Home / Romansa / Memori Setengah Hari / BAB 3 30 Desember 2019

Share

BAB 3 30 Desember 2019

Author: Surya Khan
last update Last Updated: 2021-04-28 20:30:36

Bunyi blitz kamera bersahutan. Di studio foto Picme fokus kamera Adam memburu pose hingga tiap detail lekak-lekuk tubuh seksi sang model. Kemudian stop?!

Adam memutar-mutar lagi fokus kamera DSLR bekasnya. Boim mandi keringat karena beberapa kali harus berulang mengarahkan gaya Merlin. Lagi dan lagi! Merlin pun tak kalah emosi. Mimik muka badmoodnya tampak jelas. Betapa dia sangat ingin mencincang Adam jadi seribu bagian saking kesalnya.

Gaya kalau kurang pas masih bisa diatur tetapi kalau muka model udah awut-awutan gini gimana ngaturnya? Kesal Boim

"Gimana, Dam. Ngadat lagi?! Gue capai ngulang-ngulang mulu." Napas Boim tak beraturan menahan lelah bercampur amarah.

"Tau nih. Padahal udah gua servis." Jawabnya sambil mengusap keringat dahinya.

"Ah gila lu. Wasting time banget tau." Umpat Boim.

"Gimana sih lu, Dam?! Kayak baru ambil gambar model aja. Gue kesini pakai tenaga ama duit transport tau! Gue gak mau tau! Pokoknya gue minta ganti rugi!" Merlin ngambek sejadi-jadinya. Wajar. Sudah dua jam lebih pengambilan gambar diulang-ulang. Karena ngadat lah. Hasil gambar ngeblur lah. Pokoknya ada aja apes Adam.

"Lu pinjem kamera Rusli sono. GC!"Boim menyarankan.

"Rusli nggak ada, Bo."

"Hah, udah lah! Gak bisa gue kerja ama potograper amatiran kayak lu! Gue cabut! " Protes Merlin buru-buru menyambar tas Guccinya bergegas pergi. "Damned!" Jari tengah Merlin ditujukan kehadapan batang hidung Adam seraya meninggalkan area fotoshoot.

"Lu kebangeten, Damned." Tangan Boim ngeloyor kepala Adam.

Adam hanya bisa diam terpaku memandang sedih kamera bututnya. Emosi jiwa kesal dan malu bukan main. Jengkel. Kecewa berat. Ingin sekali dia banting kamera bututnya ke lantai hingga hancur berkeping-keping seketika. Tetapi sayang. Itu kamera yang dia miliki. Satu-satunya yang dia miliki.

Related chapters

  • Memori Setengah Hari   BAB 4 Bos Killer

    Foto-foto jepretan Adam dipilih dipilah bos Anwar di ruang kerjanya. Dia bukan orang biasa. Sebutan bos killer tersemat padanya. Tidak banyak fotografer baru yang tahan lama kerja di perusahaan ini. Harian paling lama bulanan. Maklum. Tuntutan perusahaan sangat besar. Hasil foto haruslah berkelas internasional. Harus perfect! No mercy. Motto perusahaan jelas dan tegas, Quality is number one. Itu sudah final. Harga mati. Tidak bisa ditawar-tawar lagi."What?! Gambar jelek kayak gini gak bisa dipakai! Dasar bocah gemblung!" Puluhan lembar foto di lempar ke muka Adam hingga berserakan ke segala arah. Adam hanya bisa tertunduk. "Aku gak bisa toleransi hal sepele kayak gini. Kalau you masih niat kerja di sini kasih poto yang bagus dong!""Baik, Bos." Jawab Adam lirih gemetaran."Gimana you bisa jalanin perusahaan besar ini kalau you ambil gambar aja gak becus!" Mendengar kata itu keluar dari bosnya yang super killer itu Adam tertegun bingun

    Last Updated : 2021-04-28
  • Memori Setengah Hari   BAB 5 Only God Can Judge Me

    Adam tertunduk lemas di taman gersang sambil menghadap patung pipis yang tidak pernah absen mengencingi kehidupan sialnya. Tiap hari. Sambil mengusap rahangnya yang memar dia pandangi kamera mengenaskan di tangannya. Dia sudah duga hal ini akan terjadi lagi dan lagi. Kamera bekas yang betapapun awet kata penjualnya tetap tak akan berkutik melawan sang waktu. Korban iklan bertambah satu orang.Perkataan kejam Rusli ada benarnya. Memang sudah seharusnya kamera butut itu dibuang jauh-jauh jika masih ingin menyandang sebagai fotografer profesional. Namun apa daya. Gaji freelance nya yang angin-anginan tak cukup untuk membeli kamera baru. Cash maupun kredit.Menyanggupi keinginan bos Anwar untuk menikahi Tiara mungkin adalah solusi terbaik keluar dari kehidupan jahanam ini.Di awal kontrak kerja sudah jelas. Perusahaan sudah menentukan spek kamera khusus yang dibutuhkan studio besar ini. Sebuah kamera DSLR dengan spesifikasi…"Adam! Si

    Last Updated : 2021-04-28
  • Memori Setengah Hari   BAB 6 Damned!

    Kilat memaksa petir memainkan teror di atas awan. Gumpalan bergulung bersiap menumpahkan air sebanyak yang dia mau. Awan pekat menegaskan pertanda hujan besar akan segera menghujam bumi. Sayu kelopak matanya yang payah sedikit dibukanya. Pusing ini masih menusuk. Tak butuh banyak waktu untuk mengingat kesialan yang baru saja dialami.Tas.Kamera.Dompet raib diangkut angkot sialan! Ini terminal! Ya aku ingat semuanya.Entah siapa yang memindahkan tubuh lunglainya? Yang pasti sekarang dia terbaring sendiri di atas bangku berkarat tepat jam sembilan malam. Dengan segenap tenaga dia melangkah pulang menuju kontrakan yang berjarak beberapa puluh meter. Berteman gelegar petir tubuh lemahnya mulai menggigil. Sadar sedang menghadapi banyak masalah namun yang dia pikirkan saat ini adalah mengistirahatkan tubuh sakitnya di tempat yang layak."Permisi, Bunda" Adam mengetuk pintu. Seorang janda bertubuh gemuk melangkah cepat dari dalam rumah menyambut panggilan manis Adam. M

    Last Updated : 2021-04-29
  • Memori Setengah Hari   BAB 7 White Diamond

    Mentari menenggelamkan dirinya ke tengah lautan dengan perlahan. Lautan bagai lukisan minyak dengan warna-warni pilihan. Warna-warni romansa. Tawa riuh ratusan tamu undangan pertunangan Dimas dan Sofie melengkapi riah acara spesial yang sudah direncanakan keduanya hampir setahun lebih. Lalu lalang pelayan tak hentinya menuangkan Brendi merah. Pengiring musik memainkan lagu A Thousand Yearsnya Christina Peri dengan sangat apik.Kuta Bali adalah pilihan ideal nan sakral untuk mengikrarkan janji suci mereka. Dua cincin berlian siap tersemat di jari manis kedua pasangan penuh cinta yang asanya kini melayang-layang di surga."Untuk mengukuhkan pertunangan ini mari kita sambut kedua raja dan ratu yang akan mengikrarkan tanda cinta berupa silang cincin emas bertahta berlian White Diamond. Inilah dia Dimas dan Sofie! The heaven is yours my dear!" Pekik Master of Ceremony mengarahkan acara pertunangan yang sakral ini.Sofie berjalan ke

    Last Updated : 2021-04-29
  • Memori Setengah Hari   BAB 8 30 Desember 2019

    Harusnya mereka berdua mati!Sulit untuk percaya namun nyata. Tergeletak pnuh luka Dimas menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri pemandangan paling mengerikan sepanjang hidupnya. Separuh badan mobilnya hancur dengan posisi tengkurap. Tidak jauh dari tempatnya tergeletak tunangan yang akan menjadi istrinya dalam hitungan hari itu terjepit di remukan mobil tak sadarkan diri.Melihat titik nyala api di bagian tangki mobil yang semakin membesar Dimas meyakini tak lami lagi mobil itu akan meledak. Hancur berkeping-keping.Shit! Lukaku teramat parah! Aku tak bisa menggerakkan kedua kakiku. Apakah kakiku patah?! Dan apa ini?!Darah segar mengalir dari luka robekan kepalaku.Dan lagi Luka sayatan di sekujur tubuh ini begitu menyakitkan!Oh ya Tuhan. Aku muntah darah! Pasti dadaku yang terkoyak! Aku sulit bernapas!Help me!Bau anyir darah bercampur karbon hitam begitu menyengat. Meski hujan lebat namun titik nyala itu tak jua padam.

    Last Updated : 2021-04-29
  • Memori Setengah Hari   BAB 9 Sahabat Sejati

    Matahari menyilaukan membumbung tinggi menyinari permukaan bumi. Pertanda pagi sudah menyapa. Langkah berat kaki seseorang dari gang menuju kontrakan semakin terdengar nyaring. Masih dengan posisi terbaring dilihatnya seseorang berbadan gempal berambut keriting dengan setelan baju sporty itu-itu saja sedang mengamatinya dari atas."Boim?!!" Adam bergegas bangkit. Boim mengibas-ngibaskan tangannya menahan bau badan Adam."Bau lu. Kayak bau comberan." Umpatnya."Emang abis tidur di comberan, Bo." Timpal Adam dengan senyum."Gw telpon puluhan kali kenapa kagak dijawab?!""HP ku mati.""What?! Kan elu bisa cash di kontrakan, Damned?""Gue nggak bisa masuk.""What?""Tas kamera kunci dompet semuanya raib, Bo. Ketinggalan di angkot.""What?!" Boim coba membuka paksa pintu kontrakan."What what..pake gak percaya lagi. Udah jangan dipaksa buka pintunya entar rusak lagi. Makin susah gua." Tangan Adam mencegah.

    Last Updated : 2021-04-29
  • Memori Setengah Hari   BAB 10 Prince Adam

    Di rumah Boim seusai mandi dengan air hangat. Adam menikmati segelas minuman jahe panas untuk melegakan tenggorokannya yang meradang. Dengan lagak sombong Adam menunjukkan pesan WA dari Tiara yang berisi peringatan keras untuk tidak lupa ngedate malam ini di Chateau Blanc Senopati.“Bagaimana menurutmu, hah?” Tanya Adam penuh kecongkaan. Boim menanggapi takdir baik sahabatnya penuh kegirangan seraya menari hip-hop diiringi lagu Feelsnya Calvin Harris.Boim sibuk dengan laptopnya membantu Adam membeli busana kencan secara online. "Nih pilih mau pake setelan kemeja jas ama sepatu yang mane? Awas lu nolak lagi. Pokoknya lu nggak usah khawatir. Habis kawin ama Tiara lu gantiin duit gua dua kali lipat. Ini utang bukan sumbangan.""Hmmm..." Adam jaga gengsi lagi pura-pura mikir."Ah, kebanyakan mikir! Udah jam segini nih mau dandan jam berapa? Telat ngedate berantakan masa depan lu.""Oke, Bo. Sabar dong. Yang ini menurut lu gimana? Ukuran ya

    Last Updated : 2021-04-29
  • Memori Setengah Hari   BAB 11 30 Desember 2019

    Petir pertama menggelegar jam 10 pagi. Dimaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaasss!!! Sofie terbangun di atas ranjang yang kumal. Matanya perih merah nanar. Bola matanya memburu. Menyapu seisi kamar mendapati dirinya sedang berada di tempat asing! Dalam udara dingin lembab bau asam pekat alkohol karbol bercampur bermacam obat kadaluarsa menyatu dengan anyir tubuhnya. Entah mengapa? Ia merasa seolah tempat ini sudah lama ia huni. Tangan gemetarnya meremas erat selimut yang melindunginya dari hawa dingin. Kepalanya menoleh perlahan ke sana ke mari coba mengingat sebisanya namun sayang tidak ada satupun barang yang pernah dilihatnya. Sebenarnya tidak banyak barang di tempat itu. Hanya tempat tidur bersprei putih polos. Meja tulis pensil tumpul dan buku entah apa isinya...yang pasti tebal. Dan apa ini? Tiang bergelantung kantong infus berisi cairan Benzodizepin yang jarumnya masih menusuk dalam lengan kirinya. Apa lagi ini? Ratusan gambar seorang gadi

    Last Updated : 2021-04-29

Latest chapter

  • Memori Setengah Hari   BAB 30 Pertemuan (TAMAT)

    Kabut lembut semakin menebal. Bau ribuan sedap malam bercampur melati menyeruak memenuhi sela-sela ruang. Embun merangkak di lantai yang lembab. Bagaimanapun juga. Kaki ini harus tetap melangkah. Terus melangkah menghampiri cinta. Meraih laki-laki itu. Setapak demi setapak Sofie memasuki kamar penuh trauma. Kamar Villa Belanda ini adalah saksi bisu betapa sakit dan tak berdayanya ia diasingkan hingga disiksa.Adam yang gugup sedari tadi hanya bisa terdiam menghitung degup nafasnya. Berharap perempuan itu bersedia mengabulkan harapan yang ia tinggalkan dalam pesan di Instagramnya. Kini dengan penuh harap ia hanya bisa menunggu di balkon yang kini semakin licin berlumut. Serangga kecil dan rayap tampak berpesta meramaikan suasana. Udara begitu dinginnya menusuk tulang. Sweater bergantung syal yang melingkar di leher cukup untuk menghangatkannya.Sofie hanya bisa menatap lama ke arah lelaki yang memandang hamparan pepohonan hijau bertabur kuburan Belanda. Nafasnya t

  • Memori Setengah Hari   BAB 28 Follower

    Jam 12 malam. Ringtone pesan masuk Instagram Sofie berbunyi. Siapa tengah malam begini masih medsosan? Apakah manusia ini tidak tau jam istirahat?! Diseduhnya coklat hangat di kamarnya. Dengan nafas kesal mendengus ia sempatkan sejenak melihat pesan masuk dari manusia tak tahu diri ini."Adam?!" Mata Sofie seolah hampir lepas membaca satu nama yang menjadi follower baru di Instagramnya. Dipastikan lagi gambar wajah laki-laki yang terpampang di profil. Ya Tuhan?!! Saking kaget HPnya terjatuh ke lantai hingga berbunyi nyaring. Tangan Sofie gemetar hebat. Matanya basah berlinang."Ada apa Sofie? Margareta bundanya begitu khawatir. Please Tuhan jangan ada apa-apa lagi dengan putriku. Cukuplah dua bulan ini aku merasakan neraka emnesianya. Begitu harap cemasnya.Hanya satu kata di pesan Adam. Satu pesan yang sulit untuk diterima Sofie."Maafkan aku Sofie."I hate U but I Love USofie hanya memandang HP itu semalaman. Matanya sema

  • Memori Setengah Hari   BAB 27 Realita

    Perjalan setapak ini tak melelahkan sebelumnya. Adam kini tak peduli seberapa jauh menuju Villa Belanda yang ia kutuki itu. Ia hanya mengangguk ramah ke beberapa orang tua yang pernah ia tanyai sebelumnya. Ia hanya ingin bertemu Sofie. Memastikan ia baik-baik saja. Rasa bersalah ini sulit hilang."Bade ke Villa lagi, kasep?" Salah satu tukang pencari rumput bertanya kepada Adam."Leres, Bi." Mendengar itu tukang rumput itu hanya geleng-geleng sulit untuk mengerti mau Adam.Adam memandang ke arah Villa. Tidak ada jalan masuk! Semua jalan tertutup semak belukar dan alang-alang. Pintunya terbuka seolah membiarkan semua makhluk hingga hantu penghuni untuk keluar masuk Villa sesuka hati. Hawa dingin begitu menusuk. Adam yang hanya mengenakan jaket sekedarnya mulai menggigil. Tikus dan kecoa hilir mudik menunjukkan eksistensinya sebagai penghuni baru yang setia. Bau obat-obatan kadaluarsa yang khas tak lagi menyeruak. Meski masih ia temukan sisa jarum suntik berserak

  • Memori Setengah Hari   BAB 26 I Remember

    Di pagi yang cerah itu roda mobil berhenti di sebuah tempat yang mulai terlihat kumuh tak bertuan. Villa Belanda Beatrix itu sudah dua bulan terbengkalai sejak Sofie tidak sadarkan diri di pelukan Adam dan menjalani perawatan di rumah sakit. Margareta akhirnya menyerah untuk berbohong selama ini. Ia berusaha sekuat tenaga memisahkan ingatan jahanam Sofie bersama Adam. Memori setengah hari itu. Ibunya berpikir bahwa kehidupannya akan lebih baik tanpa mengingat lagi laki-laki yang hampir membunuhnya! Laki-laki yang tidak akan pernah kembali! Laki-laki yang tidak akan pernah bersamanya! Laki-laki yang hanya akan memberikan harapan palsu dan luka!Perlahan namun pasti Sofie menyusuri jalan ke arah Villa. Semak belukar tumbuh tinggi menjulang. Satu-persatu di dapatinya semua hal yang ia ingat di tempat ini.Hamparan ribuan makam berteman hamparan bunga kerangka. Kabut tebal itu menyibak seolah menyambut kehadirannya. Nafasnya

  • Memori Setengah Hari   BAB 25 Ruang Isolasi

    Perawat rumah sakit mempersiapkan hidangan makan pagi untuk Sofie. Sebuah hidangan seadanya berupa bubur ayam hambar lengkap dengan tempe yang terlalu asin. Pandangan Sofie kosong hingga perawat yang sedari tadi memanggil namanya tidak digubris."Sofie makan ya?" Perawat itu menawarkan lagi bubur yang sudah mulai dingin di dekat daun telinganya. Sofie hanya terdiam. "Suster suapin ya?" Lagi-lagi permintaan perawat itu diabaikannya. Tak mau berlama-lama dengan gadis yang semakin lama semakin kurus kering ini suster itupun segera pergi tak peduli. Masih banyak urusan lain!Sofie melangkah memandang keluar jendela. Beberapa orang tidak waras tampak kegirangan ketika dimandikan massal di lapangan berumput. Seandainya Sofie tidak mau mandi sendiri dan benar-benar tidak waras mungkin akan diperlakukan sama. Ia merasa semua baik-baik saja. Tidak ada yang salah dengan diriku! Aku mampu mengingat kejadian kemarin! Kemarin lusa! Kemarin lagi! Dia bisa mengingat peristiwa semingg

  • Memori Setengah Hari   BAB 24 Menghitung Hari

    Ribuan undangan dicetak dengan kecepatan tinggi. Tulisan bertinta emas terlukis sangat indah. Dua sejoli telah mengikrarkan janji suci untuk bersama sehidup semati. Adam Bimantara dapat dipastikan akan menikahi Tiara Megan Champernique. Malam ini semua undangan harus selesai cetak. Tinggal menghitung hari. Sebulan lagi perhelatan akbar pernikahan akan di gelar di tiga tempat yang berbeda. Salah satunya di kapal pesiar pribadi keluarga Tiara. Tidak boleh ada yang terlewat! Semua harus serba sempurna dan...mewah! "Kenapa, Dam? Kayak orang lagi galau gitu?" Boim menuangkan secangkir kopi Capuchino. Di atas cafe gedung pencakar langit The Skye menara BCA kedua sahabat ini tampak begitu akrab di tengah malam hening kota Jakarta. "Kamu kan bentar lagi kawin, Damned. Harusnya tampak bahagia." "Serba harus..." Senyum Adam menyeringai sinis. Ia menatap hamparan gedung-gedung pencakar langit yang menjulang. Ribuan cahayanya berkerlip berpend

  • Memori Setengah Hari   BAB 23 29 Desember 2019?

    Sofie membuka mata perlahan. Lelah dan kantuk teramat sangat...itu yang ia rasakan. Ruangan ini begitu hangat dan hening. Hanya terdengar bunyi detak detik putaran jarum jam yang menunjuk tepat pukul sepuluh pagi. Cahaya lampu begitu terang tidak wajar. Menyilaukan! Dipandanginya sekeliling. Kamar berbusa serba putih dengan CCTV tertempel di setiap sudut. Beberapa kali ia dengar sayup tawa beradu jeritan tak beraturan menggema dari kejauhan. "Ya, Tuhan di mana aku sekarang?" Dengan lancar kata-kata itu meluncur dari bibir rapuhnya. Matanya mencari. Jemarinya memastikan darah di hidung yang mengalir...tidak ada darah sama sekali! Kepalanya dengan cekatan melihat kanan kiri atas bawah. Tempat tidur besi? Dan baju serba putih ini? Persis sama yang dipakainya terakhir kali namun... Gagap pening perih sakit sekujur tubuh yang ia rasakan...sirna entah ke mana? Ia pun merasa terbangun layaknya orang sehat bahkan...tanpa teriakan nama Dimas lagi. Kaki

  • Memori Setengah Hari   BAB 22 Segala Rasa Cinta

    "Kamu suka bunga?" Adam berupaya mengalihkan pemikiran Sofie yang mematikan. Mereka memandangi bunga-bunga busuk yang berserak dari buku Jurnal. Sofie tertarik dengan salah satu bunga yang sedikit utuh...tembus pandang bertangkai hijau...dipandangi dalam-dalam bunga itu mendekat di kelopak matanya yang indah. Adam mengeluarkan selembar foto yang mirip sama persis dengan bunga itu. Kayaknya ini deh bunganya... "Ini gambar bunganya." Adam menunjukkan selembar foto yang mirip dengan bunga busuk yang dipegang Sofie. Sofie lekas merebut lembaran gambar itu. "Oooohhh iiinnnii yyaa bbuuunnnggaa aaakkuu pppeettiiikk.." "Iya aku ambil gambarnya di depan villa." Kata Adam. "Naammmaaaa?" "Nama bunga? Aku tidak tahu. HP susah sinyal tidak bisa tanya mas G****e." "Mmmmaaaass aaappaa?" "Mmmmaaaass Gooogggllee." Adam menirukan gagap Sofie. "Nggaaaaccooo." Sofie tersenyum untuk pertama kali. Betapa manisnya senyum gadis

  • Memori Setengah Hari   BAB  21 My Journal

    Adam memandang gadis yang sedari tadi mengamati seraya membolak-balik buku bertuliskan Jurnal. Air mata Sofie menetes di lembut pipinya seolah memanggil ricik gerimis di luar sana. Sungguh menyedihkan. Ia tidak ingat apapun semua benda yang ada di sini. Ia berada di tempat asing dengan kondisi yang asing. Penuh luka. Luka jiwa dan raga. Dia buka tali pengikat buku tebal itu dengan lembut. Debu bau bunga dan lem kertas yang mengering menguar dari buku itu. Saat dibuka per halaman bunga-bunga yang membusuk berjatuhan. Pembusukan membuat tangkai bunga tidak lagi menempel di halaman buku. Membusuk? Berarti belum lama bunga ini dipetik dan tertempel di buku ini. Sofie keheranan. Diamatinya dalam-dalam bunga-bunga itu. Ia pegang beberapa bunga dan daun kering kemudian didekatkan di depan kelopak matanya. Matanya meniti mempelajari detail lekuk kelopak dan tangkai berusaha keras ingin tahu jenis apa ini dan seperti apa rupanya sebelum membusuk."Bbbbuunnnggaaa..." Kata Sofie. Dia me

DMCA.com Protection Status