Zayn yang tiba di rumahnya dan langsung mencari keberadaan Sella, mendapati Sella tengah menangis. Mendengar Sella menangis, Zayn jadi bertanya-tanya apa penyebab Sella menangis?
"Andai mereka merestui hubungan Mami dan Papimu sayang, pastinya dulu kamu bisa terlahir dan hidup bahagia bersama kami," ucap Sella mengejutkan Zayn yang berdiri di balik pintu kamarnya.
Pria keturunan Dastan itu semakin di buat bingung dengan ucapan Sella, apa maksudnya mengatakan semua itu? Pikir Zayn yang memutuskan untuk bertanya langsung pada Sella.
"Apa maksud ucapanmu?" tanyanya menerobos masuk ke dalam kamar Sella, mengejutkan Sella yang langsung menoleh padanya.
Sella yang melihat Zayn, semakin mengencangkan tangisnya, ia menghambur masuk ke dalam pelukan Zayn dan itu semakin membuat Zayn bingung.
"Katakan padaku! Ada apa?" ulang Zayn bertanya."Zayn, bagaimana jika Kakek dan Nenekmu kembali mengusirku dan tidak merestui hubungan kita?" tanya Sella melepa
Zayn benar-benar merasa frustasi dengan apa yang telah menimpanya. Ucapan Sella benar-benar mempengaruhinya. Jika semua ucapan Sella benar, itu artinya Sella sama sekali tidak bersalah, lalu apa yang harus ia lakukan pada Sella. Melepaskan Sella hanya akan semakin menyakitinya, tapi mempertahankan Sella jutru akan menyakiti dirinya sendiri dan juga Zeline.Zayn tak dapat lagi menyangkalnya jika ia menyukai Zeline, menyukai wanita yang sah sebagai istrinya tersebut. Kehilangan zeline atau berpisah dari Zeline adalah hal yang tidak ia inginkan. Belum dua minggu berpisah dari Zelinw sudah membuat hidupnya terasa amat berantakan, apalagi jika benar-benar harus berpisah dari wanita yang baru dikenalnya tersebut namun sudah berhasil membuatnya merasa terikat.Hanya foto Zeline lah yang menjadi kebiasaan barunya yang sering ia lihat, memandangi foto Zeline yang ada di akun medsosnya. Zayn ingin sekali menghubungi Zeline, namun kontak Zeline tak dapat di hubungi. Rasa rindu ya
Zeline terdiam memikirkan sesuatu yang sama sekali tidak pernah ia pikirkan akan terjadi, sejak awal terjadi ia sudah mengatisipasi semuanya, namun semua tetap saja terjadi.Apa maksud dari semua ini? Kenapa semua harus terjadi di saat masalah yang tengah ia hadapi bahkan belum menemu titik terangnya?Pikiran Zeline terus saja berputar memikirkan langkah apa yang harus ia lakukan. Jika semua dugaanya benar, lalu ia harus bagaimana? Apakah ia harus mengatakan semuanya pada Zayn? Apakah ia harus kembali bersama Zayn? Apakah ia harus siap hidup di madu?"Ya Tuhan, aku harus bagaimana?" ucapnya benar-benar merasa kalut.Zeline mencoba untuk tenang, semua hal ia sadari harus ia pikirkan secara baik-baik dalam keadaan yang tenang, ia juga merasa jika ia membutuhkan teman untuk berbicara, dan yang menjadi orang yang paling tepat adalah Arini, mamanya. Zeline keluar dari kamarnya lalu melangkah menuju kamar mamanya.Tok...tok...tok.
"Ma, sekarang Mama istirahat saja, sudah malam. Aku juga lelah dan ingin beristirahat," ucap Zeline bangkit berdiri dari ranjang Arini."Baiklah sayang, kamu juga istirahatlah, jangan banyak pikiran!" jawab Arini pada putrinya sebelum Zeline keluar dari kamarnya.Setelah Zeline keluar dari kamarnya dan kembali ke kamarnya sendiri, Arini dengan penuh semangat menghubungi Lili, nenek dari menantunya, Zayn. Meski ia terlihat begitu ketus pada Zayn, namun di balik itu semua ia sesungguhnya tak ingin ada yang namanya perceraian dalam rumah tangga Zayn dan Zeline, apalagi jika besok setelah di periksa Zeline ternyata benar-benar dinyatakan hamil.Arini sangat berharap jika Zeline hamil. Selain karena ia memang sangat ingin mempunyai cucu, ia juga berharap dengan kehadiran anak di tengah-tengah Zeline dan Zayn, dapat membuat keduanya saling menyadari rasa yang mereka miliki dan dapat menguatkan hubungan mereka, serta menjauhkan orang ke-tiga dari pernikahan merek
Zeline yang terlambat bangun terkejut saat mendengar suara bising dari luar kamarnya. Ia menggeliatakan tubuhnya sejenak lalu perlahan turun dari tempat tidur."Jam tujuh, aku kesiangan!" gumamnya melirik jam yang ada di dinding kamarnya lalu melangkah menuju kamar mandi sembari menebak-nebak suara bising apa yang terdengar di luar sana?Tak membutuhkan waktu yang lama, hanya dalam waktu sepuluh menit, Zeline sudah keluar dari kamarnya menggunakan hot pants katun berwarna hitam dengan atasan blouse yang ia masukan ke dalam hot pants-nya bewarna biru pastel. Zeline keluar dari kamarnya masih dengan handuk yang membungkus rambutnya yang basah, suara bising yang terdengar dari luar kamarnya lebih membuatnya tertarik ketimbang merapikan dulu rambutnya, suara bising tersebut membuatnya begitu penasaran akan apa yang terjadi."Nenek, Kakek!" ucapnya menatap tak percaya pada kedua orang yang sudah berada si rumahnya pagi hari seperti itu.Ini merupakan kali ke-tiga
Zeline beserta rombongan tiba di WG Hospital sepuluh menit sebelum waktu yang sudah di janjikan, mereka semua di hantarkan langsung oleh perawat yang ada di sana menuju ruangan dokter Kiran, dokter yang mendapat julukan sebagai dokter cantik tersebut. Selama di perjalanan hingga berada di sana, perasaan gugup yang menyelimuti Zeline semakin menjadi, apalagi saat mereka sudah berada di depan pintu ruangan sang Dokter. Tok...tok... tok... "Masuk!" suara seseorang terdengar lembut dari dalam sana. "Selamat datang Kakek, Nenek!" ucap sang wanita yang menggunakan jas putih ciri khas kebesarannya, terdengar begitu ramah pada Lili dan Bima Dastan. "Selamat datang juga Nona, Ibu!" lanjut wanita itu lagi tersenyum menatap Zeline dan Arini yang balas tersenyum menatapnya. "Terima kasih, Dokter!" balas Lili menanggapi sambutan Dokter cantik tersebut. 'Benar-benar cantik, pantas saja dia di juluki dokter cantik. Dia juga sangat ramah
Kebahagiaan benar-benar terpancar dari wajah semua orang yang telah mendengar kabar kehamilan Zeline. Baik Arini ataupun kedua kakek dan Nenek Zayn begitu antusias dengan kehamilan Zeline.Zeline yang sudah duduk di sofa ruang tamu rumahnya hanya bisa menikmati rasa lelahnya setelah di bawa keluarganya mencari kebutuhan untuknya sebagai ibu hamil. Semua kebutuhan mulai dari susu, vitamin, makanan terbaik untuk ibu hamil, minuman yang bagus untuknya, begitu juga semua hal yang berhubungan dengan ibu hamil, di siapkan oleh keluarga Zayn sejak mereka keluar dari rumah sakit tadi.Dahinya mengerut menatap rumahnya yang terasa sesak dengan semua barang-barang yang sudah di beli oleh Kakek dan Nenek Zayn."Ma, Kek, Nek!" panggil Zeline pada mereka yang langsung menatap ke arahnya."Iya Ze?" tanya mereka secara bersamaan."Aku lelah, aku ke kamar dulu ya, mau istirahat!" ucap Zeline yang memang terlihat lelah tersebut."Baiklah, sayang," jawab Lili.
Beberapa hari berlalu, dan selama beberapa hari itu Arini menyadari jika Zeline terlihat banyak melamun. Zeline akan merespon setiap orang yang mengajaknya bicara, namun saat tengah sendiri, Zeline sudah pasti akan melamun, terlihat jelas jika banyak sekali beban pikiran yang tengah di pikirkan olehnya. Arini sebagai Mamanya tau betul jika itu semua berhubungan dengan Zayn, untuk itu dia sudah memutuskan jika kali ini tidak akan terlalu ikut campur lagi dalam urusan Zeline dan Zayn.Arini akan mencoba terlihat santai, namun di balik itu ia tetap akan memantau pergerakan Zayn. Ia sebagai orang tua berharap banyak jika Zayn akan sadar dengan kesalahannya. Ia berharap Zayn Melepaskan wanita yang ada di rumahnya, lalu mengejar Zeline."Mama tau Ze.... Mama tau jika kamu mencintai dia, kamu merindukan dia. Meskipun kamu terlihat tegar, namun jelas kamu lemah untuk Zayn. Mama akan berusaha memberikan kelonggaran untuk Zayn, Mama berharap dia bisa segera menyadari kesalahanny
Andai semua orang bisa memilih jalan hidupnya, tentu saja Zeline tidak akan memilih jalan hidup yang rumit seperti yang sekarang ia jalani. Zeline ingin mempunyai pernikahan impian, keluarga impian, suami impian dan kehidupa impian yang membahagiaakan. Tapi sayang, yang di dapatkan olehnya justru sesuatu yang berbeda. Ia harus memulai sebuah prnikahan dengan landasan kerja sama, ia harus memulai sebuah ikatan yang suci dengan kebohongan. Mungkin inilah buah dari kebohongan yang telah ia lakukan yaitu luka.Tanpa sadar air mata Zelien menetes, dan itu menyadarkanya dari lamunan, bersaamaan dengan terdengarnya suara bel rumahnya yang berulang kali di tekan oleh seseorang yang ada di luar."Kemana semua orang? Kenapa tidak ada yang membukakan pintu?" gumam Zeline mengusap air matanya sembari keluar dari kamarnya. Zeline sedikit mengerutkan dahinya bingung menatap rumahnya yang terlihat begitu sepi. Apa mama dan adiknya pergi? Pikirnya membuka pintu kamar adiknya yang tern
Hari yang ditunggu-tunggu oleh semua orang akhirnya tiba. Hari ini dan detik ini semua orang tengah berkumpul di rumah sakit. Harapan Zeline untuk melahirkan menggunakan jasa dokter cantik Kiran sebagai dokternya musnah, karena sejak beberapa bulan yang lalu dokter cantik itu berhenti dari pekerjaanya saat ia juga dinyatakan hamil. Saat ini semua keluarga tengah menunggu di luar ruangan, menunggu dengan perasaan cemas. Kecemasan yang dirasakan semua orang di luar tak sebanding dengan kecemasan seorang pria yang sedari tadi tak melepaskan tangan istrinya, pria itu terus saja mengusap lembut tangan istrinya sembari memberikan usapan yang begitu lembut di pinggang istrinya yang terlihat gelisah menahan sakit kontraksi kehamilan tersebut. Tidak ada dari mereka yang menge
Hari-hari yang buruk benar-benar dilalui oleh Sella. Semua yang Zayn ucapkan bukan hanya sebuah ancaman, namun benar-benar terjadi.Tak ada satupun perusahaan yang mau menerimanya ataupun bekerja sama dengannya. Semua tempat menolak kehadiran Sella dan itu membuatnya begitu frustasi memikirkan semua hal yang terjadi.Tujuan terakhir Sella adalah Johan. Sella berpikir hanya Johan lah yang akan siap menerimanya apa adanya. Tanpa ia sadari jika ucapan Johan saat terakhir bertemu denganya adalah suara terakhir dari Johan yang akan Sella dengar.Sella mendatangi mansion Johan yang ia tau jelas keberadaanya sebab Johan sering membawanya ke sana. Namun ia tak menemukan keberadaan Johan di sana. Mansion itu terlihat begitu sepi, hanya dihuni oleh beberapa pelayan di yang ditugaskan menjaga mansion tersebut.
Zayn tak menahan namun juga tak menghajar Johan seperti rencana awalnya. Ia sudah mendengar apa yang dibicarakan oleh Johan dan Sella, dan kecelakaan yang terjadi pada Zeline sama sekali bukan kesalahanya. Johan sudah meminta maaf padanya dan itu dapat Zayn sadari begitu tulus pria itu ucapkan. Untuk itu Zayn melepaskan Johan, dan tak berniat memperpanjang semuanya. Arya yang melihat itu semua merasa bangga dengan sahabatnya yang bisa bersikap dewasa dan memaafkan itu. "Zayn… Anak kita!" lirih Sella dengan air matanya yang mengalir deras membasahi wajahnya. "Berhenti mengatakan anak kita! Itu bukan anakku! Anakku hanya akan hadir dari rahim Zeline, tidak darimu ataupun wanita lainnya!" Seru Zayn membentak Sella, saat amarahnya kembali membuncah melihat Sella. Sella i
Seorang pria terduduk lemas di kursi yang ada di dalam ruang perawatan wanita yang ia pikir akan menjadi ibu dari anaknya itu.Pria itu adalah Johan. Johan sadar kesalahanya dulu adalah merebut Sella dari Zayn dan membawa Sella pergi dari kehidupan Zayn. Namun, menelantarkan Sella saat Sella mengatakan jika dirinya hamil, hingga akhirnya Sella mengalami keguguran.Johan dipertemukan kembali dengan Sella beberapa minggu yang lalu dan rasa yang ia miliki untuk Sella kembali hadir, Johan bermaksud mengulang dan memulai kembali hubungannya dengan Sella. Ia berniat meminta maaf pada Sella, namun keduanya kembali melakukan kesalahan dengan tidur bersama yang menghasilkan hadirnya kembali janin dalam kandungan Sella.Johan sadar jika Sella sangat membencinya atas apa yang sudah terjadi di masa lalu mereka, untu
Semua orang sudah berkumpul di ruang perawatan di mana Zeline sudah dipindahkan ke sana. Semua orang juga sudah mendengar semua yang terjadi dari Arya, dan itu tentu membuat semua orang merasa geram pada Sella. Mereka bersedih atas apa yang telah terjadi pada Zeline, namun mereka juga bersyukur saat Zeline dan kandunganya baik-baik saja. Apalagi setelah mendengar jika pengorbanan Zeline hari ini membuahkan hasil, dimana ia mendapat bukti jika anak yang dikandung Sella bukanlah anak Zayn.Zayn sedari tadi duduk di samping Zeline terus saja menggenggam tangan Zeline, sembari menatap wajah cantik istrinya yang belum sadarkan diri.Emosi Zayn masih saja menyelimutinya, apalagi saat melihat kepala istrinya yang dililit perban saat kepala sebelah kirinya mendapat lima jahitan itu. Zayn ingin sekali menghajar bahkan membunuh Sel
Zayn begitu panik setelah mendengar suara teriakan istrinya. Ia langsung bergegas keluar dari ruangannya diikuti oleh Arya yang dengan sigap mengekor di belakangnya."Zayn ada apa?" tanya Arya yang juga merasa panik. Keduanya saat ini tengah berada di dalam lift."Istriku! Sella pasti mencelakai Zeline," ucap Zayn menceritakan apa yang ia dengar sembari tangannya bergerak bermain di ponselnya mencari lokasi Zeline lewat pelacak yang ada di ponsel istrinya itu."Ar, ke rumahku!" seru Zayn bersamaan dengan lift yang terbuka.Keduanya langsung berlari menuju parkiran dan masuk ke dalam mobil dimana Arya yang mengemudikan mobilnya."Bagaimana ini? istriku tengah hamil. Aku akan membunuh Sella jika sampai terjadi sesuatu pada Zeli
Zayn masih saja terdiam setelah Sella pergi. Ia tak habis pikir dengan istrinya yang mengatakan akan menikahkan dia dengan Sella. Mengingat hal itu membuat Zayn merasa kesal. Ia pergi meninggalkan Zeline, kembali ke dalam kamar lalu berbaring membelakangi posisi yang akan di tiduri oleh istrinya. Zeline yang melihat hal itu di buat tersenyum.Ia mengambil pakaian mereka yang berserakan di lantai, meletakkannya di tempat kotor, lalu mematikan lampu yang ada di ruang tamu sebelum akhirnya kembali ke kamar menyusul suaminya yang tengah merajuk itu.Senyum di wajah Zeline semakin merekah melihat aksi merajuk Zayn yang tidur membelakanginya, dapat ia lihat juga jika kaos yang tadi Zayn kenakan sudah dibuka olehnya, namun setengah tubuhnya tertutup dengan selimut.Zeline juga memadamkan lampu utama yang ada di kamar
Zeline yang baru saja terlelap usai pergulatan panjang mereka yang melelahkan di atas ranjang itu, terusik tidurnya saat mendengar suara bel yang terus saja ditekan dari luar sana. Zeline tersenyum menatap Zayn yang terlihat tertelap dengan tenangnya usai menggempur tubuhnya, dengan tangan yang masih saja memeluknya. Ia dengan perlahan menurunkan tangan Zayn dari pinggangnya, lalu dengan cepat turun dari tempat tidur.Menyadari jika pakaiannya berserakan di luar sana, Zeline masuk ke walk in closet, mengambil asal kaus milik Zayn, memakainya lalu keluar dari kamar untuk melihat siapa yang tengah datang berkunjung itu."Sella?" gumamnya melihat dari layar monitor yang berada di samping pintu.Zeline tersenyum menyeringai, apa yang ia pikirkan benar, jika Sella tidak akan berhenti mengusik Zayn.
Setelah mendapat izin dari keluarga. Zayn dan Zeline pulang dari kediaman Arini, membawa beberapa barang milik Zeline. Tak banyak yang Zeline bawa, sebab Zayn sudah meminta Arya untuk menyiapkan kebutuhan Zeline di apartemennya."Sayang, aku sangat bahagia akhirnya bisa kembali tinggal bersamamu, dan lebih membahagiakan saat kita tak lagi tidur di kamar terpisah, aku bisa sepuasnya memeluk istriku kapanpun aku mau!" seru Zayn yang terlihat begitu riang. Senyum tak luntur di wajahnya sedari tadi, tanganya Zeline juga begitu sering ia kecup.Mendengar kata tidur bersama dan memeluk sepuasnya, semburat kemerahan di wajah Zeline kembali muncul. Wajah cantik itu kembali bersemu malu atas ucapan Zahn dan itu membuat Zayn begitu gemas melihatnya hingga menghe tijan mobil di pinggir jalan secara tiba-tiba."Ada apa?" tanya