“Sayang, kamu di rumah saja ya. Jangan ke kantor dulu. Biar semuanya aku yang handle,” ucap Dani sambil mengelus rambut istri yang kini tengah merebahkan diri di atasnya. Agni memejamkan mata. kontak kulit secara langsung dimana degup jantungnya yang berdetak lantang, seirama dengan suaminya. Meski tidak ada kalimat terucap, Namun angan mereka sama indahnya, tidak sabar akan bulan madu yang tinggal menghitung hari.“Iya, Mas. Aku menghabiskan waktu bersama anak-anak sebelum pergi jauh,”sahut Agni. Bagi seorang pengusaha yang selalu sibuk mengurus perusahaan, tentu ada yang kurang bagi Agni dengan tinggal di rumah untuk sementara waktu. Namun, bersama dengan anak-anak adalah momen yang tidak akan bisa terbeli. Dia masih bisa memantau perusahaan dari rumah sembari bercengkrama dengan buah hati dan anak yang sudah dia anggap sebagai anak sendiri.“Ya, Sudah. Kalau begitu aku siap-siap dulu mau ke kantor,” bisik Dani yang menyibak rambut Agni sampai ke belakang telinga. Namun, Istrinya
Seharian, tangan Dani tidak lepas dari Maya. Wanita berbaju kuno itu tidak keberatan saat Pria dambaannya itu membawanya berkeliling botanical garden. Hutan buatan yang didesain modern di jantung kota Singapura. Penat tidak dia rasakan, bahkan dia sangat menikmati. Tidak dia sangka jika Dani akan memperlakukannnya bak Ratu saat jauh dari istrinya.Puas jalan-jalan, Dani mengajaknya ke sebuah restaurant paling tinggi di singapura. Di mana dari atas sana, hamparan kota akan terlihat indah nan memukau. Maya speechless saat pria itu menatapnya dengan tatapan dalam. Iya, hanya mereka berdua tanpa adanya orang lain. Dimana saat pria itu menggeser duduknya ke depan untuk lebih condong ke arahnya. Tangan yang kekar itu mengelus kening, pelipis dan berhenti di pipinya. Sentuhan yang memberikan efek panas di seluruh tubuhnya.Maya membuka matanya dan terperanjat saat Dani sedang menatapnya dari kursi business class sebelah. Dia menegakkan badan dan menyapu pandangan. Astaga, alangkah malunya pa
Dani bukannya tidak tahu tentang gelagat aneh Maya. Sebagai Pria yang pernah merasakan petualangan dengan berbagai tipe wanita sebelum menikah, dia sudah tahu kalau Maya menyimpan rasa terhadapnya. Mulai dari kerlingan mata genit, wajah yang memanas ketika Dani sedang menatapnya atau bahkan tubuhnya yang gemeteran. Apalagi kalau sampai Dani menyentuh, bisa dijamin Maya akan kejang-kejang.Namun Dani lebih memilih bersikap acuh. Dia yang sudah terbiasa dengan sikap hangat kepada siapa saja mendadak menjadi dingin. Tentu terlihat aneh, terlebih dia sampai marah-marah supaya orang itu antipati terhadapnya. Dalam hal ini adalah Maya.Hal mendasar kenapa Dani bersikap pemarah saat bersama Maya adalah dia yang memergoki wanita itu mengigau di pesawat dengan tujuan singapure. Dani tersentak saat kata-kata penuh kekaguman itu keluar dari mulut ranumnya.“Pak Dani, peluk aku, cium aku.”Semenjak itu pikiran Dani menjadi tidak karuan. Dia ingin cepat-cepat pesawat landing. Mencari hotel. Dan
“Karena Bapak tidak peka dengan perasaanku! Aku sudah berusaha sekeras mungkin untuk menunjukannya, tapi dengan jahatnya Pak Dani selalu mengabaikanku!” teriak Maya histeris. Lebih cenderung seperti psikopat. Di balik diamnya, dia menyimpan kegilaan.“Aku hanya berusaha menjadi suami yang setia. Itu saja.”Maya menyeringai sambil menggelengkan kepala. Tidak percaya kalau pria berwajah tegas itu adalah goodboy. Dia yakin kalau Dani adalah pria liar yang tertutup topeng kesetiaan. Dan sekarang dia tahu kalau Dani beberapa kali menelan ludah, pertanda dia sedang menahan libidonya. Cukup membuka diri, akan membuat serigala buas itu menerjang dirinya.“Ok, Kalau begitu saya hargai keputusan Bapak. Bapak boleh pulang sekarang. Saya bisa kok menghandle proyek ini sendirian. Meski aku GM, tapi cukup tahu seluk beluk proyek. ” tuturnya yang membuat kedua dahinya saling bertautan. Maya melepaskannya begitu saja? aneh. Tapi, Dani menampik pikiran macam-macamnya, dia beringsut keluar.“Asal…”
“Kamu keterlaluan. Kamu memanfaatkan Gatot demi egomu sendiri. Kalau dari gelagatnya, aku tahu kalau dia sangat mencintaimu. Kenapa kamu tidak terima cintanya saja?” kata Dani yang membuat Maya sontak memicingkan mata.“Dia sama sekali bukan tipeku. Lagian, dia hanya leader OB. Umurnya jauh di bawahku. Aku hanya butuh pria matang seperti kamu, Pak,” rajuk Maya. Pria itu sama sekali tidak menggubris. Dia memasukan tangannnya kedalam saku sambil tubuhnya yang condong ke arah.“Kamu harus mau menerima Gatot sesuai janji kamu. Atau aku laporkan kamu ke polisi. Mau?” gertak Dani yang membuat Maya menelan ludah. Ada sedikit penyesalan kenapa dia membeberkan semuanya, yang justru sekarang menjadi boomerang baginya sendiri. Menerima Gatot sama saja membuatnya tersiksa. Lahir dan batin. Karena lelaki itu sama sekali tidak masuk ke daftar kriterianya.“Saya tidak mau,”“Ok, aku telpon polisi sekarang.”“Jangan!”“Makanya nurut! Kamu itu jangan banyak memilih. Terima saja kalau ada orang yang
Bandara Soekarno Hatta,Agni sedang duduk di ruang tunggu di dekat Gate. Pandangannya tertuju kepada burung-burung besi yang beterbangan. Ada juga yang baru landing dan mengambil posisi masing-masing.Dani datang dari sampingnya lalu menyodorkan Latte vanilla favoritenya. Agni mendongak. Melempar senyum yang manis lalu menerima minuman itu.Dani yang perkasa mengambil posisi duduk di sampingnya sambil merentangkan tangan kanannya yang tertutup kain sweater. Agni tertegun. Pria tampan kalau memakai apapun pasti akan terlihat tampan. Apalagi dengan sweater ketat yang menonjolkan keseksian tubuhnya.Agni sedang mencecap latte dengan pandangan yang tidak lekat ke arah postur Dani. Merasa diperhatian, Pria itu menoleh setelah menegak bir yang ada di tangannya. Sorot mata elang itu terasa hangat saat bertatapan dengan dirinya, bahkan sampai menembus hatinya.“Mau bersandar? Ayo sini,” ucapnya sambil menepuk-nepuk pundaknya yang menonjol. Agni mengigit bibir. Bagaimana Dani selalu peka den
Dani dan Agni masuk ke dalam pesawat setelah menunjukan passport dan tiket kepada Pramugari yang bertugas. Dia terhenyak saat melihat orang misterius itu berada di belakangnya dan tiba-tiba menyerobot hingga tubuh besarnya mengenai Agni yang secara refleks menjatuhkan passport dan tiketnya. Pria misterius itu lalu berkata,“Sorry, I don’t mean that.” Dani baru menyadari kalau pria itu bermata biru. Kalau dilihat dari wajahnya sepertinya dia berdarah campuran. Eropa-indonesia? Atau Amerika-indonesia? Dia menebak dalam hati.“It’s okay, enggak apa-apa kok,” balas Agni sambil tersenyum simpul. Dia langsung menurunkan tubuhnya begitu juga dengan pria itu yang melakukan hal yang sama. Tentu pria bermata biru itu tidak menginginkan seorang wanita cantik bersimpuh di depannya.“Let me do it.” Namun Agni sudah terlanjur turun, pria itu dengan gesit mengambil passport dan tiket yang berserakan, lalu memberikannya langsung kepada Agni beberapa saat. Untung saja tidak ada penumpang lain yang mas
Setelah menempuh perjalanan yang memakan waktu hingga seharian, akhirnya mereka sampai di Los Angles, Usa. Dani bisa bernafas lega setelah keluar dari pesawat, dia mendapati sosok misterius itu hilang dari pandangannya. Dia sudah menduga kalau penerbangan pria itu ternyata memiliki tujuan lain yang bukan Alaska.Namun perasaan lega itu hanya sementara, saat sosok Alex itu melangkah mensejajari Agni. Dani terhenyak langsung menoleh dan membelalakan mata.“Hai, kalian mau kemana?” sapa Alex ramah. Tidak seperti tadi, pria bermata biru sapphire itu menyapa mereka dengan menggunakan bahasa Indonesia. Berniat mengakrabkan diri kepada mereka.Agni hanya menanggapinya dengan senyum tipis. Sengaja dia tidak menanggapinya karena suaminya yang mengeratkan pelukan ditambah wajahnya yang terlihat masam, membuat Agni mengurungkan niatnya. Tetapi di sisi lain, dia tidak enak hati kalau mengabaikan pria baik itu.“Kami mau ke alas….” kata-kata Agni terpotong oleh hardikan Dani.“Bukan urusanmu dan
Malam itu, Dani mengajak Agni dan Daniel untuk makan di luar. Ini adalah untuk pertama kalinya mereka makan bertiga layaknya keluarga yang utuh. Agni tentu sangat antuasias sekali dan berdandam semaksimal mungkin untuk makan malam mereka ini.Sebuah restoran mewah yang terletak di rooftop tertinggi di kota itu. Tentu nuansa outdoor yang dipilih sehingga suasana menjadi sangat mendukung dengan pemandangan kota yang tampak ekstetik dari atas sana. Ditambah lagi music yang romantis yang lebih cocok untuk pasangan muda-mudi menghabiskan waktu. Dan memang kebanyakan dari pengunjung adalah pasangan kekasih. Hanya mereka yang membawa anak. Tetapi itu tidak menjadi masalah karena keharmonisan pasangan juga berarti keharmonisan keluarga juga kan?“Mau pesan apa?” tanya Dani. Pria itu terlihat tampan dengan hem putih lengan panjang yang di tekuk di bagian lenganya. Sangat kontras dengan celana jeans biru dongker yang dia kenakan. Serta aksesoris berkelas berupa kalung titanium dan jam tangan ya
Agni menggelengkan kepalanya. Menghapus bayangan yang tidak-tidak. Dia pun duduk di meja rias. Mengalihkan perhatiannya dengan memoles lipstick di bibir sensualnya. Tetapi tetap saja libidonya sulit untuk terhapus.Tiba-tiba, Agni tersentak saat mendapati sekelabat bayangan di belakangnya. Dia langsung menoleh dan mendapati sang suami yang sedang berjalan menuju pintu dan menguncinya rapat. Begitu Pria bertubuh binaraga itu membalikan badannya, seketika pandangan Agni langsung tertuju kebagian itu. Terlihat besar menggelantung siap tempur. Agni hanya meneguk ludah. Entah kenapa pandangannya selalu tertuju di bawah sana.Agni berusaha menaikan pandangannya. Menyusuri tubuh perkasa yang ditumbuhi bulu yang halus maskulin di sana sini, sampai pandangannya terhenti tepat di wajah Dani yang tampak tersenyum nakal. Agni yang terhenyak langsung mengalihkan pandangannya ke cermin rias berpura-pura untuk memoles lipsticknya kembali.Jujur libido Agni meningkat drastis pada saat itu. Dengan han
Dani baru saja pulang dari bekerja. Ada banyak beban di pundaknya, tetapi dia tidak ingin memperlihatkannya kepada siapapun terutama Agni dan Daniel. Sebagai pria dewasa, sudah biasa baginya menanggung beban yang berat.Dani berjalan dengan cepat menuju ruang tamu. Mengitarkan pandangan sejenak. Biasanya ada Daniel yang akan berlarian mendekatinya. Menyambutnya dengan pelukan. Tetapi, ini dia terheran sendiri kemana perginya buah hatinya tersebut.Sembari melonggarkan dasinya, dia menaiki tangga. Pertama dia membuka kamarnya, tetapi tidak menemukan istrinya di dalam. Dia mengernyit dahi. Berpikir kemana kedua belahan jiwanya tersebut.Akhirnya dia bergeser menuju kamar anaknya. Karena dia membuka pintu dengan tiba-tiba, terlihat orang yang berada di dalamnya langsung menoleh ke pintu. Terlihat Daniel yang sedang bersama dengan Agni di meja belajar. Begitu melihat siapa yang membuka pintu, Daniel sumringah dan berlarian memeluk kaki ayahnya.“Yeah! Papa sudah pulang,” seru Daniel. Dani
Kehidupan kembali normal. Pagi itu, Agni dan Dani melakukan aktifitas pagi seperti biasanya. Agni menyiapkan segala keperluan suaminya. Dia sangat enjoy melayani Dani meskipun dia adalah pemilik perusahaan namun tetap saja dia harus berbakti kepada sang suami.Dani melarang Agni untuk pergi bekerja. Memintanya untuk di rumah. Menjadi ibu rumah tangga dan juga mengurus PraDani. Sedangkan dirinya bertindak sebagai Ceo dan juga owner untuk memantau semua direktur yang ada di bawah perusahaan Hartono group.“Sayang, Mas berangkat dulu ya,” ucap Dani di teras rumah. Setelah selesai sarapan, Agni mengantarkan sang suami sampai ke teras untuk melepasnya bekerja.“Tunggu dulu, Mas.” Agni mengamit tangaan suaminya yang akan beranjak ke mobil. Pria itu membalikan badan dan melihat ke arah Agni. Senyumnya mengembang saat Agni ternyata mengamit tangannya dan mencium punggung tangannya dengan takzim.“Hati-hati ya, Mas,” ucap Agni yang sudah menegakkan badannya. Dani membalas dengan mengusap punda
Berselang dua hari,Sampailah di penghujung bulan madu mereka. Sebenernya Agni masih belum rela jika momen kebersamaan mereka cepat berakhir. Namun, realita menariknya kepada kehidupan yang sebenernnya. Asistennya sudah memberi tahunya mengenai beberapa pekerjaan yang harus ditangani. Dan juga dia pasti sudah sangat rindu dengan anak semata wayangnya, Daniel.Dani tampak berdiri di depan cermin rias sambil mengenakan jaket kulitnya yang terlihat sesak. Tubuh Dani yang besar dan berotot bagai beruang kadang membuat Agni tersenyum sendiri. Membuatnya selalu ingin memeluknya dengan manja setiap waktu.Dani mengernyitkan dahi saat melihat dari pantulan cermin. Agni yang tiba-tiba menubruk tubuh bagian belakangnya dan memeluknya dengan erat.”Ada apa, Sayang?” tanya Dani dengan lembut sambil memegang tangan lembut Agni yang melintang di dadanya.“Enggak, apa-apa, Mas. Pengen peluk saja,” balas Agni yang membenamkan kepalanya dengan nyamannya. Dani hanya tersenyum tipis.“Pasti enggak rela
”Jangan berhenti, Mas,” pinta Agni. Dani yang mendengarnya pun bersemangat. Lalu yang tidak di sangka, Dani bergerak secepat kilat yang membuat Agni seperti terhentak-hentak. Ibarat naik roller coaster dengan intensitas getaran yang sangat tinggi. Sungguh Agni sangat terkejut sekaligus bahagia akan hal itu.Dani melakukannya sambil berjalan ke keluar dari kamar mandi dan berhenti di tepi ranjang. Karena sudah cukup lama melakukannya, maka Dani merebahkan tubuh Agni di atas ranjang. Di luar dugaan, Agni tampak mengulurkan tangannya pertanda dia meminta lagi.“Apa? Masih kurang?” tanya Dani menggoda. Agni dengan wajah erotis hanya mengangguk saja. Dani tampak tersenyum tipis. Dia tidak menyangka kalau gairah Agni begitu membeludak. Mungkin ini bawaan benih yang ada di dalam perutnya.Dani dengan tenang berjalan ke ruang tamu. Mengambil kotak rokok dan menyalakannya. Lalu, kembali berjalan ke kamar. Dia menikmati kepulan asap sambil melihat Agni yang terus menggeliat di atas ranjang. Dia
Tiba-tiba, Agni tersedak saat merasakan sesuatu yang hangat dan keras masuk ke celana dalamnya. Sedangkan Dani di belakangnya tampak tersenyum liar.“Mas, jangan dulu. Aku kan lagi telfonan dengan Bik Marningsih,” bisik Agni sambil menjauhkan ponselnya. Bik Marningsih adalah orang yang dia percaya untuk menjaga Daniel selama mereka bulan madu.“Udahlah, Nikmatin saja. Aku hanya sedang bersiap-siap memberikan nutrisi kepada calon Dani junior,” sahutnya yang membuat Agni melenguh untuk beberapa menit karena Dani yang sibuk menggesek-gesekkannya.“Angkat saja telfon dari Bik Marningish,” titah Dani sambil tersenyum liar. Terlebih saat melihat ekspresi Agni yang sensual, membuatnya semakin liar memainkannya.“B-bik!” desis Agni dengan suara bergetar. Bik Marningsih di seberang sana tampak keheranan dengan Agni.“Kamu enggak apa-apa, Nduk?” tanyanya cemas.“Enggak apa-apa kok, Bik. Cuma suasananya dingin sekali. Banyak salju di sini Bik,” sahutnya sekenanya. Bik Marningsih tampak berpikir
“Sial! Kalian lawan satu orang saja tidak becus!” hardik Alex kepada seluruh anggota gangster Alaska yang terkapar tadi. Sekarang mereka berkumpul di dalam pondok yang masih menjdi bagian dari arena ski itu.“Tapi, dia terlalu kuat, Bos. Bos kan bisa lihat sendiri tadi,” kilah salah satu di antara mereka yang wajahnya paling sangar yang tidak lain adalah pemimpin dari gangster tersebut.“Terus, apa gunanya saya bayar kalian mahal-mahal? Pokoknya saya enggak mau tahu pokoknya kalian harus mencari cara untuk melenyapkan Dani. saya tidak mau melihat dia selalu dekat-dekat dengan Wanita pujaan hati saya,” titah Alex. Mereka terlihat saling berpandangan lalu kemudian mengiyakan permintaan Sang Bos. Terlihat sorot mata birunya yang tampak memicingkan.Di tempat Lain, Dani sedang memarkirkan mobil saljunya sambil membawa makanan asia. Dia tahu kalau dalam kondisi yang kurang enak badan, lebih baik makan makanan yang sesuai dengan lidah asia. Maka sepulang dari arena ski tadi, dia langsun
Dani menghentikan pergulatan bibirnya setelah Agni seperti hampir kehabisan nafas. Dia tersenyum sambil dengan telaten mengusap bibir Agni yang bercampur dengan lidahnya. Kemudian, dia membisikan sesuatu kepada Agni.“Sayang, Mas keluar sebentar ya. Ada sesuatu yang ingin Mas Beli selain makan siang. Kamu istirahat dulu ya. kalau terjadi apa-apa telfon, Mas.” Dani beranjak meninggalkan Agni, bahkan sebelum Agni memberikan jawabannya. Dia melangkah dengan berat. Sejujurnya dia tidak mau meninggalkan Agni dalam kondisi lemah seperti ini. Alasan yang dia kemukakan itu hanya alibi supaya dia bisa kembali ke Arena untuk bertanding.Untung saat ini, dia harus mengikuti alur yang diciptakan oleh Alex, sampai dia bisa menemukan celah untuk bisa menemukan titik lemahnya sehingga akan sangat mudah baginya untuk melumpuhkannya nanti.Dani mengendarai mobil salju dengan kecepatan yang sangat tinggi. Tidak menunggu waktu lama, dia sudah sampai di arena. Terlihat Alex sudah menantinya sedari tadi d