Share

Bryan Yang Mengamati Jerry

Penulis: Author Mars
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-05 10:36:33

Seorang wanita paruh baya keluar dan memanggil anggotanya," Jerry, tolong sekalian antar bunga ini ke restoran. Pelanggan kita sedang menunggu di sana!"

Jerry menyahut dengan senyuman ramah dan mendekati wanita itu yang adalah bosnya," Bibi, aku akan pergi sekarang juga?" jawabnya

"Hati-hati di jalan!" ucap wanita itu.

"Iya," jawab Jerry yang meletakan bunga tersebut di samping tempat duduknya.

Sementara Vivian masih menatap pria itu yang pergi begitu saja dengan mobilnya.

Pemilik toko bunga itu menatap Vivian yang masih berdiri di luar toko dengan tatapan kosong. Hampir sepuluh menit berlalu, dan gadis itu tidak juga melangkah masuk.

Pemilik toko itu pun menghampiri Vivian dengan senyum ramah di wajahnya. "Nona, apakah butuh sesuatu?" tanya pemilik itu dengan suara lembut.

Vivian menoleh, tersadar dari lamunannya. "Oh, maaf, Bibi. Saya hanya ingin bertanya, apakah Jerry adalah anak Anda?" tanya Vivian.

Pemilik toko itu tampak berpikir sejenak, kemudian menjawab, "Bukan, Nona. Jer
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Bryan Menemui Jerry

    "Tuan, Dia sangat mirip dengan Billy, Apakah kembarannya?" tanya Andrew."Billy tidak punya kembaran, dia adalah anak tunggal dalam keluarganya," jawab Bryan yang keluar dari mobilnya. Bryan melangkah menuju ke toko bunga itu.Jerry sedang fokus membantu merapikan susunan bunga yang dipajang di luar.Ketika Jerry menyadari kedatangan Bryan, matanya langsung berbinar. Dengan ramah dan senyum lebar, ia menyapa, "Tuan, apakah Anda ingin membeli bunga? Silakan masuk dan pilihlah bunga apa yang Anda mau!" Jerry melangkah masuk ke dalam toko dengan langkah gesit, menunjukkan berbagai macam bunga yang tersedia. Bryan menatap sekitar toko, memperhatikan Jerry yang tampak bersemangat. "Pilih salah satu untuk temanku," jawab Bryan sambil tersenyum tipis. "Baiklah, silakan menunggu sebentar!" ucap Jerry dengan semangat, buru-buru mengambil beberapa bunga sesuai permintaan Bryan. Ia memilih bunga merah dan kuning yang beraroma wangi. "Bunga merah dan kuning ini sangat wangi, sangat cocok untuk

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-05
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Vivian Kecelakaan

    Di pagi yang cerah, seorang pria asing berjaket hitam dan berkacamata gelap tampak mengikuti Jerry dari jauh. Ia mengawasi setiap gerak-gerik Jerry yang tampak sibuk mengantar bunga ke beberapa pelanggan. Setelah selesai mengantarkan bunga, Jerry mengunjungi beberapa panti asuhan di kota itu. "Jerry, terima kasih ya karena selalu mengantar makanan dan pakaian untuk anak-anak di sini. Padahal kamu juga butuh biaya, apalagi kamu baru saja bekerja di kota ini," ujar wanita pengurus panti asuhan dengan rasa terharu. "Bibi, aku juga seorang yatim piatu. Oleh sebab itu aku tahu apa yang mereka butuhkan," jawab Jerry dengan polos dan ceria. Senyum lebar terukir di wajahnya, menunjukkan kebahagiaannya dapat membantu anak-anak yatim piatu. Sementara itu, pria asing yang mengikuti Jerry sejak tadi semakin penasaran dengan apa yang dilakukan pemuda itu. Setelah mengikuti Jerry seharian, Pria itu yang adalah utusan Bryan kembali ke kediaman untuk melapor kepada atasannya. Sementara Andrew ju

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-05
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Cacat Pada Kedua Kaki

    Vivian langsung dilarikan ke ruangan darurat oleh dokter dan suster. Sementara Jerry sendiri kebinggungan dan tidak tahu siapa yang harus dia hubungi."Siapa keluarganya? Bagaimana caranya agar aku bisa menghubungi keluarganya?" gumam Jerry sambil mengaruk kepalanya yang tidak gatal.Beberapa saat kemudian suster keluar dari ruangan itu dan menyerahkan ponsel milik pasien kepada Jerry."Tuan, apakah Anda bisa tolong hubungi pihak keluarga pasien sekarang juga?"tanya suster itu dengan terburu-buru.Jerry ikut gemetar dan menerima ponsel itu," I-iya, aku akan mencobanya!" jawabnya." Suster, bagaimana dengan keadaan pasien?" tanyanya."Sangat kritis, Dokter sedang berusaha menyelamatkannya," jawab Suster yang kemudian kembali ke ruangan itu.Sementara Jerry membuka ponsel Vivian dan mencari nama kontak yang harus dia hubungi," Siapa yang harus aku hubungi?" gumamnya. Dia melihat layar ponsel dan menemukan tombol angka 1 dengan kontak yang tertulis sebagai "My Husband". Dengan ragu, dia

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-05
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Pemilik Cincin Berkepala Singa

    Beberapa hari kemudian.Micheal melangkah masuk ke area rumah sakit dengan langkah pasti, mencari kamar tempat Bryan berada. Setelah beberapa menit mencari, akhirnya ia menemukan Bryan yang berdiri di luar kamar pasien dengan wajah pucat dan mata sembab. Micheal bisa melihat bahwa sahabatnya itu benar-benar terpuruk. "Sudah tiga hari kamu tidak pulang, Apa kamu baik-baik saja?" tanya Micheal, mencoba mencairkan suasana yang kelam. "Mana mungkin aku baik saja," desah Bryan, kepalanya menunduk. "Sejak Vivian sadar dan mendapati kakinya sudah cacat, dia sama sekali tidak ingin makan dan jarang bicara. Bahkan Celine, ibunya, juga tidak bisa menasehatinya." Micheal menepuk-nepuk bahu Bryan, mencoba memberi semangat. "Celine adalah ibunya, Aku yakin Vivian akan bisa menerima nasihat dari Celine, dan pasti akan ada perubahan seiring waktu. Kita harus bersabar dan terus mendukungnya." Namun Bryan tampak masih larut dalam keputusasaan, matanya menatap kosong ke arah kamar Vivian. "Aku mera

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-05
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Gosip Yang Menyakitkan

    "Tuan Lion, apakah kita akan membunuhnya?" tanya pria itu. Jerry yang memiliki julukan Tuan Lion. Ia tertawa terbahak-bahak, mengejek penderitaan Bryan dan Vivian yang terjebak dalam skema liciknya. "Mereka mulai merasakan penderitaan, membunuh mereka terlalu mudah. Aku ingin melihat mereka menderita dan kemudian hancur," jawab Jerry dengan nada sinis. Wajah anggotanya tersebut tampak penuh kekaguman pada pemimpinnya yang kejam dan cerdik. "Baik, Tuan Lion. Apa rencana kita selanjutnya?" tanyanya penasaran. Jerry tersenyum misterius, matanya bersinar penuh niat jahat. "Awasi saja, kita menunggu saja bagaimana caranya untuk menghancurkan hubungan mereka," jawab Jerry sambil mengusap dagunya yang licin."Bryan Anderson, Kau tetap tidak akan menyangka, bahwa supir itu adalah korbanku. Ha ha ha...," ucap Lion tertawa terbahak-bahak.Tidak ada yang tahu siapa pria berjulukan Lion itu, Wajahnya yang sangat mirip dengan Billy serta tidak memiliki hubungan darah. menyamar sebagai pekerja b

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-05
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Tatapan Bryan Pada Wanita Cantik

    Vivian bertahan, akhirnya keluar dari kamar dengan wajah dingin dan tegas, Klek!" terdengar suara pintu yang terbuka.Dua pelayan yang tadinya menghina dirinya langsung terdiam saat menatap Vivian.Dengan menunduk sambil menyapa," Nyonya." Vivian menatap mereka dengan tatapan tajam dan juga dengan perasaan yang sakit bagaikan ditusuk jarum."Kenapa memberi hormat padaku, ketika kalian menghinaku di belakang? Tidak perlu lagi berpura-pura di hadapan manusia yang tidak berguna sepertiku. Tunjukan saja sikap kalian yang sebenarnya! Aku adalah wanita cacat dan tidak berguna. Bukankah itu yang kalian bicarakan tadi?" Vivian mengepal tangannya erat serasa ingin menampar mereka berdua. Akan tetapi ia berusaha menahan diri. Dua pelayan itu menunduk dan cemas dengan teguran majikannya itu." Maaf, Nyonya. Kami tidak bermaksud menghina Anda." Dua pelayan itu langsung berlutut dengan gemetar."Kalian adalah wanita, tentu berharap hidup dalam keadaan normal dan bahagia. Sedangkan aku sudah tida

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-06
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Vivian Sakit Hati

    Rysa merasa canggung saat Bryan menatapnya dari atas hingga ke ujung kaki.Vivian memperhatikan tatapan suaminya dan menelan kekecewaan yang mendalam. Baru sehari wanita itu memasuki kediaman mereka. Bryan langsung berfokus padanya. "Rysa, berapa usiamu?" tanya Vivian dengan senyum paksa."20, Nyonya!" jawabnya dengan senyum ramah. Setiap senyumannya terlihat bagaikan bunga mekar yang indah.Vivian tersenyum walau hatinya sedang cemburu," Kamu masih muda dan juga cantik, Aku yakin pasti banyak yang menyukaimu, kan? Tidak seperti aku, Aku sudah menjadi seperti ini. Tidak bisa melakukan apa pun. dan hanya bisa menyusahkan orang di sekitarku. Maaf, kalau kali ini harus menyusahkanmu, Rysa!" ucap Vivian yang kecewa pada kondisi sendiri.Bryan yang menyadari istrinya sedang bersedih, Ia pun menganggam tangan istrinya dan membujuknya." Siapa yang mengatakan kamu menyusahkan orang lain? Bagiku kamu adalah istri yang baik," ujar Bryan dengan senyum menatap istrinya.Vivian menatap diam mata

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-06
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Vivian Frustasi

    Keesokan harinya.Vivian hanya duduk sambil menatap Rysa yang merapikan kamarnya. Ia masih berbayang suaminya yang begitu peduli pada wanita itu."Nyonya, air sudah saya sediakan, Saya akan mengambil pakaian Anda sekarang," kata Rysa yang membuka pintu lemari dan mengambil pakaian Vivian.Tanpa beralih pandangan, Vivian memperhatikan Rysa dari atas hingga ujung kaki. Ia merasa iri dengan kecantikan yang dimiliki wanita itu. Dibandingkan dirinya yang sama sekali bukan tandingannya.Vivian hanya bisa kecewa pada dirinya, yang tidak mampu melakukan tanggung jawab sebagai seorang istri. Walau ia sangat cemburu dengan Rysa yang kini telah menjadi perhatian suaminya. Akan tetap ia tetap memilih diam."Aku akan mandi sendiri, Kamu pergilah lakukan pekerjaanmu yang lain!" perintah Vivian."Nyonya, Saya harus membantu Anda mandi. Kalau tidak akan bahaya kalau Anda sendiri berada di kamar mandi," kata Rysa.Vivian menatap wanita itu dengan senyum paksa," Aku ingin melakukannya sendiri, Supaya

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-06

Bab terbaru

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Happy End

    Justin yang melihat dirinya dikepung semakin yakin akan segera ditahan oleh mereka.Justin berdiri tegak di hadapan Bryan, wajahnya penuh amarah dan keputusasaan. Seluruh tubuhnya gemetar, namun ia tetap bersikeras untuk menuntut balas. "Kau membunuhnya sama saja membunuhku, Bryan Anderson," bisik Justin dengan suara parau. "Di saat itu juga, aku ingin mati bersamamu." Para prajurit mengarahkan senjata ke arah Justin, namun tiba-tiba Bryan mengangkat tangannya dan memberi perintah. "Kalian semua tahan! Jangan menembak tanpa perintah dariku!" Semua prajurit segera menurunkan senjata mereka, tak berani melawan perintah dari pemimpin mereka. Bryan menatap Justin dengan tatapan tajam, Bryan mengangkat senjatanya dan menodongkannya ke arah Justin. "Bukankah ini yang kau inginkan, Justin?" tantang Bryan, suaranya terdengar tenang namun tajam. "Kita akan saling menembak dan menguji kecepatan. Siapa yang kalah, dia yang mati!" Mereka saling menatap, matanya beradu, menunggu siapa yang akan

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Pertemuan Bryan dan Justin Maxwel

    Salah satu anggota Justin, melangkah cepat menuju ruangan Justin dan memberi laporan dengan nafas terengah-engah, "Tuan, berita buruk. Bryan Anderson memimpin sekelompok prajuritnya mengepung kawasan kita. Bukan hanya dari dekat, mereka juga mengawasi dari jauh. Teman-teman kita tidak bisa berkutik." Justin tersentak kaget, wajahnya memerah oleh kegemasan yang mulai memuncak. Ia segera membuka jendela ruangannya dan melihat ke arah luar sana. Matanya melihat banyak prajurit yang mengelilingi kawasan tempat tinggalnya, mereka bersiap dengan senjata di tangan dan tatapan yang tajam. "Sialan, Bryan Anderson, aku belum bertindak. Mereka sudah menyerang dulu," desis Justin dengan marah, mengepal tangan hingga knuckle-nya memutih. "Lawan mati-matian! Walau tidak ada jalan keluar, kita harus tetap lawan hingga pertumpahan darah!" perintah Justin.Anggotanya mengangguk, kemudian berlari keluar ruangan untuk mengumpulkan anggota lainnya. Sementara itu, Justin berdiri tegak, menatap luar jen

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Menyerang Kediaman Justin

    Bryan mencium bibir istrinya dengan lembut dan penuh kasih sayang, tangannya memeluk tubuh ramping Vivian dengan penuh perhatian. Di tengah kehangatan pelukan itu, Bryan menatap dalam-dalam mata istrinya dan berkata dengan suara lembut, "Aku ingin mengandeng tanganmu hingga akhir hayatku! Tidak peduli dalam kondisi apa pun. Aku akan tetap menjadi suami yang baik dan setia. biarkan aku yang menjadi kakimu di saat kamu ingin berjalan!" Mendengar ucapan tulus Bryan, hati Vivian terenyuh. Seulas senyum bahagia menghiasi bibirnya dan ia merasa semangat hidupnya kembali membara. "Terima kasih!" ucap Vivian sambil memeluk Bryan balik, merasakan kehangatan yang mengalir dari tubuh suaminya. Bryan kemudian melepaskan pelukan mereka dan menatap istrinya dengan tatapan penuh harapan. "Vivian, setelah urusan di sini selesai, kita akan ke China menjumpai tabib untuk menyembuhkan kakimu," kata Bryan dengan penuh keyakinan. Mendengar kata 'tabib', Vivian terkejut dan penasaran. "Tabib?" tanyanya

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Lion Adalah Justin Maxwel

    Rysa berdiri dengan gemetar, menatap Bryan dengan mata yang berkaca-kaca. Ia merasa terpojok, tak tahu harus berkata apa untuk membela diri. "Tuan, Aku tidak mengerti maksudmu, Aku tidak melakukan kesalahan sama sekali," ujar Rysa yang ketakutan dan berusaha membela diri. Bryan menatapnya dengan tatapan tajam dan dingin. Ia melempar foto dan data ke wajah Rysa sehingga berterbangan dan jatuh berserakan di lantai. Rysa menunduk, merasa terhina, dan memungut foto-foto tersebut dengan tangan gemetar. "Kalau bukan karena kau pergi ke rumah mewah itu, Aku masih tidak tahu ternyata kamu adalah utusan Lion, yang sebelumnya menyamar sebagai pekerja di toko bunga. Apa kau masih tidak mengaku?" tanya Bryan dengan suara keras dan penuh kemarahan. "Tuan, aku...," ucap Rysa terdiam, ketakutan. Wajahnya tampak pucat, dan tangannya terus gemetar. Ia mencoba menemukan kata-kata yang tepat untuk meyakinkan Bryan bahwa ia tidak bersalah, namun terasa sulit. Bryan melangkah mendekat, membuat Rysa mu

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Ketahuan Identitas Rysa

    Vivian menatap Bryan dengan mata berkaca-kaca, lalu mengeluarkan lembaran laporan medis milik Bryan dari amplop besar itu. Dia membacanya dengan seksama, dan hampir tidak percaya dengan laporan tersebut. Menurut laporan itu, Bryan telah melakukan vesektomi, prosedur pembedahan yang dilakukan untuk membuatnya mandul secara permanen.Bryan melihat kebingungan di wajah Vivian dan menghela napas sebelum berbicara, "Sebelum Hanz meninggal, aku meminta bantuannya. Aku tahu...melakukan ini tanpa sepengatahuanmu adalah salahku. Saat itu kamu baru keguguran. Aku tidak ingin kamu semakin tertekan." Mata Vivian membelalak, tak menyangka suaminya menyembunyikan rahasia sebesar ini darinya. "Kamu selalu berharap bisa memiliki seorang anak denganku. Tapi aku bukan tidak mau. Aku tidak ingin anak kita sama menderitanya denganku. Cukup aku saja yang menderita!" ungkap Bryan dengan suara bergetar."Lalu, untuk apa kamu memberitahu aku sekarang?" tanya Vivian yang memasukan kembali laporan tersebut.

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Godaan Rysa

    Malam itu, langit diliputi awan tebal dan rembulan menyembunyikan diri. Bryan terbaring di atas kasurnya dengan pikiran yang kalut, merenung tentang permasalahan dalam rumah tangganya. Tiba-tiba, pintu kamar terbuka pelan dan sosok Rysa muncul dari baliknya. Dalam diam, Rysa menghampiri Bryan yang tampak lelah dan terlelap. Setiap langkahnya begitu hati-hati, tak ingin membangunkan pria itu. Begitu dekat dengannya, Rysa mulai melepaskan pakaiannya satu per satu, menampakkan tubuh putih mulusnya yang begitu menggoda. Dua gundukan besar di dada Rysa terlihat menonjol, dan bagian bawah tubuhnya juga terbuka lebar, memancarkan aura yang memikat. Rysa menatap Bryan dengan tatapan penuh nafsu, lalu berbisik dalam hati, "Bryan Anderson, malam ini juga aku akan membuatmu melupakan istrimu itu." Perlahan, Rysa mencium wajah Bryan yang masih terlelap, namun tiba-tiba pria itu terbangun dan menatap Rysa dengan ekspresi terkejut. Dia segera menahan tangan wanita itu dan bertanya dengan nada ke

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Ingin Bercerai

    Lily kemudian memberitahu apa saja yang dia ketahui selama ini," Nyonya, mengetahui setiap larut malam Rysa mendatangi ruangan pribadi Anda. Nyonya hanya diam dan tidak ingin menganggu. Walau pun begitu sebenarnya nyonya selalu menangis di setiap malam. Saya juga selalu melihat nyonya menolak bantuan dari Rysan. Walau pun nyonya sudah tidak nyaman dengan keberadaan Rysa. Tapi nyonya tetap diam dan bungkam. Tidak tahu apa yang dipikirkan nyonya!" Bryan semakin merasa bersalah terhadap istrinya, Ia mengingat kembali permintaan Vivian yang tidak membutuhkan Rysa. Akan tetapi Bryan bersikeras menolak permintaannya."Ternyata karena kesalahpahaman sehingga Vivian meminta dia pergi, kenapa aku tidak bisa membaca pikiran istriku sendiri," sesal Bryan sambil mengusap wajahnya."Vivian, Aku akan membuktikan padamu, bahwa aku sama sekali tidak mengkhianatimu. Secantik apa pun atau sesempurna apa pun wanita lain. Mereka tidak sebandingmu di mataku," batin Bryan.Di sisi lain, Rysa melangkah den

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Vivian Meninggalkan Kediaman

    Vivian kembali ke kamarnya, matanya terasa sembab setelah sepanjang hari menangis. Begitu memasuki kamar, ia segera mengambil semua botol obat yang ada di atas meja. Ia membuka tutup botol-botol itu satu per satu, dan menggenggam butiran obat yang beraneka warna dalam tangannya. Dengan mengunakan kursi roda, ia menuju ke kamar mandi dan membuang semua obat tersebut ke dalam toilet. Vivian menatap pil-pil yang hanyut di dalam air, kemudian menekan tombol siram. Butiran obat langsung tenggelam, seakan membawa perasaan putus asa yang melanda dirinya. Dada Vivian sesak saat ia merenungkan betapa suaminya, Bryan, ternyata telah menjalin hubungan dengan wanita lain. Baginya, kondisi tubuhnya yang cacat kini sudah tidak penting sama sekali. Ia merasa sudah kehilangan segalanya, dan tak ada yang bisa ia lakukan untuk mengubah kenyataan tersebut. Ia duduk di kursi roda dan masih berada di kamar mandi, menangis sambil menahan suaranya agar tidak terdengar oleh orang lain. Kemarahan dan kekes

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Vivian Frustasi

    Keesokan harinya.Vivian hanya duduk sambil menatap Rysa yang merapikan kamarnya. Ia masih berbayang suaminya yang begitu peduli pada wanita itu."Nyonya, air sudah saya sediakan, Saya akan mengambil pakaian Anda sekarang," kata Rysa yang membuka pintu lemari dan mengambil pakaian Vivian.Tanpa beralih pandangan, Vivian memperhatikan Rysa dari atas hingga ujung kaki. Ia merasa iri dengan kecantikan yang dimiliki wanita itu. Dibandingkan dirinya yang sama sekali bukan tandingannya.Vivian hanya bisa kecewa pada dirinya, yang tidak mampu melakukan tanggung jawab sebagai seorang istri. Walau ia sangat cemburu dengan Rysa yang kini telah menjadi perhatian suaminya. Akan tetap ia tetap memilih diam."Aku akan mandi sendiri, Kamu pergilah lakukan pekerjaanmu yang lain!" perintah Vivian."Nyonya, Saya harus membantu Anda mandi. Kalau tidak akan bahaya kalau Anda sendiri berada di kamar mandi," kata Rysa.Vivian menatap wanita itu dengan senyum paksa," Aku ingin melakukannya sendiri, Supaya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status