Share

Bab 392

Author: Dania Zahra
Bendy berdiri tegak di depan Livy, wajahnya menunjukkan sedikit rasa bersalah.

"Aku ... aku ingin bertemu dengan Pak Preston." Livy menggigit bibirnya, berusaha melihat Preston melalui celah pintu. Suaranya penuh permohonan.

"Pak Preston, aku sangat menyukai pekerjaanku di departemen sekretaris. Selama bertahun-tahun, aku sudah banyak berkontribusi di sana dan aku sudah sangat terbiasa dengan pekerjaanku. Apa kamu bisa nggak memindahkanku dari departemen sekretaris?"

"Bu Livy ...." Bendy tampak sedikit tidak tega, tetapi tetap berdiri tegas menghalanginya. "Jangan mempersulitku. Pak Preston nggak ingin bertemu denganmu sekarang dan aku nggak bisa berbuat apa-apa."

"Lagi pula, meskipun kamu berhasil bertemu dengannya, dia tetap nggak akan memindahkanmu kembali ke departemen sekretaris. Sebaiknya kamu segera beradaptasi dengan pekerjaan barumu."

"Aku hanya ingin mengatakan beberapa kata kepadanya." Entah dari mana Livy mendapatkan kekuatan, dia mendorong Bendy dengan kuat dan bergegas ma
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Darmawati Dar
ceritanya jln ditempat terlalu lama...livy ditindas trs...
goodnovel comment avatar
lina andriani
masa gini trs ceritanya....jgn bikin kecewa pembaca dong
goodnovel comment avatar
Bina Bhipraya
ceritanya mmbuuleet saja......gak jelas dan tdk pintar
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 393

    Bukan Richard yang mengatakannya. Orang yang tahu bahwa dia sudah menikah di perusahaan ini hanyalah Ivana dan Zoey.Ivana pasti tidak akan membocorkan hal ini. Jadi, pada akhirnya, semua ini adalah perbuatan Zoey? Heh ... benar-benar adik yang baik."Livy, jangan terlalu sedih. Lagi pula, departemen bisnis dan departemen sekretaris hanya terpisah 2 lantai. Tenang saja, saat makan siang nanti, aku masih bisa menemanimu makan." Ivana tersenyum, berusaha menghiburnya.Namun, Livy menggeleng. "Ivana, sebaiknya mulai sekarang kamu menjauh dariku. Orang-orang di perusahaan terlalu banyak membicarakanku. Kalau kamu terus bersamaku, kamu juga akan terkena imbasnya.""Jangan bicara begitu dong!" Ivana berpura-pura kesal, tetapi ponselnya tiba-tiba berdering. Setelah menerima panggilan itu, dia buru-buru pergi.Livy memeluk sebuah kotak berisi barang-barangnya dan berdiri di depan pintu departemen bisnis dengan ragu. Pada akhirnya, dia tetap melangkah masuk.Di dalam, semua orang sibuk dengan p

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 394

    Kata-kata yang menusuk telinga itu akhirnya membuat Livy tak bisa menahan diri lagi. "Cukup!"Teriakannya yang mendadak membuat semua orang terkejut. Mereka menatapnya dengan tidak senang."Gila ya? Tiba-tiba teriak begitu, memangnya ada yang salah dengan yang kami katakan?""Bukankah memang kamu yang terlalu tinggi hati, mengira bisa punya hubungan dengan Pak Preston? Sekarang rencana gagal total, jadi kamu marah?""Oh ya, Livy, biar kuberi tahu satu hal. Jangan mengira hanya karena kamu sudah bekerja lama di departemen sekretaris, kamu bisa santai-santai di sini. Di departemen bisnis, setiap bulan ada target yang harus dicapai. Kalau kamu nggak berusaha membangun hubungan baik dengan para senior, jangan nyesal kalau ini menjadi bulan terakhirmu di perusahaan."Livy terdiam. Jika ingin bertahan di departemen bisnis dan membuktikan dirinya pada Preston, hal yang paling penting adalah memiliki sumber klien.Namun, dia baru dipindahkan ke sini dan sama sekali tidak mengenal siapa pun. Ji

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 395

    "Nggak, nggak. Kalau kamu merasa repot, nanti kopiku gratis saja." Hesti melambaikan tangan santai, lalu berbalik masuk ke restoran.Sementara itu, Livy masuk ke kafe di sudut jalan. Pesanan dari rekan kerjanya cukup banyak, membuatnya kewalahan saat memesan puluhan cangkir kopi.Saat tiba di kasir, pelayan memberinya sebuah kotak kardus supaya lebih mudah dibawa. Livy perlahan-lahan memasukkan satu per satu kopi ke dalam. Ketika hendak mengangkatnya, dia menangkap sosok yang familier.Itu Sylvia. Dilihat dari kondisinya, tampaknya kakinya sudah pulih dengan baik. Sekarang dia sudah bisa berjalan dengan sepatu datar.Sylvia tampak terkejut melihatnya. "Bu Livy, kenapa beli begitu banyak kopi? Jangan bilang Preston menyuruhmu jadi pesuruh?""Bukan," sahut Livy dengan dingin. Tidak ada yang bisa dibicarakan dengan Sylvia. Apalagi, dia sudah memutuskan untuk mundur, merestui hubungan Preston dan Sylvia. Jadi, tidak ada gunanya bagi Sylvia untuk terus mengejeknya seperti ini."Aku benar-be

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 396

    Dia berbohong! Livy sama sekali tidak bermaksud menyiramkan kopi ke Sylvia, justru Sylvia yang membuatnya tersandung!"Pak Preston, tadi Bu Sylvia yang menjulurkan kakinya untuk membuatku tersandung. Aku sama sekali nggak ...." Livy belum sempat menyelesaikan penjelasannya, tatapan dingin Preston sudah menusuknya.Dengan tatapan mencela, Preston menyahut, "Livy, kamu tahu berapa banyak pengorbanan yang sudah Sylvia lakukan agar bisa berdiri kembali? Kamu mau bilang dia rela mengabaikan kaki sendiri hanya untuk menjebakmu?""Tadi memang ....""Minta maaf pada Sylvia sekarang juga!" Suara dingin Preston memotongnya tanpa memberinya kesempatan untuk membela diri.Livy membuka mulut, tetapi akhirnya hanya bisa terdiam. Tatapannya meredup, suaranya penuh kekecewaan."Kalau kamu nggak percaya, kita bisa cek rekaman CCTV. Aku benar-benar nggak berniat jahat!""Oke, kita cek CCTV."Sejenak, Livy melihat kepanikan melintas di wajah Sylvia. Namun, hanya dalam hitungan detik, kepanikan itu berpin

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 397

    "Livy!"Livy menoleh dan melihat Zoey dengan wajah penuh amarah."Apa yang sebenarnya kamu lakukan? Aku sudah membantumu membereskan Sylvia, tapi kenapa kamu nggak memanfaatkan momentum ini dan membuat Preston mengakui kamu adalah istrinya?"Zoey berbicara dengan penuh keyakinan, seolah-olah semua yang dia lakukan adalah demi membantu Livy.Amarah Livy langsung membuncah. Dia harus mengepalkan tangannya erat-erat agar tidak menyerang Zoey."Zoey, kapan kamu akan berhenti bertindak gila?" Livy menatap Zoey dengan dingin. "Preston bukan orang yang bisa kamu manipulasi. Kamu sudah membuat segalanya berantakan antara kami. Zoey, seharusnya aku nggak pernah setuju membiarkanmu masuk ke Grup Sandiaga sejak awal!"Livy benar-benar menyesalinya sekarang. Jika dia tahu Zoey akan membawa begitu banyak masalah untuknya, dia tidak akan pernah memohon pada Preston agar Zoey bisa bekerja di Grup Sandiaga!"Livy, omong kosong apa yang kamu bicarakan? Ini semua terjadi karena kamu sendiri yang nggak k

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 398

    Zoey tampaknya merasa semua ini masih belum cukup. Dia kesal karena Livy menolak memperkenalkannya kepada David, jadi dia terus mengarang cerita."Sebenarnya kamu sudah ditipu oleh kakakku. Dia sangat licik! Setelah mencampakkan Stanley, dia naik ke ranjangmu. Jadi, jangan pernah berpikir kalau dia itu wanita yang polos!"Tubuh Livy sedikit goyah. Dia hanya bisa tersenyum pahit tanpa mengatakan sepatah kata pun.Namun, Preston tidak berniat membiarkannya begitu saja. Dari dalam mobil, pria itu menatapnya seperti seorang hakim yang sedang menjatuhkan vonis. Tatapannya tajam dan penuh penilaian."Livy, apa kamu masih punya sesuatu untuk dijelaskan?""Nggak ada."Hatinya sudah mati rasa. Livy tidak akan menjelaskan apa pun lagi. Preston tidak akan percaya padanya, jadi semuanya akan sia-sia."Bagus sekali." Preston tertawa dingin, lalu langsung pergi.Zoey masih tidak lupa untuk berpura-pura baik, mengucapkan kata-kata seperti "hati-hati di jalan".Setelah mobil itu benar-benar menghilang

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 399

    Awalnya, Livy mengira satu kerja sama hampir berhasil. Namun, pria paruh baya yang sedang berbicara dengannya tiba-tiba menatapnya dengan tatapan cabul, membuatnya merasa sangat tidak nyaman. Bahkan, tangan gemuk pria itu berusaha menjulur ke arahnya."Pak, a ... aku masih ada janji dengan orang lain untuk membahas kerja sama. Aku permisi dulu." Sebelum tangan itu menyentuh bahunya, Livy segera menghindar.Dulu saat masih berada di sisi Preston, Livy memang mengenal banyak pengusaha besar. Kadang, dia bisa mencapai kesepakatan hanya dengan wajahnya ini. Namun, soal benar-benar mengamankan kesepakatan, pengaruhnya masih jauh dari cukup.Baru setengah jam berlalu, Livy sudah tidak tahan lagi. Dia buru-buru berlari ke toilet dan langsung muntah.Perutnya terasa panas dan perih, dipenuhi rasa terbakar akibat alkohol yang terus-menerus masuk ke tubuhnya.Untung saja sebelum datang, Livy sudah minum obat penangkal mabuk. Kalau tidak, dia mungkin sudah tumbang saat ini.Setelah memaksa diri u

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 400

    Setelah menghapus air mata dan kembali ke aula, Livy melihat seseorang yang familier, Sherly!Wanita itu datang dengan terburu-buru, seperti baru saja kembali dari acara lain. Wajahnya sudah agak merah, tetapi matanya justru penuh dengan pesona menggoda."Livy," sapanya.Livy masih berusaha mencari seorang pengusaha yang mudah didekati untuk kerja sama, tetapi sebelum sempat menentukan target, suara Sherly sudah terdengar.Saat menoleh, Livy melihat Sherly mendekatinya, lalu menggandeng lengannya dengan akrab.Tanpa memberi Livy kesempatan untuk bereaksi, Sherly sudah menariknya ke hadapan seorang pria paruh baya dan memperkenalkan dengan senyuman lebar."Pak Gavin, ini mantan kolegaku. Dulu dia juga dari departemen sekretaris, tapi sekarang sudah dipindahkan ke departemen bisnis. Namanya Livy, kemampuannya nggak kalah dariku."Livy semakin bingung. Sherly sedang bernegosiasi dengan baik, jadi kenapa tiba-tiba menariknya untuk diperkenalkan kepada pria ini?Saat masih di departemen sek

Latest chapter

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 430

    Astaga, situasi macam apa ini?Telinga Livy terasa panas membara. Tanpa bisa dikendalikan, pikirannya mulai dipenuhi gambaran-gambaran yang tidak senonoh.Akhirnya, dia memutuskan untuk tidak membalas pesan mesum dari Preston. Dia mengalihkan perhatiannya kembali ke pekerjaan dan mulai mencari informasi tentang Mathias.Informasi tentang pria itu cukup terbatas di internet. Katanya, dia adalah pria paruh baya yang merintis usahanya dari nol dan dikenal memiliki cara bicara yang baik.Namun, ada juga beberapa rumor negatif yang menyebutkan bahwa selama bertahun-tahun, dia diam-diam berselingkuh dari istrinya dan memiliki banyak wanita di luar.Livy tidak tahu mana yang benar dan mana yang tidak. Yang bisa dilakukan hanya mempersiapkan diri, mempelajari berbagai hal tentang musik, catur, kaligrafi, dan lukisan.Meskipun dia tahu usahanya mungkin tidak terlalu berpengaruh, setidaknya itu lebih baik daripada tidak mempersiapkan apa pun.Setelah sibuk sepanjang sore, Livy akhirnya tiba di r

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 429

    "Livy, ke mana saja tadi? Kenapa lama sekali tanpa bilang apa-apa ke kami? Jangan-jangan kamu malas-malasan?"Pria paruh baya itu berdiri dengan perut buncitnya. Meskipun gemuk, dia tetap berusaha memakai jas seperti orang lain. Namun, penampilannya malah seperti agen asuransi yang sedang mengalami krisis paruh baya.Livy mengerutkan keningnya sedikit dan menjelaskan, "Pak Preston mencariku, ada beberapa hal yang harus disampaikan.""Oh, ternyata Pak Preston ...." Umay menyipitkan matanya, tampak sedikit mengejek. "Ya, wajar saja Pak Preston masih memperhatikanmu. Bagaimanapun, dulu kamu bekerja di bawahnya.""Tapi, aku harap wanita sepertimu nggak langsung berpikir macam-macam hanya karena seorang pria bersikap baik sedikit kepadamu. Ingat, Pak Preston sudah punya istri. Lebih baik kamu realistis saja dan pertimbangkan untuk ....""Kak Umay, sebenarnya ada urusan apa mencariku?" Melihat pria menyebalkan di depan berbicara semakin tidak sopan, Livy buru-buru memotong ucapannya."Nggak

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 428

    Livy tertegun. Preston ... apa maksudnya?Preston kembali berkata, "Dia cuma keponakanku, sedangkan kamu adalah istriku."Oh, jadi begitu. Livy mengerti sekarang. Bagi Preston, statusnya sebagai istri memang sedikit lebih tinggi daripada status seorang keponakan. Namun, hanya sebatas itu. Hanya karena saat ini, dia masih menjadi istri Preston."Lebih baik nggak usah," ujar Livy setelah berpikir sejenak. "Aku juga jarang punya waktu untuk memakai tas seperti ini. Kalau cuma disimpan di rumah, rasanya akan terbuang sia-sia.""Biarkan saja terbuang sia-sia," kata Preston dengan tidak acuh. Baginya, uang seperti ini hanyalah jumlah kecil. Jika istrinya menyukai sesuatu, dia akan membelinya tanpa peduli apakah benda itu akan terpakai atau tidak."Tapi ...." Livy masih ingin berkata sesuatu, tetapi Preston sudah menariknya ke dalam pelukan."Aku memberikan hadiah untuk istriku, tapi kamu malah menolaknya berulang kali? Kamu pikir aku miskin sampai nggak sanggup membelikanmu sesuatu sekecil i

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 427

    "Mana mungkin!" Livy buru-buru melambaikan tangannya. "Di departemen sekretaris masih ada banyak senior. Kamu juga termasuk salah satu senior buatku. Jangan bicara seperti itu.""Ya, ya, aku paham." Ivana buru-buru menutup mulutnya, lalu melanjutkan, "Aku serius kali ini. Pak Preston mencarimu, dia suruh kamu ke atas.""Kenapa kamu yang mencariku?" Livy sedikit terkejut. Biasanya kalau ada urusan seperti ini, Bendy yang datang menemuinya.Ivana menjawab, "Sepertinya Pak Bendy ada urusan mendadak. Dia cuma sempat mampir sebentar ke departemen sekretaris untuk menyampaikan pesan. Sudahlah, Livy, cepat naik ke atas. Siapa tahu Pak Preston berubah pikiran dan mau memindahkanmu kembali ke departemen sekretaris!"Tidak mungkin, 'kan? Semalam Preston sudah mengatakan bahwa dia tidak akan memindahkannya kembali sebelum misinya selesai.Dengan penuh rasa penasaran, Livy segera mengetuk pintu kantor Preston."Masuk."Saat mendorong pintu, Livy melihat Preston sedang tidak bekerja. Pria itu memeg

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 426

    "Hah?" Livy sempat mengira dirinya salah dengar. Namun, saat melihat Preston menunggu dengan ekspresi seperti ingin dilayani, dia yakin bahwa dirinya tidak salah dengar.Membantu dia mandi? Dia menatap laki-laki di hadapannya dengan mata membelalak.Sebagian besar pakaiannya sudah terlepas, memperlihatkan tubuh ramping dengan garis otot yang tegas. Di bawah cahaya lampu, sosok itu terlihat begitu mencolok hingga membuat jantungnya berdebar.Ditambah lagi dengan wajah Preston yang dingin, tegas, dan sempurna, semuanya memberikan dampak visual yang sangat kuat.Sejak kejadian itu, sebenarnya sudah beberapa hari berlalu sejak terakhir kali mereka melakukannya. Seorang wanita ... juga memiliki kebutuhannya sendiri.Livy berdeham, mencoba menahan rasa malu yang merayap di hatinya. Dia terus mengingatkan diri sendiri bahwa dia masih membutuhkan bantuan pria ini.Sambil menggigit bibirnya, dia mulai membuka kancing kemeja Preston. Sesudah itu, dia bergerak turun ke celana. Ketika tiba giliran

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 425

    Preston masih punya sedikit kendali atas dirinya sendiri. Lagi pula, setelah 2 hari berturut-turut, tubuh Livy pasti masih butuh waktu untuk beristirahat dengan baik."Kalau begitu ... 6 juta?" Dengan berat hati, Livy menambahkan 2 juta lagi. Wajahnya pun terlihat tegang. "Benaran nggak bisa lebih lagi? Bonusku sedikit banget."Terakhir kali, dia hanya mendapat 1 juta. Itu bahkan tidak cukup untuk membayar satu hidangan Preston."Beberapa hari lagi, bagian keuangan akan mentransfer sisa bonusmu yang sebelumnya. Jadi, kamu nggak bakal sampai kekurangan uang. Lagi pula, bukannya aku sudah kasih kamu kartu? Punya uang tapi nggak dipakai. Kamu bodoh ya?" Nada suara Preston terdengar agak pasrah.Bonus sebelumnya? Livy kaget dan baru teringat. Dia buru-buru bertanya, "Masalah dengan Sherly itu ulahmu ya?"Meskipun kemungkinan besar jawabannya adalah iya, dia tetap ingin memastikan. "Hmm, aku menyuruh Bendy menyelidikinya.""Bonusmu ternyata disalahgunakan oleh Sherly, jadi aku meminta bagia

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 424

    Jantung Livy seakan-akan berhenti berdetak sejenak. Dia awalnya hanya ingin bertingkah manja untuk mencari jalan pintas, tetapi Preston malah menanggapinya dengan serius.Setelah tertegun sesaat, Livy tiba-tiba merasa dirinya seperti seorang badut. Benar juga, mereka ini pasangan suami istri macam apa?Mereka bukanlah pasangan dalam arti yang sesungguhnya. Jadi, Preston sama sekali tidak punya kewajiban untuk berbagi rahasia bisnis dengannya. Bisa jadi, dia justru sedang menjaga jarak dan tidak ingin berbagi dengannya."Kenapa diam?" Melihat Livy termenung, Preston semakin kesal dan kembali bertanya, "Apa kamu punya sedikit perasaan untukku?""Kenapa nggak? Tentu saja punya." Livy tidak mengerti kenapa pria ini tiba-tiba marah. Tadi, dia sempat mengira Preston tersinggung karena dirinya terlalu percaya diri, tetapi sekarang kenapa justru bertanya soal perasaan?Apakah dia ingin Livy membujuknya? Livy tidak yakin. Atau Preston sedang menguji perasaannya yang sebenarnya?Pada akhirnya, L

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 423

    Tadi dia ... sudahlah.Preston berdeham pelan, lalu sedikit mengubah topik pembicaraan. "Soal barbeku itu, akhir pekan ini kamu bawa aku ke sana.""Hah?" Livy tampak terkejut dan buru-buru mengingatkan, "Tempat itu cukup terpencil dan semua mejanya di luar ruangan. Aku takut kamu bakal kurang nyaman makan di sana.""Kamu bisa makan, kenapa aku nggak bisa?" balas Preston dengan santai."Baiklah."Lagi pula, Preston yang minta sendiri. Jangan sampai nanti setelah diajak, dia malah menunjukkan ekspresi tidak senang. Itu pasti akan membuat Livy kesal.Sambil menuangkan segelas air lagi untuk dirinya sendiri, Livy menyadari tatapan yang dilayangkan Preston kepadanya. Dengan sigap, dia juga menuangkan segelas air untuk pria itu.Preston menerima air putih yang diberikan Livy, lalu tiba-tiba berkata, "Aku dengar kamu berhasil mengamankan kerja sama ini hanya dalam 5 hari.""Mm ... sebenarnya masih banyak yang belum aku pahami, jadi butuh waktu cukup lama. Tapi, ya sudahlah, setidaknya ini lan

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 422

    Ryan berbicara dengan pelan, tetapi kata-katanya mengandung makna menyindir jika didengar dengan lebih saksama. Namun, kata-kata itu juga terdengar sedang mengeluh. Ryan sedang mengeluh padanya?Namun, begitu pemikiran itu muncul, Livy langsung menepis pemikiran itu dan berpikir itu pasti hanya sekadar mengeluh biasa saja. Ryan bisa mengajak seseorang dengan mudah, tetapi dia malah menolak undangannya tiga kali. Oleh karena itu, wajar saja jika Ryan mengeluh."Maaf, aku benar-benar agak sibuk," jelas Livy dengan suara pelan."Nggak masalah, aku sudah memaafkanmu," kata Ryan sambil tersenyum dan tatapannya terlihat santai, seolah-olah bisa menarik perhatian siapa pun yang melihatnya."Selesai!"Setelah mengambil beberapa foto lagi, Hesti segera mengembalikan ponselnya pada Ryan dan berkata dengan semangat, "Tuan Ryan, kamu dan Livy benar-benar terlihat sangat serasi, aku sampai nggak tahan untuk mengambil beberapa foto lagi.""Nggak masalah, terima kasih," kata Ryan sambil kembali menge

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status