Malam Tanpa Noda
Bab 206"Buruan! Lama banget!" bentak Prily kepada sang suami yang masih menatap berkas di meja."Kalian ngapain? Apa yang buruan?" Suara barito seseorang terdengar jelas.
Mereka berdua menoleh ke arah pintu. Fian muncul dibalik pintu dengan tatapan polosnya. Drian membulatkan mata.
"Eh, maaf. Aku ganggu kalian. Permisi!"
Prily sudah lama tak berjumpa mantan kekasihnya. Hatinya mulai tergoda. Wanita itu bangkit dan mengejar Fian.
"Fian, tunggu!"
Prily melangkah cepat, meninggalkan tas ke sembarangan arah. Drian segera menutup berkas yang telah di periksa dan dibubuhi tanda tangan.
"Dasar wanita belum move on juga!"
Prily membuka pintu menoleh ke arah kanan dan kiri. Mencari keberadaan lelaki yang dirindukannya.
"Cepet banget jalannya."
"Prily! Mau ke mana?" Drian menarik lengannya.
"Eh, aku mau ...."
Malam Tanpa NodaBab 207Tatapan Prily tak lepas dari Fian. Lelaki itu gugup dan cemas kalau Prily melakukan hal yang tidak wajar.Bagaimanapun, wanita yang telah menjadi adik ipar sangat keras kepala dan nekad. Bisa saja menghancurkan rumah tangga adiknya dan dirinya.Tangan Fian sedikit dirapatkan ke tubuh Lily. Keringat sebiji jagung menetes di kening Fian."Jangan bodoh, Prily!" runtuk Fian dalam hati.Prily semakin mendekati Fian."Apa kabar Prily?" Lily memeluk Prily dan mencium pipi kiri kanan.Pergerakkan wanita itu sangat cepat sebelum terlambat. "Kalian belanja bareng. Cie, romantis dan mesra." Lily melirik Drian. Sebagai kode untuk lelaki itu.Drian langsung merangkul Prily. "Eh, iya. Kakak ipar. Kita juga bisa mesra kayak kalian." Drian terkekeh. Memundurkan tubuh Prily agar menjauh."Kita mau keliling dulu. Mau cari pesanan bunda," pamit Lily setelah cipika dan
Malam Tanpa NodaBab 208Tubuh Drian bertabrakan dengan seorang gadis manis berkacamata. "Maaf, saya tak sengaja."Buku gadis itu berhamburan ke lantai. Drian membantunya mengambil buku tersebut. Tatapan mereka bertemu, gadis berambut sebahu tersenyum manis. Senyum membuat hati Drian berbunga-bunga."Ya Allah, meleleh.""Apanya yang meleleh?" tanya gadis itu.Prily berjalan menjauhi mereka, bersandar pada pembantas, diam-diam mengambil foto Drian dan gadis itu."Enggak, es-nya meleleh." Drian terkekeh.Gadis berambut sebahu berpamitan, Drian menatap punggung gadis itu hingga turun melalui lift."Oh, itu gadis idamanmu. Sederhana sekali!""Sederhana itu istimewa tidak seperti kamu!""Ck, marah. Biasa aja kali!""Nyebelin!"Mereka tiba di kantor Drian. "Kamu mau tunggu aku pulang atau mau pulang sendiri. Aku ada meeting dadakan."&nb
Malam Tanpa NodaBab 209Drian menatap benda yang menempel di dinding rumah. Menunggu Prily yang tak kunjung pulang. Sejak pulang dari kantor, lelaki itu tak melihat istrinya.Mereka memang suami istri tapi bekerja layaknya pimpinan dan seketaris.Jarang sekali pulang bersama. Drian memilih menghabiskan waktunya di ruangan kerja.Walaupun, hanya pernikahan di atas kertas saja. Drian memiliki tanggung jawab yang besar terhadap wanita itu.Menjaga nama baik dirinya dan keluarga besar Mahendra.Drian menghubungi Prily. Panggilannya tak di jawab olehnya. "Ke mana wanita pemalas itu?""Rumah berantakan, baju sendiri kotor dan bau. Dia itu perempuan apa laki-laki. Suka kecantikan akan tetapi tak suka kebersihan. Dunia tipu-tipu."Rasa kesal ia luapkan dengan memaki Prily. Wanita yang tak bisa mengurus rumah sendiri.Bongkok Drian terduduk di sofa depan televisi. Mencar
Malam Tanpa NodaSession 2Pernikahan Drian dan Prily Setelah kejadian itu, Drian tak banyak bicara. Memang benar apa yang dikatakan Prily. Kalau dia menikahi wanita itu karena sebuah janji Airi yang akan menjadikan dirinya sebagai istri dari anaknya. "Aku memang istrimu, tapi kamu tak berhak melarangku mendekati lelaki lain karena aku ingin bahagia." Ucapan Prily terdengar egois dan tak memiliki adab. Drian tak mengelak dan berkata. "Baiklah kalau kamu mau seperti itu. Silahkan, pergi dan cari kebahagiaanmu bersama lelaki lain." Harum parfum semerbak meraba di indera penciuman. Prily keluar kamar membawa tas laptopnya. "Hari ini ada meeting di Kuningan. Pukul sembilan pagi. Aku sudah menyiapkan berkasnya." Prily menyodorkan map merah ke arah Drian yang sedang bermain dengan anaknya Asih. "Hei, aku bicara denganmu." Membulatkan mata menatap Drian. Tak mendapatkan respon dari Dria
Malam Tanpa NodaSession 2Pernikahan Drian dan PrilyDrian, aku tunggu kamu di cafe Brown," ucap Lily di panggilan ponselnya. "Jam makan siang aku tunggu hari ini.""Baiklah, aku akan ke sana. Pesankan aku makanan favorite. Masih ingat dengan kesukaanku.""Tentu saja. Fetucini carbonara with smoked beef.""Sip. Aku akan tepat waktu, Kakak ipar." Drian terkekeh."Oke, aku tunggu!"Prily mendengar percakapan Lily dan Drian di balik pintu. Tangannya sudah menyentuh knop pintu. "Mau apa mereka janjian?" lirihnya dalam hati.Prily masuk mengantarkan secangkir kopi hitam untuk Drian. "Silahkan kopinya, Pak!" Meletakkan cangkir di depan Drian. Aroma kopi robusta menyerbak ke hidung.Lelaki itu mendongkakkan kepala dan menatap Prily sinis. "Saya tak minta kopi," cetusnya."Untuk menemani pekerjaan Anda, Pak.""Maaf, saya tidak ingin. Bawa kembali!" pintanya, mengeser cangkir.
Malam Tanpa NodaSesion 2Lily dan Drian masuk ke kamar dan tak keluar-keluar dalam waktu berjam-jam.Kamar mereka tertutup rapat. Prily melihat nomor kamar tersebut 212 dari layar pipihnya. "What! Berita hebat. Gak nyangka Lily yang polos nikung dari belakang. Adik ipar sendiri diembat. Sok suci nyatanya murahan." Prily seakan puas dan bahagia untuk sesaat. Memaki wanita yang telah merebut cintanya. "Pantesan tak ada info masuk. Ternyata, mereka ena-ena. Aku yakin Fian akan murka. Padahal, aku sudah move on," ucapnya dalam hati. Kegirangan yang sudah lama tak tercipta. "Fian pasti shock dengan berita ini. Semoga saja rumah tangga mereka hancur." Hati Prily begitu bahagia mendapatkan berita menghebohkan sejagat raya. Digilir adik ipar. "Sepertinya ini moment yang paling tepat dan jarang terjadi. Aku akan membuat kejutan untuk kalian." Prily terbahak sendiri. "Bu Prily, kenapa?" tanya o
Malam Tanpa Noda Session 2Tangan lentik Lily mengambil pakaian yang berserakan di lantai. Melihat kain penutup dada yang rusak dan lepas akibat tarikan lelaki yang telah menyetubuhinya. "Ya, putus!" desahnya. Menoleh tubuh pria yang masih tertutup selimut tebal. Dengkuran halus terdengar. Lily mendesah panjang. Sebegitu liarnya pria itu hingga menarik bra Lily dengan kasar. Padahal, bisa dilakukan perlahan. Menatap tali Bra yang putus, tatapan Lily mengiba dan penuh kebingungan. "Aku gak pakai Bra, dong!" Lily berusaha memperbaiki branya namun, tak bisa. Salah satu tali bra putus dan harus dijahit. Lily membangunkan pria itu." Ayo bangun! Kita harus pulang." Mengoncang tubuh pria dibalik bedcover putih. "Ehm, kenapa gak nginep aja di sini?" tanya pria itu masih memejamkan mata. "Gila kamu! Mau dibunuh?" Memukul pelan pipi pria tersebut. Pria itu terkekeh dan menyib
Malam Tanpa NodaSession 2Mereka semua menoleh ke arah sumber suara. Pria bertubuh atletis dengan balutan handuk di pinggangnya.Menatap mereka tajam. Rahangnya mengeras, matanya membulat seperti api siap menerjang. Menusuk dan membunuh mereka satu persatu.Mereka menelan saliva, jantung berdegup kencang. Hawa berubah dingin seakan-akan tubuh mereka membeku membentuk kumpulan es dalam salju. Mereka menjauhi Lily. Menurunkan kamera dan pandangan.Prily terlihat shock dan tak menduga. Pria bertubuh kekar melangkahkan kaki ke arah mereka."Apa yang kalian lakukan di sini, ah!" bentaknya. "Apa yang kalian lakukan dengan istriku?!" Menunjuk jarinya ke arah mereka. "Jawab!""Ka-kami," ucap salah satu wartawan tak sanggup berkata. Matanya melirik Prily.Fian tak bisa menahan emosi, wajah Lily begitu takut sehingga membuat lelaki itu murka. Tak ada yang boleh menyakiti wanita miliknya.
Malam Tanpa Noda Perut Lily semakin membesar. Mereka sudah melakukan syukuran tujuh bulan dan kini menunggu kehadiran sang buah hati. Fian selalu Siaga. Begitu juga Airi dan Putra. Tak ingin cucu pertamanya mengalami hal buruk. Lily dan Fian kembali ke rumah Mahendra. "Aduh!" teriak Lily melepaskan ponsel hingga membentur lantai keramik putih. Fian menghampiri istrinya dan menutup panggilan begitu saja. "Drian, kita harus pulang!" pinta Prily. "Tidak bisa. Kita baru sehari di sini?" "Kamu tak dengar kalau Lily teriak kesakitan." "Belum waktunya ia lahiran masih satu bulan lagi." "Tapi, aku khawatir sekali!" "Kita hubungi adik kembar. Mereka pasti tahu." Jemari kekar Drian menekan kontak Afisah dan menunggu panggilan terangkat. Dua kali berdering baru diangkat oleh gadis manis yang beranjak dewasa.
Malam Tanpa NodaDua orang sejoli berada di sebuah hotel bintang lima. Sang lelaki berada di atas tubuh wanita. Meliuk-liuk bagaikan ular.Suara mereka bagaikan nyanyian kerinduan. Rindu setelah semua terjadi. Rindu setelah kehampaan menyelimuti. Pikiran negatif selalu menghantui. Kecemburuan membuat Drian tak berpikir jernih.Drian melepaskan diri dan terbaring di samping wanita tanpa sehelai kain. Wanita berwajah boneka bibir manis istri Drian.Prily selamat dari aksi penembakan itu. Walaupun, dirinya koma untuk beberapa hari.Seluruh keluarga Mahendra berdoa kepada sang pencipta agar Prily diselamatkan dari maut.Airi melakukan amal secara besar-besaran meminta doa kepada anak-anak yatim piatu.Prily meletakkan kepala di dada bidang Drian. Memainkan jemari lentik memutar-mutar. Membentuk nama dirinya dan juga lelaki yang dicintainya.“Aku lapar,” rengek Prily.&n
Malam Tanpa NodaTubuh Prily dibawa dengan mobil ambulance. Selama perjalanan tangan Drian tak lepas dari wanita berwajah boneka.Pengorbanan untuk orang tuanya sangat besar. Rela mengorbankan nyawa demi belahan jiwanya."Prily, bertahanlah!"Air mata menetes di pipi lelaki itu. Para medis menawarkan diri untuk mengobati luka Drian."Tidak usah! Selamatkan saja istri saya."Tubuh Prily terkujur kaku bagian perut mengalir noda merah. Tangan petugas menekan bagian itu agar tak kehilangan banyak darah.Semua setok darah sudah dipersiapkan untuk Prily sesuai golongan darahnya. Golongan darah Prily mudah dicari, memudahkan para medis melakukan operasi.--Drian menunggu Prily di ruang tunggu operasi. Gelisah dan takut kehilangan wanita itu. Tak peduli Prily telah mengkhiantinya. Bermain api dengan Johan dan berakhir di tempat tidur.Melihat tubuh
Malam Tanpa NodaSemua serangan Drian tak dapat menyentuh kulit Johan sedikitpun. "Kamu tak akan bisa melawanku." Johan menyeringai. Setiap serangan selalu ditangkis.Kaki kekar Drian menendang ke arah perut Johan hingga lelaki perusak itu terjerembab di lantai, tawa terdengar di bibir Johan.Johan segera bangkit dan memiringkan kepala, Drian hendak menghampiri Johan namun, lawannya mengeluarkan sesuatu dari balik jaketnya.Senyum menyeringai menghampiri Airi. Wajah tampan milik Johan menatap ibu dari anak-anak Mahendra. Menarik wanita itu kasar, Prily hendak menghalanginya namun kalah cepat."Drian!" panggil Airi.Johan menodongkan senjata dengan pelatuk menempel di jarinya. Tersenyum menyeringai, sekali tekan sejata api itu akan meledak dan masuk ke dalam kepala Airi dan napas akan terhenti dalam hitungan detik."Kamu mendekat aku pecahkan kepalanya. Mundur!" Membulatkan
"Kalau begitu. Jauhkan dia dan jangan ganggu wanita itu. Kamu tak ingat berapa umurnya?""Tentu Sayang. Sekarang kita selesaikan semua dan setelah itu kita bersenang-senang."Johan kembali menatap penerus Mahendra."Bawa semuanya ke mari dan habiskan mereka sekarang juga!"Teriakkan Johan menyadarkan Airi. Wanita itu membuka mata perlahan. Makian Drian membuat dirinya sadar sesuatu telah terjadi."Prily ...."Johan menoleh ke arah Airi. "Selamat datang Bunda. Bagaimana tidurmu?"Airi ingin bergerak namun, tubuhnya terikat."Lepaskan aku.""Lepas? Tidak!" Johan menyeringai."Prily, tolong ...."Wajah Prily berubah pucat. Ia tak tega melihat wanita yang telah mencurahkan kasih sayang untuknya.Johan melirik Drian sinis. "Lepaskan wanita ini!"Tali yang mengikat Airi terlepas satu persatu. Airi menyent
Malam Tanpa NodaJohan sangat bergairah melihat hal ini. "Sangat cantik dan memesona," puji Johan. Drian berteriak memaki Lelaki itu dengan segala macam nama binatang. "Jangan sentuh dia!" teriak Drian. Rahangnya mengeras dan wajah memerah. Johan tak peduli tetap berjalan menuju wanita itu. Wanita cantik bagaikan bidadari. "Hentikan Johan! Kamu menyentuhnya akan aku bunuh!" ancam Drian. Wajahnya memerah urat leher terlihat membesar. Napasnya terputus-putus. Satu pukulan menimpa punggung Drian. Lelaki itu tetap bertahan. Johan menghentikan langkahnya, berbalik arah dan menghampiri Drian. Tersenyum menyeringai. Tubuhnya menjongkong menarik rambut belakang hingga rontok."Kamu ancam aku. Padahal, umurmu tak lama lagi. Ha ... ha ...." Menjambak rambut Drian lebih keras."Cuih!"Johan mengusap wajahnya dengan tangan kiri.Anak buah Johan menendang tubuh Drian berkali-k
Malam Tanpa NodaKedua tangan Fian terikat ke belakang, Fian tak sadarkan diri sejak beberapa jam lalu. Johan menatap lelaki gagah dan tampan dihadapannya."Bang ... bangun ...." Drian menatap kakak kandungnya yang belum sadarkan diri sejak beberapa jam. Memastikan keadaan lelaki itu baik-baik saja.Putra juga berada bersama mereka. Tiga lelaki terikat dengan lutut bertekuk di hadapan Johan.Putra juga diculik ketika mengantar kedua anak kembarnya ke sekolah. Fian tak menyadari kalau sang ayah telah diculik oleh mereka."Jangan sakiti anakku, Johan!" ancam Putra menatap tajam lelaki yang telah dianggap keponakan olehnya."Tenang saja Om. Rasa sakitnya hanya sekilas." Tawa mengema di pabrik tua itu."Mengapa kamu lakukan ini, Johan?""Om tak ingat?" Menaikkan satu alis ke atas. "Papaku meninggal karena Om." Kebencian terlihat jelas di mata Johan."Itu buk
Malam Tanpa NodaHari penembusan Lily telah tiba, Fian di temani Faisal menuju pabrik kosong pada malam hari."Om, yakin ini tempatnya?""Tentu saja.""Sepi sekali!""Pabrik ini sudah tak digunakan bertahun-tahun tentu saja tak berpenghuni."Fian mendesah panjang. Kedua tangannya membawa dua tas besar hitam kaluar dari mobil."Om, tunggu di sini," ucap Faisal."Baik, aku akan mencari mereka." Fian berjalan ke arah pintu masuk pabrik.Bulu leher Fian bergidik ngeri. Pasalnya, tempat yang sudah lama tak berpenghuni banyak sekali makhluk halus. Fian membuang pikiran negatif. Tujuannya saat ini adalah menjemput Lily."Tega sekali mereka kalau Lily berada di tempat ini."Fian berjalan hingga berada di pintu masuk pabrik. Pintu itu telah rusak dan tak terbentuk lagi.Suara dering telepon Fian memecahkan pikirannya saat ini. Fia
Malam Tanpa Noda"Sakit!" rintih Lily menyentuh perutnya."Kita ke bidan kemarin. Kamu tahan dulu." Prily menyalakan mesin mobil dan meninggalkan kediaman Johan."Aku gak mau, Prily. Aku ingin Fian." Lily meringis berkali-kali. Mengapa nasibnya seperti ini.Kehamilan pertama adalah hal yang ditunggu-tunggu. Seharusnya, Lily dimanja dan disayang Fian. Namun, ia jadi tahanan."Please! Kamu bersabar dulu. Kita gak mungkin melawan Johan. Keselamatan bayi dan dirimu bisa bahaya.""Aku ingin Fian. Aku ingin pulang," rengeknya bagaikan anak kecil."Sudah, jangan pikirkan hal itu. Lebih baik kita periksa kandunganmu. Bersabarlah!""Aku kangen suamiku. Apa aku salah jika merindukannya. Prily, tolong bebaskan aku!""Tidak bisa. Ini bisa berbahaya. Johan itu nekad."Prily membawa Lily ke bidan. Wajah istri mantan kekasihnya itu pucat dan merintih berkali-kal