“Zeline baik-baik aja, sayang! Tadi dia ketemu Rendy dan di bawa Rendy ke cafe sepupunya yang enggak jauh dari kantor papa...,” kata Rendra kepada Aura dalam sambungan telepon.Setelah selesai melakukan rapat, lelaki itu kembali ke kantornya.Pertemuan dengan Rendy juga harus dia jadwal ulang karena sahabatnya itu sedang menenangkan Zeline dan berjanji akan bertemu di kantornya sore nanti.Mengisi waktu di dalam perjalanan, Rendra menghubungi Aura setelah membaca pesan yang dikirim sang istri.Bukan karena Risa yang memberitahu kalau Aura sempat menghubunginya.Wajah sekretarisnya itu pun terlihat memberengut dan Rendra tidak ingin membuang waktu memikirkannya.Aura menjelaskan apa yang diceritakan Zeline padanya, tidak ada yang ditutupi karena yakin suaminya akan bertindak bijaksana setelah mendapat pelajaran dari tindakan konyol yang dilakukan beberapa waktu lalu.“Abang kalau mau mukulin kak Kenzi, pukulin aja tapi jangan sampe babak belur juga ya.” Aura memberi ijin tapi te
“Jadi, bener kalau lo ada hubungan sama Zeline? Udah sampe mana?” Rendra langsung bertanya ketika Kenzi baru saja mendudukkan bokongnya di kursi cafe, tempat di mana mereka membuat janji temu.Beberapa hari berlalu setelah insiden Zeline memergoki Kenzi bersama wanita lain.Namun ada yang membuat Rendra curiga adalah adiknya malah terlihat bahagia, tidak seperti yang diceritakan Aura kepadanya.Rendra tidak tahu kalau telah terjalin ikatan tak kasat mata di antara Rendy dan Zeline namun baru Zeline yang menyadarinya karena perempuan selalu lebih peka.“Gue udah putus sama Zeline, Bang! Yaaaa, walau putusnya gitu aja tapi kita sebetulnya udah enggak ada hubungan apa-apa lagi.” Kenzi menegaskan.“Kenapa?” Rendra bertanya santai karena memang Kenzi sudah menjadi bagian dari keluarganya, hanya saja hubungan mereka tidak sedekat dulu ketika masih kecil karena Rendra sempat tinggal di Bandung setelah itu di London untuk melanjutkan kuliah dan mengelola perusahaan sang kakek.“Gue engg
Wajah datar Rendra telah tercipta semenjak memasuki gedung kantornya.Dari lobby sana, para security menyambutnya mulai dari membukakan pintu hingga salam selamat pagi.Beberapa karyawan yang sudah tiba terlebih dahulu pun sedikit membungkuk memberi penghormatan ketika berpapasan dengan Rendra.Kharisma yang begitu luar biasa dari seorang pria muda berusia dua puluh enam tahun.Beberapa reporter majalah bisnis sudah menghubungi Risa untu membua janji wawancara dengan Rendra namun lelaki itu menolak. Rendra merasa belum melakukan apa-apa di perusahaan besar ini karena hanya baru kurang lebih satu bulan saja dia menduduki jabatan sebagai pimpinannya. Namun presentasi Rendra beberapa waktu lalu begitu memukau sampai beberepa pemegang saham, kakek dan sang papa takjub kehilangan kata-kata.Anak yang diceritakan nakal itu ternyata memiliki kemampuan luar biasa dalam bisnis.Penyampaian dari ide-ide briliantnya begitu lugas dan mudah dimengerti.Strategi yang dibuatnya untuk satu
“Diminum Pak, kopinya sebelum dingin! Kalau udah dingin enggak enak,” cetus Risa membuat Rendra terkejut karena ternyata sekretarisnya masih ada di sini.Kening Rendra mengkerut dalam, “Ngapain kamu di sana?” tanyanya dingin.“Beresin berkas, Pak … supaya Bapak mudah membacanya, ini sudah selesai Pak! Saya pamit dulu, jangan lupa diminum kopinya ya, Pak.”Risa memutar tubuh menuju pintu keluar, berlenggak-lenggok layaknya pragawati meninggalkan Rendra yang terbengong di tempatnya.Banyak perilaku dari sekretarisnya yang aneh hari ini, netra Rendra melirik kopi yang dibelikan Risa sambil mengingat bagaimana perempuan itu berulang kali memintanya untuk meminum kopi.Rendra meraih cup kopi kemudian membuka tutupnya, mendekatkan ke hidung untuk mengendus baunya takut-takut Risa memasukan racun ke dalam kopi.Tapi tidak mungkin Risa terang-terangan ingin meracuninya, apa ada hal lain?Rendra berpikir keras kemudian meletakan kembali kopinya di meja karena mendengar ketukan di pintu.
“Baik Bu, nanti akan saya sampaikan! Baik, sudah Bu... sudah saya siapkan sesuai perintah Ibu! Baik... Terimakasih!” Rahma mematikan ponsel Rendra yang lelaki itu titipkan sebelum meetingnya berlangsung.“Siapa? Nyonya Gunadhya?” Risa bertanya penasaran sampai mencondongkan tubuhnya ke samping mendekati Rahma.Gadis genit itu berbisik padahal tidak seorang pun akan mendengar karena hanya dirinya dan Rahma yang berada di sana.“Bukannya seharusnya kamu di dalam? Mencatat isi rapat hari ini?” Rahma balik bertanya sambil memicingkan mata.“Kata Pak Rendra, ada yang mau dia sampaikan dulu sama Bapak-Bapak ‘Ring Satu' kayanya mau marah-marah dulu sebelum rapat,” tukas Risa.*Ring satu adalah sebutan untuk orang-orang yang paling dekat dengan pimpinan.“Hey! Kamu belum jawab pertanyaan aku, siapa tadi yang telepon?” sambung Risa masih belum mau menyerah.“Nyonya Muda Gunadhya,” balas Rahma cepat dengan tatapan fokus pada laptop mengetikan sesuatu mengerjakan tugasnya.“Ngomong apa
Sesuai janji, Zeline menunggu Rendy di perpustakaan selama lelaki itu sedang melakukan diskusi dengan papa Andra.Keduanya berpisah di lift, Rendy sempat menyentuh pipi Zeline menggunakan punggung tangannya dan sorot mata keduanya seolah mengungkapkan rasa cinta yang sedang mereka rasakan.Padahal kata cinta belum sedikit pun tercetus dari bibir Rendy untuk Zeline namun perhatian dan perlakuan lelaki itu sudah cukup membuat Zeline paham kalau Rendy mencintainya.Tanpa keduanya sadari ada sepasang bola mata yang mengawasi dari jauh keromantisan di antara mereka.Terluka, hati Kenzi melihat kemesraan Zeline dan Rendy-lelaki yang cukup dikenalnya dengan baik.Setelah Kenzi melakukan tugasnya sebagai pegawai magang, diam-diam dia mencari Zeline dan perpustakaan adalah salah satu tujuannya.Dia mengetahui pimpinan tertinggi di perusahaan itu yang merupakan ayah dari Zeline sedang menerima tamu yang tak lain adalah Rendy.Kenzi mengira kalau Zeline pasti sedang menunggu Rendy dan kes
“Lo apa-apan sih, Ndra? Ngapain lo jadiin Rahma sekertaris lo? Kenapa juga enggak bilang sama gue?” Rendy langsung mencecar Rendra dengan berbagai macam pertanyaan setelah Zeline keluar dari ruangan.Rendra menipiskan bibirnya, dia sudah menduga Rendy pasti akan bertanya namun yang tidak Rendra perkirakan adalah emosi Rendy yang menggebu seolah begitu murka karena Rahma menjadi sekretarisnya.“Gue butuh sekertaris yang kompeten, dan gue kenal Rahma dari SD... Gue tau kualitasnya, sayang kalau dia bekerja di perusahaan kecil, jadi gue tarik dia buat kerja di sini, gue sampe beli hampir setengah saham dari perusahaan itu untuk membuat Rahma kerja di sini!” Rendra menjawab santai seakan membeli setengah saham sebuah perusahaan seperti membeli ciki di warung.“Lo tau ‘kan kasus gue sama Rahma?” Rendy kembali bertanya dengan gusar, lelaki itu sedari tadi berdiri lalu mondar-mandir sambil menyimpan tangannya di pinggang.“Tau banget! Tapi lo bilang, lo suka sama Aura jadi gue pikir lo u
“Alisha?” Kening Rendra terlipat dalam sambil mengucapkan nama itu ketika baru saja dia menuruni anak tangga di rumahnya.“Ndra, kamu belum pergi ke Bandung?” tanya Alisha yang juga terkejut ketika melihat Rendra masih ada di rumah padahal acara pertunangan Nafeesa dilakukan besok.Rendra hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban, masih dengan ekspresi terkejut melangkah perlahan mendekati Alisha.“Tadi aku ada urusan dengan dokter di Rumah Sakit kota dan handphone aku lowbat, aku enggak baca pesan mama. Beberapa hari lalu mama bilang mau ke Bandung siang hari karena papa ada urusan paginya tapi ternyata kata asisten rumah tangga kamu mereka udah pergi dari tadi pagi, aku telat deeh... Aku numpang ngecas dulu sebentar ya, Ndra.” Alisha biasa menjelaskan dengan tampang biasa saja.Rendra menganggukan kepala kemudian memutar tubuh hendak menuju dapur untuk mengambil air mineral.Bukan untuk Alisha tapi untuk dirinya sendiri yang kehausan setelah melakukan panggilan telepon berja
Dua bulan kemudian.Rendra melirik arloji di pergelangan tangannya.berwajah masam, pria paruh baya itu berdecak kesal.Dua puluh menit berlalu dan sang putri belum juga tiba di restoran yang telah di janjikan.Rendra dan Aura baru saja tiba di Bandara, bergegas menuju restoran bahkan koper mereka masih berada di dalam mobil.Dua bulan lalu si bungsu menghubungi kalau dia sedang dalam keadaan galau karena seorang lelaki.Rendra tidak tau seperti apa laki-laki yang bisa membuat seorang Kejora galau karena bahkan anak presiden di negaranya pernah menyatakan cinta dan gadis itu tolak mentah-mentah.Belum lagi ketika pertukaran pelajar di negara tetangga sewaktu SMA, Kejora pernah dikejar-kejar anak Sultan.Sempat menjalin kasih selama enak bulan sampai akhirnya dengan tegas Kejora menolak lamaran anak Sultan yang terkenal sangat tampan dengan banyak penghargaan dalam bidang pendidikan dan olah raga hanya karena anak Sultan tersebut terlalu posesif menyukainya.Setiap satu jam se
Seorang gadis buru-buru memasukan laptop ke dalam tas, mata kuliahnya sebentar lagi dimulai tapi dirinya masih berada di dalam coffe shop terlalu asyik melakukan panggilan video bersama keluarganya.Dua kakak kembarnya yang telah menjadi pengusaha sesukses seperti sang ayah tinggal di Vietnam untuk menjalankan perusahaannya di sana.Papa Narendra berhasil menguasai pasar Asia Tenggara, melebarkan sayap hingga ke Negara itu.Maka Kama yang mengambil alih di sana bersama kembarannya yang tidak kalah hebat dalam bisnis.Kalila tumbuh menjadi gadis tangguh, diusianya yang masih muda dia pandai menjerat klien untuk melakukan kesepakatan bisnis dengan perusahaannya dan Kama yang bertindak sebagai pengeksekusi.Sementara Kana dan Kai-adiknya membantu memegang salah satu perusahaan sang ayah di Indonesia.Dan Kejora, si anak bungsu sedang melanjutkan kuliahnya di Jerman.Rendra dan Aura benar-benar mewujudkan keinginan mereka yang ingin memiliki lima anak.Kehidupan keduanya selalu di
Lima Tahun berlalu.“Aura hamil lagi, Bang?” tanya Keanu yang baru saja tiba.Lelaki itu selalu datang terlambat di setiap acara keluarga karena kesibukannya sebagai seorang dokter.Semua keluarga telah berkumpul di Villa papa Andra untuk merayakan tahun baru bersama.Rendra tersenyum sambil menaikan kedua alis berkali-kali sebagai jawaban.“Lo kapan?” tanya Rendra ambigu.“Gue enggak bisa hamil Bang, bini gue yang bisa ... tapi jangankan bini, pacar pun aku tak punya.” Keanu menjawab dengan ekspresi wajah penuh keprihatinan mendramatasir.“Om ... gendong,” kata Kalila seraya mengangkat kedua tangannya yang langsung mendapat sambutan Keanu.Keanu memang menjadi om terfavorit karena lelaki dengan gelar dokter spesialis anak itu paling bisa membuat anak kecil nyaman ketika bersamanya.“Om ... Kana demam ini.” adalah Arkana, adik dari Kalila anak ke tiga Rendra dan Aura yang berkata demikian.Anak laki-laki yang lebih muda hanya satu tahun dari kakak kembarnya-Kama dan Kalila i
Melangkah seringan bulu Rendra mengendap-ngendap memasuki kamarnya.Namun tidak dia dapati sang istri di sana, berpikir mungkin Aura ada di kamar anak-anak mereka lantas membuat langkahnya menaiki anak tangga setelah sebelumnya membersihkan tubuh lalu berganti pakaian.Tangan kekar itu mendorong pintu bercat putih dengan gantungan boneka dari bahan flanel bertuliskan Kama dan Kalila.Sang istri yang sedang menyusui Kama-terlihat dari pakaian berwarna biru yang dikenakan bayi mungil itu, memenuhi pandangan Rendra.“Hai,” sapa Rendra membuat Aura mendongak.“Hai,” balas Aura disertai senyum.Gaun tidur yang dikenakan Aura berbahan satin meski panjang sampai pertengahan betis tapi memiliki belahan hingga paha membuat sang istri terlihat seksi dengan satu kaki menyilang di atas paha satunya.Aura harus menurunkan tali spaghety dari gaun tidur yang dikenakannya karena menyusui, menghasilkan pemandangan indah pundak terbukanya walaupun wanita yang sangat cantik bagi Rendra itu mengena
Semua pamit meninggalkan Rendra dan Aura yang sedang merasakan kebahagiaan kelahiran putra dan putri mereka sekaligus.Rendra tersenyum sambil berjalan ke arah Aura setelah mengantar seluruh anggota keluarganya sampai di pintu.Lelaki itu duduk di sisi ranjang menghadap Aura yang tengah menyandar di bagian kepala ranjang hidrolik yang dibuat tegak.Menatap wajah lelah sang istri yang selalu cantik meski tanpa make up.Rendra meraih kedua tangan Aura kemudian mengecupi sepuluh buku jarinya membuat Aura tertawa pelan.Bola mata bening itu juga menatap Rendra dengan sorot mata hangat penuh sayang.“Makasih,” kata Rendra setelah melepas satu genggaman tangannya kemudian beralih mengelus pipi Aura.“Makasih juga,” balas Aura yang langsung mendapatkan ekspresi wajah penuh tanya dari suaminya.“Karena telah mau jadi suami Aura, menjadi suami yang baik, setia dan sabar ketika Aura khilaf,” sambung Aura menjawab pertanyaan yang ada di benak suaminya.Bagi Aura, suaminya telah banyak berubah da
Satu bayi telah berhasil diangkat dengan penuh kehati-hatian lalu diberikan kepada perawat lain untuk dibersihkan kemudian mendapat pemeriksaan dari dokter anak.Dalam sekejap suara tangis yang begitu kencang membahana di ruang operasi hingga memekakan telinga orang-orang yang berada di dalam ruang tersebut.Mata Rendra menatap makhluk mungil yang sedang mendapat prosedur medis dengan sorot mata haru berlumur kebahagiaan.Mengawasi tanpa jeda setiap gerak-gerik perawat yang sedang membawa bayi hingga Aura harus mengguncang tangan Rendra untuk menanyakan bagaimana kondisi anak mereka.Pandangan Aura yang terhalang kain tentu saja merasa penasaran setelah mendengar tangis bayi yang pecah, bahkan ia merasa khawatir karena bayinya tidak berhenti menangis.“A ... apa dia baik-baik aja?” tanya Aura akhirnya setelah Rendra memusatkan perhatian kembali kepadanya.“Dia baik-baik aja, Anak kita ganteng, kaya Abang,” ucapnya sambil tersenyum jail.Suara tangis kembali terdengar menandakan bila b
Segala fasilitas kemudahan yang dia miliki begitu disyukuri Rendra karena membuatnya hanya beberapa menit saja bisa tiba di atap gedung rumah sakit di mana Aura sedang bersiap melakukan operasi caesar. Rendra mengecek ponselnya lalu dikejutkan dengan banyak pesan dari mama juga keluarga yang lain tapi tidak ada dari Aura membuat kening Rendra berkerut dalam.Langkahnya tidak saja menderap tapi setengah berlari setelah turun dari hellikopter.Dituntun oleh papi yang menunggunya di rooftop, Rendra merasakan jantungnya berdebar kencang.“Aura tadi mengalami kontraksi hebat, tapi dia masih bisa senyum dan ngelawak ... dia selalu gitu, enggak mau bikin semua orang panik atau bersedih,” kata papi dengan nafas tersengal karena beliau pun setengah berlari menuju lift.Rendra mengerti kenapa tidak ada satu pesan pun dari istrinya, Aura memang berubah beberapa bulan terakhir, kembali menjadi Aura yang penurut seperti dulu juga Aura yang tidak ingin merepotkan apalagi membuat orang lain kh
Elgi mendadak resah ketika mendapatkan telepon yang kalau bila istri dari bos besarnya itu tengah dalam perjalanan ke rumah sakit karena mengalami kontraksi pada perutnya.Padahal satu bulan lagi waktu yang dijadwalkan dokter untuk persalinan Aura dengan cara caesar agar bertepatan dengan tanggal ulang tahun pernikahan mereka yang di awali dengan keterpaksaan.Tanggal tersebut diambil untuk mengganti kisah sedih yang kadung tertulis menjadi kisah bahagia kelahiran anak-anak mereka.Selain itu, bulan tersebut memang bertepatan dengan waktunya Aura melahirkan.Sebetulnya bukan saja masalah kapan Aura akan atau harusnya melahirkan tapi juga karena hari ini bertepatan dengan rapat bersama jajaran Direksi.Rapat penting tahunan yang wajib dihadiri Rendra bersama dengan para petinggi perusahaan yang selalu skeptis terhadap kemampuannya menggantikan sang kakek. Jadi bagaimana Elgi mampu mengabarkan kepada Rendra jika istri dari bos-nya itu sedang dalam perjalanan ke rumah sakit karena
“Baik Pak, sore nanti saya akan menemui klien tersebut ... kirim proposalnya melalui email untuk saya pelajari, sekarang ada sesuatu yang sangat penting yang harus saya lakukan terlebih dahulu, saya permisi!” Setelah berucap demikian, Rendra menderapkan langkah melewati pintu menuju lift.Pak Sandy di dalam sana terbengong-bengong ria setelah ditinggal Rendra begitu saja.Menghembuskan nafas, pria itu menggelengkan kepala mencari Elgi untuk memaparkan kembali apa yang baru saja dia jelaskan kepada Rendra.Sesampainya di pintu lift, Rendra berpapasan dengan Elgi yang baru saja keluar dari box besi tersebut.“Gi, pinjem motor!” todong Rendra dengan tangan menengadah.Elgi mengerjap, kemudian bergegas mencari kunci motornya yang dia simpan di saku celana tanpa menanyakan untuk apa karena Rendra adalah bosnya.“Temui pak Sandy di dalam, saya pulang dulu sebentar ... istri saya ilang lagi,” ujarnya kemudian masuk ke dalam lift dengan terburu-buru.Elgi menghembuskan nafas berat k