“Dokter Raelina ….” Dean menatap Raelina dengan ekspresi tegas dan menghalangi pandangannya dari Romi.
“Tolong ikuti saya, semua orang sangat cemas mencarimu,” lanjutnya kemudian mendorong bahu Raelina pelan keluar dari penginapan dan menuntunnya menuju ke mobil Jeep militer yang sedang meunggu di luar.
Raelina tidak punya pilihan lain dan hanya bisa pasrah mengikuti Dean.
Begitu Dean dan Raelina sudah pergi, Romi berhenti berbicara dengan Renaldi dan menatap punggung Raelina yang masuk ke mobil.
“Aku dengar Dokter Raelina sedikit gila karena tidak bisa menerima kematian suaminya. Dia terus bersikeras bahwa Letnan kolonel Yosua masih hidup dan akan kembali. Ini sangat mengkhawatirkan karena Dokter Raelina menjadi dokter relawan medis kita jika dia terus seperti itu,” komentar Renaldi ikut menatap Raelina.
“Padahal dia masih muda dan cantik. Dia bisa saja mencari pria lain dan menikah lagi. Mati satu,
Dean mengantar Raelina ke pangkalan. Kabar Raelina sudah ditemukan sudah menyebar di tim relawan medis. Saat Raelina turun dari mobil jeep militer yang dikendarai Dean, dia melihat semua rekan-rekannya sudah di menunggunya di luar gedung medis. “Dokter Raelina!” “Raelina!” “Dokter Lina!” Farida dan Melinda yang bersuara paling keras melihat Raelina. Semua rekan-rekan yang lain juga heboh dan berlari menghampiri Raelina. Farida dan Melinda memeluk Raelina erat. “Lina, bagaimana kabarmu? Kamu tidak apa-apa, kan? Kamu tidak terluka?” tanya Farida beruntun tanpa melepaskan pelukannya dari Raelina dan memeriksa tubuhnya dengan ekspresi cemas. “Biarkan dia bernapas dulu. Kamu hampir mencekiknya dengan pelukanmu,” tegur Melinda melepaskan pelukan erat Farida dari Raelina, memberinya ruang untuk bernapas. Dia kemudian menatap Raelina dengan tatapan khawatir. “Dokter Lina kami dengar kemarin kamu hilang saat terjadi ledaka
Raelina salah tingkah melihat beberapa tentara lewat dan menatspnys yang tengah dipeluk Dokter Brian.“Dokter Brian tolong lepaskan, ada banyak orang yang menatap kita. Kamu akan membuat mereka salah paham,” kata Raelina dengan malu mencoba melepaskan pelukan Dokter Brian.Dokter Brian dengan berat hati melepaskannya. Dia memutari tubuh Raelina untuk memeriksanya.“Bagaiaman keadaanmu, apa kamu terluka? Penculik itu menyakitimu?” tanya dengan ekspresi khawatir“Aku baik-baik saja, tidak ada yang menyakitiku,” kata Raelina mengerutkan keningnnya.Dia bingung mengapa semua orang mengira diculik?“Syukurlah, aku sangat lega kamu baik-baik saja,” kata Dokter menghela napas lega. Dia tampak lelah.Raelina menatap penampilan Dokter Brian. Dokter Brian masih mengenakan pakaiannya yang kemarin. Pakaiannya yang dulu selalu rapi dan cemerlang kini tampak sangat kusut. Raelina bisa melihat lingkara
Raelina mencari Romi di kantornya. Namun dia tidak melihat Romi di kantornya. Dia mencari Dean yang mengantarnya tadi pagi ke pangkalan.Tetapi dia tidak menemukan Dean juga maupun Renaldi yang sangat dekat dengan Romi. Raelina menghentikan seorang tentara yang lewat di depannya.“Permisi, apa kamu melihat Kapten Romi? Kapten Romi sudah kembali ke pangkalan?” tanya Raelina pada tentara itu.“Kapten Romi? Kurasa dia sudah kembali ke pangkalan sejam yang lalu,” jawab tentara itu sopan.“Lalu Kapten Romi di mana sekarang? Mengapa dia tidak ada di kantornya?” tanya Raelina lagi.“Kapten Romi sedang menghadap Komandan. Anda bisa mencari kantor komandan di arah selatan.”“Begitu kah?” Raelina menghela napas lesu.Tentara itu menganggukkan kepalanya.“Apa Anda perlu saya antar ke kantor?” tawarnya.“Ah tidak perlu, terima kasih. Aku akan menunggu Kapt
“Ada apa dengan suaramu? Apa kamu habis menangis?” tanya Stella menyadari kejanggalan dari suara Raelina.“Oh kenapa mata merah, kamu benar-benar habis menangis?!” seru wanita pirang itu melihat kea rah layer ponselnya.Dia mendudukkan Zenith ke sebelahnya dan membiarkannya bermain dengan Zeron. Dia mengambil ponselnya untuk melihat wajah Raelina lebih detail melalui panggilan Video Call.“Katakan siapa yang membuatmu menangis? Siapa yang menyakitimu di sana?” tanya setengah cemas dan marah.Zeron mengintip dari samping Stella menatap wajah Raelina dengan kening berkerut.“Kakak, siapa yang membuatmu menangis? Matamu merah dan bengkak.”Raelina dengan cepat menghapus air matanya dan tertawa kaku.“Kalian salah paham. Tidak ada yang membuatku menangis. Aku begini …. Karena ada pasienku yang meninggal. Aku sangat sensiti” jawab Raelina beralasan sembari mengipas-ng
“Terserahlah, aku tidak tahu bagaimana lagi untuk membujukmu,” kata Stella memijat kepalanya.“Maafkan aku Stella, terima kasih sudah menjaga Zenith selama aku tidak ada,” ujar Raelina tersenyum kecil.Stella mengibas-ngibaskan tangannya dengan ekspresi kesal.“Jangan khawatir, aku akan menjadikan Zenith putriku jika kamu mati di tempat itu dan aku tidak akan pernah memberitahunya tentang kedua orang tuanya yang meninggal,” ujarnya penuh kejengkelan.Raelina hanya tersenyum, tampak tidak tersinggung dengan ucapan Stella.“Mungkin itu lebih baik. Zenith tidak perlu menderita mengingat kedua orang tuanya,” ujarnya lemah.“Bagaimana kamu masih bisa mengatakan kata-kata itu?! Apa kamu ingin putrimu jadi yatim piatu?!” seru Stella gemas ingin membedah kepala Raelina untuk melihat isi kepalanya. Beruntung mereka dipisahkan samudra hingga mencegah Stella mendatangi Raelina dengan pisau bed
Raelina mengerjap sebelum akhirnya membuka matanya. Dia bangun sambil memegang kepalanya yang terasa pening. Dia masih merasa mengantuk karena tidak bisa tidur nyenyak karena kejadian kemarin.“Oh kamu sudah bangun,” kata Farida melihat Raelina sudah bangun melalai cermin di tangannya.“Pagi,” sapa Raelina lesuh sambil meregangkan tubuhnya malas. Dia merasa sangat tidak bersemangat.“Pagi Dokter Lina ….”Rekan-rakannya yang lain juga menyapa Raelina. sementara melinda sudah pergi ke gedung medis untuk memeriksa persediaan obat-obatan.Raeliana menyisir rambutnya yang acak-acakkan. Kemarin setelah makan malam dia ingin bertemu dengan komandan untuk membahas tim relawan medisnya yang akan dipulangkan. Dokter Brian sama sekali tidak bisa harapkan karena dia juga setuju mereka dipulangkan. namun saat Raelina hendak menemui komandan, beliau sedang tidak ada di tempat dan dia terpaksa harus menunggu sama
“Mel, kamu belum menemukan Dokter yang akan bertugas bersamamu di rumah sakitkan? Kalau begitu aku ikut dengnmu.” Kata Raelina tiba-tiba sambil bangun.Jika dia berada di kota Yvorm, apakah ada kemungkinan dia akan bertemu dengan Mark? Berada di pangkalan membuatnya tidak bisa keluar tanpa izin. Juga dia tidak bisa mendapat data tentang Yosau dua tahun yang lalu.Raelina ingin memulai dari Mark. Mark bukan bagian dari militer dan berita tentang Mark mungkin lebih banyak di luar.“Kamu?” Melinda memiringkan kepalanya menatap Raelina heran.“Bukan kah kamu kemarin diculik saat di kota Yvomr? Mengapa kamu ingin menemaniku bertugas di rumah sakit? Kamu tidak takut pria itu kembali mengejarmu?” tanyanya menatap Raelina khawatir.“Itu tidak mungkin, emang aku siapa hingga sampai diincar segala?” kata Raelina menghindari tatapan Melinda.“Tapi kamu gak ada rasa trauma di Kota Yvomr?” sahut
Gelap.Pria iitu melihat ke sekitar semuanya gelap. Dia meraba-raba ke sekeliling dan tidak melihat apa pun. Mark terdiam dengan kening berkerut. Dia berada di mana?Di tiba-tiba sebuah cahaya kecil di depannya. Pria itu mengerutkan kening dan berjalan mendekati cahaya itu. saat dia mendekati cahaya itu, cahaya itu padam dan sekitarnya tampak jelas. ‘Mark menatap ke sekililing melihat dia berada di depan sebuah rumah sakit.“Kamu lupa kita sudah bercerai.”Mark langsung menoleh mendengar suara wanita tampak akrab. Dia memiringkan kepalanya melihat sepasang pria dan wanita tampak berbicara di bawah lampu jalan. Wanita itu memunggunginya hingga dia tidak bisa melihat wajahnya.Sementara wajah pria itu berhadapan dengannya. Dia mengenakan seragam tentara.Mark mengerutkan keningnya menatap wajah pria itu dengan heran. Bukan itu dia?Dia mengenali wajah itu setiap kali bercermi. Namun wajah pria itu tampak lebih
“Roger ketua. Aku akan mendapatkannya dalam lima menit.” “Aku memberimu waktu dua menit,” putus Romi tegas nan dingin tanpa menerima bantahan. Yosua tidak sabar menunggu sampai lima menit. Lima menit baginya bisa membunuh Raelina. Danis tersentak menerima ultimatum dari sang Jenderal dan berkata tergesa-gesa. “Baik Kapten!” Danis sigap mengutak-atik komputernya di sisi ruang lain. Setelah beberapa saat, tidak butuh dua menit bagi Romi segera mendapatkan lokasi mobil penculik itu. “Kerja bagus,” puji Romi pada bawahannya. Dia tidak sadar Danis baru saja mengelap keringat dinginnya. Romi membuka komputernya dan memeriksa lokasi kamera yang dikirim Danis padanya. Dia memandang sebuah mobil yang bergerak menuju ke arah selatan sebelum berhenti di sebuah gudang garam terbengkalai. Setelah memastikan lokasinya, dia mengirim lokasi gudang itu pada Yosua. “Baik, terima kasih,” ujar Yosua menerima alamat lokasi dari Romi
Raelina membantu Zenith mandi dan berpakaian, sebelum turun dari kamarnya untuk memberi salam pada ayah mertuanya. Yosua masih belum kembali dari joging paginya.Raelina membiarkan Zenith berjalan sendiri sambil memegang tangannya saat menuruni tangga.“Tidak mau! Ayah, aku tidak mau pergi!”Dari lantai bawah terdengar berisik suara tangisan Arina.Raelina berhenti dan melirik ke bawah dengan penasaran melihat apa yang terjadi.Dia melihat keluarga Rajjata berkumpul di ruang tamu, termasuk Yosua yang mengenakan pakaian yang dipakai untuk berolah raga.Terlihat Arina dan Wina sedang ditahan oleh beberapa pria bersetelan hitam. Beberapa pria itu memegang dua koper besar di tangan mereka.Arina meronta melepaskan cengkeraman dua orang pria yang menahannya sebelum berlari berlutut memegang kaki Hendry yang duduk di sofa.“Ayah, kumohon jangan mengirimkan aku luar negeri.” Arina menangis memohon.
Arina terisak di sebelahnya.Hendry mendengus lalu menatap pelayan di sebelah Romi.“Sekarang katakan apa yang sebenarnya terjadi?”Pelayan itu sejenak menatap ke sekeliling dengan ekspresi gugup. Ketika tatapan dan bertemu mata dingin Yosua, dia langsung menundukkan kepalanya merasa bersalah dan takut.“Maafkan saya, saya hanya menerima perintah Nona Arina untuk mengantar sampanye itu pada Tuan Yosua. Tapi bukan aku yang memasukkan obat perangsang dalam minum itu, melainkan Nona Arina!” ujarnya sambil menunjuk Arina.Yosua dan Hendry langsung menatap Arina dengan mata ekspresi suram. Perilaku Arina sudah tidak bisa ditoleransi lagi.“Kakak ... ayah ... aku ....” Arina terbata-bata, dia tidak bisa mengelak lagi. Dia menatap ngeri cambuk tebal dan berduri di tangan kepala pelayan.Dia tidak akan bisa membayang rasa sakit saat cambuk itu merobek kulitnya.Dia buru-buru merangkak memeluk kaki ay
“Ayah, apa yang terjadi di sini?”Yosua bertanya heran melihat beberapa orang berkumpul di d ruang keluarga. Kepala pelayan berdiri di samping sofa Hendry.Sementara Yosep dan Romi yang jarang berkumpul duduk di masin sofa. Arina dan Wina berlutut di depan mereka dengan kepala tertunduk.Wina dan Arina mendongak melihat Yosua sudah datang.“Kakak!” Arina hendak merangkak ingin menghampirinya namun langsung dibentak oleh Hendry.“Tetap di tempatmu!” Hendry melempar Arina asbak rokok di atas meja.Asbak itu melayang dan mengenai lantai sampai hancur berkeping-keping di samping.“Kyaaaa ....” Arina berteriak ketakutan dan menangis.Dia buru-buru menjauhi pecahan kaca dan kembali berlutut di sebelah Wina.Dia menundukkan kepalanya sambil terisak ketakutan.Yosua berkedip melihat tindakan ayahnya yang jarang marah menjadi brutal tanpa ragu melempar asbak rokok ke arah adi
“Apa yang sudah kamu lakukan pada suamiku?!” Semua orang menahan napas menonton dengan tertarik apa yang akan terjadi selanjutnya. Leah mendekatinya berpura-pura gugup. “Raelina, aku bisa jelaskan ini ... aku dan Yosua tidak bermaksud melakukan ini di belakangmu ... kami—“ Sebelum Leah menyelesaikan ucapannya, Raelina tiba-tiba mendorong tubuh Yosua dan menghampirinya dnegan cepat. Tangannya terangkat cepat menampar Leah keras. Suara tamparan keras itu bergema di koridor. Tak sampai situ, Raelina menjambak rambut Leah kuat. Semua orang tersentak kaget dan ngeri. “Akh, sakit! Apa yang kamu lakukan?!” Leah menjerit memegang tangan Raelina yang menjambak rambutnya. “Aku tanya apa yang kamu lakukan pada suamiku!” Raelina ganas menarik rambut Leah dengan kedua tangannya. “Kamu berani memberinya obat perangsang! Begitu inginkan kamu mengambil suamiku! Kamu jalang kotor! Beraninya kamu bermain trik kotor me
“Teman-teman ayo sapa kawan lama kita!” Yonis membawa Yosua pada teman-temannya yang berkumpul di sofa. Mereka melambaikan tangan pada Yosua, menyapanya. Yosua menyapa mereka dengan akrab. Sementara istri mereka yang berkumpul bergosip di sebelah sofa para lelaki melirik Yosua dengan pandangan ingin tahu. “Bro, apa kabarmu?” Salah satu pria berdiri sedikit terhuyung-huyung menghampiri Yosua. Tampaknya dia sudah mabuk melihat beberapa botol Wine, Vodka dan sampanye kosong di atas meja kaca. Yosua menahan tubuhnya agar tidak terjatuh ke lantai. “Aldy, terlalu awal untuk mabuk. Hati-hati atau kamu akan dimarahi istrimu.” Dia menggeleng-gelengkan kepalanya dan membantu temannya kembali duduk di sofanya. Pria itu cegukan dengan wajah memerah. “Jangan sebutkan perempuan jalang itu!” raungannya menarik perhatian beberapa tamu Tampaknya pria itu sudah mabuk sepenuhnya dan tidak sadar apa yang dilakukannya. “Kamu
Yosua mengambil cuti kerja satu hari untuk menghadiri pesta ulang tahun Arina bersama Raelina dan Stella.Setelah apa yang terjadi di toko gaun, Yosua sangat enggan datang ke pesta ulang tahun Arina. Namun dia harus hadir karena bukan semata-mata datang ke pesta ulang tahun Arina, karena dia sudah berjanji akan menjenguk orang tuanya bersama Raelina.Pada pukul tujuh malam, Raelina dan Yosua ke kediaman Rajjata untuk menghadiri pesta ulang tahun Arina dengan mobil. Stella ikut bersama mereka. Zeron tidak bisa ikut karena dia harus kerja kelompok di rumah temannya.Saat mereka tiba, Raelina melihat kediaman keluarga Rajjata dipenuhi dengan mobil para tamu yang berdatangan. Halaman kediaman Rajjata yang mewah dipenuhi mobil-mobil mewah yang berjejer.“Apa seperti ini pesta ulang tahun Arina yang selalu di adakan Arina?” Raelina bertanya takjub melihat betapa mewah suasana pesta kediaman Rajjata.Karena ini adalah kediaman seorang J
“Tidak ada. Ayo pergi.” Raelina menarik lengan Yosua mencegahnya melihat Fiona dalam toko.Yosua mengalihkan pandangannya bingung saat Raelina menariknya menjauh dari toko itu.Saat mereka menjauh daro toko gaun itu, Raelina melirik Yosua beberapa kali. Dia menggigit bibir bawahnya gelisah.Penampilan Fiona hari ini membuatnya gelisah. Dia bahkan lupa memberitahu Yosua dia bertemu dengan Arina dan bertengkar dengan adik iparnya.“Ada apa? Kenapa kamu terus melirikku? Ada yang ingin kamu tanyakan?” Yosua menundukkan kepalanya menatap Raelina di sebelahnya.Raelina tersentak gugup dan menggelengkan kepalanya.“Tidak apa-apa,” ujarnya mengalihkan pandangannya ke depan.Yosua mengangkat alisnya bingung, “Kamu aneh hari ini.”Raelina hanya tersenyum datar.“Aku mau ke kamar mandi,” ujarnya melangkah menuju ke kamar mandi tanpa menunggu Yosua.“Apa
Raelina membeku menatap wajah gadis itu. Dia merasa akrab dengan wajahnya.Dia melihat wajah gadis dalam foto yang dikirimkan oleh orang misterius di mana dia berpelukan dengan Yosua beberapa bulan yang lalu?Sudah lima bulan berlalu Raelina menghindari pembahasan tentang gadis itu meski Yosua bekerja sebagai pengawalnya.“Nyonya, kamu baik-baik saja ....” Gadis itu melambaikan tangannya di depan wajah Raelina melihat wanita hamil itu terdiam dengan ekspresi aneh di wajahnyaDia mencemaskan Raelina karena wanita itu sedang hamil.Raelina mengerjapkan matanya tersadar.“Ahh ....” Dia mencoba tersenyum namun wajahnya justru terlihat aneh.Raelina memeluk perutnya yang besar dan berkata pada gadis itu. “Terima kasih sudah menolongku,” ujarnya.Fiona tersenyum lega.“Syukurlah kalau Anda baik-baik saja.” Senyum wanita muda itu sangat lembut.Sekilas orang melihat d