Aku geragapan dibuatnya. Sungguh aku tidak menyiapkan jawaban apapun tentang hal ini. Bahkan aku tidak mengira kalau Devi mempertanyakan bagaimana perasaanku kepadanya. Padahal kan jelas kalau aku menyukai Agni.Aku kembali melihat ke arah Agni yang terlihat mengangguk pelan, seolah isyarat supaya aku menggiyakannya. Sungguh aku dibuat bingung oleh keadaan ini.“Kok diam saja Bli?”“Emmm, kalau boleh tahu kenapa Devi bertanya seperti itu?”“Karena Devi suka sama Bli Dani. Devi sayang sama Bli Dani.”Aku tersentak. Siapa yang akan menyangka kalau gadis itu menyukaiku. Ini sungguh diluar harapan. Aku memang mendekatinya, tapi itu semata-mata demi bisa menenangkan hati Agni, tapi Devi malah kecantol hatinya.Sekarang aku terjebak dilema. Aku tidak mungkin menolak Devi. Mengingat kondisinya yang baru saja pulih. Kalau sampai aku menolaknya. Pasti kondisinya akan drop. Tentu akan membuat Agni bertambah sedih. Tapi kalau aku menerimanya, bagaimana dengan hubunganku dengan Agni. Bagaimana de
“Jujur sama aku, kamu sering kan menjadikanku bahan imajinasimu?”Agni tidak menjawab. Namun tangannya, masih belum beranjak dari dadaku. Iya, apa yang aku lakukan memang agak gila. Tapi, rasa penasaranku kenapa dia selalu membayangkanku, tapi malah merelakanku menikah dengan anaknya sendiri.“Lepaskan tanganku, Mas. Kamu enggak pantas melakukan ini. aku ini mertuamu.”“Aku tidak akan melepaskan tanganku sebelum kamu jujur sama aku, mama mertuaku Sayang.” Aku mencengkeram tangannya, “Kamu selalu mengintipku setiap malam kan. Kamu selalu onani sambil membayangkan aku kan?”Dia memejamkan mata. Bibirnya bergetar. Seperti mau bicara, tapi agak berat.“Ayo katakan saja. Jangan malu.” Aku terus mendesak.“Iya, Mas. aku memang sering mengintip kamu. Aku memang kagum sama kamu, Mas.”“Terus-terus?”“Aku suka dengan bodi kamu yang macho, aku suka milik kamu yang besar, tapi aku hanya suka membayangkannya saja, Mas. Aku lebih puas kalau main sama dildo.”Senyumku lantas turun seketika. Langsun
Kesempatanku mendekati Agni semakin terbuka lebar tatkala Devi berpamitan denganku untuk pergi ke suatu daerah, di mana dia akan melakukan kegiatan kuliah kerja nyata. Sebagai informasi saja kalau aku dan Devi belum merencanakan untuk mempunyai anak dulu sampai Devi lulus kuliah. Maka kesempatan itu kugunakan sebaik-baiknya untuk bercinta dengannya sekaligus menggaet Agni.Aku benar-benar sangat terobsesi dengan Agni! Aku harus bisa menaklukannya segera!Seperti malam itu, ketika aku sedang tidur di kamar. Namun tiba-tiba aku terbangun ketika kebelet hendak buang air kecil.Aku melihat ke arah jam, ternyata pukul dua dinihari. Rasa penat ditubuhku karena aku pulang malam larut sekali. Ada banyak event di hotel yang membuatku terpaksa lembur. Berbeda dengan Agni yang memang jadwalnya pulang lebih awal.Aku membuka pintu kamar. Melangkah gontai menuju kamar mandi. Terlihatlah suasana ruang tengah yang remang-remang setelah aku matikan lampunya. Namun, aku terus melangkah saja.Rasa kan
Aku memiliki strategi untuk mendekati Agni. Mungkin untuk kali ini aku gagal. Namun, pelan-pelan aku akan membuat dia sangat membutuhkanku nantinya. Bagaimana tidak. Aku tadi sempat merasakan miliknya yang hangat. Bagaimana milikku bertemu dengan miliknya. Sensasi empuknya itu terasa. Belum nanti kalau sampai membelah ladang kewanitaannya itu.Namun, sekali lagi aku tidak boleh gegabah. Aku akan melakukan strategi ini pelan-pelan. Semakin lama prosesnya maka akan semakin lama dia akan bertekuk lutut denganku.Pagi itu aku masih gelisah, tidak bisa tidur. Kelimpungan karena keperkasaanku yang masih mencuat. Diam-diam, aku kembali berjalan keluar. Mencari sesuatu untuk melampiaskan nafsuku. Dan yang menjadi tujuanku saat itu adalah pakaian dalam Agni yang kutemukan di tempat pakaian kotor. Dengan penuh nafsu aku membauinya. Baunya segar sekali. Aroma keringatnya berpadu dengan parfum vanilla. Belum lagi celana dalamnya yang langsung menempel dengan kewanitaannya. Baunya segar sekali. P
Sore itu, aku baru saja menemani Agni belanja bahan makanan di supermarket dan kini kulihat Agni sudah sudah tidak canggung seperti tadi pagi denganku bahkan disepanjang perjalanan kami terus mengobrol tanpa ada yang menyinggung kejadian semalam.Agni adalah tipe orang yang supel sehingga membuatku tidak merasa canggung lagi walaupun sebenarnya aku masih terangsang apabila mengingat kejadian semalam.Saat ini, aku sedang mandi sore. Lagi-lagi aku melakukan masturbasi dan menyemprotkan cairanku kedalam pakaian dalam Agni yang berada di ember pakaian kotor. Aku sengaja melakukan hal ini karena aku tahu setelah ini Agni juga akan mandi dan aku ingin dirinya mengetahui kalau aku bernafsu dengan dirinya.Setelah mandi aku keluar dengan bertelanjang dada dan hanya mengenakan handuk yang melilit di pinggangku.Sekali lagi aku melihat pandangan penuh nafsu dari Agni. Iya, wanita setengah baya itu selalu menunjukan wajahnya yang sayu saat meliahatku bertelanjang dada.Setelah itu, aku menuju
“Sudah, Mas. Cukup. Kita enggak boleh kaya gini.”“Sebentar saja Agni. Aku cuma ingin meluk kamu sebentar saja.” Aku bersikeras.Aku memeluk mertuaku dan tanpa meminta ijin terlebih dahulu, aku langsung memberikan sebuah cupangan di leher jenjangnya.“Mas, sudah cukup katanya cuma meluk saja.” Agni protes.“Iya, Maaf.”Agni melepaskan pelukanku dengan paksa. Berbalik dan menatapku tajam.“Sudah, Mas. Cukup. Jangan lakukan ini lagi. Anggap saja malam ini kita khilaf.”“Khilafnya tanggung, Agni.” Aku mencoba mempermainkan kata-katanya.Aku kembali berusaha memeluk Agni, tapi, langsung ditepis olehnya.“Kamu ini kenapa sih, Mas! Gak seharusnya kamu kaya gini ke aku.” Agni berusaha menolak dengan tegas.“Maaf, Agni. Sejujurnya, aku sudah lama tertarik sama kamu. Aku menikahi Devi dengan terpaksa. Padahal yang aku mau adalah kamu Agni.”“Astaga, sadar Mas. Kamu ini menantuku. kamu ini suaminya Devi. Enggak boleh kamu bicara seperti itu.”“Saya sadar dengan semua ini, tapi semenjak kej
“Udah, Mas. Aku lelah mau istirahat.”Agni pun langsung berlalu meninggalkanku dan berjalan menuju kamarnya dengan kondisi telanjang bulat.Entah kenapa rasanya aku ingin menyusul Agni ke dalam kamarnya sehingga aku pun melepaskan segala pakaianku dan kini aku sudah telanjang kemudian menyusul masuk kedalam kamar Agni.Kulihat Agni masih telanjang bulat di dalam kamarnya dan ia terlihat terkejut ketika melihatku masuk ke dalam kamarnya.“Mau apa lagi Mas ? Sudah Mas. Agni mau istirahat.”“Malam ini saya ingin tidur denganmu, Agni.”Setelah itu aku naik ke atas ranjangnya dan akhirnya aku benar-benar tiduran disamping Agni yang dimana kami masih dalam keadaan sama-sama telanjang.Posisi tidur Agni memunggungiku sementara aku memberanikan diri memeluk perutnya dari belakang dan ternyata tak ada respon penolakan dari Agni.“Sekali lagi terimakasih ya, aku bahagia sekali malam ini.” Aku berbisik tepat di telinganya.“Mas, Mau bagaimana pun ini salah. Jadi Agni mohon supaya Devi jangan sa
Paginya, aku terbangun dan Terlihat Agni mertuaku sudah tak ada di sampingku. Sementara itu tubuhku masih telanjang bulat sehingga membuatku teringat dengan kejadian semalam yang di mana aku dengan bebas menggoda dan menakali Agni mertuaku sendiri. Bahkan, aku sampai dapat menelanjanginya dan menjilati memeknya yang menggoda itu namun sayangnya Agni hanya mengijinkanku menjamah dirinya hanya untuk kemarin malam saja tetapi aku tak akan menyerah sampai diriku dapat bebas menikmati tubuh Agni mertuaku ini.Aku lalu langsung keluar kamar Agni untuk segera mandi karena hari ini aku hendak bersiap untuk berangkat kerja dan kubawa kutenteng handuk menuju kamar mandi.Setelah mandi aku langsung berpakaian rapih untuk bersiap pergi ke hotel. Tiba-tiba kudengar suara pagar rumahku terbuka ternyata Agni datang dari luar rumah sambil menenteng sesuatu.Terlihat Agni mengenakan pakaian tertutup yang menghiasi tubuhnya karena Agni mertuaku ini kalau keluar rumah memang selalu memakai pakaian yang
Malam itu, Dani mengajak Agni dan Daniel untuk makan di luar. Ini adalah untuk pertama kalinya mereka makan bertiga layaknya keluarga yang utuh. Agni tentu sangat antuasias sekali dan berdandam semaksimal mungkin untuk makan malam mereka ini.Sebuah restoran mewah yang terletak di rooftop tertinggi di kota itu. Tentu nuansa outdoor yang dipilih sehingga suasana menjadi sangat mendukung dengan pemandangan kota yang tampak ekstetik dari atas sana. Ditambah lagi music yang romantis yang lebih cocok untuk pasangan muda-mudi menghabiskan waktu. Dan memang kebanyakan dari pengunjung adalah pasangan kekasih. Hanya mereka yang membawa anak. Tetapi itu tidak menjadi masalah karena keharmonisan pasangan juga berarti keharmonisan keluarga juga kan?“Mau pesan apa?” tanya Dani. Pria itu terlihat tampan dengan hem putih lengan panjang yang di tekuk di bagian lenganya. Sangat kontras dengan celana jeans biru dongker yang dia kenakan. Serta aksesoris berkelas berupa kalung titanium dan jam tangan ya
Agni menggelengkan kepalanya. Menghapus bayangan yang tidak-tidak. Dia pun duduk di meja rias. Mengalihkan perhatiannya dengan memoles lipstick di bibir sensualnya. Tetapi tetap saja libidonya sulit untuk terhapus.Tiba-tiba, Agni tersentak saat mendapati sekelabat bayangan di belakangnya. Dia langsung menoleh dan mendapati sang suami yang sedang berjalan menuju pintu dan menguncinya rapat. Begitu Pria bertubuh binaraga itu membalikan badannya, seketika pandangan Agni langsung tertuju kebagian itu. Terlihat besar menggelantung siap tempur. Agni hanya meneguk ludah. Entah kenapa pandangannya selalu tertuju di bawah sana.Agni berusaha menaikan pandangannya. Menyusuri tubuh perkasa yang ditumbuhi bulu yang halus maskulin di sana sini, sampai pandangannya terhenti tepat di wajah Dani yang tampak tersenyum nakal. Agni yang terhenyak langsung mengalihkan pandangannya ke cermin rias berpura-pura untuk memoles lipsticknya kembali.Jujur libido Agni meningkat drastis pada saat itu. Dengan han
Dani baru saja pulang dari bekerja. Ada banyak beban di pundaknya, tetapi dia tidak ingin memperlihatkannya kepada siapapun terutama Agni dan Daniel. Sebagai pria dewasa, sudah biasa baginya menanggung beban yang berat.Dani berjalan dengan cepat menuju ruang tamu. Mengitarkan pandangan sejenak. Biasanya ada Daniel yang akan berlarian mendekatinya. Menyambutnya dengan pelukan. Tetapi, ini dia terheran sendiri kemana perginya buah hatinya tersebut.Sembari melonggarkan dasinya, dia menaiki tangga. Pertama dia membuka kamarnya, tetapi tidak menemukan istrinya di dalam. Dia mengernyit dahi. Berpikir kemana kedua belahan jiwanya tersebut.Akhirnya dia bergeser menuju kamar anaknya. Karena dia membuka pintu dengan tiba-tiba, terlihat orang yang berada di dalamnya langsung menoleh ke pintu. Terlihat Daniel yang sedang bersama dengan Agni di meja belajar. Begitu melihat siapa yang membuka pintu, Daniel sumringah dan berlarian memeluk kaki ayahnya.“Yeah! Papa sudah pulang,” seru Daniel. Dani
Kehidupan kembali normal. Pagi itu, Agni dan Dani melakukan aktifitas pagi seperti biasanya. Agni menyiapkan segala keperluan suaminya. Dia sangat enjoy melayani Dani meskipun dia adalah pemilik perusahaan namun tetap saja dia harus berbakti kepada sang suami.Dani melarang Agni untuk pergi bekerja. Memintanya untuk di rumah. Menjadi ibu rumah tangga dan juga mengurus PraDani. Sedangkan dirinya bertindak sebagai Ceo dan juga owner untuk memantau semua direktur yang ada di bawah perusahaan Hartono group.“Sayang, Mas berangkat dulu ya,” ucap Dani di teras rumah. Setelah selesai sarapan, Agni mengantarkan sang suami sampai ke teras untuk melepasnya bekerja.“Tunggu dulu, Mas.” Agni mengamit tangaan suaminya yang akan beranjak ke mobil. Pria itu membalikan badan dan melihat ke arah Agni. Senyumnya mengembang saat Agni ternyata mengamit tangannya dan mencium punggung tangannya dengan takzim.“Hati-hati ya, Mas,” ucap Agni yang sudah menegakkan badannya. Dani membalas dengan mengusap punda
Berselang dua hari,Sampailah di penghujung bulan madu mereka. Sebenernya Agni masih belum rela jika momen kebersamaan mereka cepat berakhir. Namun, realita menariknya kepada kehidupan yang sebenernnya. Asistennya sudah memberi tahunya mengenai beberapa pekerjaan yang harus ditangani. Dan juga dia pasti sudah sangat rindu dengan anak semata wayangnya, Daniel.Dani tampak berdiri di depan cermin rias sambil mengenakan jaket kulitnya yang terlihat sesak. Tubuh Dani yang besar dan berotot bagai beruang kadang membuat Agni tersenyum sendiri. Membuatnya selalu ingin memeluknya dengan manja setiap waktu.Dani mengernyitkan dahi saat melihat dari pantulan cermin. Agni yang tiba-tiba menubruk tubuh bagian belakangnya dan memeluknya dengan erat.”Ada apa, Sayang?” tanya Dani dengan lembut sambil memegang tangan lembut Agni yang melintang di dadanya.“Enggak, apa-apa, Mas. Pengen peluk saja,” balas Agni yang membenamkan kepalanya dengan nyamannya. Dani hanya tersenyum tipis.“Pasti enggak rela
”Jangan berhenti, Mas,” pinta Agni. Dani yang mendengarnya pun bersemangat. Lalu yang tidak di sangka, Dani bergerak secepat kilat yang membuat Agni seperti terhentak-hentak. Ibarat naik roller coaster dengan intensitas getaran yang sangat tinggi. Sungguh Agni sangat terkejut sekaligus bahagia akan hal itu.Dani melakukannya sambil berjalan ke keluar dari kamar mandi dan berhenti di tepi ranjang. Karena sudah cukup lama melakukannya, maka Dani merebahkan tubuh Agni di atas ranjang. Di luar dugaan, Agni tampak mengulurkan tangannya pertanda dia meminta lagi.“Apa? Masih kurang?” tanya Dani menggoda. Agni dengan wajah erotis hanya mengangguk saja. Dani tampak tersenyum tipis. Dia tidak menyangka kalau gairah Agni begitu membeludak. Mungkin ini bawaan benih yang ada di dalam perutnya.Dani dengan tenang berjalan ke ruang tamu. Mengambil kotak rokok dan menyalakannya. Lalu, kembali berjalan ke kamar. Dia menikmati kepulan asap sambil melihat Agni yang terus menggeliat di atas ranjang. Dia
Tiba-tiba, Agni tersedak saat merasakan sesuatu yang hangat dan keras masuk ke celana dalamnya. Sedangkan Dani di belakangnya tampak tersenyum liar.“Mas, jangan dulu. Aku kan lagi telfonan dengan Bik Marningsih,” bisik Agni sambil menjauhkan ponselnya. Bik Marningsih adalah orang yang dia percaya untuk menjaga Daniel selama mereka bulan madu.“Udahlah, Nikmatin saja. Aku hanya sedang bersiap-siap memberikan nutrisi kepada calon Dani junior,” sahutnya yang membuat Agni melenguh untuk beberapa menit karena Dani yang sibuk menggesek-gesekkannya.“Angkat saja telfon dari Bik Marningish,” titah Dani sambil tersenyum liar. Terlebih saat melihat ekspresi Agni yang sensual, membuatnya semakin liar memainkannya.“B-bik!” desis Agni dengan suara bergetar. Bik Marningsih di seberang sana tampak keheranan dengan Agni.“Kamu enggak apa-apa, Nduk?” tanyanya cemas.“Enggak apa-apa kok, Bik. Cuma suasananya dingin sekali. Banyak salju di sini Bik,” sahutnya sekenanya. Bik Marningsih tampak berpikir
“Sial! Kalian lawan satu orang saja tidak becus!” hardik Alex kepada seluruh anggota gangster Alaska yang terkapar tadi. Sekarang mereka berkumpul di dalam pondok yang masih menjdi bagian dari arena ski itu.“Tapi, dia terlalu kuat, Bos. Bos kan bisa lihat sendiri tadi,” kilah salah satu di antara mereka yang wajahnya paling sangar yang tidak lain adalah pemimpin dari gangster tersebut.“Terus, apa gunanya saya bayar kalian mahal-mahal? Pokoknya saya enggak mau tahu pokoknya kalian harus mencari cara untuk melenyapkan Dani. saya tidak mau melihat dia selalu dekat-dekat dengan Wanita pujaan hati saya,” titah Alex. Mereka terlihat saling berpandangan lalu kemudian mengiyakan permintaan Sang Bos. Terlihat sorot mata birunya yang tampak memicingkan.Di tempat Lain, Dani sedang memarkirkan mobil saljunya sambil membawa makanan asia. Dia tahu kalau dalam kondisi yang kurang enak badan, lebih baik makan makanan yang sesuai dengan lidah asia. Maka sepulang dari arena ski tadi, dia langsun
Dani menghentikan pergulatan bibirnya setelah Agni seperti hampir kehabisan nafas. Dia tersenyum sambil dengan telaten mengusap bibir Agni yang bercampur dengan lidahnya. Kemudian, dia membisikan sesuatu kepada Agni.“Sayang, Mas keluar sebentar ya. Ada sesuatu yang ingin Mas Beli selain makan siang. Kamu istirahat dulu ya. kalau terjadi apa-apa telfon, Mas.” Dani beranjak meninggalkan Agni, bahkan sebelum Agni memberikan jawabannya. Dia melangkah dengan berat. Sejujurnya dia tidak mau meninggalkan Agni dalam kondisi lemah seperti ini. Alasan yang dia kemukakan itu hanya alibi supaya dia bisa kembali ke Arena untuk bertanding.Untung saat ini, dia harus mengikuti alur yang diciptakan oleh Alex, sampai dia bisa menemukan celah untuk bisa menemukan titik lemahnya sehingga akan sangat mudah baginya untuk melumpuhkannya nanti.Dani mengendarai mobil salju dengan kecepatan yang sangat tinggi. Tidak menunggu waktu lama, dia sudah sampai di arena. Terlihat Alex sudah menantinya sedari tadi d