Di kamar Anya, Nersa dan Angel mulai mengobati pipi Anya yang bengkak. Tamparan Dimas cukup keras bahkan wajah Anya cukup mengerikan sekarang.“Aku sungguh tidak sabar tuan David mengetahui kelakukan putranya, lihat Anya pipimu sampai seperti ini.” Ucap Nersa dengan kesal sambil terus mengompres dengan air dingin.“Tenang saja, aku tadi diam-diam merekamnya dan mengirimkannya pada suamimu, Anya.” Ucap Angel dengan senyum puas.Anya terkejut, “Kamu mengirimkan video itu? “ Tanya Anya, sebenarnya dia ingin mengatasi masalah ini sendiri karena tak ingin membuat pria itu khawatir.Tapi sebelum Angel menjawab lagi, sebuah panggilan video masuk yang menampilkan kontak David disana.Anya dengan cemas mengambil teleponnya dan menerima panggilan video dari David. Wajah David yang khawatir muncul di layar, matanya langsung menatap wajah Anya yang bengkak."Anya, apa yang terjadi? Aku baru saja melihat videonya," kata David dengan suara tegang.Anya mencoba tersenyum meskipun kesakitan. "David,
“Katakan.” Suara dingin Anya tampak menunjukkan betapa dia tak menginginkan percakapan ini.Dimas berbalik dan menatap Anya dengan serius, “Berhenti, Anya. Aku tahu kamu melakukan ini karena kamu masih mencintaiku dan rela menikahi ayahku sendiri untuk mendekatiku kembali.” Ucap Dimas dengan serius.Anya yang mendengar itu tertawa, sungguh lucu pikiran Dimas tersebut.“Kamu pikir aku masih mencintaimu?” Ucap Anya dengan nada sinis.“Iya, jika kamu ingin rujuk ayo. Tapi tidak perlu pura-pura seperti ini. Aku masih bisa menerimamu.” Ucap Dimas sambil memegang kedua tangan Anya dengan erat.Anya langsung melepaskan genggaman tangan itu dan…PLAK!!“Otakmu sungguh kecil, Dimas. Kamu pikir setelah kamu melakukan semua ini aku masih mencintaimu? Aku bahkan sekarang jijik melihat wajahmu itu.” Anya menatap tajam pria itu.Dimas terdiam sejenak, menatap Anya dengan keterkejutan di matanya. Tamparan itu membuatnya tersadar, namun egonya masih berusaha menyangkal kenyataan."Anya, kamu tidak pe
Di rumah Dimas saat ini, ketiga orang yang duduk di meja makan itu tampak merasa lelah.“Sia-sia, aku tak tahu bagaimana Anya bisa mendapatkan kepercayaan orang di kebun sawit. Mereka bahkan tak menganggapku ada tadi.” Ucap Dimas dengan kesal.Anggun yang baru tahu masalah keluarganya juga cukup khawatir, “Lalu bagaimana mas? Apakah keuangan kita akan aman nanti?” Tanya Anggun dengan khawatir.Dimas menyesap kopinya dengan serius, “Seharusnya aman, karena Anya kan mandul, dia tidak akan bisa hamil dan membuat posisiku sebagai anak ayah tersingkirkan.” Ucap Dimas dengan yakin.Namun tidak dengan Anggun, dia tampak gelisah di hatinya tentang bagaimana jika Anya hamil dengan ayah mertuanya.Regina yang sejak tadi diam langsung berdiri, “Bukankah ini tanggal 30? Kenapa David belum mentransfer uang bulanan?” Ucap Regina yang baru menyadarinya karena suaminya tak pernah telat mentransfernya uang untuk kebutuhan pribadinya setiap bulan.Dimas juga baru menyadarinya, biasanya ayahnya memberik
“Wajahmu sudah membaik?” Nada suara yang penuh kekhawatiran terdengar melalui panggilan video tersebut.Anya yang saat ini tengah menyandar di kepala ranjang tampak tersenyum. “Lihat wajahku sudah membaik, kau tak perlu khawatir.” Ucap Anya untuk menenangkan pria itu.Anya tahu David sangat khawatir dan itu membuat Anya senang karena perhatian pria itu.David meskipun tak percaya namun masih tetap mengangguk, “Setelah pekerjaanku selesai aku akan pergi kesana.” Anya yang mendengar itu tampak terdiam, meskipun dia bisa mengatasinya tapi dia mungkin membutuhkan David untuk melawan mereka.“Baiklah, aku akan menjemputmu nanti.” Ucap Anya dengan lembut.David tersenyum, “Aku juga sangat merindukanmu.” Ucapnya yang membuat Anya tersipu. David sekarang lebih sering mengungkapkan apa yang dia rasakan dibanding memendamnya.“Jika seperti ini kita seperti anak muda,” Ucap Anya yang mendapat respon tawa dari David.“Kamu memang masih muda Anya, nikmati semua fasilitas yang aku berikan untukmu.
Regina sudah menghubungi David beberapa kali, namun telepon yang dia sambungkan sama sekali tidak dijawab oleh pria itu hingga pada panggilan terakhir David menjawab dengan nada suara yang begitu dingin.“Aku sedang sibuk, ada apa?” Jawab David dengan dingin.“Mas, kenapa rumah Dimas dijual? Aku dan keluarga Dimas tinggal dimana? Mas kamu tidak setega itu kan pada kami?” Tanya Regina dengan tanpa berbasa basi.David terdiam sejenak sebelum menjawab, nada suaranya tetap dingin dan tegas. "Regina, rumah itu dijual karena ada beberapa masalah sengketa. Kamu tahu sendiri itu jika tanah yang dipilih Dimas dia beli bukan dari pemilik aslinya. Jadi itu bukan urusanku.” Ucap David.Regina terdiam, lalu menjawab, “Lalu kami tinggal dimana mas? Anggun sedang hamil, apakah kamu tega?”Terdengar suara helaan nafas dari David, “Dimas udah dewasa, dia bukan tanggung jawabku lagi. Dan kau kembali lah kerumah yang Anya tinggali dan untuk Dimas aku tak membiarkannya menginjakkan kaki di rumah itu.” Te
Suasana pagi di rumah ini terlihat cukup sepi, Regina yang baru bangun tidur heran karena belum ada sarapan di meja makan.“Dimana bi Narsih?” Tanya Regina pada Anya yang sedang duduk dengan laptop di depannya di ruang makan tersebut.“Cuti, anaknya menikah.” Jawab Anya seadanya.Regina hanya mengangguk, “Ya sudah buatkan aku sarapan.” Titah Regina seolah dia masih nyonya besar yang berkuasa disini.Namun Anya hanya diam dan fokus dengan pekerjaannya di laptop sambil sesekali menyeruput teh paginya.“Hei, apa kau tak mendengarku?” Seru Regina dengan keras.Anya yang mendengar itu melirik tajam Regina, “Kamu masih punya tangan dan kaki untuk membuat sarapanmu sendiri, jika kamu tidak ingin melakukannya ya jangan makan.” Jawabnya dengan datar.Regina merasa terhina dengan respons Anya. "Apa kamu berani bicara seperti itu padaku?"Anya menutup laptopnya dengan tenang dan menatap Regina dengan dingin. "Regina, di rumah ini, semua orang punya tanggung jawab masing-masing. Bi Narsih sedang
“Kamu akan ke Kalimantan besok?” Tanya Anya melalui telepon seluler saat dia berada di bandara.“Iya, apa kamu tak merindukanku?” Tanya David dengan tenang di seberang sana.“Ah tidak, hanya saja kebetulan sekali dengan Nersa dan Angel yang akan kembali ke Jakarta hari ini.”“Mereka akan pulang? Aku kira mereka akan lama.” Ucap David dengan tenang.Anya tersenyum kecil mendengar nada tenang dari suaminya. "Iya, mereka sudah selesai dengan urusan mereka di sini. Aku pikir ini kesempatan yang baik untuk kita bisa menghabiskan waktu bersama setelah mereka pulang."David tertawa pelan. "Kalau begitu, kita harus merencanakan sesuatu yang spesial. Mungkin kita bisa pergi ke tempat yang belum pernah kita kunjungi sebelumnya."Anya memandang sekeliling bandara, merasa sedikit lebih ringan. "Aku suka ide itu. Aku akan memikirkan tempat yang menarik. Kita bisa berbicara lebih lanjut ketika kamu sampai di Kalimantan."David mengangguk, meskipun Anya tidak bisa melihatnya. "Baik, aku menantikan s
Di ruang makan yang terdapat tiga orang di meja tampak terasa hangat. Tidak, tidak semuanya terasa hangat, namun ada satu yang merasa terbakar.Regina yang sejak tadi melihat kemesraan David dengan Anya merasa hatinya seperti dibakar oleh api besar.“Mas, makan ini.” Ucap Anya sambil menaruh lauk dengan nada manis.David menanggapinya dengan senyuman dan anggukan, sikapnya sangat berbeda jauh saat bersama Regina dulu.Regina merasakan kemarahan yang membara di dalam hatinya. Tidak tahan lagi melihat kemesraan antara David dan Anya, dia menaruh sendoknya dengan keras di meja, suaranya menggema di ruang makan.“Mas, kenapa kamu begitu berubah? Dulu kamu tidak pernah sehangat ini padaku,” ucap Regina dengan suara yang bergetar menahan emosi.David mengangkat pandangannya dari piring dan menatap Regina dengan tatapan yang datar namun tajam. “Regina, kamu tahu sendiri bagaimana hubungan kita dulu. Semua ini sudah berlalu, dan sekarang aku bahagia dengan Anya. Lebih baik kamu belajar meneri