Share

51. Pengakuan Batara

Adisti menutup laptop dan mengembuskan napas panjang. Tinggal sepuluh bab lagi untuk mencapai akhir kisah yang ditulis. Sungguh kalau bukan gara-gara dikejar tenggat waktu, dia bakal menyingkirkan draf ini untuk istirahat. Kepalanya sudah terlalu berat memikul banyak pikiran.

Terutama Biyan yang tak kunjung memberi kabar.

Sayang sekali tak ada perpanjangan telinga yang dapat Adisti andalkan di Jakarta. Gumilar bisa saja jadi informan, tetapi menilai dari insiden yang mereka alami, dia ragu Salma bakal mengajak Biyan berkonsultasi dengan ayahnya.

Diambilnya ponsel yang tergeletak di dekat bantal. Sebentar lagi makan malam. Belakangan, Adisti malas berkumpul karena harus berhadapan dengan Batara. Walau sudah memaafkan kesalahannya, dia jadi sulit menaruh kepercayaan lagi pada pria itu.

Saat hendak tidur sebentar, ponselnya bergetar. Adisti mengecek nama yang muncul di layar dan seketika terbangun kala menangkap nomor telepon Indah.

“Hei, penulis residensi kesayangan,” sapa Indah. “Sibuk
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status