuler tidak hanya menyebabkan dia berhubungan seks. Itu telah mendorong gadis itu berhubungan seks untuk pertama kalinya.William menutupi dahinya dengan lengannya dan memejamkan matanya. Dia tidak dapat mengingat seperti apa pengalaman pertamanya meskipun dia samar-samar ingat bahwa itu terjadi di sebuah pesta dan bahwa gadis itu lebih tua darinya. Dia mencoba mengingat nama gadis itu dan gagal total. Tid
Katherine Bennet menyesap kopinya lalu menghela napas saat dia menelan cairan pahit bercampur susu itu. Memandangi apartemennya, dia merasakan sesuatu yang belum pernah dia rasakan sebelumnya dan menyadari bahwa itu adalah kesepian. Dia merasa sendirian meskipun selama lima tahun tinggal di sini dia tidak pernah merasa seperti itu sebelumnya. Sambil menggelengkan kepalanya, dia mengalihkan pandangannya kembali ke layar laptopnya dan terus mengerjakan kontrak penerbitan untuk salah satu penulis non-fiksi terkenal di Summers Publishing House, Julie St Matthews. Tidak kurang dari tiga puluh menit kemudian, gerimis di luar mulai semakin deras dan menit berikutnya, hujan turun. Guntur menggelegar melintasi langit dan getaran terasa di bawah kakinya. Petir menyambar secepat kilat di dalam awan. Pikirannya langsung bertanya-tanya di mana William berada dan apakah dia baik-baik saja. Dia ingat pernah membaca di salah satu majalah di suatu tempat bahwa William sering bepergian menggunakan jet
William mencium Kate, dia berpikir dengan pasti bahwa Kate akan mendorongnya menjauh, tetapi sebaliknya, gadis itu menanggapi ciumannya, perlahan pada awalnya tetapi kemudian semakin menggebu gebu. Seolah-olah, sama seperti pria itu, Kate juga perlu merasakan ciuman itu lagi, ingin merasakan kembali perasaan hangat dan senang yang memenuhi dirinya setiap kali bibir William menyentuh bibirnya. Alih-alih mendorongnya menjauh, gadis itu melingkarkan lengannya di leher suaminya dan menariknya lebih dekat, mendekapnya seerat yang dia bisa sementara mereka berdua berdiri di samping sofa.William merasa tersentak dan dia tahu bahwa satu ciuman tidak akan cukup. Dia tahu pasti bahwa dia tidak akan pernah bisa merasa cukup. Dia membutuhkan istrinya dengan segala cara yang mungkin, dan di sinilah istrinya saat ini, dalam pelukannya, menawarkan tubuhnya kepadanya sekali lagi. Tidak ada ruang atau waktu untuk logika atau rasionalitas lagi.William mendorongnya sampai gadis itu menyentuh tepi so
"Kau harus kembali ke pengantinmu," kata Castile untuk ketiga kalinya hari itu. Pertama kali Cas mengatakan ini setelah William tinggal di bar selama tiga jam siang hari. Kemudian dia mengatakannya lagi ketika matahari sudah terbenam dan lampu-lampu di gedung di luar sudah mulai menyala. Saat ini, hampir jam sembilan malam, menandai tepat dua belas jam sejak William masuk ke bar ini.Bar itu sendiri sebenarnya adalah sebuah pub Irlandia yang terletak di sebuah bangunan yang tampak berusia ratusan tahun. Ada papan bertuliskan 'McSorley's Old Ale House yang didirikan tahun 1854' digantung di depan. Interiornya tampak penuh dengan potret dan poster di mana-mana, hampir tidak menyisakan ruang kosong di dinding. Ada perlengkapan dan cerobong asap yang tampak seperti dari Perang Dunia II di sisi lain ruangan. Serbuk gergaji ada di lantai dengan jejak kaki orang di sana-sini. Kembali pada hari-hari ketika pelanggan mengunyah tembakau, air ludah akan beterbangan, dan serbuk gergaji akan meny
Saat itu pukul tujuh pagi ketika matahari menyapa pengantin baru itu melalui celah di antara tirai. William Windsor adalah orang pertama yang bangun. Dia akan bangkit ketika dia melihat ada sesuatu yang lembut dan hangat di dadanya. Penasaran dan masih setengah tertidur, dia menoleh dan menatap wanita yang tidur di sebelahnya. Salah satu tangan gadis itu menempel di dadanya dan kepalanya tenggelam di ketiak pria itu. Dalam situasi lain yang berbeda, dia akan tertawa dan menggoda gadis itu tentang hal itu tetapi mengingat hubungan mereka saat ini, itu tidak mungkin.Dengan cemberut, dia terus menatap gadis itu, tidak yakin bagaimana dia bisa berada di posisi ini, tetapi kemudian dia memutuskan bahwa dia tidak peduli. Setidaknya, dia telah berkomitmen pada kata-katanya dan tidak menyentuhnya. Gadis itu yang menyentuhnya sekarang. Dia merasakan otot-ototnya berkedut dan kulitnya menggelitik di bawah sentuhan Kate.Sial, tidak ada gadis yang pernah mempengaruhinya seperti Katherine Elizab
KATHERINE BENNETPestanya melelahkan tapi lumayan teratur. Baik William maupun Kate telah menyapa sebagian besar teman dan kenalan mereka. Ada juga rekan bisnis William dan teman lama keluarganya yang mengucapkan selamat atas pernikahan mereka. Meskipun mereka semua tampak agak terkejut bahwa William Windsor menikah, tidak ada yang berani mengatakan pada mereka, tidak ketika pria itu berperan sebagai suami yang sayang dan melingkarkan lengannya di pinggang gadis itu serta memandangnya seolah-olah gadis itu adalah pusat kehidupannya. William sangat pandai berakting, bahkan lebih baik dari Kate. Gadis itu merasa jantungnya terus melompat-lompat setiap kali pria itu menyentuhnya.Bersama-sama mereka bersandiwara, dan dengan bijaksana mengatur waktu percakapan mereka dan memastikan bahwa mereka telah menghabiskan waktu yang tepat untuk berbicara dengan setiap tamu mereka. Sekitar pukul seperempat lewat tengah malam, pesta hampir usai. Satu per satu, tamu mereka mengucapkan selamat tingga