Jarang-jarang Jonathan bersimpati pada seseorang. Dia bergumam, "Menyedihkan sekali." Dia merasa dirinya dan Leony sama-sama menyedihkan."Aku saja tahu. Andreas nggak mungkin nggak tahu." Jonathan yang tersenyum sejak tadi tiba-tiba menjadi murung. Namun, suaranya menjadi pelan, tidak nakal seperti biasanya."Dia tahu kamu korbannya, tapi dia masih melindungi pelakunya, bahkan menerima semua yang dilakukan si pelaku. Leony, untuk apa mempertahankan orang seperti ini?" tanya Jonathan.Untuk apa dipertahankan? Leony mengepalkan tangannya dengan erat dan menggigit bibirnya. Dia membalas, "Aku cuma merasa enggan."Jonathan tentu tahu alasan Leony merasa enggan. Leony tidak ingin kalah dari wanita seperti Laura, tidak ingin pria yang dicintainya dikelabui begitu saja.Leony memandang ketiga orang di luar jendela. Rasa sakit di hati membuat napasnya terasa sesak. Mungkin karena menyadari suatu kejanggalan, mata tajam itu tiba-tiba terlontar ke arahnya.Leony termangu sejenak. Dia bertemu pa
Ini karena mereka khawatir Andreas memperhitungkan masalah malam ini dengan mereka. Meskipun mereka pelakunya, mereka tetap harus membantah.Ketika melihat Andreas hendak masuk ke mobilnya, Laura buru-buru berlari menghampirinya dan Gilbert mengikuti di belakang. Keduanya berkeringat dan terengah-engah, seperti sangat panik."Bukannya kalian sudah pergi?" Andreas berdiri di tempatnya, menatap ayah dan anak yang muncul mendadak itu. Namun, yang muncul di benaknya malah wajah cantik Leony saat mengeluhkan ketidakadilan kepadanya.Andreas menyembunyikan kekesalannya. Dia menatap kedua orang itu sambil bertanya, "Ada apa?"Nada bicara Andreas terdengar dingin. Dia memperlakukan mereka layaknya orang asing.Laura merasa panik. Namun, dia tetap maju dan merangkul lengan Andreas. Dia menggoyangnya sambil berucap dengan manja, "Andreas, jangan begitu galak dong."Andreas hanya menatapnya dengan ekspresi datar. Laura menggigit bibirnya sebelum meneruskan, "Kamu begitu yakin aku dan Ayah yang me
"Kak Leony ada-ada saja. Kenapa tiba-tiba membuang kain merah ini? Aneh sekali. Entah apa yang terjadi padanya." Laura tentu melihat Leony juga. Saat itu, dia merasa sangat gugup karena khawatir Leony melakukan sesuatu yang berbahaya.Siapa sangka, Leony hanya membuang kain merah. Laura pun merasa ada yang salah dengan otak Leony. Namun, dia khawatir tindakan Leony ini mengandung makna tertentu. Dia terpaksa berbicara begitu untuk mencari tahu."Dia sedang berpamitan." Andreas memungut kain merah di lantai. Dia seperti masih bisa merasakan sentuhan hangat Leony yang tertinggal pada kain itu. Andreas tahu bahwa Leony melakukan ini untuk mengucapkan selamat tinggal kepada mereka. Namun, tindakan Leony ini tidak ada bedanya dengan provokasi di mata Andreas.Mata Andreas terlihat suram. Laura tidak memahami ucapannya. Ketika Laura hendak berbicara lagi, tiba-tiba terdengar suara datar Andreas. "Aku bakal menekan masalah malam ini. Lain kali jangan diulangi lagi."Tatapan Andreas tertuju pa
Penanggung jawab itu pun menerima dengan wajah berseri-seri.Kemudian, Leony langsung pergi sehingga tidak memperhatikan pemuda yang memegang kain lap itu menatapnya dengan bengong.Staf di sampingnya pun menyenggolnya dan bertanya, "Juan, lihat apa?"Juan langsung menggeleng. "Aku cuma merasa wanita itu sangat familier. Entah di mana aku melihatnya."Setelah mendengarnya, staf itu pun memutar otaknya. Sesaat kemudian, dia berkata, "Oh, aku sudah ingat. Dia kakak kelas sekolah kita yang masuk Universitas Jayakarta dengan nilai hampir sempurna, 'kan? Sampai sekarang, fotonya masih ada di dinding sekolah kita!"Juan terdiam sejenak. Jadi, ini alasan dia merasa wanita itu sangat familier?Saat ini, Jonathan yang menyaksikan semuanya dari kejauhan pun mengangkat alisnya. Dia mengira ada keseruan apa, tetapi ternyata Leony hanya sedang membantu adiknya. Membosankan sekali.Jonathan berdecak, lalu menghampiri penanggung jawab itu. Dia juga mengeluarkan sebuah kartu bank dan berujar, "Ini unt
Setelah ragu-ragu sejenak, Darius merasa ide ini sangat bagus. Lagi pula, Juan masih muda. Tidak masalah jika kuliahnya nanti saja. Yang penting mereka bisa mendapat banyak uang.Setelah merenung sejenak, Darius mengiakan dan bertanya, "Kenapa kamu tiba-tiba kepikiran ide begini? Apa kamu punya kenalan?""Tentu saja." Jafir terkekeh-kekeh dan mengambil ponselnya untuk mencari kontak. "Mereka semua adalah orang kaya. Kita cari saja yang harganya paling tinggi. Mungkin saja setelah ujian kali ini, kita bisa beli rumah."Harga rumah di Kota Jayakarta, bahkan yang agak terpencil, juga mencapai 20 miliar. Jika Juan membantu orang-orang kaya ini mengikuti ujian, mereka pasti bisa membeli rumah dengan uang yang diperoleh.Seketika, keserakahan mengambil alih pikiran mereka. Jika uang bisa didapat semudah itu. Mereka akan menyuruh Juan mengikuti ujian berkali-kali.Lagi pula, orang-orang kaya itu tidak kekurangan uang. Mereka kaya dan berkuasa. Tidak mungkin ada yang tahu mereka bermain curang
Di mata Leony, Laura memang pencuri. Laura mencuri kasih sayang ayah darinya, mencuri suaminya, bahkan mencuri jabatannya. Mungkin, wanita ini masih ingin mencuri identitas dan koneksinya? Sepertinya, kata pencuri terlalu lembut untuknya?Leony terkekeh-kekeh. "Dia lebih cocok disebut perampok." Setelah merebut semua miliknya, Laura masih bisa menyombongkan diri seperti takut tidak ada yang tahu. Menjijikkan sekali."Kamu benar." Luis terkekeh-kekeh, lalu lanjut membaca dokumen. Isi dokumen ini sangat rapi, jadi Luis bisa memahami informasi yang ada dengan cepat.Tiba-tiba, Luis bertanya, "Sebenarnya apa yang lagi dibicarakan Bu Nayla dengan Pak Andreas? Ini sudah sejam lewat. Mereka mengobrol sejak pagi tadi.""Bu Nayla?""Ya, Bu Nayla dari SMA Bestari."Seketika, wajah seorang wanita paruh baya yang lembut muncul di benak Leony. Nayla yang disebut adalah kepala sekolah tempat dia belajar dulu."Ya, kepala sekolah itu. Entah kenapa dia tiba-tiba datang hari ini. Dengar-dengar, dua bul
"Kenapa tiba-tiba kemari? Ada urusan apa?" Tatapan Andreas terlihat agak dingin. Saat melihat Leony, yang muncul di benaknya adalah sosok belakangnya yang pergi bersama Jonathan dan kain merah yang beterbangan di langit.Hati Andres mencelos. Tatapannya menjadi suram. Leony menatapnya tanpa mengungkit kejadian semalam. "Tadi aku ketemu Bu Nayla. Dia mengundangmu ke acara sosialisasi sekolah, 'kan? Kamu pergi nggak?"Andreas menatap Leony. "Sebulan lalu, Universitas Jayakarta mengundangku jadi pembicara untuk seminar. Aku menolak mereka."Andreas bahkan menolak undangan Universitas Jayakarta. Lantas, kenapa dia harus berpartisipasi dalam acara sosialisasi sekolah SMA? Bukankah ini tidak masuk akal?"Kamu boleh menolak Universitas Jayakarta, tapi bukan berarti harus menolak SMA Bestari." Leony meletakkan setumpuk dokumen itu ke hadapan Andreas dan meneruskan, "Ini dokuman yang kamu mau. Sebagai gantinya, kamu harus menemaniku menghadiri acara sosialisasi itu.""Alasannya?" tanya Andreas
Begitu mendengar ucapan Andreas, langkah kaki Leony sontak terhenti. Dia berbalik, menatap Andreas lekat-lekat sebelum akhirnya mengangguk dengan pelan."Oke, aku akan pergi." Usai berbicara, Leony tidak berlama-lama di sana. Dia khawatir hatinya akan hancur.Andreas tidak tahu apa-apa tentang dirinya. Hari ulang tahun Gilbert adalah hari kematian ibunya. Menyuruhnya menghadiri acara ulang tahun Gilbert sama saja dengan menyakiti hatinya. Namun, Leony tetap akan pergi.....Vila Keluarga Janita terletak di kawasan mewah Kota Jayakarta. Bangunan yang terletak di pinggiran kota yang ramai ini memiliki kesan elegan dan mewah. Demi menunjukkan kekayaannya, Gilbert mengundang desainer ternama untuk mendesainnya.Orang-orang yang tidak memahami aset Keluarga Janita pasti akan mengira mereka adalah keluarga terkaya di Kota Jayakarta.Jika dilihat dari atas, rumah ini seperti istana. Dindingnya terbuat dari marmer berwarna krem. Di bawah sinar matahari, dinding marmer memancarkan cahaya lembut
“Andreas, kalian sudah bercerai. Kenapa kamu malah suruh Leony pulang ke rumahmu lagi? Apa demi mendapatkan hati Pak Alvin, kamu suruh Leony menemanimu untuk bersandiwara? Kamu memang licik sekali. Padahal kamu sudah nggak menginginkannya lagi, kamu malah nggak mengizinkan orang lain untuk mengejarnya! Kamu sungguh keterlaluan!”Dari ucapan Jonathan, jelas sekali dia sedang memperingati Andreas bahwa dirinya sedang mengejar Leony. Dia memang sedang mengejar Leony. Dia saja sudah mempersiapkan bunga segar dan cincin berlian. Semuanya sudah dipersiapkan Jonathan.Raut wajah Leony seketika berubah. Sepertinya dia tidak menyangka masalah akan menjadi seperti ini. Saat Leony hendak mengakhiri panggilan, ponselnya pun direbut oleh Andreas.“Jonathan, Leony masih belum sampai tahap mesti menurunkan derajatnya untuk menjadikanmu sebagai pasangannya. Kamu masih nggak pantas untuk mengejarnya.” Nada bicara Andreas sangat dingin. Sebenarnya jelas sekali dia sedang menyindir Jonathan yang sangat b
“Kakek memang kelihatannya sangat bugar, tapi sebenarnya jantungnya kurang sehat. Apalagi Kakek orangnya sangat pintar, seandainya dia menyadari hubungan kita, bagaimana cara kita menghadapi Kakek? Jangan-jangan kita akan buat Kakek terkena serangan jantung, lalu dirawat di rumah sakit?”“Kakek sangat menyayangiku. Aku nggak sanggup untuk melakukannya. Jadi, aku lebih memilih untuk mengalah dalam masalah ini.” Ketika membahas masalah ini, Leony pun tersenyum lagi. “Bukannya gara-gara masalah ini, kamu juga terpaksa mengorbankan perasaan Laura?”Lantaran khawatir Alvin akan menerima pukulan, Andreas tidak berani memberi tahu masalah perceraian mereka. Saat ini, Andreas terpaksa membawa Leony ke rumah. Laura pasti akan merasa sangat sedih, apalagi dia tidak bisa mendapatkan status dari Andreas.Andreas terdiam sejenak. Laura? Nama itu terasa sangat menusuk telinga baginya. “Maaf, semua ini salahku,” lanjut Andreas.Sikap Andreas sangat lembut. Hanya saja, Leony tidak memasukkannya ke hat
Tatapan Andreas menjadi muram ketika menatap bayangan punggung Leony yang pergi dengan buru-buru. Setelah Leony pergi, Alvin segera meletakkan peralatan makannya. Suaranya kedengaran sangat dingin. “Nini nggak suka makan terong. Apa kamu nggak tahu?”Andreas benar-benar tidak mengetahui masalah itu. Dia baru mengetahuinya sekarang.“Nini tahu semua makanan kesukaanmu. Coba kamu lihat makanan apa yang Nini ambilkan untukmu. Dia bahkan mengupas kulit udang untukmu. Setelah mengupasnya, dia juga mencelupkan udang ke saus kesukaanmu. Sekarang kamu hanya mengambilkan sejenis makanan untuknya. Makanan yang kamu ambil malah terong yang paling nggak disukai Nini!”Andreas sungguh tidak menyangka. Kedua matanya spontan berkilauan. Beberapa saat kemudian, dia berdiri dan tidak berbicara panjang lebar lagi. Hanya saja, raut wajahnya kelihatan sangat tidak bagus.Setelah kembali ke kamar, Andreas menyadari Leony sedang muntah-muntah. Andreas pun duduk di sofa dengan terdiam. Saat Leony keluar dari
Dalam sekejap, mobil ini pun menjadi hening karena hanya tersisa Leony dan Andreas.Leony memejamkan matanya, seperti tidak berniat mengatakan apa-apa. Setelah sesaat, dia pun pindah ke kursi pengemudi dan menyalakan mesin mobil. Ini adalah mobil baru Andreas, sebuah Maybach hitam, bukan lagi Cayanne berwarna biru.Sepanjang perjalanan, kedua orang itu tidak berbicara sampai tiba di kediaman lama Keluarga Finowa.“Leony.” Sebelum Leony turun dari mobil, Andreas tiba-tiba memanggilnya dan bertanya, “Apa hubunganmu dengan Juan?”Tangan Leony terhenti sejenak. Kemudian, dia tersenyum tipis dan menjawab, “Hubunganku dengan Juan nggak ada kaitannya sama Pak Andreas. Pak Andreas hanya perlu perhatikan orang di sisimu.”Setelah Leony turun dari mobil, Andreas tidak lagi mengungkit tentang Juan. Dia hanya berkata dengan santai, “Berhubung sudah sampai di sini, sebaiknya kita masuk bareng.”Leony merasa ucapan itu agak konyol. Dia pun membuka pintu mobil, lalu hendak memanggil taksi online untu
Berhubung Leony sama sekali tidak menyahut, Laura merasa agak canggung. Luis pun tidak dapat menahan tawanya. Tawanya bahkan terdengar sangat jelas di dalam mobil.Namun, Laura seperti tidak bisa merasakan suasana yang canggung ini dan lanjut berbicara dengan Leony. “Kak, kok kamu nggak pedulikan aku?”Laura bersikap seolah-olah ingin menanyakan dengan jelas alasannya.Sementara itu, Leony merasa sangat jengkel. Dia sudah tidak tahan, lalu menoleh ke arah Andreas dan berkata dengan dingin, “Berhubung kamu nggak bisa kendalikan kekasihmu, jangan salahkan aku ngomong hal-hal yang nggak menyenangkan.”Kemudian, Leony menoleh ke arah Laura dan mulai mengejeknya.“Laura, aku harap kamu selalu ingat. Aku ini putri Gilbert dan Intan, sedangkan kamu itu anak dari hasil perselingkuhan Gilbert dengan wanita lain. Meski kita punya ayah yang sama, kelahiranmu itu pada dasarnya adalah semacam luka bagi aku dan ibuku.”“Kalau kamu itu orang normal, kamu seharusnya punya rasa malu, lalu jauhi aku. Bu
Juan menatap Leony, lalu mengucapkan terima kasih.Leony sedang berdiri di bawah pohon dan rambutnya ditiup angin sepoi-sepoi. Rambut hitamnya yang panjang dan tergerai itu pun sesekali menutupi sepasang matanya yang dingin, tetapi juga menyiratkan sedikit kelembutan. Dia tersenyum dan menatap Juan dengan lembut.“Kalau ada masalah, hubungilah aku kapan saja.” Setelah melontarkan kata itu, Leony baru berbalik.Juan menunduk dan membaca kartu nama Leony. [ Manajer tim proyek, Leony Janita ] Nama Leony benar-benar indah. Juan sangat berharap Leony benar-benar bisa membantunya seperti yang dikatakannya sebelumnya. Dia berharap bisa terlepas dari kehidupan yang menderita ini dan membuka lembaran baru.Namun ... mana mungkin dia berharap senior yang baru pertama kali ditemuinya itu menolongnya? Orang yang terjebak dalam keadaan sulit harus memiliki kemampuan untuk menolong dirinya sendiri.Juan menggenggam erat kartu nama itu. Tatapannya bergerak mengikuti Leony. Dia berdiri diam di tempa
Juan merasa seperti pernah bertemu dengan wanita di hadapannya itu. Perasaan itu terasa familier, tetapi juga asing. Ada banyak orang yang berlalu-lalang di sekitar mereka, tetapi pandangan mereka tetap tidak terlepas dari satu sama lain.Melihat Leony yang tidak berhenti menatap Juan, Donny segera menyadari sesuatu dan menyuruh salah seorang kepala bidang untuk memanggil Juan kemari. Setelah itu, dia pun memperkenalkan kedua belah pihak.“Leony, mari kuperkenalkan kalian. Juan itu murid berbakat yang unggul dalam segala bidang di sekolah ini. Dia juga murid yang berpotensi menjadi juara bidang sains dalam ujian kali ini.”Saat mengungkit tentang Juan, Donny terlihat sangat bangga. Leony juga bisa merasakan bahwa Donny benar-benar memiliki kesan baik terhadap Juan. Jadi, dia pun merasa sangat gembira.“Baguslah kalau begitu.” Leony tertawa dan melanjutkan, “Pak Donny, berhubung Bapak begitu memuji Juan, aku akan kasih sedikit insentif untuknya. Juan, kalau kamu bisa dapat juara umum 3
Darius dan Jafir sudah sering melihat tampang Juan yang seperti ini. Jafir pun menepuk-nepuk dadanya. “Nggak masalah. Juan sudah mabuk dan nggak mungkin dengar percakapan kita. Dia nggak tahu rencana kita.”Meskipun begitu, Darius tetap merasa ada yang aneh. Sebelum sempat berpikir lebih jauh, Jafir sudah mengungkit tentang uang. Jadi, Darius pun tidak memikirkannya lagi.Begitu kembali ke kamar, Juan langsung mengunci pintu dan berbaring di tempat tidur. Setelah itu, dia baru menarik napas lega. Dia benar-benar merasa sangat kebingungan karena dikhianati oleh ayah dan kakak sendiri. Mereka yang memanfaatkannya seperti itu sepertinya sama sekali tidak memikirkan apa yang akan terjadi padanya.Juan harus memikirkan cara untuk menggagalkan rencana kedua orang itu. Oleh karena itu, dia pun tidak dapat tidur nyenyak semalaman. Saat tiba di sekolah keesokan harinya, Juan tidur hampir sepanjang pagi. Berhubung nilainya terlalu bagus, para guru hanya menutup sebelah mata....Setelah jam mak
“Apa hal ini benar-benar nggak akan terselidiki? Ini namanya contekan ujian masuk universitas!” Darius pada dasarnya adalah seorang guru. Dia tentu saja tahu jelas seberapa serius masalah ini.Jafir mengangkat bahunya dengan acuh tak acuh. “Ayah, kamu sudah jadi guru selama bertahun-tahun. Aku nggak percaya kamu nggak tahu ada beberapa orang yang berhasil hindari aturan. Orang-orang yang kaya dan berkuasa itu lebih nggak harap masalah kayak begini terungkap.”Kenyataannya memang seperti itu. Darius masih merasa cemas, tetapi sejumlah uang yang disebut Jafir sudah sepenuhnya membutakan matanya. Asalkan mendapat cukup banyak uang, mengorbankan Juan tidaklah masalah.Jam telah menunjukkan pukul 12 tengah malam. Kedua orang itu menyusun rencana di ruang tamu dengan suara yang sangat kecil. Namun, mereka tidak tahu bahwa Juan sudah kembali. Sehabis pulang sekolah tadi, dia langsung pergi bekerja paruh waktu di klub malam. Darius dan Jafir mengira Juan tidak akan pulang malam ini, makanya me