"Bapak ini, kenapa?" Lisa kaget dan bertanya dengan panik. Pemuda itu malah tidak berbicara."Syifa, menurut kamu, wanita normal seperti apa yang bisa menyukai pria sampah seperti Kevin..." Lisa tidak berbicara lagi kepada Syifa, tapi kali ini Syifa langsung memotongnya dan mengganti topik lain.Mobil sampai di Universitas bintang dengan cepat. Syifa dan Lisa turun dan berterima kasih kepada beberapa pemuda itu dan juga memberitahu mereka untuk berterima kasih kepada Tuan Azka setelah mereka pulang. Melihat kepergian mobilnya, Syifa dan Lisa baru masuk ke dalam kampus mereka."Jika bukan Kevin, kita tidak akan sesial hari ini..." Lisa menutup baju robeknya, saat ini sudah tidak ada bahaya lagi. Dia dengan biasa menyalahkan semuanya ke Kevin.Syifa yang berada di sampingnya seperti memikirkan sesuatu, mendengar Lisa masih mengeluh tentang Kevin, dia mengerutkan wajahnya."Lisa, kamu ya." Syifa menghela nafas."Apakah kamu tidak menyadari sesuatu?""Menyadari apa?" Lisa masih kesal."Ap
"Baik, saya pasti akan mencarinya sekuat tenaga, tuan muda tenang saja. Saya siapkan mobil untuk mengantar anda..." Azka berkata dengan hormat. Saat ini, Kevin sudahberjalan sampai depan pintu."Tidak perlu, aku pulang sendiri saja."Kevin memanggil taksi di pinggir jalan. Setelah kejadian Rendi ini, waktu sudah menunjukan jam 10 malam, Kevin ingin pulang dan istirahat.Saat ini, ponsel Kevin berdering."Linda atasan cafe", melihat nama tersebut, Kevin merasa aneh dan langsung mengangkatnya."Di mana? Aku beritahu kamu jika ada waktu bantu ke cafe. Kamu hebat juga, satu kali dua kali berani tidak datang, sekarang ada waktu? Datang dan bantu bekerja di cafe." Dari seberang ponsel terdengar suara Linda yang pusing, Kevin juga mendengar suara berisik dari sana."Oh, maaf. Belakangan ini aku terlalu sibuk. Malam ini aku punya waktu luang, aku kesana sekarang." Kevin berpikir mungkin barnyasangat ramai, makanya Linda menelepon dia. Walaupun waktu itu dirinya tidak sengaja menjadi pelayan
"Iya." Kevin mengiyakan. Dia lalu melakukan sesuai perintah Karina. Mulai membersihkan lantai dan mengambil beberapa gelas yang baru. Kali ini tidak ada kesalahan lagi.Kevin mencari tempat dan duduk sambil menghela nafas. Pada saat yang sama, melihat Karina yang sedang duduk di depan kerumunan, dia merasa senang dan kagum. Hanya dengan satu kata bisa menghilangkan kecanggungan. Dia memang pemilik cafe.Karina, Linda dan belasan anak muda duduk bersama. Mereka tidak banyak gaya, seperti teman atau Kakak anak-anak muda ini, beberapa dari mereka bercanda dan membuat suasananya menjadi lebih santai."Baiklah, aku tidak basa-basi lagi, setelah berbicara beberapa kata, kalian bisa pulang dan istirahat." Ketika Karina membicarakan intinya, ekspresinya terlihat sedikit berat."Aku sudah bernegosiasi dengan bos di kota dan dalam beberapa hari, dia akan mengambil alih cafe ini..." Karina tersenyum tenang dan berkata kepada orang-orang muda. Tapi berita yang dia sampaikan berita menghebohkan an
"Maaf, kami sudah tutup. Silahkan datang besok lagi." Seorang pelayan pria berjalan ke arah mereka, dengan wajah sopan berkata."Tamu sudah masuk, mana ada seorang pelayan mengusir tamu keluar? Aku lihat kamu tidak perlu bekerja di sini lagi, dengan otakmu itu, cafe yang bagus ini juga akan dibuat bangkrut olehmu." Andre sama sekali tidak menganggap pelayan pria itu. Dia dan beberapa anak buahnya duduk di sofa. Andre hanya melirik sebentar ke pelayan pria itu, kemudian melihat ke arah Karina.Ketika Adrian dan yang lainnya duduk, mereka baru sadar di belakang mereka masih berdiri satu orang. Orang ini sangat kurus lemah, tadi tertutup rapat oleh Adrian dan anak buahnya. Dan yang paling membuat orang penasaran, wajahnya memakai sebuah topeng putih, seperti topeng manekin di toko baju."Kamu..." Pelayan pria itu juga punya sedikit posisi di cafe itu. Dicaci maki oleh Adrian di depan semua orang, bagaimana mungkin dia tidak marah."Niko, diam." Karina langsung menahannya."Bos, orang sep
"Linda, panggil karyawan wanita, dan kalian ikuti aku ambil minumnya serta layani tamunya." Karina menyuruh beberapa pegawai wanita dan ikut mereka ke meja untuk mengambil minum. Satu per satu mengambil segelas minum dan berjalan ke arah Adrian dan anak buahnya.Melihat Karina dan beberapa wanita cantik berjalan ke arah mereka, tatapan mata Adrian langsung terlihat jahat."Pergi!" Adrian menendang kepala Niko dan menyuruhnya pergi."Silahkan tuan muda Adrian." Karina memberikan minuman ke Adrian. Melihat Adrian menatapnya dengan genit, Karina merasa tegang dan jijik, dia hanya ingin cepat-cepat pergi darinya."Baik, aku akan meminumnya. Minuman dari nona Karina mana bisa aku tolak?" Adrian terus menatap wajah Karina. Tangannya pelan-pelan mengarah ke gelas minumannya, kemudian ketika akan menyentuh gelasnya, Adrian tiba-tiba menarik tangan Karina. Karena terkejut, Karina menumpahkan gelasnya kelantai, tangannya tergenggam erat oleh Adrian.Di saat yang sama empat bawahan Adrian juga
Pria pendek yang memakai topeng itu!Gerakan dia sangat kejam, menendang selangkangan dan memukul kepala. Selain itu, dia tampak seperti seorang praktisi. Semuagerakannya terlihat seperti jurus yang hebat. Setiap kali dia mengeluarkan jurusnya, jika bukan menendang lutut, pasti gerakan yang cepat dan tidak terlihat. Tenaga yang besar dan hampir membuat orang tidak bisa menghindarinya, dia seperti seekor monster yang tidak bisa dihentikan.Tidak sampai 2 menit.Ada yang sudah terbaring di lantai, walaupun tidak begitu parah, tapi mereka mulai takut dengan Geri. Mereka hanya mengelilingi Geri sambil memegang area yang dipukulnya, mereka melihat Geri dengan hati-hati, siapapun tidak berani maju selangkah."Tuan." Geri berjalan ke samping Adrian dan memanggil sebuah sapaan yang membuat orang kaget."Apakah kamu bodoh? Aku sudah dipukul orang lain, kamu masih melihat keramaian dan diam di tempat? Sialan!" Adrian malah memukul kepalanya sekuat tenaga.Geri menundukkan kepalanya, dia sudah
Kevin yang melihat semua ini, juga cemas dan tegang. Jika keluar sekarang sama saja cari mati, dia pernah menabrak Adrian dan menghancurkan hubungan dia dan Devina. Jika membiarkan dia melihat dirinya, apalagi di sampingnya adalah seseorang yang begitu hebat, pasti dia akan dihajar sampai mati.Sambil berpikir, Adrian sudah berada didepan Karina. Dia menarik kedua tangan Karina, dengan senyuman jahat melihat ke wajah Karina."Meja ini walaupun tidak selembut ranjang, tapi tingginya pas. Sekarang kamu mau naik sendiri atau aku yang gendong...""Pergi kamu, ah, tolong..." Ketika Adrian memeluknya ke atas meja, Karina berteriak dengan kencang dan terus melawan."Sini sayangku..." Adrian sudah meletakkan Karina di atas meja dan bersiap melepaskan baju Karina.Saat ini, dari kerumunan terbang sesosok bayangan. Dia menggunakan bahu dua orang di sampingnya dan loncat tinggi, dia menendang kepala Adrian, membuat Adrian terjatuh dan berteriak kesakitan. Karina juga terjatuh dari meja, orang y
Ketika dia ingin menolong Karina, diadiam-diam mengambil pisau dari meja untuk persiapan melawan Geri. Dia mengerti kemampuan Geri, jika dia menyerang pasti tidak akan memberi kesempatan.Geri ingin menghindar, tapi karena gerakan Kevin sangat cepat, dia tetap berhasil mengenai bahunya, darah segar keluar dari bahunya. Pisau di tangan Geri terjatuh ke lantai.Melihat Kevin melibas Geri dengan kejam, semua orang terkejut. Ketika wanita melihat darah, mereka langsung berteriak dan bersembunyi di belakang para pria.Adrian juga kaget, mereka awalnya mengira akan melihat drama bagus. Siapa sangka hasilnya akan seperti ini. Hatinya juga mulai panik."Kenapa diam saja, cepat lapor polisi!" Kevin berteriak ke arah pelayan pria."Baik." Reaksi para pria sangat cepat, mereka langsung mengeluarkan ponselnya dan ingin memanggil polisi."Cepat pergi!" Adrian melihat ada yang ingin lapor polisi, dia berteriak ke arah empat bawahannya dan Geri. Dia lari lebih cepat dari seekor kelinci, dia yang pe
"Tidak tahu malu…""Murid boleh dibunuh, tapi tidak boleh dihina, kami semua akan menghabisi kalian.""Nona Ranti, ayo kita bergerak, orang-orang yang tidak tahu malu ini sangat keterlaluan."Para pengikut dari Istana meminta Ranti memberi perintah untuk bertarung dengan mereka, tapi Ranti sebagai penanggung jawab Istana sementara, jika keputusannya membuat Istana hancur seketika, bagaimana dia bisa bertemu dengan pemimpin?Rantig terdiam."Nona Ranti tidak bicara, berarti ku anggap kamu menyetujuinya."Raja Biru tertawa, dia memanggil seorang bawahannya yang jelek, menunjuk para pengikut dari Istana dengan dagunya"Ku Beri kamu satu kesempatan, kamu boleh mengelus satu wanita yang kamu suka! Tenang saja, mereka tidak berani menyerang, jika mereka berani menyerangmu, maka kita semua akan meratakan Istana ini!"Raja Biru mendorong bawahannya itu ke arah para pengikut Istana. Para pengikut Istana menatap seorang bawahan yang sedang tertawa jahat itu, dia tidak bisa membiarkan para peng
"Ayo pergi! Kita harus sampai di Istana lebih cepat." Kata Kevin yang tidak mempedulikan sarang Rani."Baik!"Di antara Rani, Bunga, Meri dan Dara, Rani dan Bunga memimpin di depan, Meri dan Dara berjalan di belakang. Dengan pantulan cahaya bulan, pemandangan di sekitarnya masih sangat jernih. Karena Kevin jalan kaki, jadi tubuh mereka bisa mengeluarkan panas, sehingga mereka tidak dingin. Setelah 1 jam lebih, mereka akhirnya bisa melihat cahaya di puncak."Tuan muda Kevin, itu adalah istana kita!" Kata Rani kepada Kevin, sambil menunjuk ke arah cahaya itu."Baik, ayo kita pergi!"Ketika Kevin semakin dekat ke Istana, mereka melihat mayat yang berserakan di tanah, ada dari organisasi lain, ada juga dari istana.Emosi keempat wanita itu juga sangat bergejolak! Mereka ingin sekali bergegas ke Istana dan menghabisi semua orang yang masuk ke istana. Ketika mereka berada sekitar 500 meter dari istana, mereka melihat banyak sekali orang di depan gerbang istana!Itu adalah orang dari organ
"Mana obatnya, cepat beri dia makan!"Teriak Kevin."Tuan muda Kevin, sudah kami berikan kepada nona Elmira." Kata Rani. Sekarang bagi Elmira, obatnya sudah tidak terlalu berguna lagi." Kevin…”Panggil Elmira dengan suara lemah."Sebenarnya…. aku tahu kamu menipuku. Penyakit aku…. aku sendiri tahu. Aku sangatbahagia, kamu bisa membawa aku datang untuk…untuk melihat pemandangan, tapi… tapi aku mungkin tidak bisa menemanimu lagi...""Tidak!" Mata Kevin penuh dengan air mata. Dia berbicara."Elmira, kamu dengarkan aku. Aku pasti akan menyembuhkanmu. Rani mengatakan di Istana ada Teratai Salju. Setelah makan Teratai Salju, penyakitmu pasti akan sembuh, percaya padaku...""Kevin…" Elmira tiba-tiba pingsan kembali."Elmira! Elmira!" Kevin terus berteriak. Setelah memastikan Elmira masih bernafas, dia langsung menyuruh Rani, Bunga untuk memegangnya. Kevin juga duduk ke atas ranjang."Elmira, kamu tidak akan mati. Kita masih belum pernah menikmati hari bahagia bersama, bagaimana kamu bi
Kevin menggendong Elmira masuk ke dalam mobil. Rani, Bunga dan Meri yang menjaga Elmira. Dara duduk di samping Kevin dan mengarahkannya.Kevin mengendarai mobilnya keluar dari Kota, dan langsung melaju ke Istana.Istana terletak di Pegunungan Puncak Emu, sekitar 2000 meter diatas permukaan laut, umumnya hanya sedikit orang yang pergi ke sana, kecuali beberapa pendaki gunung dan penjelajah. Tapi infrastrukturnya sangat hebat. Jadi bukan hanya ada jalan umum, tapi juga ada petunjuk jalan.Istana hidup di zaman modern. Tentunya semua rumah dan listrik di dalamnya itu, Istana yang membayar orang untuk memasangnya. Dengan arahan Dara, Kevin sampai di pegunungan. Pemandangan di sini berbeda dengan yang lain. Jalan dua arah yang panjang ini dikelilingi oleh gunung-gunung tinggi."Tuan muda Kevin, kematian ketua belum aku sampaikan ke istana. Kebetulan kali ini kamu juga bisa mengadakan ritual penerimaan posisi ketua di istana." Kata Meri."Sekarang semuanya tidak penting, aku hanya berhara
Melihat kondisi Elmira yang begitu lemah, keempat wanita itu merasa khawatir dan sedih!Penerbangan Kevin disiarkan di lobi bandara."Ayo kita pergi!" Kevin memapah Elmira, dan berjalan ke arah pintu masuk bersama keempat wanita. Melihat pesawat mereka terbang, seseorang keluar dari tiang lobi bandara. Dia adalah suruhan Damar yang datang memonitor Kevin. Orang ini langsung menelepon Damar"Tuan muda Damar, Kevin naik pesawat tujuan Kota! Melihat kondisi wanita itu, sepertinya sudah tidak bisa bertahan lagi!""Bagaimana dengan kondisi Kevin?" Tanya Damar."Sejak dia menyadari kondisi wanita itu, suasana hatinya terus sangat sedih! Semalam, aku melihat dia diam-diam menangis! Tapi dia juga pergi ke kediaman keluarga Zano sekali! Aku tidak tahu apa yang dibicarakannya!""Baik, bagus sekali!" Kata Damar, kemudian dia memutuskan teleponnya. Damar sedang berada di hotel. Sementara ini dia menyembunyikan Natasha di sini. Sekarang Natasha sedang berada di sampingnya, semua pembicaraan tel
"Aku merasa sangat pusing, seluruh badan lemas tidak bertenaga, kenapa bisa begini? Dokter bilang aku kena penyakit apa...." Tanya Elmira dengan suara lemas.Dia masih belum tahu kondisi dirinya. Melihat Elmira yang lemah ini, hati Kevin seperti ditusuk-tusuk."Tidak apa-apa." Kevin langsung memegang tangan Elmira. Sambil tersenyum dia berbicara“Dokter bilang kamu masuk angin yang sangat parah, jadi perlu istirahat di rumah sakit 2 hari. Kamu pasti akan sembuh!""Ooiya, baguslah kalau begitu." Elmira tersenyum datar, seperti krisan berwarna putih. Dia melanjutkan."Aku pikir Natasha sebentar lagi akan membawakan sup untukku. Mungkin setelah makan supnya, aku akan sembuh lebih cepat."Mendengar Elmira masih menganggap Natasha teman baik, Kevin sangat sakit hati. Tapi sekarang dia juga tidak boleh memberitahu Elmira faktanya.Rani dan ketiga perempuan itu juga terlihat sangat marah. Tapi mereka juga tidak berani mengatakan apapun karena takut membuat Elmira lebih parah."Aku lelah,
" Kevin, cepat berdiri!" Zano langsung menyuruh Kevin berdiri. Dia mengerutkan keningnya dan berbicara."Kamu adalah penyelamat keluargaku, jangan berlutut kepadaku. Muncul masalah seperti ini, aku tahu hatimu lebih sakit dari siapapun!" "Bagaimana dengan kondisis Elmira sekarang?" Tanya Zano. Ini adalah pertanyaan yang paling ingin dia tahu."Di tubuhnya terdapat banyak unsur racun, semua rumah sakit bilang jika Elmira sudah… sudah tidak mungkin hidup lagi. Sekarang Elmira dirawat di Rumah Sakit. Rumah Sakit sementara bisa mempertahankan nyawa Elmira. Tapi mereka juga tidak yakin 100%!""Ahh…"Setelah mendengar penjelasan Kevin, dada Zano langsung terasa sakit, dia tidak bisa berdiri tegak dan hampir saja terjatuh. Untung langsung ditangkap oleh Anjas."Ayah, bagaimana denganmu?" Tanya Anjas sambil menatap ayahnya dengan khawatir. Melihat ekspresi ayahnya membaik, dia mengeluarkan ponsel dan membuka satu foto."Ini adalah hasil pengecekan Elmira."Zano langsung mengambil dan memb
"Ooh, aku baru ingat. Elmira terluka, dia sekarang seharusnya minum sup untuk menguatkan diri!" Kata Natasha yang berusaha menutupinya. Sambil berbicara, dia membawakan supnya ke depan Elmira, dan berbicara.“Elmira, ini adalah sup tahu jamur yang aku masak, masih segar sekali. Kamu coba dulu!""Aku sudah minum, memang enak sekali!" Kevin mendekat, mangkoknya sudah kosong."Baik..." Elmira berbicara sambil menerima mangkoknya."Elmira jangan minum, tidak baik menerima sesuatu dari orang lain. Kita juga tidak tahu dia punya maksud apa!" Rani menarik tangan Elmira."Rani, jika kamu berbicara seperti itu lagi, aku akan benar-benar marah. Natasha adalah teman baikku, dia tidak akan mencelakakanku!"Elmira berbicara kepada Rani.Selesai berbicara, Elmira menerima mangkok dari tangan Natasha, dan langsung meminumnya."Natasha, sup yang kamu masak sangat enak! jika kamu buka restoran, restoran lain pasti akan bangkrut!" Canda Elmira."Iya." Natasha tersenyum kepada Elmira. Dia juga mel
"Tuan muda Damar, aku melakukan banyak hal jahat untukmu. Kamu harus memberikan kompensasi sebanyak mungkin kepadaku, jangan sampai membiarkan aku menderita sedikitpun."Kata Natasha dengan serius sambil menatap Damar."Baik, aku berjanji denganmu. Aku Damar selalu menepati janji, kamu pasti akan menjadi nyonya dari Keluarga besarku!" Damar lalu berdiri dan berjalan ke belakangnya. Dia mendekatkan wajah ke bahunya, sambil berbicara."Sayangku, sudah selesai makan? Kalau sudah, ayo kita ke atas dan nikmati kehidupan surgawi kita!"Natasha tersenyum, dia lalu berdiri dan bersandar di bahu Damar. Mereka berdua berjalan ke lantai dua.Keesokan harinya, Kevin libur hari ini, dia jalan-jalan di lingkungan kampusnya. Dia sampai di lapangan, lapangannya penuh dengan orang-orang. Ada yang bermain basket, ada yang main bulu tangkis. Di landasan lari lapangan, ada beberapa kelas yang sedang berolahraga. Kevin melihatnya, salah satu kelasnya itu adalah kelas Elmira.Saat ini, Elmira sedang berdi