"Hari ini, kamu sama Leony nggak pulang ke rumah buat makan malam? Aneh banget, biasanya Leony selalu pulang di hari ini. Sekarang waktu di dalam negeri, malah kamu yang membawanya pergi," gerutu Alvin.Reynald yang mendengar ini langsung merasa gelisah. Leony tidak pergi ke rumah Keluarga Finowa bukan karena mengikuti Andreas. Itu jelas karena mereka sudah bercerai, jadi dia merasa tidak pantas lagi datang ke sana.Dengan matanya yang redup karena mabuk, Andreas akhirnya berbicara setelah lama terdiam, "Dia sudah pergi.""Pergi? Maksudmu, Leony sudah pergi? Dia pergi ke mana?" Alvin langsung melontarkan tiga pertanyaan berturut-turut. Reynald sontak berkeringat dingin. Dia buru-buru merebut ponsel dari tangan Andreas yang mabuk.Reynald tertawa sebelum menjelaskan, "Andreas sama Leony cuma lagi berantem. Andreas orangnya keras kepala dan gengsinya tinggi. Dia nggak mau minta maaf, jadi datang ke tempatku buat minum.""Leony lagi keluar sebentar untuk menenangkan diri. Kakek, ini bukan
Dulu, Leony sangat berharap dirinya bisa terus terikat dengan Andreas. Namun sekarang, terikat dengan Andreas hanya akan membawa luka baginya.Setiap kali melihat pria itu, pikiran Leony tak bisa lepas dari semua kejadian menyakitkan hari ini. Dia tak ingin ... dan tak mampu menerima semuanya.Leony adalah manusia yang hidup. Dia bisa tertawa dan merasa sakit. Diperlakukan seperti ini oleh Andreas, mana mungkin dia bisa sembuh dalam waktu singkat, lalu kembali bersikap tenang di hadapannya?Leony tersenyum pahit sebelum akhirnya berbicara dengan suara pelan, "Reynald, apa aku nggak boleh bersikap egois?"Kalimat ini membuat Reynald terdiam. Dia tidak tahu harus berkata apa. Memang benar, kenapa Leony tidak boleh bersikap egois? Dia hanya pernah menikah dengan Andreas dan hanya pernah menjadi istrinya.Namun, sekarang mereka sudah bercerai. Kenapa Leony harus terus merendahkan diri demi pria yang sudah melukainya?Reynald pun membalas, "Leony, tentu saja kamu boleh bersikap egois. Tapi
Tatapan Reynald jatuh pada luka di dahi Leony. Luka itu jelas masih baru, sepertinya baru terjadi hari ini. Bahkan, perban yang menutupinya terlihat baru saja diganti.Jika diperhatikan lebih teliti, wajah Leony terlihat pucat dengan aura lemah yang mencolok. Tentu saja dia lemah. Siapa pun yang dihina di hari peringatan kematian ibunya pasti akan kehilangan semangat.Terlebih lagi, Leony menjadi sasaran mantan suaminya bersama selingkuhan pria itu. Luka yang dia rasakan tentu lebih dalam dari sekadar fisik."Aku cuma terbentur sendiri. Nggak perlu terlalu dipikirkan," ucap Leony sambil memaksakan senyum, seolah ingin mengalihkan perhatian.Ucapan itu membuat Reynald terdiam. Namun, matanya terus tertuju pada wajah Leony. Dia bisa merasakan bahwa Leony sedang menghindari topik ini, seolah tak ingin membahasnya lebih lanjut. Hanya saja, luka itu jelas terlihat seperti baru saja terjadi.Hati Reynald sedikit sesak. Kata-kata yang tadi ingin dia ucapkan untuk meminta Leony menenangkan And
Alvin akhirnya datang. Semua orang di ruangan VIP tahu hal ini, termasuk Leony. Dia sedikit menunduk, lalu sengaja duduk di samping Andreas. Tangannya menggenggam tangan pria itu dan menciptakan kesan bahwa mereka adalah pasangan yang mesra.Siapa pun yang melihat adegan ini akan mengira mereka adalah suami istri yang penuh cinta. Hanya saja, semua ini jelas sandiwara belaka. Ketika Alvin mendorong pintu dan melihat pemandangan di sudut ruangan VIP, dia tertegun sesaat.Reynald buru-buru mendekatinya. Dia menyambut pria tua itu dan bertanya sambil tersenyum lebar, "Kakek, kenapa kamu benaran datang? Sudah kubilang nggak perlu khawatir tentang Andreas. Ada Leony di dekatnya. Dia jauh lebih peduli sama Andreas daripadamu."Reynald melanjutkan, "Ini cuma masalah kecil antara suami istri, nggak ada yang serius."Alvin mendengarkan semua ucapan Reynald. Entah memercayainya atau tidak, wajahnya tetap tidak menunjukkan emosi. Saat ini, dia melangkah mendekat. Matanya yang tua tetapi tajam lan
Leony sengaja mencoba mengalihkan pikirannya dari kejadian-kejadian hari ini, tetapi pada akhirnya dia tidak bisa mengontrol dirinya. Makin berusaha melupakan, pikirannya tenggelam makin dalam.Leony mengangkat tangan untuk memijat pelipisnya yang terasa berat, lalu berdiri. Pandangannya tanpa sadar jatuh pada dinding kamar, tempat beberapa foto pernikahan tergantung rapi. Di foto-foto itu, ada dia dan Andreas.Foto-foto tersebut diambil tiga tahun lalu, ketika Alvin bersikeras agar Andreas membawa Leony untuk menjalani pemotretan pernikahan. Meski saat itu Andreas jelas-jelas tidak antusias, dia tetap menuruti permintaan kakeknya.Alvin bahkan secara khusus meminta Jamal memilih foto terbaik untuk digantung di dinding ini. Di foto, Leony tersenyum lembut dan anggun dengan sedikit kekhawatiran masih terlihat di sorot matanya.Namun, yang lebih mendominasi adalah harapan akan masa depan, sebuah impian untuk menjalani hidup bersama Andreas.Saat itu, Leony seperti seorang gadis muda yang
Kekasih Andreas sekarang adalah Laura. Mereka tentu tidak boleh melanjutkannya. Setelah semua yang terjadi hari ini, mana mungkin mereka masih bisa berpura-pura tidak ada yang salah?Jika Leony benar-benar memilih untuk menerima ciuman pria itu setelah semua ini, apa yang tersisa dari harga dirinya?Leony terengah-engah sambil mendorong tubuh Andreas yang menekan dirinya. Matanya yang dingin menatap pria itu tanpa rasa takut, melainkan penuh dengan kepedihan. Dengan suara pelan, dia berbicara, "Andreas, kita sudah cerai. Jadi berhentilah."Tubuh pria itu tiba-tiba membeku. Tatapannya tetap tertuju pada Leony, seperti sedang mencoba membaca apa yang tersembunyi di wajahnya.Leony menggigit bibir dan matanya berkedip ringan. Dia mengulangi perkataannya, "Kekasihmu sekarang adalah Laura."Orang yang dicintai Andreas sekarang jelas adalah Laura, bukan Leony. Akhirnya, pria itu pun melepaskannya. Apakah dia menyerah karena mendengar kata-kata Leony ataukah akhirnya menyadari siapa wanita ya
Seperti yang dikatakan Jonathan kepadanya pada hari itu, matahari yang baru terbit melambangkan kehidupan baru.Jika itu melambangkan awal yang baru, Leony seharusnya tidak lagi terjebak dalam kenangan masa lalunya bersama Andreas. Dia dan Andreas harus memulai hidup baru mereka masing-masing.Jamal yang sudah terbiasa bangun pagi keluar untuk berjalan-jalan di halaman. Saat itulah dia melihat Leony sedang duduk di ayunan sambil menatap matahari terbit. Dia pun bertanya, "Nyonya Leony, kenapa bangun sepagi ini?""Nggak bisa tidur," jawab Leony sambil tersenyum.Jamal tidak banyak bertanya, melainkan mengalihkan topik pembicaraan, "Mau makan apa untuk sarapan? Seingatku, kamu suka banget sama kue kacang. Gimana kalau aku suruh dapur bikin lebih banyak. Nanti, kamu bisa bawa pulang."Leony menggeleng dengan sopan sambil menolak, "Kue itu cukup sulit dibuat. Aku masih punya banyak pekerjaan yang harus dilakukan, jadi nggak bisa menunggu." Sebenarnya, Leony hanya tidak ingin terus berhubun
Leony duduk di kursi kerjanya. Dia mengenakan kacamata berbingkai hitam yang menutupi luka di dahinya. Jika itu orang lain, mungkin kacamata itu akan membuat mereka terlihat seperti kutu buku yang kaku.Namun karena penampilan Leony yang terlalu memikat dan sempurna, kacamata hitam biasa itu justru terlihat seperti aksesori mode.Leony menyesuaikan letak kacamatanya di pangkal hidung. Matanya masih sedikit merah akibat menangis semalam. Meskipun sudah dikompres dengan es, masih ada sedikit bengkak di sana. Kesan dingin yang biasanya memancar dari matanya pun memudar.Leony membalas, "Aku nggak punya waktu untuk menebak hal-hal nggak berguna ini. Kalau ada urusan, cepat katakan. Kalau nggak, kamu bisa pergi kapan saja." Kata-katanya dingin, seperti pisau yang membangun kembali dinding berduri di sekeliling dirinya.Meskipun Jonathan pernah mengatakan bahwa dirinya berbeda dari Andreas dan meminta Leony tidak menyamaratakan mereka, dia tetap tidak peduli.Leony tidak ingin terluka lagi.
“Andreas, kalian sudah bercerai. Kenapa kamu malah suruh Leony pulang ke rumahmu lagi? Apa demi mendapatkan hati Pak Alvin, kamu suruh Leony menemanimu untuk bersandiwara? Kamu memang licik sekali. Padahal kamu sudah nggak menginginkannya lagi, kamu malah nggak mengizinkan orang lain untuk mengejarnya! Kamu sungguh keterlaluan!”Dari ucapan Jonathan, jelas sekali dia sedang memperingati Andreas bahwa dirinya sedang mengejar Leony. Dia memang sedang mengejar Leony. Dia saja sudah mempersiapkan bunga segar dan cincin berlian. Semuanya sudah dipersiapkan Jonathan.Raut wajah Leony seketika berubah. Sepertinya dia tidak menyangka masalah akan menjadi seperti ini. Saat Leony hendak mengakhiri panggilan, ponselnya pun direbut oleh Andreas.“Jonathan, Leony masih belum sampai tahap mesti menurunkan derajatnya untuk menjadikanmu sebagai pasangannya. Kamu masih nggak pantas untuk mengejarnya.” Nada bicara Andreas sangat dingin. Sebenarnya jelas sekali dia sedang menyindir Jonathan yang sangat b
“Kakek memang kelihatannya sangat bugar, tapi sebenarnya jantungnya kurang sehat. Apalagi Kakek orangnya sangat pintar, seandainya dia menyadari hubungan kita, bagaimana cara kita menghadapi Kakek? Jangan-jangan kita akan buat Kakek terkena serangan jantung, lalu dirawat di rumah sakit?”“Kakek sangat menyayangiku. Aku nggak sanggup untuk melakukannya. Jadi, aku lebih memilih untuk mengalah dalam masalah ini.” Ketika membahas masalah ini, Leony pun tersenyum lagi. “Bukannya gara-gara masalah ini, kamu juga terpaksa mengorbankan perasaan Laura?”Lantaran khawatir Alvin akan menerima pukulan, Andreas tidak berani memberi tahu masalah perceraian mereka. Saat ini, Andreas terpaksa membawa Leony ke rumah. Laura pasti akan merasa sangat sedih, apalagi dia tidak bisa mendapatkan status dari Andreas.Andreas terdiam sejenak. Laura? Nama itu terasa sangat menusuk telinga baginya. “Maaf, semua ini salahku,” lanjut Andreas.Sikap Andreas sangat lembut. Hanya saja, Leony tidak memasukkannya ke hat
Tatapan Andreas menjadi muram ketika menatap bayangan punggung Leony yang pergi dengan buru-buru. Setelah Leony pergi, Alvin segera meletakkan peralatan makannya. Suaranya kedengaran sangat dingin. “Nini nggak suka makan terong. Apa kamu nggak tahu?”Andreas benar-benar tidak mengetahui masalah itu. Dia baru mengetahuinya sekarang.“Nini tahu semua makanan kesukaanmu. Coba kamu lihat makanan apa yang Nini ambilkan untukmu. Dia bahkan mengupas kulit udang untukmu. Setelah mengupasnya, dia juga mencelupkan udang ke saus kesukaanmu. Sekarang kamu hanya mengambilkan sejenis makanan untuknya. Makanan yang kamu ambil malah terong yang paling nggak disukai Nini!”Andreas sungguh tidak menyangka. Kedua matanya spontan berkilauan. Beberapa saat kemudian, dia berdiri dan tidak berbicara panjang lebar lagi. Hanya saja, raut wajahnya kelihatan sangat tidak bagus.Setelah kembali ke kamar, Andreas menyadari Leony sedang muntah-muntah. Andreas pun duduk di sofa dengan terdiam. Saat Leony keluar dari
Dalam sekejap, mobil ini pun menjadi hening karena hanya tersisa Leony dan Andreas.Leony memejamkan matanya, seperti tidak berniat mengatakan apa-apa. Setelah sesaat, dia pun pindah ke kursi pengemudi dan menyalakan mesin mobil. Ini adalah mobil baru Andreas, sebuah Maybach hitam, bukan lagi Cayanne berwarna biru.Sepanjang perjalanan, kedua orang itu tidak berbicara sampai tiba di kediaman lama Keluarga Finowa.“Leony.” Sebelum Leony turun dari mobil, Andreas tiba-tiba memanggilnya dan bertanya, “Apa hubunganmu dengan Juan?”Tangan Leony terhenti sejenak. Kemudian, dia tersenyum tipis dan menjawab, “Hubunganku dengan Juan nggak ada kaitannya sama Pak Andreas. Pak Andreas hanya perlu perhatikan orang di sisimu.”Setelah Leony turun dari mobil, Andreas tidak lagi mengungkit tentang Juan. Dia hanya berkata dengan santai, “Berhubung sudah sampai di sini, sebaiknya kita masuk bareng.”Leony merasa ucapan itu agak konyol. Dia pun membuka pintu mobil, lalu hendak memanggil taksi online untu
Berhubung Leony sama sekali tidak menyahut, Laura merasa agak canggung. Luis pun tidak dapat menahan tawanya. Tawanya bahkan terdengar sangat jelas di dalam mobil.Namun, Laura seperti tidak bisa merasakan suasana yang canggung ini dan lanjut berbicara dengan Leony. “Kak, kok kamu nggak pedulikan aku?”Laura bersikap seolah-olah ingin menanyakan dengan jelas alasannya.Sementara itu, Leony merasa sangat jengkel. Dia sudah tidak tahan, lalu menoleh ke arah Andreas dan berkata dengan dingin, “Berhubung kamu nggak bisa kendalikan kekasihmu, jangan salahkan aku ngomong hal-hal yang nggak menyenangkan.”Kemudian, Leony menoleh ke arah Laura dan mulai mengejeknya.“Laura, aku harap kamu selalu ingat. Aku ini putri Gilbert dan Intan, sedangkan kamu itu anak dari hasil perselingkuhan Gilbert dengan wanita lain. Meski kita punya ayah yang sama, kelahiranmu itu pada dasarnya adalah semacam luka bagi aku dan ibuku.”“Kalau kamu itu orang normal, kamu seharusnya punya rasa malu, lalu jauhi aku. Bu
Juan menatap Leony, lalu mengucapkan terima kasih.Leony sedang berdiri di bawah pohon dan rambutnya ditiup angin sepoi-sepoi. Rambut hitamnya yang panjang dan tergerai itu pun sesekali menutupi sepasang matanya yang dingin, tetapi juga menyiratkan sedikit kelembutan. Dia tersenyum dan menatap Juan dengan lembut.“Kalau ada masalah, hubungilah aku kapan saja.” Setelah melontarkan kata itu, Leony baru berbalik.Juan menunduk dan membaca kartu nama Leony. [ Manajer tim proyek, Leony Janita ] Nama Leony benar-benar indah. Juan sangat berharap Leony benar-benar bisa membantunya seperti yang dikatakannya sebelumnya. Dia berharap bisa terlepas dari kehidupan yang menderita ini dan membuka lembaran baru.Namun ... mana mungkin dia berharap senior yang baru pertama kali ditemuinya itu menolongnya? Orang yang terjebak dalam keadaan sulit harus memiliki kemampuan untuk menolong dirinya sendiri.Juan menggenggam erat kartu nama itu. Tatapannya bergerak mengikuti Leony. Dia berdiri diam di tempa
Juan merasa seperti pernah bertemu dengan wanita di hadapannya itu. Perasaan itu terasa familier, tetapi juga asing. Ada banyak orang yang berlalu-lalang di sekitar mereka, tetapi pandangan mereka tetap tidak terlepas dari satu sama lain.Melihat Leony yang tidak berhenti menatap Juan, Donny segera menyadari sesuatu dan menyuruh salah seorang kepala bidang untuk memanggil Juan kemari. Setelah itu, dia pun memperkenalkan kedua belah pihak.“Leony, mari kuperkenalkan kalian. Juan itu murid berbakat yang unggul dalam segala bidang di sekolah ini. Dia juga murid yang berpotensi menjadi juara bidang sains dalam ujian kali ini.”Saat mengungkit tentang Juan, Donny terlihat sangat bangga. Leony juga bisa merasakan bahwa Donny benar-benar memiliki kesan baik terhadap Juan. Jadi, dia pun merasa sangat gembira.“Baguslah kalau begitu.” Leony tertawa dan melanjutkan, “Pak Donny, berhubung Bapak begitu memuji Juan, aku akan kasih sedikit insentif untuknya. Juan, kalau kamu bisa dapat juara umum 3
Darius dan Jafir sudah sering melihat tampang Juan yang seperti ini. Jafir pun menepuk-nepuk dadanya. “Nggak masalah. Juan sudah mabuk dan nggak mungkin dengar percakapan kita. Dia nggak tahu rencana kita.”Meskipun begitu, Darius tetap merasa ada yang aneh. Sebelum sempat berpikir lebih jauh, Jafir sudah mengungkit tentang uang. Jadi, Darius pun tidak memikirkannya lagi.Begitu kembali ke kamar, Juan langsung mengunci pintu dan berbaring di tempat tidur. Setelah itu, dia baru menarik napas lega. Dia benar-benar merasa sangat kebingungan karena dikhianati oleh ayah dan kakak sendiri. Mereka yang memanfaatkannya seperti itu sepertinya sama sekali tidak memikirkan apa yang akan terjadi padanya.Juan harus memikirkan cara untuk menggagalkan rencana kedua orang itu. Oleh karena itu, dia pun tidak dapat tidur nyenyak semalaman. Saat tiba di sekolah keesokan harinya, Juan tidur hampir sepanjang pagi. Berhubung nilainya terlalu bagus, para guru hanya menutup sebelah mata....Setelah jam mak
“Apa hal ini benar-benar nggak akan terselidiki? Ini namanya contekan ujian masuk universitas!” Darius pada dasarnya adalah seorang guru. Dia tentu saja tahu jelas seberapa serius masalah ini.Jafir mengangkat bahunya dengan acuh tak acuh. “Ayah, kamu sudah jadi guru selama bertahun-tahun. Aku nggak percaya kamu nggak tahu ada beberapa orang yang berhasil hindari aturan. Orang-orang yang kaya dan berkuasa itu lebih nggak harap masalah kayak begini terungkap.”Kenyataannya memang seperti itu. Darius masih merasa cemas, tetapi sejumlah uang yang disebut Jafir sudah sepenuhnya membutakan matanya. Asalkan mendapat cukup banyak uang, mengorbankan Juan tidaklah masalah.Jam telah menunjukkan pukul 12 tengah malam. Kedua orang itu menyusun rencana di ruang tamu dengan suara yang sangat kecil. Namun, mereka tidak tahu bahwa Juan sudah kembali. Sehabis pulang sekolah tadi, dia langsung pergi bekerja paruh waktu di klub malam. Darius dan Jafir mengira Juan tidak akan pulang malam ini, makanya me