Netra Louise menghadap lurus menuju danau surga yang airnya berwarna biru jernih bak lazuardi.
"Jadi, apa alasan yang menyebabkan adikku melakukan bunuh diri di danau ini, Louise?""Kau tahu 'kan danau surga ini berada di bawah kaki puncak gunung Baekdu. Ada masyarakat tertentu yang menganggap gunung itu suci.""Lalu apa kaitannya dengan kematian adikku?""Mereka yang sengaja melakukan bunuh diri di danau surga ini ingin dekat dengan tempat yang suci yang tak lain gunung suci Baekdu itu, mungkin menjadi alasan adikmu melakukan bunuh diri.""Apa mungkin? Sejauh yang kutahu dia tak sereligius itu.""Sebelumnya aku telah melakukan sedikit riset, kebanyakan wisatawan yang datang kesini mereka membawa masalah pribadi atau mempunyai masa lalu yang buruk. Jadi, danau surga ini merupakan tempat tujuan bagi mereka yang memang mempunyai masalah. Mereka mengira danau surga ini merupakan tempat yang sempurna untuk mengakhiri masalah mereka.Mode auto pilot telah diaktifkan dan pintu cockpit telah tertutup. Namun, di dalam cockpit terjadi kericuhan yang tak diinginkan saat pilot dan co-pilot menatap dengan jelas gumpalan awan hitam cumulonimbus disertai gemuruh petir dan kilat yang menyala-nyala mengintari pesawat. Pilot pun seketika meraih radio dan melapor pada pihak ATC (Air Traffic Controller) dan pengawas lalu lintas udara demi keselamatan.Pesawat masih terkepung gumpalan awan hitam saat pesawat naik di ketinggian 39 ribu kaki. Pilot berusaha mengendalikan navigasi dengan membelokkan pesawat dan memukik tajam ke arah kanan demi terhindar dari gumpalan awan hitam dan pesawat lain yang juga sedang melintas.Suasana tegang di dalam area cockpit menjalar ke area kabin penumpang ketika co-pilot mengumumkan pada kru dan penumpang mengenai fenomena alam yang sedang terjadi saat ini."Kepada kru dan penumpang pesawat dengan kode penerbangan QZ829, bahwa sebentar lagi pesawat akan mengalami turbu
Obelia tidak menginginkan perubahan dratis pada tubuh maupun penampilannya, jadi ia hanya mengubah potongan dan warna rambutnya, filler di bagian hidung serta pada warna kulitnya sehingga agak lebih gelap dengan bantuan sinar matahari dan sedikit sinar ultraviloet saat melakukan sauna. Ia telah berhasil melakukannya sejauh ini karena belum ada satupun yang mengenalinya, kecuali Jarvis.Gelas kaca sloki dilemparkannya dengan keras ke kotak kaca sehingga tidak hanya kotak kaca yang pecah, meja kaca pun tak luput dibuat hancur berkeping-keping. Jarvis seketika mematikan siaran televisi, meraih kunci motor harley-nya dengan membiarkan serpihan-serpihan kaca yang berhamburan di lantai, meninggalkan kondisi kediamannya yang berantakan.Seorang pria berumur menghampiri seorang gadis yang sedang duduk-duduk sambil bercengkrama, "Hey, gadis seksi, mau berdansa denganku?" ajak pria asing itu pada gadis yang bernama Kaihena. Gadis itu memicingkan matanya."Ayolah, k
Dari balik partisi kediaman Maverick, Kendrick memerhatikan sudah beberapa kali tuannya tampak menuangkan minuman beralkohol ke dalam gelas sloki kaca lalu menegaknya sampai tandas.Kendrick melangkah mendekati Maverick berupaya mencegah ketika tuannya itu saat akan menuangkan kembali minuman beralkoholnya."Anda sudah terlalu banyak minum. Kurasa sudah cukup untuk hari ini, Tuan. Pelayan segera singkirkan botol-botol minuman beralkohol ini.""Sialannn!" pekik Maverick sambil meremukkan lalu membanting satu botol alkoholnya dengan keras.Berada di bawah pengaruh alkohol membuat Maverick dalam kondisi setengah mabuk. Tubuhnya goyah, bibirnya meracau tak jelas, langkahnya terhuyung-huyung saat akan bergerak menuju kamar pribadinya. Dengan sigap, Kendrick membantu Tuannya bangkit setelah melihatnya hilang kendali lalu terjatuh di lantai. Tangan Kendrick terjulur di bahu Maverick, berniat untuk memapah Tuannya dan mengantarkannya sampai kama
Di atas ranjang kamarnya, Maverick memejamkan matanya. Giginya gemeretak karena menggigil. Wajahnya memucat."Anda demam, Tuan. Sebaiknya beristirahat total hari ini. Pengadilan informal akan dilakukan besok, Anda tidak perlu mengkhawatirkan mengenai hal itu."Kendrick menyeduhkan air berwarna keungu-unguan yang didapat dari campuran bunga dan tumbuh-tumbuhan di atas cangkir yang akan diberikan pada Maverick. "Tegaklah minuman ini, Tuan, sebagai proses penyembuhan Anda."Maverick meneguknya, lantas disemburkannya ke wajah Kendrick. Kendrick hanya bisa mengusap-usap wajah dan kemejanya yang sudah basah."Cuih… minuman apa itu?! Cepat bawa pergi, aku tak sudi meminumnya lagi!"Kendrick mengangguk pelan."Anda mendapat mimpi apa semalam, Tuan?""Pertanyaan macam apa itu, Kendrick, kenapa kau menanyakannya?!""Ma-maaf gadis yang Anda tabrak itu, Tuan…""Iya, ada apa dengannya, Kendrick, cepat kata
Maverick merasakan langkah kakinya terasa begitu berat. Dirasakannya ada sesuatu dalam dirinya yang rasanya hampir meledak. Maverick menyeret kakinya makin cepat ke arah lift.Berdiri di dalam lift, Maverick merasakan ada gelenyar aneh dan rasa geli yang merambati sekujur tubuhnya. Aliran darahnya memacu semakin deras dan tanpa sadar ia pun mendesah. Maverick akhirnya menyadari jika penyebab keanehan dalam dirinya disebabkan oleh benda asing yang tercampur ke dalam minumannya."Brengsek! Siapa yang sengaja memasukkan obat perangsang ke dalam minuman yang kuteguk?!"'Ting'Lantai lift terhenti. Pintu lift otomatis terbuka. Sesosok wanita jelita bergaun merah panjang dengan potongan dada rendah dan belahan tinggi disekitar area paha segera masuk ke dalam lift. Sontak selaput mata Maverick tersihir oleh penampilannya meskipun dilihatnya langkah wanita itu tampak sempoyongan. Wanita berbibir ranum itu seketika menyandar manja ke tubuh Maverick. Tubuh wanita itu hampir saja roboh di lanta
"Halo?" sapa seorang pria di seberang telepon."Cepat cari informasi dan identitas wanita yang tidur denganku semalam di kamar hotel. Temukan wanita itu dimanapun ia berada. Cari di setiap sudut jalan dan periksa setiap CCTV yang terpasang. Kau harus bisa mendapatkan identitasnya kalau tidak gajimu bulan ini kupotong separuh!"Tanpa menunggu balasan dari asistennya, pria arogan itu segera mematikan sambungan teleponnya. Selaput mata Louise terpaku pada layar monitor yang menampilkan grafik-grafik dan angka-angka yang belum sepenuhnya dipahaminya."Perusahaan palm oil milik Ayah Anda seakan sudah tak ada harganya lagi. Perhatikan, nilai sahamnya sudah sangat anjlok, Nona." ucap Luther, asisten pribadi Ayah Louise."Kenapa itu bisa terjadi?""Seseorang telah dengan sengaja merekayasa nilai sahamnya, membuatnya tidak lagi likuid. Terjadi penyelewengan di intern perusahaan dan terancam berubah kepemilikan karena banyaknya trans
Freya turun dari ranjang rumah sakit lalu berpindah ke kursi roda dengan bantuan Hanna. "Aku sadar ia takkan pernah menjengukku.""Kau juga tak perlu lagi mengharapkan pria seperti Jarvis. Ia takkan pernah peduli padamu lagi."Freya tiba-tiba terperanjat. Di ambang pintu kemunculan seorang pria gagah yang sudah tak asing baginya."Freya." ucap si pria sambil merendahkan kepalanya."Ka-Kau datang untuk menjengukku?"Terdengar suara deheman yang memecah kesunyian."Ya, aku bersedia." "Tandatangani surat perjanjian itu.""Tentu… dan Anda akan langsung melakukan seperti yang Anda janjikan 'kan?""Secepatnya setelah kau menandatanganinya tapi jika kau melanggarnya, akan ada konsekuensi dan hukumannya.""Apa itu?""Membayar dua puluh kali lipat dari biaya yang akan kukeluarkan dan hukuman yang pasti tak terbayangkan di pikiranmu."Louise menorehkan tanda tangan di dokume
Terbangun dari tidur lelapnya, Maverick merasakan mual di perutnya dan pening yang teramat sangat di kepalanya. Semalam Maverick memang minum alkohol tapi itupun tak banyak hanya beberapa sloki kecil, ya hanya sekedar untuk menemaninya semalam. Meskipun ia minum alkohol lebih banyak dari semalam pun, ia tak pernah merasakan mual seperti saat ini. Tak tahan akan rasa mual yang semakin memuncak, Maverick segera menuju wastafel dan memuntahkan isi perutnya berkali-kali. "Sial!" Usai berkumur, ia merasakan mualnya mulai agak berkurang. Maverick melangkah kembali menuju ranjangnya dan duduk dengan lesu. Ia merasakan tubuhnya menjadi lemah akibat memuntahkan semua isi perutnya. Haruskah aku akan mati sekarang? benaknya.Maverick mengalami dilema, di satu sisi ia masih merasa agak mual tapi disisi lain, ia kelaparan dan butuh mengisi perutnya untuk membuat tubuhnya tak lemas lagi. Akhirnya, ia memutuskan untuk memanggil Kendrick dan memintanya untuk m
Merasa harga dirinya sebagai pria runtuh akibat perkataan Louise, emosi kembali bergelayut dalam relung hati Maverick. Kali ini yang menjadi sasarannya adalah vas bunga kaca. Dalam jarak jangkauan tangannya seketika diraihnya vas bunga kaca yang menghiasi meja sudut samping sofa. Tanpa aba-aba ia menjatuhkan vas bunga kaca itu ke lantai.Kembali terdengar bunyi pecahan benda jatuh. Serpihan vas bunga kaca itu mengenai jari kaki Louise. Darah menetes pelan dari sana hingga membuat Louise merintih kesakitan. Maverick menunduk dan menatapnya dengan tatapan datar, seolah pemandangan tersebut bukan sesuatu yang mengerikan. Dirinya menganggap hal itu sesuatu yang biasa saja.Maverick melihat luka pada jari Louise dengan santai, baginya luka itu bukanlah luka besar yang harus membuatnya turun tangan untuk melakukan pertolongan pertama.Tangan Maverick menjangkau kotak tisu dari atas meja dan melemparkannya ke tubuh Louise. Dengan sabar Louise menyeka lu
Kendrick bersama dengan beberapa pelayan kembali melangkahkan kaki menuju kamar Tuannya yang telah dibentengi oleh dua anggota penjaga. Masuk ke dalam kamar netranya menatap nanar kondisi istri Tuannya yang tengah dalam keadaan cukup memprihatinkan, meringkuk di atas ranjang dengan kondisi terikat di kedua tangan dan kakinya. Rambutnya terlihat kusut dan berantakan. Pakaian yang melekat di tubuhnya juga sebanding lurus dengan keadaan tubuhnya saat ini, terlihat kumal dan terdapat robekan di beberapa sisi akibat perlakuan paksa Maverick pada dirinya saat berusaha menyentuhnya. Luka memar dan lebam di beberapa bagian tubuh Louise pun tak luput dari sorotan mata Kendrick.Dengan perlahan asisten pribadi Maverick itu melepaskan ikatan tali yang dengan kuat membelit paksa kedua tangan dan kaki Louise. Ikatan tali yang membelit dengan kencang itu tak pelak meninggalkan bekas luka di pergelangan tangan dan kakinya. “Mari kubantu untuk bangun, Nona.”De
Maverick berjalan cepat ke arah paviliun di belakang mansion diiringi Kendrick yang membuntutinya dari arah belakang. Masuk ke dalam paviliun, selaput matanya berpendar ke segala penjuru ruangan yang terdapat disana. Dihembuskan napasnya panjang setelah menyadari paviliun miliknya kurang terurus dengan baik.“Ck, bersihkan paviliun ini, Rick, mulai besok wanita itu akan tinggal disini. Siapkan pelayan yang khusus untuk membersihkan paviliun ini setiap harinya. Aku tidak ingin wanita itu berada di kamarku lagi.”“Apa Anda yakin Tuan? Bagaimana kalau Mr. Boylee mengetahuinya? Kuyakin ia akan marah besar pada Tuan.”“Itu akan menjadi urusanku dengan Papaku, Rick.”“Baiklah, Tuan. Apakah Tuan sudah mendengar berita terbaru mengenai Nona Obelia yang sedang ramai di media?”“Berita apa memangnya? Apa ia membuat ulah lagi?”“Lebih dari itu, Tuan. Ia membuat kehebohan dengan kebohongan publiknya selama ini.”“Apa maksu
Mentari terbit dari balik cela-cela jendela, Maverick meneguk ludah kasar melihat Louise terlelap disampingnya. Ia duduk seraya memperhatikan kamar yang luas itu. Perhatiannya tertuju pada beragam foto yang terpampang di dinding dan meja. Salah satu foto memperlihatkan sosok Ecclesie yang tampak sangat cantik dengan senyum sumringah, sangat kontras dengan kondisi Louise yang terlihat saat ini, sungguh sangat berantakan. Ia pun tak berselera melihatnya.Tanpa berpikir panjang, dengan langkah cepat, ia meraih handuk di atas nakas. Maverick melangkah tanpa suara menuju kamar mandi.Seraya membersihkan diri Maverick memikirkan ulang mengenai ucapan seorang wanita yang baru dikenalnya namun cukup menarik perhatiannya. Ajakan untuk bergabung dalam kelompok persaudaraan? Akankah aku menuruti ucapannya? Sepertinya akan menjadi warna baru dalam hidupku jika aku mengikuti perkataan wanita itu, pikirnya.Di bawah kucuran air, pikirannya beralih ke diri Loui
Hiruk pikuk terdengar di bawah ruang bawah tanah. Dua kubu pendukung meneriakkan kata-kata kasar menghujani semangat pada dua pria berbadan besar yang tengah bergelut di atas arena pertarungan. “Bunuh… bunuh… bunuh…”Tanpa menggunakan pelindung tangan maupun kepala dua petarung saling memukul keras satu sama lain dengan menggebu-gebu. Kepalan tangan menghantam wajah petarung lain tanpa ampun. Setiap petarung akan mengincar bagian kepala maupun ulu hati untuk menjatuhkan bahkan mematikan musuhnya dengan mudah.Mereka menyebut arena ini Arena Bayangan Kematian karena menyuguhkan pertarungan antara hidup dan mati. Bonyok, lebam bahkan hidung bengkok berdarah yang menghiasi wajah petarung seolah pemandangan yang lumrah. Arena petarung mempunyai aturan khusus dimana para petarung harus saling membunuh untuk mendapatkan sejumlah uang dalam jumlah yang fantastis dan tumpukan batangan emas berkilauan. Sudah tak terhitung lagi berapa banyak nyawa melayan
Malam cepat berlalu, malam yang gelap berganti menjadi pagi yang cerah.Ketika matanya terbuka, yang pertama kali dilihatnya plafon putih bersih berbeda dari ruangan yang sebelumnya terlihat.Sesaat ia memperhatikan ruangan yang luas itu, tampak tidak terlalu asing. Kemudian dirasakannya bawah hidungnya berair, berniat untuk menyekanya tapi ia kesulitan karena tangannya masih terikat begitupun dengan mulutnya.Lorong pendengarannya menangkap suara pintu yang terbuka. Louise mengenali sosok yang masuk ke dalam kamar.Kendrick, iya benar itu Kendrick, benaknya. Berusaha berteriak tapi mulutnya sudah dibuat terkunci, hanya raungan aneh yang keluar dari mulutnya. Didapatinya Kendrick tidak datang seorang diri, ia membawa serta seorang pelayan wanita. Tak lama kerongkongannya terasa dialiri sesuatu, menduga pelayan itu sengaja memberikan minuman padanya.“Obati luka berdarah di kakinya.” perintah Kendrick.Pelayan itu menund
Professor Brooks terperanjat saat mendapat kejutan tiba-tiba dengan kemunculan Louise di ruang kerjanya.Duduk di seberang meja Professor Brooks, iris perak sang Professor menangkap gelagat gelisah yang Louise tampakkan. “Sepertinya penelitian tidak dapat dilanjutkan, Louise.”“Tidak, Prof. Aku masih sangat berambisi untuk melanjutkan penelitian itu sampai tuntas.”“Statusmu sudah berubah menjadi istri seseorang sekarang. Mustahil penelitian dapat terus dilanjutkan sementara kau sulit untuk dihubungi.”“Maafkan, Professor, aku janji tidak akan terulang lagi.”“Kemana saja kau selama ini, Louise?”Aku terkungkung di mansion milik Maverick, Prof, tapi tidak… Tidak perlu kau mengetahuinya, Prof., benak Louise mengembara.“Bulan madu ke suatu tempat, Professor. Kami sengaja mematikan semua alat komunikasi selama masa itu.” dalihnya.“Baiklah. Rencana lanjutan seperti apa yang sudah kau persiapkan untuk pen
“Malam ini aku tak ingin menyentuhmu sama sekali, kau tidur di sofa. Ah, ya, kudengar dari Kendrick janinmu itu telah mati di usia kandunganmu yang sudah mencapai 21 minggu.”Louise membuang muka.“Well, aku turut prihatin, tapi lahirkan anak untukku atau kubiarkan tubuh indahmu dicabik-cabik binatang di dalam hutan. Kau dengar itu?!” tegasnya sambil meremas kencang dagu Louise memaksanya untuk menatap dalam-dalam selaput matanya.Maverick lantas beranjak dari dalam kamar menuju balkon dengan membakar cerutunya, menyesapnya dalam-dalam hingga menyembulkan asap putih menembus udara malam.Menghela napas panjang sambil memejamkan mata dengan wajah mendongak ke langit-langit, bayangan akan sosok Ecclasie mendadak hadir. Ia merindukannya. Dibiarkannya terpaan angin malam membelai wajahnya dengan lembut.Kematian Ecclasie yang tidak wajar seakan menaburkan garam di atas luka yang menganga, begitu perih. Prosedur autopsi terpaksa dilakukan
Suara jerit keras terdengar dari balik pintu ruang persalinan rumah sakit tua. Dua penjaga pria bersenjata yang berjaga di depan pintu menahan ngilu mendengar pekikan itu kembali terdengar.Kendrick yang berdiri tak jauh dari kamar persalinan tampak mengawasi dokter yang dibantu perawat melakukan proses tindak induksi untuk mengeluarkan janin mati dalam kandungan Louise.Membutuhkan waktu yang tidak sebentar, dokter dan para perawat yang telah menyelesaikan proses operasi pengangkatan janin melangkah keluar melewati pintu ruang persalinan. Kendrick mengangguk saat para petugas medis itu melangkah melewatinya. Ia mengayunkan langkah kaki mendekati ranjang yang ditempati Louise. Dengan tangan gemetar Kendrick mencoba menyentuh bahu Louise yang merintih menahan pilu, ikut merasa terpukul atas musibah yang menimpa istri Tuannya itu. Bahu Louise terguncang hebat. Air matanya jatuh tak terbendung mengingat kegagalannya menjadi orang tua."Beatrix