Home / Romansa / Mbak Arsitek Perancang Cinta / Bab 56. Akhirnya Ngaku!

Share

Bab 56. Akhirnya Ngaku!

Author: Astika Buana
last update Last Updated: 2022-11-10 11:05:02

Asyik!

Programku bisa aku lanjutkan.

"Aku sayang dengan Alysia. Dia banyak membantuku, dengan ini saja aku bisa membalas budi. Dengan memastikan dia bersama laki-laki yang tepat dan berkualitas," ucapku dengan menghela napas. "Untunglah, kalian tidak ada hubungan spesial," gumanku lirih.

“Kenapa kamu pilih Tiok?”

“Ya-iya, lah, Dari laki-laki yang aku temui, dia orang yang paling masuk kriteria. Ganteng, pinter, penyayang, dan setia. Menurut Mas Sakti, Mas Tiok itu cocok kan sama Alysia? Bantu comblangin, ya?” tanyaku sambil mencuri pandang ekspresinya.

Tiba-tiba Mas Sakti menghentikan mobilnya. Dia menatapku lama, seakan menyelidik kebenaran yang aku katakan.

"Maksudmu apa? Ingin menjodohkan Alysia dengan orang lain?"

Aku menatapnya balik, pura-pura tidak mengerti apa yang dimaksud. Beruntung dulu pernah aktif di teater, aktingku menyakinkan, kan?

"Kenapa? Sebentar lagi aku menikah, wajar kan, menginginkan Alysia segera mengikutiku? Dia butuh teman."

"Tapi ...?"

"Tapi apa, Mas. Ken
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 57. Kejutan

    Setiba di pelataran gedung, kami sudah disambut beberapa rekan kerja. Ada Pak Tomi dan tim pemasaran. Kami langsung ke dalam gedung melihat persiapannya. Pak Tomi menjelaskan secara detail bahwa konsep yang diusung sama dengan rancangan hunian.Pak Tomi, tidak seperti teman yang lain, dia mempunyai pembawaan yang santun dan tenang. Kelihatan sekali dia itu bekerja penuh perhitungan dan pintar. Pantas saja, dia usia sekarang sudah diposisi manager. Aku suka kerjasama dengan dia.Awal masuk, atmosfer sudah berbeda. Tumbuhan rimbun disana-sini. Peletakan kursi undangan pun disetting berlevel. Sama seperti hunian kami yang disesuaikan keadaan tanah yang berbukit. Berbeda namun dinamis. "Bagus sekali lay-outnya?" teriakku terkesima. Apalagi, lampu sorot dibeberapa titik menimbulkan kesan tak biasa. "Luar biasa kerja Pak Tomi!" Mas Sakti menepuk pundaknya sambil melihat sekeliling dengan raut wajah puas."Saya hanya menterjemahkan rancangan Bu Litu. Pesan Pak Mahendra, tamu datang langsu

    Last Updated : 2022-11-11
  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 58. Apa ini?

    Hari ini hari besarku. Baju yang harus aku kenakan sudah dikirim. Alysia membantuku mengenakannya.Saat ini aku menatap bayanganku di cermin. Terlihat beda. Baju dengan model klasik dan anggun. Aku seperti seorang yang baru. Litu, anak arsi yang berantakan tidak berbekas. Kami berangkat bersama, Alysia juga mendapatkan undangan. Tak kalah denganku, dia juga berdandan spesial. Aku tersenyum melihatnya, teringat target yang sudah aku tetapkan. [Litu. Kangen] Pesan dari Pak Mahendra.[Sama. Ini masih bersiap dengan Alysia][Bersiap yang cantik, ya. Ada kejutan dariku][Apa?][Sesuatu yang tidak pernah kau bayangkan. I love you]Senyumku merekah sempurna. Dia selalu membuat hati melambung di awan. Merasa dicintai dan dibanggakan."Hei! Kenapa senyum-senyum sendiri! Pasti Mahendra!" teriak Alysia. Dia sudah berpenampilan cantik, rambutnya yang lurus tergerai indah. "Iya, lah. Siapa lagi," ucapku menoleh ke arahnya, "kamu tidak ingin mempunyai calon suami?" "Belum kepikiran! Belum ada

    Last Updated : 2022-11-12
  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 59. Kejutan Ganda Plus

    Apa yang dimaksud Meylani? Kabar gembira seperti apa ya ada hubungannya dengan hari ini? Semua kata kunci berkecamuk di kepalaku. "Tidak hanya para hadirin yang penasaran. Kedua arsitek di depan ini juga belum mengerti!" ucap Meylani. "Penasaran ...? Inilah berita yang membuat kita lebih bahagia di malam ini!" Jreng! LCD besar di belakang kami menyala, semua mata tertuju ke sana. Mataku membelalak dan tangan mengerat memegang lengan Mas Sakti. Semua yang hadir menyambut dengan tepuk tangan. "Kamu bangga?" bisik Mas Sakti. Tidak ada yang mampu kuucap. Rasa senangku seakan meledakkan dada. Di depan tertulis jelas. Kami mendapatkan dua penghargaan sekaligus. The best architecture dan Lituhayu Mahiswara sebagai arsitek muda terbaik di tahun ini. Lampu sorot, berpusat kepada kami. Aku tidak menyangka. Kejutan ganda ini membuatku bahagia. Meraih prestasi dan dihadiri kedua orang tuaku. Bersama Mas Sakti aku menerima plakat yang ternyata sudah tiba satu hari sebelumnya. Aku mema

    Last Updated : 2022-11-16
  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 60.  Sensasi Baru

    Mungkin kata malam pertama menjadi kata yang indah bagi orang lain. Berbeda denganku yang merasa itu sesuatu yang mengerikan. Menyakitkan, berdarah, dan tidak berdaya. Seperti ajang pembant*ian saja. Setelah prosesi pernikahan, kami dipisahkan dari keluarga besar. Entah di lantai kamar berapa? Yang aku tahu, kami terdampar di kamar yang luas dan dihias dengan sangat indah. Bunga segar dimana-mana dengan kelambu melambai di ranjang besar di tengah-tengah kamar. Kesan romantis terasa kental. Namun, melihat ranjang seperti mendapati meja pesakitan. Tubuh ini begidik seketika, membayangkan apa yang akan terjadi di sana.“Litu, aku akan bersih-bersih dulu. Kata Mama semua kebutuhan kita ada di lemari itu,” serunya kemudian beranjak meninggalkan aku.Pernikahan yang mendadak ini, membuatku kalang kabut. Tanpa berpikir panjang pada persiapan, aku mengikuti semua arahan mertuaku itu. Sampai-sampai tidak terpikirkan untuk membawa peralatan pribadiku.Senyum tercipta dengan sendirinya. Kalau d

    Last Updated : 2022-11-16
  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 61. Aku Menginginkannya

    Rasa campur aduk saat aku keluar dari kamar mandi. Baju hitam panjang menerawang seperti menelanjangiku. Bagaimana tidak, tidak aku dapati baju dalam satupun yang disiapkan. Untungnya, warna hitam menyamarkan kedua dititik dan inti dari tubuh ini. Berkali-kali aku mencoba menutupinya, tapi tidak ada jalan lain.Sambil berjingkat, aku mengedarkan pandangan dan mendapati Kak Mahe yang berdiri di balkon. Entah apa yang dilakukan di sana, aku hanya melihat tanganya membawa segelas minuman. Ini kesempatan, aku harus bergegas di ranjang dan menyelimuti tubuh ini.“Litu, kamu sudah selesai mandi?”Aku membalikkan badan, mendapati dia yang sudah di dekat ranjang.“Tidak ingin ngobrol dulu?” tanyanya lagi, kemudian meletakkan gelas yang sudah kosong.“Tidak, Kak. Aku ingin—““Sudah tidak sabar lagi menikmati ranjang pengantin?” ucapnya memotong ucapanku. Tersenyum dan menatapku dengan pandangan seperti tadi. Dia merebahkan tubuh di sebelahku setelah mematikan lampu yang menyisakan temaram dar

    Last Updated : 2022-11-16
  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 61. Mempersembahan

    Kebersamaan kami di hotel tidak berujung dengan keberhasilan. Suasana di sana yang disetting untuk bulan madu, tidak membuatku nyaman. Otakku selalu dihinggapi dengan ketakutan.Hayalan yang berlebihan. Walaupun aku terikut dalam sentuhannya, namun selalu berakhir pada kecemasan bayangan yang mengerikan. Memang tidak terucap, tapi aku tahu dia merasa kecewa dan gusar. "Kak, maaf. Aku belum memberikan hakmu," ucapku saat itu."Ini juga hakmu, Sayang. Nafkah batin, hak kita berdua sebagai suami istri. Bukan hakku semata."Karena itulah, Kak Mahe memutuskan untuk kembali ke rumahnya saja. Sudah dua hari kami terasing di sini. Sengaja tempat tinggal Kak Mahendra dikosongkan. Pengurus rumah hanya diperbolehkan memasuki rumah di pagi hari, itupun dua jam saja. Sekedar membersihkan dan menyiapkan makanan. Hanya ada penjaga bersiap di pintu gerbang. Kami menghabiskan hari dengan bersantai, menonton film bersama sambil rebahan berdua di sofa panjang. Seakan tahu ketidak nyamanku, suamiku t

    Last Updated : 2022-11-17
  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 62. Malamnya Pengantin Baru

    Kami saling menggenggam menuju hidup baru. Meja panjang di ujung ruangan menyimpan tanda perjalananku. Tanda keberhasilanku menjadi seorang arsitek dan dua buku berwarna hijau dan coklat, tanda diriku menjadi seorang istri. Istri seorang bernama Mahendra Haryanto, pangeran cintaku.*Keseharianku semakin bervariasi, tidak bisa sebebas dulu. Malam tidak bisa tidur dengan semaunya. Yang biasanya baca cerita online sampe begadang sampai stok coin ambis, sekarang masih sore pun ditarik ke ranjang.Sst…jangan tanya oleh siapa dan mo ngapain, ya? Pokoknya berakhir dengan keadaan ranjang yang super berantakan, dan menyisakan tubuh lembab karena keringat walaupun pendingin kamar sudah dimaksimalkan.Aku pun kehilangan gaya tidur yang biasanya, pakai babydoll dan bergelung di dalam selimut. Lupakan baju kebesaranku ini, sekarang berganti dengan daster tipis menerawang seperti saringan.Jangan harap bisa mendapat kebebasan, karena selalu ada tangan menangkup bagian atasku yang terbebas dari p

    Last Updated : 2022-11-18
  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 63.  Sarapan Ala Bos Mahendra

    Sinar matahari menyelusup di sela tirai kamar. Pagi-pagi subuh kami sudah membersihkan diri, tapi karena lelah dan kantuk yang tersisa, akhirnya kami pun bergelung dalam selimut kembali. Mataku mengerjap dan tangan ini mencari kehangatan yang menghilang. Kemana suamiku? Sudah tidak aku dapati sosok hangat yang biasanya menangkup pinggang ini. Walaupun seringkali keberadaannya membuatku resah, tapi tanpa ada yang hilang ketika membuka mata tidak mendapati dia. Pasti ini juga dirasakan pasangan pengantin baru lainnya. Kebersamaan dengan suami mulai menjadi candu. Jam dinding menunjukkan angka sembilan. Gila, ini sudah sangat siang! Segera aku turun dari ranjang, merapikannya dari bekas medan perang semalaman. Bibir ini tercetak senyuman dengan sendirinya. Teringat bagaimana liarnya kami yang tak henti-hentinya menautkan diri. Aku sudah bukan Litu yang dulu lagi, yang tabu dengan keliaran yang dulu tidak pernah terpikirkan ini. Seperti murid yang cepat belajar, aku begitu cepat mener

    Last Updated : 2022-11-19

Latest chapter

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 101.  Kita Untuk Selamanya

    Apa yang dicari dalam hidup ini, kalau tidak ketenangan? Untuk apa berlimpah harta dan kekuasaan, tetapi bergelimang kecemasan akan kehilangan? “Karenanya, aku berusaha menyelesaikan urusan-urusanku sebelum menjalani hidup tenang bersamamu, Litu.” Aku menjawab dengan senyuman sambil mengeratkan tangannya yang mengusap perut ini. Hangat tubuh yang selama ini aku nikmati dari bajunya yang tidak dicuci, sekarang bisa aku hidu setiap waktu. Senyuman begitu lekat di wajah ini. Sesekali meneleng ke belakang untuk menyambut ciumannya. “Kak Mahe tidak pergi meninggalkan aku lagi?” “Untuk apa? Semua sudah aku bereskan.” “Janji?” “Janji. Demi anak kita, Litu,” ucapnya sambil membalikkan tubuh ini kepadanya. Wajahnya menunjukkan keseriusan, dengan mata tidak terlepas dariku. “Apa yang terjadi kepadamu, membuat aku berpikir. Kalau aku tetap mempertahankan posisi dan apa yang aku lakukan sekerang, bukan tidak mungkin anak kita nanti akan mendapatkan kemalangan. Aku tidak mau itu.” “Iya. A

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 100.  Saat Kau Jauh

    Apa salah kalau seorang istri ingin merasa dipentingkan oleh suami sendiri? Apakah tidak benar, kalau aku ingin malam-malamku ditemani suami sambil mengusap perutku yang sudah mulai buncit ini?“Nduk, kamu ingin rujak manis mangga muda? Ibuk bikinkan, ya?”“Tidak usah ditawari. Langsung dibuatkan saja. Pasti Litu kemecer,” sahut Bapak menjawab pertanyaan Bapak.Bukannya aku tidak ingin, tapi aku menginginkan mangga muda yang diambilkan Kak Mahe sendiri. Keinginanku itu sudah tertahan satu minggu, dua minggu, dan sekarang sudah menginjak di bulan kedua. Namun tidak ada kabar sama sekali tentang Kak Mahe.“Suamimu baik-baik saja. Hanya dia belum bisa menghubungimu demi keselamatanmu, Litu,” ucap Mas Sakti kalau aku mengajukan pertanyaan yang sama melalui sambungan telpon.Sampai sekarang aku tidak tahu ada urusan apa yang lebih dia pentingkan. Kalau bisnis, kenapa justru dia meninggalkan perusahaan dan menyerahkan kepada Mas Sakti?Aku seperti istri yang tidak mengerti suaminya seperti

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 99.  Aku Ingin Pulang

    “Kamu benar ingin meninggalkan suamimu?” Alysia menangkup tanganku, menghentikan gerakanku yang sedang memasukkan baju ke dalam koper.Aku menatapnya sebentar. Rasanya ingin menyerah dan pasrah, tetapi hati ini sudah terlanjur terpantik rasa kesal. Menjadi seorang istri yang tidak dianggap. Ucapanku hanya dianggapnya angin lalu.“Iya. Aku ingin pulang ke Jogja. Di sini aku tidak dianggap apa-apa. Bahkan tidak dianggap penting,” ucapku kemudian melanjutkan yang aku lakukan tadi.“Litu. Pak Mahendra pergi karena ada urusan penting.”“Siapa yang bilang? Dia hanya mengurus orang-orang yang menurutnya harus dilibas,” ucapku sambil tertawa. “Alasan saja demi aku. Tapi menurutku itu hanya demi egonya sendiri.”“Sakti pasti benar. Pak Mahendra sedang ada__”“Sedang apa dia, Alys?” ucapku memotong ucapan sahabatku. Sejenak aku mengambil jeda untuk mengatur napas. Mencoba meredam amarah.“Kalau dia memang benar-benar mencintaiku dan sayang kepada anaknya, pasti sekarang ini dia menunggui aku ya

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 98. Terserah

    Tangannya memegang erat lenganku. Sorot matanya menunjukkan ketidakrelaan, menyurutkan gerakanku untuk berdiri.“Kak Mahe, aku tidak ingin keributan.”“Tapi Litu. Mereka tidak bisa dibiarkan begitu saja. Aku harus membalas perlakuannya kepadamu. Enak saja. Belum tahu siapa Mahendra ini?!” ucapku dengan mengeratkan kepalan tangan ini. Aku berusaha meredam amarahku, terlebih dihadapan Lituhayu.“Sst…. Kalau marah jangan keras-keras, Kak. Nanti dia dengar.” Istriku berdesis sambil menuntukkan telunjuk di depan bibirnya. Aku mengernyit.“Dia? Dia siapa?” tanyaku dengan menoleh ke sekeliling. Hanya ada kami berdua.Lituhayu tersenyum, kemudian menarik tangan ini ke arah perutnya. “Dia, Kak. Anak kita. Walaupun masih kecil di perut, dia sudah mendengar. Bahkan bisa juga merasakan apa yang ada di hati orang tuanya.”Aku terperanga seketika, tersadar dengan perasaan yang aneh ini. Yang menyelusup dan bersarang di hati ini.Anak? Anakku?Rasa yang tidak bisa aku gambarkan. Yang aku tahu, dia m

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 97.  Milikku

    Aroma wangi bunga menyelusup di penciuman. Kicauan suara burung terdengar bersautan yang mengantarkan kedamaian, mengusikku untuk membuka mata.Mata ini mengerjap, menajamkan pandangan yang terhalang tirai putih berkibar tergantung di tiang ranjang. Sesekali terlihat pemandangan yang menakjubkan, seiring dengan angin yang berembus halus.‘Dimana aku ini?’Penasaran. Aku beringsut dan perlahan kaki ini turun dari ranjang berwarna serba putih. Telapak kaki tergelitik seketika, saat beradu dengan ujung rumput.‘Apakah aku sudah di surga?’ bisikku dalam hati setelah menyibak tirai. Pemandangan indah terhampar luas. Aku di tengah-tengah taman indah dan beratapkan langit biru yang menyejukkan.Masih teringat lekat, tubuh ini melayang di udara. Telingaku yang mendengar teriakan pak sopir di sela suara Mas Sakti dan berakhir dengan silau yang menyerang mata ini.Siapa mereka?Sosok berbaju berbaju putih menunduk mengerumuni keranjang rotan.Penasaran. Langkah ini seakan melangkah dengan sendi

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 96.  Kecapekan

    Kalau mempunyai keinginan, memang harus diupayakan. Aku setuju tentang itu. Akan tetapi bukan begini juga prakteknya.Kebersamaan kami tidak hanya di rumah saja. Keinginan segera memiliki buah hati juga digaungkan di kantor. Hampir setiap ada kesempatan, Kak Mahe memanggilku ke ruangannya. Tentu saja berakhir di ruang rahasia belakang kabinet.Ranjang yang menghadap jendela lebar, seakan merindukan kehangatan kebersamaan ini. Menjadi saksi bisu kegigihan upaya kami berdua.“Kamu selalu cantik, Sayang.”Kak Mahe mengaitkan rambutku ke belakang telinga. Seakan selesai kerja keras, pendingin ruangan tidak menyurutkan keringat yang melembabkan kulit ini. Aku menggeliat, meregangkan tubuh yang lelah karena ulahnya. Seakan mengerti, selimut ditangkupkan di tubuhku yang masih meringkuk. Aku seperti atlit maraton yang mengibarkan bendera putih tanda menyerah.Senyum ini mengembang, saat dia mencium lembut kening ini. Mata ini pun enggan terpejam, saat dia dengan tubuh polosnya beranjak santa

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 95. Bersedia

    Harusnya aku tadi menghindari minum. Memang, aku bukan pecandu alkohol, minum pun sekadar just for fun. Bukan untuk mabok-mabokan yang menghilangkan akal sehat. Untuk apa melakukan hal yang merusak badan. Aku masih ingin hidup lama untuk bekerja dan bahagia. Katanya, minum alkohol secara berlebihan akan merusak kesehatan. Bahkan merusak gairah seks dan memicu impotensi pada laki-laki. No! Aku mempunyai istri dan ingin memiliki anak. Karenanya, aku tahu takaran maksimal yang bisa aku minum. Satu gelas. Kalau ingin nambahpun, tidak boleh lebih dari satu gelas. Itupun sekadar long drink, coktail, atau wine. Takaran yang masih berdampak baik. Namun, pikiranku terlupakan dengan efek setelahnya. Dalam jumlah kecil, etanol yang terkandung dalam minuman itu akan merangsang bagian primitif otak yang disebut hipotalamus. Yang mendorong fungsi dasar manusia termasuk memicu gairah untuk membersamainya. Terlebih saat ada yang memantik seperti sek

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 94.  Kekawatiran Mehendra

    Telingaku berdengung sedari tadi. Makan mie instan kuah dengan cabe lima biji, jadi terganggu. Itu artinya ada yang membicarakan, itu kata Bapak dulu. Saat itu aku dan bapak mancing. Pamit kepada ibuk keluar sebenar, tetapi berakhir di taman pancing sambil ngopi. Menghilangkan penat yang sungguh menyenangkan. Nyaman, ditemani semilir angin, dan hening, jauh dari omelan ibuk. Tentu saja ini sampai sinar matahari mulai turun. “Nduk. Kita pulang sekarang,” ucap bapak kala itu. Padahal, timba tempat ikan milikku baru terisi dua ekor, sedangkan bapak sudah dapat lima ekor. Padahal ini kan taruhan dengan bapak, siapa yang banyak dia harus mijit pundak. Curang! “Yo, wes. Bapak mengalah, wes. Telinga bapak ini lo berdengung terus. Ini pasti ibumu sudah menunggu di rumah,” ucap Bapak tidak bisa dicegah. Benar, sampai rumah ibu sudah menunggu di teras rumah. Entah apa yang dikatakan bapak, wajah ibu yang awalnya terlihat kesal, berubah menampilkan senyuman. Mereka itu pasangan Tom and Je

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 93. Dukungan Mertua

    Katanya, mertua perempuan sering kali menguji menantu perempuannya. Entah itu secara diam-diam, atau dengan terang-terangan. Katanya juga, ini untuk memastikan anaknya berada pada tangan yang tepat. Dia akan rela dan tenang melepaskan si anak, kalau menantunya lulus ujian. Entah, apakah sekarang Mama Lia melakukan ini kepadaku? “Kamu memang wanita yang tepat untuk Mahendra. Tenang tetapi membahayakan,” celetuk Mama Lia dengan menunjukkan senyuman dan lirikan mata penuh arti. Tadi saat Mama Lia dan si Nyonya rumah mendapati keadaan yang berantakan tadi, Sandra pemakai costum nenek sihir itu berusaha keras memojokkan aku. Tentu saja aku memanfaatkan untuk menantang Monika. “Tanya saja kepada Monika kalau tidak percaya? Saya tidak menyentuh sedikitpun perempuan itu. Bahkan, dia yang berniat mencelakaiku” ucapku dengan wajah sedikit menyunggingkan senyuman. Menoleh ke arah Monika dengan sedikit tatapan tajam, memberikan ancaman apa yang aku ucapkan tadi tidak main-main. Di tangan in

DMCA.com Protection Status