Beranda / Romansa / Mantan Simpanan Ayah Mertua / Bab 23. Jantungku Berdebar

Share

Bab 23. Jantungku Berdebar

Penulis: Rusmiko157
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Semenjak hari itu, Evita mulai membuka hati untuk Grady. Sikapnya kepada lelaki tersebut tidak lagi sengak, dan dia juga tidak lagi menghindari pertemuan dengannya. Memang, ketakutan itu masih ada. Ketakutan tentang Grady yang akan mengetahui masa lalu kelamnya. Namun, wanita itu semakin tak bisa membohongi hati, bahwa bersama Grady adalah mimpi yang menjadi kenyataan.

Lalu, bagaimana kalau Grady tahu bahwa dia adalah Lady Amora? Setiap kali memikirkan hal itu, Evita seolah menghindari diskusi dengan diri sendiri.

“Kita mau ke mana, sih?” tanya Evita saat Grady menjemput dirinya.

“Jalan,” jawab lelaki itu.

“Iya tahu. Maksudnya, kita mau jalan ke mana?” Evita memutar mata malas.

“Sama kamu, aku nggak punya tujuan lain kecuali menikah,” jawab Grady dengan senyum nakal yang kontan mengundang cubitan dari wanita di sampingnya.

Lelaki itu terbahak-bahak. “Ampun! Ampun! Hei, aku lagi nyetir,” katanya.

Evita mencebik kesal. “Jadi kita mau ke mana?” ulangnya.

“Mh … makan malam,” jawab Grady.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mantan Simpanan Ayah Mertua   Bab 24. Makan Malam Spesial

    Ingin mundur, tetapi sudah kepalang tanggung. Orang-orang itu sudah terlanjur melihat dirinya datang bersama Grady. Jika dia pergi saat ini, apa nanti yang harus dia katakan pada Grady?Duduk melingkar mengitari meja, ada Arman, Gracy, dan … lelaki yang Evita temui di taman waktu itu, Lody. Mengapa bisa kebetulan seperti ini?Sungguh, ini adalah makan malam paling istimewa yang pernah Evita rasakan. Bukan hanya Evita yang terkejut. Ketiga orang itu pun tak kalah kaget melihat Evita hadir di sana. Menariknya, mereka bertiga memiliki alasan keterkejutan yang berbea-beda. Dan satu-satunya yang menjadi perhatian Evita adalah reaksi Arman ketika melihat dirinya.“Selamat malam,” sapa Grady dengan suara renyah seraya merengkuh pinggang Evita dan membimbing wanita cantik itu untuk mendekat ke arah meja makan.Tidak ada yang menyahut sapaan itu untuk beberapa waktu. Sampai akhirnya, Lody membalas sapaan tersebut dengan senyum lebar.“Kalian terlambat,” ucap Lody. “Ayo, silakan duduk,” lanjutn

  • Mantan Simpanan Ayah Mertua   Bab 25. PMS

    Evita duduk dalam diam di sofa panjang menyaksikan beberapa pegawai butik yang sedang mempersiapkan baju pengantin untuknya. Selama beberapa hari terakhir, Evita disibukkan dengan segala urusan yang berhubungan dengan pernikahan. Cincin pernikahan juga sudah dipesan, sesuai dengan keinginannya. Masih terasa seperti mimpi. Evita tidak menyangka bahwa lelaki yang dia pikir tidak akan pernah dia miliki itu sebentar lagi akan resmi menjadi suaminya.“Kok bengong aja?” seloroh Grady seraya mendaratkan pantatnya di samping Evita.Wanita itu tersenyum. “Sudah selesai kerjaannya?” tanyanya.Grady menjawab pertanyaan itu dengan mengedikkan bahu dan menarik sudut bibir ke bawah.“Selesai nggak selesai ya bakal tetap aku tinggal,” jawabnya.“Lho, kok gitu?” Evita menggeser posisi duduknya. “Kerjaan kamu lebih penting dari fitting baju, Grad. Kalau nggak bisa fitting sekarang kan bisa ditunda besok.” ujarnya.“Kamu salah.” Grady menyandarkan punggung pada sofa sambil meluruskan kaki. Lantas, dia

  • Mantan Simpanan Ayah Mertua   Bab 26. Asing di Pesta Sendiri

    Pernikahan harusnya menjadi momen yang sakral. Pernikahan harusnya menjadi acara keluarga yang hangat dan meriah. Namun, di antara riuh tamu undangan yang hadir di ruangan itu, Evita justru menjadi satu-satunya orang yang merasa kesepian. Wanita itu merasa sendirian di pesta pernikahannya sendiri. Evita merasa sedang berada di tempat yang salah, waktu yang salah, dan … keputusan yang salah. Tidak tahu apa, tetapi Evita merasa ada yang salah di sini.“Ini sudah terjadi,” gumam wanita itu seraya memutar-mutar cincin tanda pengikat hubungan dengan Grady yang melingkar di salah satu jari lentiknya. Di tengah keraguan, Evita mencoba menanamkan keyakinan bahwa semua akan baik-baik saja.Wanita itu duduk menyendiri dengan tatapan hampa di sudut ruangan, menyaksikan tamu-tamu undangan yang sedang menikmati hidangan. Meski Grady mengatakan bahwa undangan itu hanya terbatas—seperti yang Evita minta, tetap saja tidak mengubah fakta bahwa Evita merasa asing di sana. Evita merasa terasing di pesta

  • Mantan Simpanan Ayah Mertua   Bab 27. Tak Ada Ritual Sakral

    “Sejak kapan kamu ada di sini?”Pertanyaan itu membuat Evita sedikit terkejut. Ditambah dengan raut wajah Grady, wanita itu sempat berpikir kalau Grady tersinggung dengan kemunculannya yang tiba-tiba. Terlihat perubahan ekspresi Evita, sesaat setelah pertanyaan itu dilontarkan kepadanya.“Maaf. Aku—”“Oh …nggak, maksudku … apa yang kamu lakukan di sini?” Grady menyadari perubahan ekspresi Evita dan langsung meralat pertanyaannya. Lelaki itu memasukkan ponsel ke saku lantas mendekat pada sang istri. Dia daratkan satu tangan di pinggang wanita itu, dan satu lagi dia gunakan untuk membelai wajah ayu istrinya. “Nyariin aku, ya?” tebaknya.Sebuah senyum terukir di bibir Evita.“Aku … sendirian di sana,” adu wanita itu.Alis Grady berkerut heran. Lelaki itu kemudian tersenyum dan mendengkus samar.“Masa iya kamu sendirian. Terus itu,” dagu Grady bergerak menunjuk tamu undangan yang sedang menikmati pesta, “kamu anggap mereka apa?”“Nggak kenal,” jawab Evita.Grady tertawa kecil lalu mengecu

  • Mantan Simpanan Ayah Mertua   Bab 28. Mendadak Cupu

    “Kita … nggak pulang ke apartemen saja?” Evita memberanikan diri untuk bertanya.Grady melepas sabuk pengaman lantas tersenyum pada Evita.“Kamu itu sekarang istriku. Jadi kamu nggak akan tinggal di sana lagi, tapi di rumah ini,” jawab Grady. “Ayo,” ajak lelaki itu seraya menggerakkan kepalanya.Evita berusaha menyembunyikan pias yang dirasa. Wanita itu menarik napas dalam, kemudian membuka sabuk pengaman dan mengikuti Grady turun dari mobil.Grady merengkuh pinggang Evita, berjalan beriringan menuju teras.“Siapa aja yang tinggal di sini?” tanya wanita itu.“Kenapa, sih?” Grady memiringkan kepala, melihat wajah Evita yang terlihat tegang. “Tegang banget kayaknya,” seloroh lelaki itu sambil tersenyum kecil.“Ya … aku ….” Evita menggantung ucapannya, bingung harus menjawab apa.Lalu, Grady menarik tubuh wanita itu semakin rapat, seolah ingin mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja.“Semua tinggal di sini,” ujar lelaki itu. “Papa, Gracy, Bang Lody, dan Tania.”Memasuki rumah besar it

  • Mantan Simpanan Ayah Mertua   Bab 29. Aslinya Suhu

    Perubahan sikap Evita ini jelas mengundang tanda tanya dalam benak Grady. Lelaki itu menatap cemas pada istrinya lalu bertanya, “Kenapa?”Evita beringsut, menutup bagian tubuhnya yang terbuka dengan selimut. Wanita itu mengambil sisi yang lain dari ranjang, lantas duduk memunggungi sang suami.Ketakutan itu datang lagi. Memori tentang malam nahas itu kembali menyergap ingatan. Evita takut kalau Grady akan tiba-tiba mengingat siapa dia yang sebenarnya.Grady menghela napas, kemudian berjalan ke sisi lain ranjang agar lebih nyaman bicara dengan istrinya. Berdiri di hadapan Evita, lelaki itu lantas memberi pelukan. Dia dekap kepala wanita itu, membenamkan sisi wajah Evita di perut telanjangnya.“Ada masalah? Kamu bisa cerita ke aku,” tanya Grady seraya membelai rambut wanita itu.Evita membiarkan air matanya terjatuh saat netranya memejam. Bagaimana caranya dia mengatakan bahwa bayangan percintaan mereka yang tak berhati itu sangat mengganggu pikiran?“Aku … belum siap,” jawab wanita itu

  • Mantan Simpanan Ayah Mertua   Bab 30. Semakin Menghangat

    Hari-hari yang Evita lalui di rumah keluarga Ferdinata tidak terlalu buruk. Meski Gracy masih saja bersikap acuh tak acuh, namun kakak iparnya itu tidak pernah melakukan sesuatu yang buruk terhadap Evita. Dan yang paling membuat Evita betah—selain Grady, adalah Tania. Bocah itu selalu menempel padanya, dan ini menjadi hiburan tersendiri bagi wanita itu.“Tania kenapa nggak mau sekolah?” tanya Evita pada satu hari.Grady pernah bercerita kalau Gracy pernah memasukkan Tania ke lembaga pendidikan prasekolah. Namun, hanya bertahan satu minggu dan Tania tidak mau lagi datang ke sana. Anak itu tidak pernah mau bicara, ketika ditanya tentang apa yang membuatnya tidak mau datang lagi. Bahkan, Gracy sempat mendatangi lembaga pendidikan tersebut untuk mencari tahu. Namun, dia tetap tidak menemukan jawaban.Tahun ini, Tania akan berusia lima tahun. Keluarga khawatir jika keengganan Tania untuk sekolah akan berkelanjutan. Oleh sebab itu, keluarga melakukan beberapa upaya termasuk membawa Tania ke

  • Mantan Simpanan Ayah Mertua   Bab 31. Sikap Aneh Lody

    “Sendirian saja?”Sontak Evita menurunkan buku dan menoleh ke kiri.Lody berdiri di samping sofa dengan sebuah buku di tangan. Lelaki itu tersenyum lalu bertanya, “Boleh aku duduk di sini?”Evita membenarkan posisi duduk dengan gaya kaku lalu melihat ke pintu, khawatir akan ada orang yang melihat mereka berdua di sana. Bukan apa-apa, Evita hanya takut akan ada yang salah paham dan mengira yang macam-macam pada mereka.Belum juga Evita menjawab, Lody sudah mendudukkan dirinya di samping wanita itu.“Menarik juga bacaan kamu. Suka bacaan berat juga ternyata,” komentar Lody.“Eh, iya, Bang,” balas Evita.“Lanjutkan saja membacanya. Anggap aku nggak ada,” kata lelaki itu.Usai berkata demikian, Lody lantas menyandarkan punggung pada sofa sambil membuka buku. Tampak begitu khusyuk membaca buku dengan tema serupa seperti yang dibaca Evita.Hal ini membuat Evita merasa tidak nyaman. Minat bacanya pun mendadak hilang. Semua ini karena kejadian tempo hari, saat Lody mengusap punggungnya. Entah

Bab terbaru

  • Mantan Simpanan Ayah Mertua   Bab 98. Pelangi usai Badai

    Lika-liku kehidupan yang dilalui Evita, membuat wanita itu merasa seperti naik roller coaster. Meski terlalu banyak kisah pahit yang dia rasakan, namun tak sedikit pula air mata haru yang tumpah oleh kebahagiaan."Sudah siap?" tanya Yuliati seraya tersenyum hangat.Evita menarik napas dalam lalu mengangguk kecil. Rasa gugup yang memenuhi benak, membuat sekujur tubuhnya terasa kaku. Dia lantas menyambut uluran tangan Yuliati dengan telapak tangannya yang sedingin es."Sudah dua kali kok masih gugup," komentar Yuliati seraya terkekeh renyah."Aku takut, Bulik," kata Evita.Yuliati memutar badan, menatap pada Evita dengan ails berkerut samar."Takut kenapa?" tanyanya peduli.Evita meneguk ludah lalu menundukkan kepala, tidak tahu harus menjawab apa.Dengan lembut, Yuliati mengusap lengan keponakannya. Dia pun tersenyum hangat sebelum kembali berujar, "Bulik ngerti, apa yang telah terjadi di masa lalu kalian itu sangat menyakitkan. Bulik juga ndak akan bisa memaksa kamu untuk menjalani se

  • Mantan Simpanan Ayah Mertua   Bab 97. Kesedihan yang Tidak Berkesudahan

    “Kamu di sini? Ini benar kamu, kan?” Grady mengurai pelukan lalu menangkup wajah Evita. Matanya menatap tak percaya pada si wanita. Dia lantas meneliti wajah mantan istrinya dengan seksama, khawatir salah melihat dan berakhir dengan kekecewaan.Evita menganggukkan kepala. Di sela-sela tangis, terselip senyum haru untuk sang mantan suami. Dia lantas menyentuh tangan Grady yang mendarat di pipinya.“Ini aku, Grad. Aku sudah maafin kamu, tapi kamu jangan pergi. Aku nggak mau kamu pergi,” ujar wanita itu dengan suara parau.Kedua netra Grady pun tampak berkaca-kaca. Terharu, bahagia yang teramat sangat. Apa yang dia pikir akan menjadi sesuatu yang tidak mungkin untuk digapai, ternyata Tuhan menggariskan takdir yang sebaliknya.“Terima kasih, Sayang. Terima kasih,” ucap lelaki itu seraya menarik tubuh Evita dalam dekapan.Mereka berpelukan erat dengan jiwa yang melebur dalam bermacam-macam emosi positif yang memenuhi benak. Sampai-sampai mereka menjadi pusat perhatian dari orang-orang yang

  • Mantan Simpanan Ayah Mertua   Bab 96. Takut Kehilangan

    Evita tidak mengira kalau dia akan bertemu lagi dengan Arman, Gracy, bahkan Tania. Orang-orang yang berasal dari masa lalunya itu kini tengah duduk di teras rumah Yuliati.“Sini sama Mama, Sayang,” bujuk Gracy pada Tania yang tidak mau turun dari pangkuan Evita.Tania menggeleng dan malah memeluk leher Evita semakin erat.“Aku mau sama Tante saja,” kata gadis kecil itu.Evita memang tidak mengatakan apa-apa, tetapi wanita itu membalas pelukan Tania tak kalah erat. Seolah ingin menunjukkan bahwa dia juga sangat menyayangi anak itu, bahwa dia sangat merindukan gadis kecilnya yang kini sudah terlihat lebih besar.“Untuk apa kalian datang kemari?” tanya Evita dengan suara sedikit serak.Setelah Yuliati meninggalkan Evita bersama keluarga Ferdinata, hanya celotehan Tania yang menjadi penengah di antara mereka. Evita pun menjawab sekadarnya. Meski sudah berusaha terlihat ramah, namun tetap saja gurat kesedihan yang tergambar di wajah wanita itu tidak dapat ditutupi.“Maaf kalau kami datang

  • Mantan Simpanan Ayah Mertua   Bab 95. Keluarga dari Jakarta

    Sebuah mobil yang memasuki halaman rumah Yuliati mengundang perhatian. Yuliati dan beberapa pegawainya yang tengah mengemas snack pun langsung melihat ke luar rumah, ketika mereka mendengar deru halus mesin kendaraan roda empat tersebut.“Siapa yang datang?” gumam Yuliati.Wanita paruh baya itu mengelap tangan pada celemek lalu bangkit. Netranya masih mengarah pada mobil di luar yang baru saja berhenti. Tampak asing, Yuliati tidak pernah melihat mobil tersebut sebelumnya. Sempat berpikir bahwa mungkin saja itu adalah Grady, namun saat melihat seorang gadis kecil yang turun dari kendaraan tersebut, Yuliati semakin penasaran.“Anak siapa, ya? Ndak pernah lihat,” gumamnya lagi.Penasaran dengan tamunya, Yuliati pun keluar dari rumah. Kening wanita itu berkerut, menunggu sambil memperhatikan baik-baik penumpang mobil yang mulai menjejakkan kaki di halaman rumahnya satu persatu.“Ma, Tante ada di sini, ya?” Gadis kecil yang turun paling pertama dari mobil itu, terlihat bertanya pada seseor

  • Mantan Simpanan Ayah Mertua   Bab 94. Ketulusan

    Memang tidak salah jika ada yang bilang bahwa ikhlas adalah ilmu yang sangat tinggi. Bukan hal yang mustahil, tetapi tidak banyak orang yang mampu menakhlukkan ikhlas pada level tertinggi.Tak berbeda dengan Grady. Meski dia sudah berusaha merelakan Evita untuk mencari kebahagiannya sendiri, akan tetapi masih saja ada rasa sakit yang menyentil hati. Tidak hanya sekali dua kali, keinginan untuk mengingkari ucapan itu menggoda iman si lelaki. Namun, saat ingat bahwa hal tersebut hanya akan semakin memperkeruh hubungannya dengan Evita, lelaki itu pun berusaha keras untuk melawan keinginan hati. Apa pun yang terjadi, dia harus bisa bertahan agar Evita tidak semakin membencinya.Atensi Grady teralih pada dering ponsel yang terselip di saku celananya. Dia berhenti melangkah lalu mengambil ponsel tersebut untuk melihat siapa yang menghubungi. Setelahnya, dia angkat pandangan dan berkata pada orang yang sedang bersamanya.“Duluan saja. Nanti saya nyusul,” ujar lelaki itu.Dia lantas menepi ke

  • Mantan Simpanan Ayah Mertua   Bab 93. Mencintai adalah tentang Kebahagiaan

    Semua mata terpusat pada arah sumber suara, pada seorang lelaki yang baru saja muncul dengan langkah yang semakin dekat dengan mereka. Wajah yang tidak asing, tampak tersenyum ramah pada keluarga tersebut.“Maaf, aku datang sepagi ini,” ucap Grady saat berhenti melangkah beberapa meter di hadapan Evita dan keluarganya. Lelaki itu berpaling sejenak pada dua pegawai toko bunga yang mengantar pesanannya, lalu berkata, “Tolong turunin bunganya.”Setelah itu, Grady kembali melihat pada Evita yang tengah mengetatkan rahang, tampak begitu murka terhadap dirinya. Wanita itu berjalan cepat dengan tangan mengepal, menghampiri Grady. Kemudian, sebuah tamparan mendarat di wajah si lelaki dengan begitu keras dan tiba-tiba.Plak!Wajah Grady turut berpaling mengikuti arah tamparan tersebut. Dia sentuh sisi wajah yang terasa panas dengan tenang. Dia tidak akan marah, meski Evita menghajar dirinya. Grady merasa itu masih belum sebanding dengan apa yang pernah dia lakukan pada wanita tersebut.“Pergi

  • Mantan Simpanan Ayah Mertua   Bab 92. Tidak Bisa Menjaga Rahasia

    Evita meneguk ludah, melihat Yuliati menatap penuh emosi kepadanya.“Bulik,” cicit Evita.“Ya Tuhan, Nduk,” ujar wanita paruh baya itu.Yuliati langsung menghampiri Evita dan memeluk keponakannya itu dengan erat.“Kenapa kamu ndak pernah bilang sama Bulik, Nduk? Kenapa kamu merahasiakan ini dari Bulik?” Yuliati mengurai pelukan lalu menangkup kedua sisi wajah Evita. Kedua pipi wanita paruh baya itu sudah basah oleh air mata yang membanjir.Sepintas, Evita melirik pada Yonik yang masih berdiri di ambang pintu sambil menundukkan kepala. Dugaannya, Yonik telah menceritakan semuanya kepada Yuliati. Tadinya, Evita ingin marah. Namun, saat ingat bahwa permintaan maaf Grady ditayangkan langsung, wanita itu meredam kembali kemarahannya. Karena tidak menutup kemungkinan bahwa Yuliati melihat tayangan itu dan bertanya pada Yonik.“Maaf, Bulik,” ucap Evita lirih. Wanita itu menundukkan kepala dalam-dalam, tak berani memandang wajah buliknya.Yuliati membersit ingus lalu merangkul Evita. Berusaha

  • Mantan Simpanan Ayah Mertua   Bab 91. Dejavu

    Dejavu. Grady pernah membuat acara semacam ini untuknya saat dia masih bekerja di Neo Creative. Bedanya, sekarang mereka menjadi tontonan seluruh masyarakat Surabaya dan sekitarnya. Evita malu. Alih-alih menjawab sapaan lelaki itu, Evita justru menundukkan kepala untuk menyembunyikan wajah dari sorotan kamera, meski hal itu sudah sangat terlambat. Sungguh, dia ingin lari dari sana secepat mungkin. Namun, kakinya seolah sudah menyatu dengan lantai. Sendi-sendi di tubuhnya terasa kaku. Otaknya pun serasa membeku, hingga dia tak memiliki kendali untuk menggerakkan tubuhnya sendiri.Grady menoleh ke sekitar lalu tersenyum pada orang-orang yang ada di sana sebagai ucapan terima kasih karena sudah membantu dirinya melakukan semua ini.“Terima kasih untuk bantuannya. Maaf merepotkan kalian pagi-pagi begini,” ucap Grady pada semua orang yang terlibat dalam acara tersebut.Setelah itu, Grady kembali mengarahkan pandangan pada Evita yang tampak salah tingkah dan mati gaya di hadapannya. Lelaki

  • Mantan Simpanan Ayah Mertua   Bab 90. Resign

    Apakah Evita masih cinta pada Grady?Pertanyaan itu terdengar mudah, namun sangat sulit untuk Evita jawab. Yonik baru saja melempar pertanyaan yang sangat sensitif, hingga wanita itu lebih memilih diam tak mengatakan apa-apa.Evita bahkan tidak tahu apa yang sebenarnya dia rasakan. Lisannya bisa saja berkata tidak, tetapi mengapa jika mengingat lelaki itu batinnya masih saja terasan sesak? Kalaupun dia jawab masih cinta, keinginan untuk bersama lagi rasanya sudah sirna dari dalam dada.Tak berbeda dengan Evita yang merasakan dilema, Yonik pun mencicipi hal serupa. Pembicaraannya dengan Evita mengenai masalah tersebut berakhir ketika wanita itu enggan untuk menjawab pertanyaannya. Di samping itu, Yuliati pun keburu pulang dari belanja dan ikut nimbrung mengobrol dengan mereka.Berkali-kali Evita memberi isyarat pada Yonik, memperingatkan lelaki itu untuk tidak menceritakan apa yang baru saja dia katakan tentang Grady kepada Yuliati. Melihat Yuliati yang begitu baik terhadap dirinya, Ev

DMCA.com Protection Status