"semua orang nampak begitu jahat pada Maya nek, bahkan nenek yang Maya angap orang terpercayapun sama, namun Maya tak ingin membenci itu bairlah kali ini Maya tumbuh jadi gadis dewasa"Maya tersenyum pada nenek yang sedang menyuapinya makan sedari tadi kepalanya sakit namun ia tak berani nengeluh didepan neneknya, biar rasa sakit ini hilang seiring waktu berjalan namum sepertinya Maya salah bukanya semakin hilang, rasa sakit itu semakin meradang hingga ujung kakinya
"Maya sudah kenyang nek"Maya menutup mulutnya saat nenek masih menyuapinya padahal hanya tinggal dua sendok namun Maya memilih menyudahi, sepertinya rasa sakit itu tak bisa ia bendung lagi, dengan memegang kepalanya yang seperti akan pecah Maya meminta nenek memanggil dokter secepat kilat ia memencet tombol merah yang ada disisi dinding untuk memangil salah satu dokter.
"Apa yang terjadi May?"nenek memegang tangan Maya khawatir namun Maya tak menjawab membuat neneknya semakin khawatir, ini tengah malam nenek
Seminggu berlalu tapi Maya tak sadar sama sekali bahkan ketika Jelin meenuntut dokter yang telah membius Maya, sang dokter tetap keukeuh bahwa Maya masih berproses Jelin sibuk dengan sidangnya ia menyewa pengacara terbaik dan bersumpah akan memenjarakan dokter muda itu, mereka membiarkan tak ada gunanya menghentikan Jelin ia bisa menjadi iblis ketika menyangkut nyawa orang lain, Reno sibuk mencari dokter terbaik bahkan berencana mengobati Maya kesingapuraPenyakit Maya telah membuat semua orang terdekatnya khawatir dan sibuk mencari cara bagaimana menyembuhkanya, Lita bahkan setiap hari datang menjenguk dan menangis setiap melihat Maya yang terbaring lemah, semua orang sibuk bersedih sampai melupakan bahwa Maya sebenanrnya sedang berjuang dalam ketidak sadaraan, seminggu sejak ia dibius Maya seperti berada dunia lain ia diajak oleh seorang pria berjubah putih berkeliling sepanjang kota yang tak ia kenal, selain itu ia juga bertemu ibunya sangat cantik entah bagaimana Ma
masih teringat bagaimana sakitnya semua orang ingin ini semua berlalu namun tak bisa kehilangan memang akan selalu dikenang, tepat ini adalah hari ke tujuh setelah Maya pergi tangisan masih terlihat disini namun tak ada yang berani menunjukkanya, nenek masih sama hanya air putih yang menemaninya tak ada makanan yang masuk dimulutnya, psikiater telah dikerahkan namun nenek terlalu dewasa untuk menangapi pertanyaan bodoh merekaTak menyerah Jelin bahkan membuat masakanya sendiri namun nenek sama sekali tak menghargai, nenek tak butuh makan biarkan ia tenang namun siapa orang tega membiarkan seorang nenek tua tak makan bagaimanapun itu sama saja dengan bunuh diri perlahan, cukup Jelin kehilangan Maya anak kecil yang selalu mericuhi rumahnya dan mengangu anaknya bagimanapun ia sangat menyayangi menantunya itu, Jelin tak ingin kehilangan nenek juga orang tua keduanyaMemang nenek tak tinggal dirumah mewah itu kembali kerumah sederhana adalah cara mengenang kepergian s
"tak ada orang yang bisa memulihkan rasa sakit, dirimulah yang harus menyembuhkanya inilah gunanya luka untuk kita lebih berani menatap dunia, lihat orang-orang disekitar bapak mereka mencuri untuk makan dan lanjut mereka makan untuk bekerja tak ada yang berubah itulah siklusnya, kehilangan adalah rasa sesal biasa dan mungkin jika bapak orang yang kuat rasa itu akan menjadi terbiasa, semya orang pasti pernah kehilangan.""aku benci diriku sendiri, kehilangan istri sudah seperti kehilangan nyawa""terlalu cinta?"Reno mengganguk, Bella begitu takjub akan perubahan sikap Reno yang sendiri terlihat ingin dikasihani, menyedihkan memang namun itulah sepandai apapun menyembunyikan luka bekasnya pasti terlihat, Reno yang dingin sekarang tak nampak dimata Bella.Mereka berdua sibuk dengan pikiran masing-masing hingga tak sadar satu jam telah berlalu, Reno sedikit tenang memang benar sepertinya ia butuh banyak teman untuk berbagi meski nanti banyak orang juga mengasihanin
Baik Lita maupun Jeo tak ada yang memulai percakapan mereka berdo'a dengan khidmat mendoakan Maya dan berharap ia mendapat tempat yang layak, kuburan itu masih baru bahkan sepertinya ada yang baru mengunjungi makam Maya melihat bunga yang bertebaran dengan segarnya, air mawarpun masih terlihat jejaknya, entah sepagi apa ia datang padahal ini baru pukul sembilan pagi, Jeo beransumi bahwa sanak atau keluarga dari Maya yang datangSetelah tiga puluh menit berdoa dan sedikit membisikan kata selamat tinggal, Jeo dan Lita pergi menunuju rumah Reno karna ia akan izin untuk menikah lagipun Jeo belum memberikan surat pengunduran diri namun Jeo tak terlalu memikirkanya karena Reno telah mengangapnya teman maka Jeo santai memikirkanya ,ia akan membicarakan ini secara santai dan sedikit menguatkan Reno meski Jeo tau ia takkan mungkin bisasebelum kerumah majikanya, Jeo mampir sebentar kesebuah restoran membeli makanan untuk makan bersama nanti meski ia sebagai supir namun Re
"memang sederhana namun ku harap kau suka"Jeo membuka pintu rumah yang akan menjadi maharnya menunjukan pada Lita, Lita menutup mulutnya saking terkejut bercampur kagum, Jeo berbohong soal sederhana, rumah dua lantai itu lebih mirip mansion mewah, terkesan elegan dan asri, banyak bagian dibuat berwarna mint dan putih perpaduan tanaman juga menghiasi rumahnya, ini siang hari sangat cocok dengan keadaan rumah ini yang terlihat sngat segarSelain bagian depan yang mengagumkan furniturenya juga sangat mewah, rumah ini dilengkapi dengan lima kamar karna nanti Jeo ingin memiliki tiga anak sekaligus, kolam renang juga hadir menambah kesan elite didalamnya, ruang keluarga bahkan bar mini pun telah siap Lita sangat kagum entah bagaimana caranya Jeo bisa begitu tau apa tipe rumah impian Lita atau memang mereka memilki tipe yang sama entahlah baik Lita maupun Jeo mereka sangat menyukai tempat iniLita menjelajahi setiap ruanganya, menapakan kakinya pada setiap inci keramik yang b
Semua orang datang melihat siapa Marissa sebenarnya dari Johan, Doni sampai Jelin dan Anton mereka semua memenuhi ruang kerja Reno mengintrogasi gadis berambut pirang itu, Marissa ketakutan ia takut akan diapa-apakan melihat banyak lelaki bertampang aneh yang datang sudah seperti polisi yang siap menyidangnya, Marissa menyesal datang kesini ia juga menyesal telah bergaya didepan Reno sekarang ia tak bisa berkutik sudah seperti dikepung Marissa tak lagi mengeluarkan senyum manisnyaTak ada yang berani memulai percakapan sebelum Reno kembali ia mengambil beberapa berkas yang nantinya dibuat untuk mengintrogasi, semua orang diam beberapa ada yang menatap Marissa dengan intens banyak juga yang melamunkan hal-hal tak jelas bahkan adapun yang berpikiran apakah Maya bangkt dari kubur dan menitis namun dalam bentuk yabg mirip, apapun pemikiran mereka semua penasaran akan siapa sosok yang menyerulai Maya ini bahkan ia datang tepat setelah satu minggu kematian MayaMembuat tanda
"selamat pagi semuanya perkenalkan namaku Marissa aku akan bekerja disini sebagai staff, masih baru aku hanya lulusan smp mohon bimbinganya jika aku melakukan kesalahan semoga kita bisa menjadi rekan kerja yang baik"Marissa tersenyum setelah melakukan intro mulai hari ini ia resmi menjadi karyawan disini dan satu-satunya karyawan yang berijazah smp, para karyawan memaklumi karna Marissa adalah adik dari istri Reno yang telah tiada.Mungkin karna spesialnya bahkan Marissa pun didampingi kakak iparnya langsung membuat para karyawan semakin canggung namun selepas intro Reno buru-buru pergi Bella mengatakan bahwa banyak client yang harus ia tangani beeberapa dari mereka dengan mengejutkan menambah investasinya membuatnya semakik sibuk hari ini dan soal urusan Marissa telah ia serahkan pada Doni."karna kau karyawan baru dan belum pernah bekerja secara langsung dilapangan maka tugasmu hari ini adalah memfotocopy berkas-berkas ini serta membantu temanmu yang lain, paham?"seo
Mobil melaju dengan cepat membuat suara bising dikesunyian malam, para penumpangnya hanya diam sembari memperhatikan jalan yang kian sepi karna semakin larut, tak ada perbincangn yang keluar entah karna canggung atau karna segan karna yang menyetir mobil ini adalah direktur mereka berdua, apalagi mereka duduk dibelakang layaknya nona, membuatnya semakin merasa tidak nyamanBaik Marissa maupun Lina yang tadinya akrab mendadak diam tatkala memandang siapa yang menyetir didepanya, Marisaa cukup bingung kenapa ia harus ikut mengantar Lina yang telah diberi tumpangan oleh Doni, pasti Lina merasa sangat bahagia sekarang walau hanya sebatas mengatarka namun mampu membuat hatinya tak karuan senang yang tak pernah ia rasakan, rasa senang mencintaiMarissa bisa melihat gelagat itu, ia juga turut senang walau pura-pura ketahuilah Marissa tak punya hati pada pionya ia bermain seperti dalangnya menjiwai namun tak menaruh rasa, itulah yang disebut profesional mungkin jika ada lomba
Anton memandang istrinya yang baru pulang tengah membersihkan make up tanpa menyapanya langsung masuk seperti ia tak dianggap membuat dadanya nyeri memahan marah yang mungkin tak bisa dibendung lagi, Anton bingung harus berbuat apa ia tak bisa semarah itu pada Jelin walau egonya berontak untuk lekas dikeluarkan, Anton tak ingin ada perceraian atau perdebatan setelah beberapa jam hanya melamun sambil menahan sakit Anton tau harus melakukan apa"apa kau masih marah padaku?"Anton memandang istrinya lekat yang sama sekali tak mengalihkan pandanganya pada cermin, masih sibuk membersihkan wajahnya entah ia mendengar atau tidak"apa lelaki itu sungguh mencuri perhatianmu dan baru pukul sebelas malam kau pulang dari kencan di restauran mewah bergaya italia itu?, siapa lelaki itu?"Jelin terdiam meletakan spons make up nya lalu memandang Anton datar, rasa takut menyelimuti namun ia berusaha tegar ada marah didadanya yang entah kenapa bisa ada"kau membuntutiku?"
Dimalam yang penuh amarah, hujan deras beserta petir yang menggelegar menambah kesan horor disini, Reno lagi-lagi harus berhadapan dengan sosok Abel yang selalu saja hadirnya membuat bencana, pukul sepuluh malam ia dikabarkan bahwa pelaku dari tabrak lari adalah Abel yang masih berusia enam belas tahun belum cukup untuk bisa ditindak pidana lama membuat Reno geram memikirkanya.Keduanya saling tatap diruangan remang itu, beberapa polisi lalu lalang mencari berkas untuk dikomfirmasi lebih lanjut, sengaja memang Reno langsung datang meski polisi telah melarang mengatakan besok saja malam ini adalah sesi tanya dari Abel, inilah yang Reno tunggu apakah itu benar Abel dan kenapa Abel tega gadis ini sungguh membuat banyak masalah dihidupnya setelah tenang telah pergi ia malah kembali menambah kesibukan dihidup Reno, sebenarnya ia tak punya waktu beberapa pekerjaan menumpuk dan kemarahan dokter Ester terlampiaskan padanya dan VelyIa pun tak bisa meminta bantuan orang lain ap
Semua terjadi sepertis sulap yang bahkan angin pun tak tau tipuanya bergerak sangat cepat dan membuat kejutan, beberapa orang yang melihatnya berdecak kagum seperti menyadari hal yang tak mungkin terjadi namun nyata mereka yang lebih paham dunia hanya menatap datar namun ikut bertepuk tangan selalu mengangap tipuan walau memang benar itu tipuan namun tak akan ada yang paham trik sebenarnya, seperti inilah sosok Marissa sekarang harus menelan pahitnya tipuan dari tuhan ia mengira ini hadiah ternyata karma yang datang tiba-tiba membuatnya hampir terpelonjak kaget mendengarnya tak ada yang bisa menolongnya saat ini kecuali dirinya sendiri, ia menelan pahitnya perbuatanya sendiri.Marissa bingung, takut dan gelisah seluruh keringat telah membasahi tubuhnya, air mata pun tak bisa lagi dihentikan bahkan Vely yang biasanya menenanangkan dalam sekali ucapanpun ikut kalap, bingung harus menenangkan dengan cara apa sungguh tak biasanya Marissa datang dengan keadaan kacau seperti ini an
Pagi ini kabar mengejutkan datang dari mata-mata Doni di Barcelona, tidur yang tak nyenyak dibangunkan dengan cara yang ganas, Lina terganggu dengan suara berisik mendengar suara telpon yang menjengkelkan itu saat berusaha memangil Doni ia malah salah langkah dan membuat Doni yang tadinya tertidur dikursi sekarang telungkup dilantai Lina terkejut melihat itu lekas ia membantu Doni yang terjatuhKepala Doni sangat pusing karna langsung menatap lantai, ia bangun dengan sedikit bingung tentu dibantu oleh Lina yang telah sadar sepenuhnya waktu masih menunjukan jam lima pagi keduanya sama-sama heran menatap handphone yang tak berhenti berdering itu tanpa basa-basi Doni menerimanya dengan setengah sadar nyawanya belum terkumpul sempurna"halo"Doni memastikan apakah benar disana ada orang atau tidak ia takut hanya lelucon telepon yang mengejutkan dipagi buta ini"gawat tuan, nona Jelin koma"Doni sedikit mencerna ucapan itu hingga akhirnya kesadaranya terkumpul, k
Setelah pesta berakhir Marissa lekas pergi ia pamit akan menginap kerumah temanya sebut saja Vely namanya awalnya Reno menolak namun Marissa mengatakan bahwa ini genting maka ia mrenguzinkan dengan satu syarat harus ia yang mengantarnya, Marissa hanya menganguk setelah mengambil beberapa persiapan merekapun berangkat ditengah malam yang sunyi ini, mereka diam lebih tepatnya saling memikirkan atas apa yang terjadi hari iniMobil melaju diatas kecepatan rata-rata Reno hafal rutenya karna rumah itu tak terlalu jauh, mereka saling diam tak ada niatan membuka percakapan hanya menatap jalanan yang kian sunyi karna beberapa saja yang melewati ditengah malam purnama ini sambil diriiringi lantunan musik suci keduanya terhanyut dalam pemikiran mendebatkan apa saja yang menjadi perdebatan diotaknya."Maya apa kau punya saudara kembar?"Maya melotot heran kenapa Reno tiba-tiba membicarakan hal ini, sungguh tak logis seseorang pasti telah membicarakan tentang dirinya Marisaa sedikit
Hari ini adalah pertuanngan Doni dan Lina tentu saja tanpa didampingi Jelin tercinta mereka sibuk mempersiapkan pestanya hanya via telfon yang jadi alat komunikasi, Barcelona–Indonesia bukanlah negara yang dekat kita berada digaris yang tepat namun Spanyol berada diatas yang dingin, sebenarnya Doni pun heran kenapa orangtuanya tak segera pulang setelah berkunjung ke makam Mey namun apapun itu yang penting mereka baik-baik saja meski tak nampak bersama"kuharap semua baik-baik saja saat aku tak ada disana, jaga adikmu dia suka lepas diri, jaga istrimu pula, kupastikan aku akan pulang sebelum pernikahanmu banyak hal yang harusku urus disini"Jelin diseberang sana bertelepon entah sedang melakukan apa yang paling menonjol ia sedang sendiri tahu dari nada bicaranya yang lemah"aku tak tau apa yang terjadi disana namun kuharap mama baik-baik saja, pulanglah jika itu butuh jangan memaksa untuk tinggal dinegri orang hanya karna Mey"Jelin menyadari sesuatu segera ia memut
Malam yang ditunggu-tunggu sesuai yang dibicarakan lelaki itu benar-benar mengirimi Jelin kotak make up lengkap beserta gaun berwarna hitam yang sangat pas dengan seleranya, tak terlalu kuno dan tak terlalu modis cocok untuknya yang telah tua namun berwajah muda, Jelin menyambut malam ini dengan senang hati sejenak melupakan masalahnya entah mengapa ia senang hari ini, lelaki itu entah mengapa selalu terbayang dibenak Jelin membuatnya tersenyum walau hanya mengingatnya sekilasJelin memandang tubuhnya dicermin tersenyum penuh pujian, ia benar-brnar secantik itu masih tak menyangka ia bisa make up serapi ini mungkin karna mood juga mempengaruhinya, jika kalian tanya dimana Jelin tinggal sekarang?, ada dibarcelona tepatnya rumah Mey dan Roy, Roy memang sengaja pura-pura baik didepan Jelin agar ia tak curiga toh hanya dua orang Roy tak mempermasalahkanya namun apapun itu ia berharap Jelin cepat pergi dari sini."kau secantik ini akan kemana?"Anton datang mengagetkan Jelin
Sarapan yang canggung dipagi hari, mereka makan tanpa nafsu beberapa kali saling adu pandang hingga akhirnya debat dengan pikiran, Doni telah lama berangkat kerja sepagi itu, alasanya hanya dua malas bertemu dengan Marissa dan ingin cepat-cepat menemui Lina kekasihnya, mereka masih merencanakan pernikahan dan dalam status pacaran namun mereka sepakat akan tunangan dua hari lagi, waktu yang sangat cepat untuk urusan pasangan baru.Marissa selepas kejadian itu rasanya canggung, terkadang senang dan takut menyelimuti ketika didekat Reno maka dari itu pagi ini Marissa ingin mengamati apakah Reno benar-benar sakit atau tidak ia takut Reno hanya berpura-pura melihat reaksinya pada Doni yang biasa seperti bukan orang sakit, membuatnya curiga, jangan-jangan Reno menjebaknya Marissa tau Reno sungguh membencinya."kenapa kau duduk terlalu jauh May, kesinilah kau bicara bahwa tak akan pergi dariku"Reno menepuk kursi disebelahnya sedari tadi ia heran mengapa Maya duduk terlalu jau
Serra terbangun menatap ruangan yang gelap yang remang, lampu sangat redup namum menyala ia menetralkan matanya yang buram, lalu memegang kepalanya yang ingin pecah itu masih lebih baik daripada sejam yang lalu saat ia gila minum, saat Serra berbalik ia terkejut menatap lelaki yang menemaninya minum tadi, Serra menjernikan pengelihatanya matanya tak salah itu lelaki cupu yang menemani ia minum, seketika itu Serra tersadar dan lekas duduk bangun dari tidurnya menatap dirinya yang hanya memakai selimut tanpa dalamanMembuatnya melotot lalu memeriksa tubuhnya, bejat lelaki ini makainya saat ia tak sadar, Serra menatap lelaki itu yang sangat pulas dalam tidurnya, nafasnya begitu hangat saat Serra mendekatkan wajahnya pada lelaki itu, sangat tampan ia adalah lelaki yang paling tampan yang pernah Serra temui, Serra bangun lalu duduk diatas perut lelaki itu, Serra begitu terksesima melihat abs yang menunjol bersama urat-urat ototnya yang jantan dan sexyEntah mengapa Se