Share

Maaf

Penulis: Disi77
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-27 10:12:23
Sayangnya permintaan Sean malam membuat Zia penasaran. Jari jemarinya saling bergantian mengetuk sampul buku di hadapannya. Sementara wajahnya terlihat berpikir.

“Gadis kecil, kamu mendengarku?” suara Sean berkumandang kembali di balik panggilan teleponnya.

“Ada rahasia ‘kah di dalamnya?” sahut Zia seraya tersenyum nakal.

Entah kenapa ia menyukai suara cemasnya Sean. Rasa penasarannya maninggi memintanya untuk segera membuka sampul album foto tersebut. Tidak! Zia tidak boleh begitu, itu tidak sopan.

“Gadis kecil! Kamu tidak akan membuka albumnya ‘kan?” suara Sean terdengar makin cemas.

Sekali lagi, suara cemasnya Sean menambah rasa penasarannya. Oh tidak! Gadis itu sudah membuka sampul albumnya. Wajah seorang bayi mungil menyambutnya di sana.

“Ini Tuan waktu bayi ‘kah?” cetus gadis itu seraya mengukir senyuman. “Menggemaskan sekali,”

“Astaga, kamu benar-benar membukanya,”

Gadis itu tampaknya tak mengindahkan suara keluhan di balik teleponnya. Indera penglihatannya langsung te
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Malam Panas Dengan CEO   Untuk Zia

    [Seorang ibu akan bahagia jika melihat anaknya bahagia, tetapi jika anaknya sedih ibu akan lebih sedih. Jadi, tuan harus terus bahagia agar ibunya di sana bisa bahagia. Semangat paman!]Sean tersenyum membaca pesan yang baru saja masuk. Padahal sebelumnya, wajahnya tampak gelisah dan cemas saat ia mengetahui bi Asti memberikan album foto miliknya. Di sanalah rasa sedih, sakit dan rindunya terwakilkan. Alasan itu yang membuat dirinya melarang Zia membuka album tersebut.Lelaki itu tak ingin ada yang tahu rasa sedihnya. Sean juga punya alasan lain, ia tahu Zia memiliki hubungan yang buruk dengan ibunya. Tentu saja, dia tahu. Bukankah, gadis itu sendiri yang menceritakan kisah sedihnya lima tahun yang lalu saat tengah mabuk dan sebelum mereka berdua melakukan kesalahan.“Kamu mau memanggil saya tuan atau paman?” tanyanya pada layar ponsel di hadapannya seolah bertanya pada Zia langsung.Tentu saja Sean merasa ambigu, pesan yang sedang ia baca memiliki panggilan berbeda. Namun, lelaki itu

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-04
  • Malam Panas Dengan CEO   Takdir

    Ting! Suara pesan masuk ke dalam ponsel Zia. Gadis itu ketiduran dalam cemas setelah mengirim pada Sean. Tangannya menyambar cepat ponselnya, ia yakin Sean yang mengirimnya pesan. Benar dugaannya, pesan dari lelaki itu. Kedua bola matanya membulat sempurna melihat isi pesannya. Ia bahkan refleks bangun dari baringnya. Sekali lagi, ia memeriksa isi pesan berupa gambar seseorang yang ia kenali. Sean mengirimi foto Darul, ayahnya yang sedang berada di ruang rawat bersama dengannya. Wajah gadis itu langsung panik dan pucat. “Paman itu menjebakku? Bagaimana bisa dia tahu tentang ayahku?” ringisnya. Tidak! Ini adalah licik, pikirnya. Ia yakin Sean menggunakan masa lalu mereka dan dan sekarang menggunakan ayahnya untuk menjebak dirinya agar ia tak bisa melawan. Kedua tangan gadis itu mengepal keras, Zia harus mengakhiri kontrak dengan Sean. Dia tidak mau terjebak. Indera penglihatannya langsung tertuju pada koper bajunya yang belum sempat ia bongkar. Ia harus segera pergi dari masion itu

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-08
  • Malam Panas Dengan CEO   Ayo IKut!

    Zia memakai dress warna putih gading selutut dengan corak bunga tulip merah muda. Setelah merapikan bajunya, ia berjalan dan duduk ke meja rias sebentar. Gadis itu memoleskan sedikit pelembab pada wajahnya dan melapisinya dengan bedak tipis untuk meratakan warna kulitnya. Zia mengoleskan lip ice, setidaknya bibirnya tidak boleh terlihat pucat di hadapan ayahnya. Benar! Ia berdandan tipis untuk ayahnya bukan untuk Sean. Mungkin akan menjadi kencan terakhirnya dengan ayahnya sebelum ia kembali ke dalam penjara pamannya. Ah, tetapi ia tetap harus bersyukur karena ayahnya bisa segera dioperasi berkat bantuan Sean. “Okeh cukup!” perintah gadis itu pada pantulan wajahnya di cermin setelah puas memandangi wajah manisnya. Gadis itu hampir terkejut saat baru saja membuka pintu kamarnya. Bi Asti sudah berdiri di depan pintunya. “A—ada apa, Bi?” tanya Zia sedikit gagap. “Tuan Sean meminta Nona menunggu sebentar,” jawaban ramah bi Asti membuat kedua bola mata Zia membulat sempurna. “Memangny

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-11
  • Malam Panas Dengan CEO   Ingatkah?

    “Tu—tuan, beneran mau menjadikan aku sebagai sugar baby dan meminta izin pada ayahku?” tanya Zia dengan tatapan tak percaya dan panik. Sean mengerutkan dahinya, kemudian ia tersenyum nakal. “Ide yang bagus, kita temui ayahmu untuk meminta izin!” Tubuh Zia terlihat lemas, wajahnya pucat. Walaupun sebelumnya ia memilih pasrah menjadi sugar baby-nya Sean, tetap saja ia takut dan tak siap. Ia menarik napas seraya menutup matanya, mempersiapkan diri untuk bertemu ayahnya sebelum memasuki dunia yang mengerikan, pikirnya. “Are you ready?” tanya Sean yang menyadari gadis di hadapannya terlihat lebih tenang. Ya, walaupun Zia belum bisa menghilangkan rasa takutnya pada dirinya. Glek! Salivanya menerobos paksa melewati tenggorokannya. Ia ingin menolak, tetapi pikirannya tertuju pada ayahnya. “Tuan—“ Ucapan Zia terputus, saat Sean sudah membukakan pintu mobil untuknya. Sean kemudian menggerakkan kepalanya ke arah pintu. Isyarat untuk dirinya masuk ke dalam mobil. “Come on, baby! Ah, aku le

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-13
  • Malam Panas Dengan CEO   Bersedia

    Zia terdiam menahan semua rasa yang menyerangnya. Rasa takut, malu, kesal, serba salah dan menyesal karena salah berucap serta bereaksi. Rasa kesal dan malunya makin bertambah saat mendengar tawa lantang Sean. “Tenanglah! Saya tidak akan meminta lagi,” ucap Sean menahan tawanya, seraya melajukan kembali mobilnya. Gadis di sampingnya langsung menoleh curiga. Tentu saja Sean menyadari Zia menatapnya curiga. Ia pun menoleh sebentar. “Tapi jika kamu menawarkannya, saya tidak akan menolak,” godanya. “Tuan Sean!” sentak Zia tak bisa lagi menahan rasa kesalnya. Ia lantas menutupi wajahnya dengan tote bag-nya. Hingga 10 detik berlalu Sean hanya mengukir senyum dan fokus pada kemudi mobilnya. Zia pun menurunkan tote bag dari wajahnya. Setelah lama keheningan menyelimuti mereka, kini rasa canggung dan bingung menyelimuti gadis kecilnya Sean. Zia tahu betul arah yang mereka tuju sekarang. Sean benar membawanya ke rumah sakit tempat ayahnya dirawat. Berarti dia yang selama ini salah paham pa

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-21
  • Malam Panas Dengan CEO   Bertemu Darul

    “Tu—tuan Sean?” Sean langsung disambut suara parau dan gagap oleh lelaki tua yang tengah terbaring lemah di atas ranjang rawat. Ya, dia adalah Daru, ayahnya Zia. Cepat-cepat Sean berlari saat menyadari lelaki itu hendak bangkit dari baringnya.“Tidak usah bangun, Pak Darul! Saya tahu Pak Darul sedang lemah,” perintah Sean yang berhasil menahan tubuh Darul.Sean lantas tersenyum pada Darul. Sementara wajah Darul terlihat bingung dan salah tingkah. Perlahan, Darul pun tersenyum membalas senyuman Sean.“Bagaimana Tuan Sean menemukan saya? Dan apakah ruangan ini dari Tuan Sean?” tanyanya dengan suara lemah.“Bukan saya yang memberikan ruangan ini buat Pak Darul, tetapi putri Bapak lah yang memberikannya dan saya berhasil menemukan Pak Darul karena putri Pak Darul juga,” jawab Sean santun.Darul berpikir sejenak. “Zia? Maksud Tuan Sean adalah Zia?” tanyanya seraya membulatkan kedua bola matanya dan langsung dijawab anggukan Sean.“Bukankah Zia mengatakan pada saya kalau dia akan bekerja ke

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-08
  • Malam Panas Dengan CEO   Percakapan Berat

    Sean terdiam mendengar pertanyaan Darul. Wajahnya terlihat berpikir dan mencerna pertanyaan tersebut. “Suka? Maksudnya suka sebagai seorang laki-laki pada perempuan?” tanyanya memperjelas pertanyaan Darul. Lelaki tua yang terbaring di hadapannya mengangguk. Sean tersenyum. Sejujurnya ia sendiri ragu, ia lantas mengingat awal mulai ia betemu dengan Zia. “Setelah kepergian ibu, saya merasa hilang arah. Kemudian ayah saya menikah lagi dan keluarga barunya datang ke rumah. Bahkan Niko, saudara tiri saya mencoba mengambil alih perusahaan yang dibangun oleh ibu dan ayah. Sayangnya, ayah saya menyetujuinya,” ucapan Sean terhenti, ia menatap lelaki tua di hadapannya lagi dan tersenyum. “Saat itu saya sedang putus asa karena merasa diabaikan oleh ayah saya. Lalu saya bertemu dengan Zia. Saat itu juga Zia sedang sama putus asanya dengan saya,” penjelasan Sean terhenti lagi, ia kembali tersenyum. “Zi—zia? Apa yang terjadi dengan Zia hingga ia putus asa?” tanya Darul penasaran. “Saat itu Zia

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-09
  • Malam Panas Dengan CEO   Jaga Dia

    “Oh tidak!” guman Zia panik diikuti wajahnya yang meringis.Perlahan ia menaikkan tubuhnya, tetapi tidak dengan pandangannya. Ya, sejak Sean meninggalkan dirinya di luar kamar rawat ayahnya, Zia gelisah dan penasaran. Ia tidak bisa menahan dirinya untuk mencari cara untuk menguping pembicaraan Sean dengan ayahnya, walaupun ia tahu kalau ruangan ayahnya kedap suara.“Zia, itukah kamu, Nak?” suara Darul seperti menyelamatkan Zia. Setelah ia menunjukkan barisan giginya pada Sean, Zia menerobos masuk melewati lelaki yang masih membentengi pintu di hadapannya. Gerakan Zia terlalu cepat, hingga Sean refleks terdorong ke belakang. Untunglah lelaki itu masih bisa menjaga keseimbangan tubuhnya.Sean menarik napas panjang mendapatkan perlakuan tak terduga dari gadis kecilnya. Namun, dua detik kemudian ia mengukir senyuman. Ia melihat wajah haru di antara Darul dan Zia. Kemudian ia memilih meninggalkan ayah dan anak itu untuk melepaskan rindu.“Ayah, bagaimana keadaanmu?” tanya Zia setelah ia

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-12

Bab terbaru

  • Malam Panas Dengan CEO   Tak Ada Yang Sia-sia (End)

    Bukan hal yang mudah untuk memancing tuan David menghampiri Resa. Wanita itu bahkan sengaja memilih kembali ke rumah bordil untuk melancarkan aksinya. Tentu saja ia sudah memikirkan segala konsekuensinya.Resa sengaja menyebar rumor kalau dirinya pernah bercinta dengan tuan David hingga diancam oleh Agnes, putrinya tuan David. Untungnya Resa mempunyai bukti pertemuannya dengan Agnes dan kebersamaannya dengan lelaki tua itu, hingga banyak yang percaya dengan rumornya.“Jadi selama ini Mami menghilang karena diancam sama Agnes, anaknya tuan David?” tanya salah satu wanita berpakaian minim seperti dirinya di antara kumpulan wanita lainnya saat menunggu para pengunjung datang.“Mau gimana lagi, aku harus cari aman ‘kan?” jawab Resa memasang wajah sedih.Tiba-tiba fokus para wanita itu berpindah pada laki-laki berpakaian rapi di belakang Resa. Lelaki itu berdehem keras hingga membuat Resa memutar tubuhnya. Wanita itu lantas tersenyum tipis si lelaki itu. Tentu saja, Resa mengenalnya.Tanpa

  • Malam Panas Dengan CEO   Perlindungan Resa

    Resa menerima panggilan telepon dari Nania, temannya yang dulu sama-sama bekerja di rumah bordil. Nania memberi info kalau ia mempunyai informasi tentang tuan David yang menjadi dalang kecelakaan Sean. Tentu saja ia memilih menemuinya, berharap mendapatkan informasi tentang lelaki itu dan membuat tuan David dipenjara.Sebelum Resa menemui Nania, ia mengintai wanita itu dari jauh. Ia harus memastikan kalau dirinya tidak dijebak. Ya, ini bukan kali pertamanya Resa melarikan diri dari rumah bordil, hingga ia tahu betul bagaimana orang-orang yang berada di balik rumah bordil. Para pemilik rumah bordil pastinya tak akan tinggal diam jika karyawannya yang menjajakan tubuhnya melarikan diri.“Kenapa suasananya tampak sepi, yah?” guman Resa saat mengawasi Nania yang berdiri di depan minimarket seberang jalan tempat dirinya berada. Resa terus mengawasi setiap sudutnya hingga ia menemukan keganjalan. Nania terlihat gelisah dan terus melirik ke arah kiri jalan. Resa pun menelusur ke arah terseb

  • Malam Panas Dengan CEO   Zia Dalam Bahaya

    Sean langsung dilarikan ke ruang operasi. Ia terlalu syok hingga jantungnya lemah dan terlalu memaksakan bergerak, membuat tulang rusuknya yang sudah retak bertambah banyak. Dokter memutuskan untuk memasang gips sementara pada tulang rusuknya sampai tulang rusuknya kembali pulih.Akan tetapi pasca operasi, lelaki itu belum menunjukkan tanda-tanda ingin membuka matanya, padahal sudah enam jam berlalu. Tuan Alan hanya bisa termenung memandangi tubuh anak lelakinya yang kini terpasang berbagai alat untuk memantau perkembangannya. Ada rasa bersalah pada dirinya karena sudah membuat Sean bertambah parah, tetapi lelaki tua itu masih tetap pada prinsipnya menjaga anak lelakinya dari Zia.“Tuan Alan, apa tidak sebaiknya membawa nona Zia kemari. Saya yakin sebenarnya tuan Sean sudah sadar, hanya saja ia menanti nona Zia,” saran pak Sadin yang masih mengenakan baju pasien pada tuan Alan.“Jangan sebut nama gadis itu! Sean hanya harus terbiasa hidup tanpa gadis itu! Lagi pula pertemuan mereka si

  • Malam Panas Dengan CEO   Amarah Sean Meluap

    “Zia, dengarkan Ibu! Lelaki itu sangat mencintai kamu, Ibu yakin dia bisa meyakinkan ayahnya untuk menerima kamu. Apa kamu tega meninggalkan lelaki itu, padahal kamu juga sangat mencintainya, ‘kan?” suara Resa terdengar lembut mencoba meyakinkan Zia.Namun, anak gadisnya menatapnya penuh curiga, padahal ia menunjukkan wajah sungguh-sungguh. Entah mengapa, Zia tak percaya dengan ekspresi ibunya. Gadis itu lalu tersenyum tipis dan kecut.“Apa ini rencana Ibu juga?” tanya Zia datar membuat Resa sedikit bingung.“Rencana apa?” Resa berbalik tanya.“Ibu berharap aku terus di sisi Sean agar dia terus menjamin kehidupan Ibu? Begitu ‘kan? Ibu sengaja membantu Sean dengan dalih berbagi informasi, padahal dia sangat melindungi dan menjaga keselamatan Ibu, karena dia tahu kamu adalah ibu dari gadis yang dicintainya.” Zia menduga pikiran wanita di hadapannya yang sudah melahirkan dirinya.Resa terkejut. Bibirnya sedikit gemetar dan wajahnya mulai pucat. Zia tersenyum ketir.“Ternyata benar. Ibu b

  • Malam Panas Dengan CEO   Sean Selamat, Zia Sakit

    “Zia, maafkan Ibu, Nak.” Resa menghampiri putrinya yang duduk bersimpuh di depan teras rumah sakit. Air mata Zia mendadak terhenti saat melihat Resa meraih pundaknya dan ikut duduk bersimpuh di hadapannya. Marah, kesal dam emosi menyelimuti dirinya, tetapi gadis itu tengah tak berdaya untuk meluapkan semua rasanya. Tubuhnya bahkan terasa lemas hingga Resa dapat menarik punggungnya ke depan dan memeluknya erat. “Kenapa harus Ibu yang menjadi alasan aku dan paman Sean terpisah,” lirih Zia diikuti air matanya yang makin banjir. “Aku benci kamu, Bu,” ucapnya tanpa sadar. Namun, Zia tak kuasa melawan Resa yang justru makin memeluknya erat. Wanita itu terus terisak dan berulang kali mengucapkan kata maaf. Sementara Zia makin terlihat limpung dan tak bisa berpikir jernih, hingga Resa melepaskan pelukannya dan menatapnya pilu. “Ibu puas ‘kan? Hidupku hancur dan benar-benar hancur, Bu. Baru kali ini aku merasa hidup karena paman Sean, tapi Ibu membuatnya celaka dan aku yang disalahkan, Bu,”

  • Malam Panas Dengan CEO   Sean Harus Selamat!

    “Tuan Sean dalam bahaya,” seru Alex, anak buahnya Sean setelah mendapatkan telepon dari Sean. “Zaid dan Faris kamu jaga di sini! Sisanya ikut saya!” perintahnya pada anak buahnya yang sudah ia kumpulkan di ruang tengah.Seluruh anak buahnya yang tengah berjaga di rumah tempat Resa berada langsung bergegas sigap. Termasuk Resa yang mendengar suara Alex dari dalam kamarnya langsung bergegas ke luar. Bukan tanpa sebab, ia tahu kalau lelaki itu akan dalam bahaya sebab Resa tahu pasti tuan David tak akan tinggal diam.“Tunggu!” teriak Resa setelah berlari cepat keluar kamar.Alex dan anak buahnya langsung terhenti. Mereka langsung berbalik ke arah Resa. Wanita itu memasang wajah cemas, gelisah dan rasa bersalah.“Aku ikut dengan kalian,” pinta Resa dengan tatapan memohon.“Maaf, Nyonya. Kami tidak ada waktu untuk mengurusi Nyonya,” sahut Alex kesal. Ia merasa Resa membuang waktunya.“Aku tahu pelakunya adalah tuan David. Jadi, aku harus ikut dan membuktikannya sendiri,” seru Resa lantang.

  • Malam Panas Dengan CEO   Sean Diserang

    “Tuan David, polisi menunggu di luar,” lapor anak buahnya tuan David saat menemuinya di ruang kerja.Baru saja lelaki tua itu menoleh. Istri dan anaknya langsung memasuki ruang kerjanya yang berada di rumah. Wajah mereka tampak cemas dan panik serta ketakutan.“Papi, ada apa ini? Kenapa polisi bilang Papi terlibat dalam kasus pembunuhan dan mafia tanah?” cecar Agnes dengan tatapan tak percaya.Tuan David tak langsung menjawab. Ia lalu menghampiri anak perempuannya dan tersenyum wibawa. Lelaki tua nan gagah itu pun menghapus air matanya lembut.“Sepertinya Papi salah memilih lawan, Sayang. Papi titip Mami, ya! Yang nurut sama Mami dan jadilah anak yang baik! Mulai saat ini Papi sudah tidak lagi bisa melindungimu, Sayang. Maafkan, Papi,” ucapnya lembut diakhiri tetes air mata pilunya.Agnes langsung menghambur pada pelukan ayahnya. Begitu juga dengan istri tuan David, ia menghambur pilu. Puas memeluk anak dan istri tercintanya, tuan David langsung melepaskan pelukan keduanya. “Papi har

  • Malam Panas Dengan CEO   Hanya Sean Yang Berhak Atas Zia

    “Nona Zia melewatkan sarapannya dan juga wajahnya sembam setelah tuan Alan menemuinya. Maafkan saya Tuan Sean, saya hanya cemas pada nona Zia.” Bi Asti menjelaskan dengan nada berat dan sedih dari balik panggilan telepon.“Tuan Alan? Ayahku datang ke mansion? Kapan ayahku datang?” tanya Sean mencoba tenang.Lelaki tampan itu memastikan ia tak salah menangkap penjelasan bi Asti sembari mengatur napasnya agar tidak panik. Sean menatap jam tangannya. Sebentar lagi memasuki jam istirahat makan siang.“Sekitar 15 menit setelah tuan Sean berangkat kerja. Nona Zia bahkan mengunci pintu kamarnya,” lapor bi Asti makin membuat Sean cemas.

  • Malam Panas Dengan CEO   Kesedihan Zia

    "Aku memintamu baik-baik demi kebaikan Sean, karena aku tahu anak itu tidak akan mau melepaskan kamu, Nona Zia."Air mata Zia mendadak berhenti mendengar ucapan lelaki tua di hadapannya. Ia terlalu syok hingga bukan hanya air mata saja yang terhenti, tetapi napas dan jantungnya terasa berhenti. Zia menatap tak percaya pada tuan Alan.“Aku minta maaf jika harus berkata seperti ini, Nona Zia. Aku tahu kalau aku sangat egois, tetapi hanya Sean lah yang aku miliki. Kamu pasti tahu ‘kan kalau aku sendiri menjebloskan Felicia dan Niko ke penjara. Itu semua karena rasa sayangku pada Sean, jadi aku mohon padamu, Nona Zia!” Tuan Alan menautkan kedua tangannya di depan dada.Lelaki tua itu memohon diikuti air matanya yang menetes. Air mata Zia langsung membanjiri lagi. Ia tak akan tega melihat seorang ayah yang memohon padanya. Zia dilema.“Tuan Alan,” suara Zia parau dan lirih.Sakit hati dan tak tega. Tuan Alan terus menatapnya dengan air matanya yang banjir seperti dirinya. Sesak rasanya, te

DMCA.com Protection Status